Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Razin Kanz
"Data perceraian orang tua nampaknya mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Penelitian terdahulu telah menemukan bagaimana perceraian orang tua dapat memberikan berbagai dampak negatif pada emerging adults. Penelitian ini menyoroti peran self-acceptance terhadap tingkat flourishing pada emerging adults yang orang tuanya bercerai serta bagaimana self-acceptance berhubungan dengan setiap dimensi dari flourishing. Penelitian ini menduga self-acceptance pada emerging adults yang orang tuanya bercerai dapat membantu untuk berperan sebagai faktor protektif yang mempromosikan pemaknaan positif terhadap peristiwa perceraian orang tua mereka, yang pada akhirnya membantu tingkat flourishing mereka untuk berkembang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi bahasa Indonesia Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) dan adaptasi bahasa Indonesia The PERMA-Profiler. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi linear dua variabel. Penelitian ini melibatkan 323 partisipan emerging adults dengan rentang usia 18 – 25 tahun (M = 21.1, SD = 2.24). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat self-acceptance mampu memprediksi tingkat flourishing pada emerging adults yang orang tuanya bercerai sebesar 23% (R² = 0.232, F(1, 321) = 96.9, p < .001, b = .936). Penelitian ini juga menemukan bahwa self-acceptance memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan setiap dimensi dari flourishing.

Parental divorce rates appear to be increasing year by year. Previous research has found that parental divorce can have various negative impacts on emerging adults. This study highlights the role of self-acceptance on flourishing among emerging adults with divorced parents and examines the relationship between self-acceptance and each dimension of flourishing. The study hypothesizes that self-acceptance in young adults can help to serve as a protective factor, promoting positive meaning making regarding their parents' divorce, thereby contribute to enhancing their flourishing. The instruments used in this study include the Indonesian adaptation of the Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ) and the Indonesian adaptation of The PERMA-Profiler. Analysis is done using correlation analysis and linear regression of two variables. This study involved 323 emerging adults participants aged 18 – 25 years (M = 21.1, SD = 2.24). The results show that self-acceptance accounts for 23% (R² = 0.232, F(1, 321) = 96.9, p < .001, b = .936) of the variance in flourishing among emerging adults whose parents have divorced. The study also found that self-acceptance has a positive and significant relationship with each dimension of flourishing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Oktaviyanti
"Asma merupakan salah satu penyakit kronis, dimana penderita hanya bisa melakukan perawatan dan mengurangi gejala tanpa benar-benar menyembuhkan penyakitnya. Kehadiran penyakit ini juga disertai dengan berbagai masalah, seperti fisik, psikologis, sosial, hingga finansial. Permasalahan tersebut dapat berkurang berkat adanya penerimaan diri akan penyakit yang dideritanya dan dukungan sosial dari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan persepsi dukungan sosial pada dewasa muda dengan asma. Partisipan penelitian adalah dewasa muda usia 18-25 tahun dengan asma yang berjumlah 52 orang (M = 21,69, SD = 1,639). Persepsi dukungan sosial diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), sedangkan penerimaan diri diukur dengan Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dan persepsi dukungan sosial pada dewasa muda dengan asma (r = 0.379, p < 0.05).

