Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoana Dwi Hariyati
"Menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial terkait K-pop menjadi pelarian terbaik bagi remaja SMP untuk menghadapi kesepian yang dirasa. Ketika hal tersebut terjadi secara berlebihan, hal ini dapat memunculkan perilaku obsesif yang disebut celebrity worship. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kesepian dan celebrity worship pada remaja penggemar K-pop di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif observasional analitik dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sejumlah 115 orang. Variabel diukur dengan UCLA Loneliness Scale version 3 dan Celebrity Attitude Scale. Pengujian statistik menggunakan chi-square dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara kesepian dan celebrity worship pada remaja SMP penggemar K-pop di Jakarta Selatan (p=0,001<α=0,05). Peran orang tua penting dalam mengingatkan remaja untuk tetap dapat mengontrol diri saat menggemari sesuatu agar tidak berlebihan dan memberikan dukungan emosional kepada remaja untuk membantu mengatasi kesepian yang dirasa.

Spending time surfing social media related to K-pop is the best escape for middle school adolescents to deal with their loneliness. When this happens excessively, it can lead to obsessive behavior called celebrity worship. This study aims to look at the relationship between loneliness and celebrity worship among adolescent K-pop fans in South Jakarta City. This study used a quantitative observational analytic, and cross-sectional design. The study used the purposive sampling technique with a total sample size of 115 people. Variables are measured with UCLA Loneliness Scale version 3 and Celebrity Attitude Scale. Statistical testing using chi-square test showed that there is a significant relationship between loneliness and celebrity worship among middle school K-pop fans in South Jakarta City (p=0,001<α=0,05). The parents' role is important in reminding adolescents to control themselves when they love something so as not to overdo it and providing emotional support to adolescents to help overcome the loneliness they feel."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahadanti
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong remaja untuk membangun kedekatan dengan sosok idola atau biasa disebut relasi parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah kesepian berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menyasar pada sampel remaja penggemar K-Pop (N=575) yang berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 15-19 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian tidak berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana refleksi diri terkait kesepian dan kepemilikan relasi parasosial di usia remaja.

Lack of social relations in the real world would encourage adolescence to build closeness with idol figures through parasocial relationships. This study aims to find out whether loneliness is related to having parasocial relationships in adolescent K-pop fans. This research was conducted using a quantitative method and targeted a sample of young K-Pop fans (N=575) who are Indonesian citizens aged 15-19. The Pearson Correlation analysis technique is used to do data analysis. This study shows that loneliness is not related to parasocial relationships in adolescent K-pop fans. However, this study could be used as a source of knowledge and self-reflection related to loneliness and ownership of parasocial relations in adolescence"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfita Virgiana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif dan Father Invlovement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesepian adalah Revised-UCLA Loneliness Scale oleh Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Sampel pada penelitian ini berjumlah 429 remaja madya berusia 14 hingga 18 tahun yang tinggal di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya.

The main purpose of this study is to find out the correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence. Nurturant Fathering Scale is used to measure father involvement in affective domain dan Father Involvement Scale is used to measure father involvement in behavior domain by Finley and Schwartz 2004 . Loneliness is measured using Revised UCLA Loneliness Scale by Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Total sample in this study is 429 middle adolescents who lived in Jabodetabek. The result of this study using Pearson Product Moment showed that there was correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alivia Shahihan Mayora
"Kpop merupakan suatu ekosistem dengan budaya yang kuat, salah satunya adalah budaya menggemari idola Kpop melalui kelompok penggemar/fandom. Remaja yang memiliki social identity sebagai anggota fandom Kpop cenderung menunjukkan berbagai perilaku untuk mendapatkan informasi tentang idolanya. Ketika remaja terobsesi dengan idolanya hingga menunjukkan perilaku yang berlebihan, maka terdapat indikasi bahwa hal ini mengarahkan pada celebrity worship yang dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-experimental korelasional untuk mengetahui apakah social identity memiliki hubungan yang positif dengan celebrity worship. Social Identity Scale (SIS) dan Celebrity Attitude Scale (CAS) diuji kepada 148 remaja berusia 12-18 tahun (M = 16,57, SD = 1,462) yang tergabung dalam fandom Kpop. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa social identity memiliki hubungan positif yang kuat dan signifikan dengan celebrity worship pada remaja dalam fandom Kpop (r(148) = 0,633, p < 0,001, r² = 0,400689). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dengan tingkat social identity yang tinggi cenderung memiliki tingkat celebrity worship yang tinggi, dan sebaliknya. Maka, semakin remaja memiliki identifikasi yang kuat dengan fandom Kpop-nya, maka semakin tinggi risiko munculnya perilaku celebrity worship.