Asthma is a chronic disease where sufferers can only do treatment and reduce symptoms without actually curing the disease. The presence of this disease is accompanied by various problems, such as physical, psychological, social, and financial. These problems are presumably reduced due to patient self-acceptance and social support from the environment. This study aims to determine the correlation between self-acceptance and perceived social support in emerging adults with asthma. The study was conducted on 52 participants aged 18-25 years living with asthma (M = 21.69, SD = 1.639). Perceived social support was measured by the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), while self-acceptance was measured by the Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ). The results showed a significant correlation between self-acceptance and perceived social support in emerging adults with asthma (r = 0.379, p < 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hilma Ramadina
"Perceraian orang tua dapat berdampak pada anak hingga dewasa. Salah satunya berdampak pada sikap terhadap pernikahan individu. Self-Compassion (SC) sebagai faktor internal yang positif diduga memiliki hubungan dengan sikap terhadap pernikahan pada usia dewasa awal yang orang tuanya bercerai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Self-Compassion (SC) dan Attitudes Toward Marrigae (ATM) pada masa dewasa awal (18-25 tahun) dengan orang tua bercerai. Total peserta yang diperoleh sebanyak 210 peserta. Pengukuran SC dilakukan dengan menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). sedangkan pengukuran ATM dilakukan dengan menggunakan alat ukur Marital Attitudes Scale (MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif (r= 0,408; p= <0,01) antara SC dan ATM pada dewasa awal dengan orang tua bercerai. Artinya, semakin tinggi SC pada masa dewasa awal yang orang tuanya bercerai, semakin positif ATM tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa enam komponen SC (self-kindness, common kemanusiaan, mindfulness, self-judgment, isolasi, over-identification) memiliki hubungan yang signifikan dengan ATM. Terdapat perbedaan skor rata-rata SC jika dilihat dari data demografi masyarakat yang tinggal bersama peserta saat ini.
Divorce of parents can have an impact on children to adulthood. One of them has an impact on attitudes towards individual marriage. Self-Compassion (SC) as a positive internal factor is thought to have a relationship with attitudes towards marriage in early adulthood whose parents are divorced. This study was conducted to determine the relationship between Self-Compassion (SC) and Attitudes Toward Marrigae (ATM) in early adulthood (18-25 years) with divorced parents. The total participants obtained were 210 participants. SC measurements were performed using the Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) measuring instrument. while ATM measurements were performed using the Marital Attitudes Scale (MAS) measuring instrument. The results showed that there was a significant and positive relationship (r= 0.408; p= <0.01) between SC and ATM in early adulthood with divorced parents. That is, the higher the SC in early adulthood whose parents divorced, the more positive the ATM was. The results also showed that the six components of SC (self-kindness, common humanity, mindfulness, self-judgment, isolation, over-identification) had a significant relationship with ATM. There is a difference in the average SC score when viewed from the demographic data of the people living with the current participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Savitri Adriani
"Perceraian orang tua memberikan dampak negatif berkepanjangan pada anak hingga ia dewasa. Salah satunya adalah rendahnya psychological well-being (PWB) anak. Self-compassion (SC) dianggap mampu meningkatkan PWB. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara SC dan PWB pada dewasa awal dengan orang tua bercerai. PWB diukur menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being, sedangkan SC diukur menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale-Short Form. Jumlah partisipan yang diperoleh adalah 210 partisipan. Hasil korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara SC dan PWB pada dewasa awal dengan orang tua bercerai, (r(N=210)=0.680,p<0.01, two tailed). Perbedaan rata-rata skor signifikan ditemukan pada variabel PWB pada jumlah pengeluaran keluarga.

Divorce of parents have a prolonged negative impact on the child until they become an adult. One of them is the low psychological well-being (PWB) in emerging adults. Self-compassion (SC) is considered capable of increasing PWB. This study aims to explore the relationship between SC and PWB in emerging adults with divorced parents. PWB is measured using the Ryff’s Scale of Psychological Well-Being, while SC is measured using the Self-Compassion Scale-Short Form. Total of participants obtained was 210 participants. Results show that there was a significant relationship between self-compassion and psychological well-being in emerging adults with divorced parents, (r (N = 210) = 0.680, p <0.01, two tailed). Significant mean differences in scores were only found in the psychological well-being variable in the demographic data section on family expenditure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohana Amelia Putri H.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S26309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiyawati
"Putusnya hubungan perkawinan karena perceraian selain berakibat bagi bekas suami dan isteri, juga membawa akibat terhadap anak dibawah umur. Perceraian suami isteri dapat terjadi karena berbagai upaya yang dilakukan kedua belah pihak untuk mengakhiri konflik yang terjadi mengalami jalan buntu, maka perceraian merupakan jalan keluar yang paling baik bagi pasangan suami isteri yang tidak mungkin lagi dapat hidup rukun, sebagaimana yang dituju oleh ikatan perkawinan. Salah satu akibat dari perceraian antara suami isteri terhadap anak dibawah umur menimbulkan perwalian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada 3 macam perwalian, perwalian oleh suami/isteri, Perwalian dengan surat wasiat dan perwalian yang diangkat oleh hakim, sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ada 2 macam, perwalian yang diangkat oleh hakim dan perwalian dengan surat wasiat. Akibat perceraian terhadap anak dibawah umur menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 229 ayat 1 Perwalian diserakan kepada seorang dari kedua orang tuanya sebagai wali, ini merupakan kekuasaan yang bersifat individual, sedangkan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 41 (a) perwalian oleh bapak atau ibu, ini merupakan kekuasaan yang bersifat kolekti£. Tanggung jawab orang tua, terhadap anak dibawah umur berbeda antara Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa kewajiban itu bukan hanya sampai pada dewasa tetapi sampai mereka mampu untuk berdiri sendiri walaupun telah terjadi ikatan perkawinan antara orang tuanya putus."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S21211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andrini
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perceraian dan ekspektasi terhadap pernikahan pada dewasa muda dengan orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur Attitudes Toward Divorce Scale (Kinnaird & Gerrard, 1986) untuk mengukur sikap terhadap perceraian dan Marital Expectation Scale (MES) (Jones & Nelson, 1996) untuk mengukur ekspektasi terhadap pernikahan. Partisipan dalam penelitian ini adalah 80 dewasa muda yang orangtuanya bercerai. Berdasarkan teknik analisis data Pearson Correlation Test, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perceraian dan ekspektasi terhadap pernikahan (r = -0,463, p<0,01, 2-tailed).