Kpop, through its sprawling fandoms (fan kingdoms) that idolize Kpop idols, is undeniably an ecosystem with a strong culture. Adolescents who obtain social identity as members of Kpop fandom tend to show various behaviors to seek information concerning their idols. If adolescents become obsessed with their idols to the point of excessive behavior, it could indicate a symptom of celebrity worship, which can have both positive and negative effects on adolescents. This study, utilizing a non-experimental correlational research design, tries to determine whether social identity positively correlates with celebrity worship. The Social Identity Scale (SIS) and the Celebrity Attitude Scale (CAS) were administered to 148 adolescents between the ages of 12 and 18 (M = 16.57, SD = 1.462), each a member of Kpop fandoms. The Pearson correlation showed a strong positive and significant correlation between social identity and celebrity worship among adolescents in the Kpop fandom with a result of (r(148) = 0.633, p < 0.001, r² = 0.400689). This result suggests that adolescents with higher levels of social identity tend to have higher celebrity worship levels, and vice versa. Thus, the stronger adolescents identify with their Kpop fandom, the higher their risk of engaging in celebrity worship behaviors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Ratu Aisya
"araknya pengaruh budaya K-Pop yang menyebar, meningkatkan jumlah penggemar K-Pop di Indonesia. Banyak penggemar yang membangun ikatan khusus untuk memformulasikan kedekatan hingga sampai pada pemujaan terhadap selebriti. Ikatan dan paparan kepada selebriti terus menerus ini dapat menimbulkan kecenderungan penggemar untuk mengonsumsi segala hal yang berkaitan dengan idola. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara celebrity worship dan perilaku konsumtif terhadap merchandise pada emerging adulthood penggemar K-Pop di Indonesia. Partisipan pada penelitian ini adalah emerging adulthood berusia 18-29 tahun dan penggemar idola K-Pop yang pernah melakukan pembelian merchandise minimal satu kali dalam satu tahun terakhir (N = 289). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Celebrity Attitude Scale (CAS) dan Skala Perilaku Konsumtif. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara celebrity worship dan perilaku konsumtif. Selain itu, ketiga komponen celebrity worship juga ditemukan berkorelasi positif signifikan dengan Perilaku Konsumtif. Artinya semakin tinggi celebrity worship makan semakin tinggi perilaku konsumtif penggemar dan sebaliknya.

As the influence of K-Pop culture spreads, the number of K-Pop fans in Indonesia increases. Many fans build special bonds to formulate closeness to the point of celebrity worship. This bond and continuous exposure to celebrities can lead to the tendency of fans to consume everything related to idols. Therefore, this study aimed to find out the relationship between celebrity worship and consumptive behavior towards merchandise in emerging adulthood K-Pop fans in Indonesia. The participants in this study are emerging adulthood aged 18-29 years and K-Pop idol fans who have purchased merchandise at least once in the past year (N = 289). The measuring instruments used in the study were Celebrity Attitude Scale (CAS) and Consumptive Behavior Scale. Pearson correlation analysis showed a positive and significant relationship between celebrity worship and consumptive behavior. In addition, the three components of celebrity worship were also found to be significantly positively correlated with consumptive behavior. This findings implies that the higher the celebrity worship, the higher the consumptive behavior of fans."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tsana Dhia
"K-Pop merupakan fenomena global yang marak di Indonesia, terutama selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan prediktif distress psikologis terhadap celebrity worship serta peran maladaptive daydreaming sebagai mediator. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa distress psikologis memiliki hubungan yang signifikan dengan celebrity worship dan maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator (Zsila et al., 2019). Meskipun telah diteliti, penelitian ini dilakukan khusus pada penggemar K-Pop (N = 252) kalangan usia emerging adulthood, yaitu 18-25 tahun (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship diukur menggunakan Celebrity Attitude Scale oleh Maltby et al. (2002), sedangkan distress psikologis diukur dengan The Kessler Psychological Distress Scale (K10) oleh Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) oleh Somer et al. (2017b) digunakan untuk mengukur Maladaptive Daydreaming. Analisis mediasi dilakukan menggunakan fitur PROCESS Versi 4.0 dari SPSS Versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = -.0289, > .05). Namun, penelitian ini membuktikan bahwa maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator dalam hubungan distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). Apabila distress psikologis naik, maladaptive daydreaming juga akan naik. Seiring dengan kenaikan maladaptive daydreaming, celebrity worship pun akan mengalami kenaikan.