This quantitative study investigated the relationship between attitudes toward divorce and marital expectation among young adults from divorced parents. Attitudes Toward Divorce Scale (Kinnaird & Gerrard, 1986) is used to measure attitudes toward divorce, and Marital Expectation Scale (MES) (Jones & Nelson, 1996) is used to measure marital expectation. There were 80 young adults from divorced parents participated in this study. According to measurement using Pearson Correlation Test, the result indicate that there was significant relationship between attitudes toward divorce and marital expectation (r = -0,463, p<0,01, 2-tailed)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syauqi
"Kebahagiaan hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah persepsi terhadap tubuh. Populasi dewasa muda adalah generasi yang paling rentan terhadap persepsi body image atau keadaan yang dimiliki oleh tubuhnya, hal ini dapat menyebabkan individu mengalami stres maupun depresi. penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kedekatan individu dengan alam dapat mempengaruhi tingkat apresiasi tubuh dan kebahagiaan hidup, namun sebagian besar dari penelitian tersebut didominasi oleh gender perempuan. Oleh karena penulis ingin melihat apakah terdapat perbedaan hubungan antara ketiga variabel tersebut jika populasi laki-laki dan perempuan yang berbanding sama. Penelitian ini dilakukan secara online yang melibatkan 182 (L=99, P=83) partisipan dewasa muda. Temuan utama dalam penelitian ini adalah apresiasi tubuh memediasi hubungan antara kedekatan alam dan kebahagiaan hidup secara umum dan pada gender laki-laki, namun tidak pada gender perempuan. Peneliti juga menunjukan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu kedekatan dengan alam berhubungan positif dengan kebahagiaan hidup

Well-being can be influenced by various things, one of which is perception towards their body. Young adults are the generation most vulnerable to the perception of body image or a state of their body, this can cause the individual to experience stress or even depression. Previous studies suggested that an individual's approach to nature can affect the level of body appreciation and well-being, but most of these studies are conducted using participant dominated by females. Therefore, the author wants to see if there is a difference in the relationship between the three variables if the male and female populations are equal. This study was conducted online, involving 182 (M=99, W=83) young adult participants. The main finding in this study is that body appreciation mediates the relationship between nature relatedness and well-being general population and males, but not in female. This study also shows consistent results with previous research, in which nature relatedness is positively related with well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Aris Nur Fitri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah self-compassion memediasi hubungan antara perceived social support dengan gejala depresi. Menimbang hasil penelitian bahwa gangguan psikologis terutama depresi paling rentan dialami oleh individu usia 18 hingga 25 tahun, maka gejala depresi penting untuk diperhatikan pada periode emerging adulthood. Desain penelitian ini yaitu korelasional. Jumlah partisipan 803 partisipan usia 18 hingga 25 tahun, dengan ketentuan belum menikah dan belum mempunyai anak. Instrumen dalam penelitian ini Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MPSS), General Health Questionnaire-1 2 (GHQ-12), dan Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). Hasil pengujian statistik membuktikan bahwa self-compassion memediasi secara parsial hubungan antara perceived social support dan gejala depresi, dengan indirect effect(β = - .067, p = 0.0000) dan direct effect(β = - .081, p = 0.0000) yang signifikan. Hasil analisis mediasi menunjukan perceived social support dapat langsung melewati gejala depresi atau melewati self-compassion terlebih dahulu. Individu yang mempersepsi mendapatkan perceived social support yang tinggi, akan merasa dirinya berharga dan berusaha menoleransi kondisi sulit yang dialami, sehingga memunculkan pemberian kebaikan pada diri sendiri dan mengurangi gejala depresi.

This study aims to determine whether self-compassion mediates the relationship between perceived social support and depressive symptoms. Considering the results under study that psychological disorders, especially depression, are the most susceptible to individuals aged 18 to 25 years, whose symptoms of depression are important to pay attention to what appears. The design of this study is correlational. Number of participants 803 participants aged 18 to 25 years, provided that they were single and had no children. The instrument in this study is Multidimensional Scale of Social Perception Support (MPSS), Public Health Questionnaire-12 (GHQ-12), and Self-Compassion Scale-Short Form (SCSSF). Statistical test results have shown that self-compassion partially mediates the relationship between perceived social support and depressive symptoms, with significant indirect effects (β = - .067, p = 0.0000) and direct effects (β = - 081, p = 0.0000). The results of the mediation analysis show that perceived social support can directly influence depressive symptoms or affect self-compliance = first. Emerging adults who feel they have high perceived social support, will feel themselves worthy and try to tolerate difficult conditions that are experienced, thus providing good for themselves and reducing symptoms of depression."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>