K-Pop ia  a rising global phenomenon in Indonesia, especially the last several years. This study aims to evaluate the predictive relationship between psychological distress and celebrity worship, also the role of maladaptive daydreaming as mediator. Previous studies found that psychological distress has a significant relationship with celebrity worship and maladaptive daydreaming is one of the mediator (Zsila et al., 2019). However, this study specifically aimed to emerging adult K-Pop fans (N = 252) age 18-25 years old (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship measured by Celebrity Attitude Scale (CAS) by Maltby et al. (2002) and psychological distress used The Kessler Psychological Distress Scale (K10) by Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) by Somer et al. (2002) used for maladaptive daydreaming. Mediation was analyzed using PROCESS 4.0 from SPSS version 24. This study found that psychological distress has no direct effect on celebrity worship (𝛽 = -.0289, p > .05). However, maladaptive daydreaming was found as a mediator (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). In conclusion, an increase in psychological distress is followed by an increase in maladaptive daydreaming then an increase in maladaptive daydreaming is followed by an increase in celebrity worship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniella Geona Margaretta Bangun
"Maraknya paparan terhadap internet dan sosial media, khususnya selama pandemi COVID-19, meningkatkan popularitas Korean Wave di Indonesia. Bertebarnya konten budaya pop Korea di internet dan sosial media meningkatkan penggemar K-Pop. Salah satu selebriti yang berhasil menarik banyak penggemar adalah girl group K-Pop. Tidak hanya remaja laki-laki, girl group K-Pop juga berhasil menarik remaja perempuan untuk menjadi penggemar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemujaan selebriti girl group K-Pop dan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Partisipan penelitian ini merupakan 418 remaja perempuan berusia 15–19 penggemar girl group K-Pop. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, non-eksperimental korelasional. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara pemujaan selebriti komponen entertainment-social (r(418) = 0,120, p<0,01, d=0,242) dan borderline-pathological (r(418) = 0,109, p <0,05, d=0,219) dan body satisfaction. Effect size untuk analisis ini merupakan small effect untuk kedua komponen. Sehubungan dengan tujuan penelitian yang bermaksud untuk melihat body dissatisfaction pada remaja perempuan penggemar girl group K-Pop, hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pemujaan terhadap girl group K-Pop yang tinggi pada komponen entertainment-social dan borderline-pathological berhubungan dengan menurunnya body dissatisfaction pada remaja perempuan.

The rise of exposure to the internet and social media, especially during the COVID-19 pandemic, has increased the popularity of the Korean Wave in Indonesia. The spread of Korean pop culture content on the internet and social media has increased K-Pop fans. The type of celebrity that has managed to attract a lot of fans is the K-Pop girl group. Not only teenage boys, K-Pop girl groups have also succeeded in attracting adolescent girls to become their fans. This study aims to examine the relationship between K-Pop girl group celebrity worship and body dissatisfaction among female adolescents. The participants in this study were 418 female adolescents aged 15–19 who are fans of K-Pop girl groups. This study uses a quantitative research method, non-experimental correlation. The results showed a significant positive correlation between celebrity worship with the entertainment-social component (r(418) = 0,120, p <0,01, d=0,242) and borderline-pathological (r(418) = 0,109, p <0,05, d=0,219) and body satisfaction. The effect size of both components are considered as small effects. According to the research objective, which examines body dissatisfaction among female adolescent fans of K-Pop girl group, the results of this study indicate that worshiping K-pop girl groups, with particularly high in entertainment-social and borderline-pathological components, result in lower body dissatisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Azalea Vargas
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja di Jakarta Pusat. Masalah perilaku yang diukur dalam penelitian ini adalah masalah emosional, distres psikologis, conduct problem, dan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur keterlibatan ayah, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan conduct problem, Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis, dan alat ukur perilaku kekerasan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berasal dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Pusat dan ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebanyak 403 responden anak dan 133 responden ayah dipilih melalui teknik random sampling. Berdasarkan teknik analisis data pearson correlation test, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan tiga bentuk masalah perilaku, yakni masalah emosional, distres psikologis, serta conduct problem. Adapun pada perilaku kekerasan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan keterlibatan ayah.

This quantitative study investigated the relationship between father involvement and behavior problems among adolescents in Central Jakarta. Behavior problems consisted of emotional problem, psychological distress, conduct problem, and violent behavior. Father involvement inventory are used to measure father involvement, subtest of emotional symptom and conduct problem of The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and conduct problem, The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress, and violent behavior inventory to measure violent behavior. There were 403 adolescents and 133 father participated in this study, selected by random sampling. According to measurement using Pearson Correlation Test, the results indicated that there were significant relationships between father involvement and emotional problem, psychological distress, as well as conduct problem. No significant relationships were found between father involvement and violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Vitria Ningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja di DKI Jakarta. Sebanyak 701 responden yang merupakan remaja SMA di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah dipilih berdasarkan multistage random sampling. Dalam melihat kedua hubungan varibel tersebut, digunakan alat ukur Sense of Community Index SCI-2 yang terdiri dari 24 item dan de Jong Loneliness Scale yang terdiri dari 6 item. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja SMA di DKI Jakarta. Hubungan antara keduanya menunjukkan arah yang negatif, dimana semakin tinggi skor sense of community di sekolah diikuti dengan rendahnya skor kesepian pada remaja.

This study was conducted to examine the relationship of sense of community in schools and loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. A total of 701 respondents who are high school teenagers in DKI Jakarta partitioned in this study and selected through multistage random sampling technique. Sense of community was measured by The Sense of Community Index 2 SCI 2 consists of 24 items and loneliness was measured by de Jong Loneliness Scale consisting of 6 items. The results of this study indicate a significant relationship between the sense of community in school with loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. The relationship between the two variables shows negative direction, where the higher the score of the sense of community in school followed by the low score of loneliness in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>