Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutapea, Theo Michael
"Penelitian ini mengkaji sumber semiotik dan kekuatan persuasi dalam video YouTube Kemendikbud RI tentang Kurikulum Merdeka. Analisis multimodal diterapkan untuk meneliti tiga video: "Merdeka Belajar episode 1", "Guru Penggerak: Lebih Dekat dengan Murid", dan "Pesan Mas Menteri tentang Kurikulum Merdeka". Temuan menunjukkan bahwa Kemendikbud RI menggunakan berbagai sumber semiotik, termasuk visual kinestetik, soundtrack, narasi, dan metafungsi, untuk membangun pesan persuasi. Makna eksperiensial, interpersonal, dan tekstual diidentifikasi dalam setiap video. Persuasi dilakukan melalui prinsip-prinsip retoris Aristoteles dan penggunaan pathos dan logos. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang strategi komunikasi Kemendikbud RI dalam mempromosikan kurikulum merdeka. Temuan ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kampanye perubahan kebijakan di masa depan.

This research examines the semiotic sources and power of persuasion in the Indonesian Ministry of Education and Culture's YouTube videos about the Merdeka Curriculum. Multimodal analysis was applied to examine three videos: "Merdeka Belajar - episode 1", "Guru Penggerak: Lebih Dekat dengan Murid", and "Pesan Mas Menteri tentang Kurikulum Merdeka". The findings show that the Indonesian Ministry of Education and Culture uses various semiotic sources, including kinesthetic visuals, soundtracks, narratives, and metafunctions, to build persuasive messages. Experiential, interpersonal, and textual meanings were identified in each video. Persuasion is accomplished through Aristotle's rhetorical principles and the use of pathos and logos. This research contributes to the understanding of the Indonesian Ministry of Education and Culture's communication strategy in promoting the independent curriculum. These findings can also be used to improve the effectiveness of future policy change campaigns.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan
"Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika untuk menganalisis teks berita konflik Israel-Palestina. Teori semiotika Barthes mengenai konotasi digunakan untuk menggali makna konotasi yang terdapat dalam sejumlah kata atau ungkapan yang menjadi tanda dalam teks berita. Korpus bersumber dari teks berita Kompas pada momentum pengajuan proposal Palestina untuk menjadi anggota PBB, yaitu September-Oktober 2011.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konotasi sangat berperan dalam menggambarkan tanda yang sesuai dengan apa yang sebenarnya ingin diberitakan media Kompas. Hasil analisis ini juga membentuk makna konotasi yang mengungkap sudut pandang Kompas tentang Palestina, Israel, dan reaksi negaranegara di dunia selama momen tersebut.

This research uses qualitative method with semiotic approach to analyze the news text of the Israeli-Palestinian conflict. The semiotic theory of Barthes about connotations is used to find the meanings of the words or phrases that acted as sign in the news text. Corpus is taken from Kompas‟s news text at the moment of submission of Palestinian proposal for UN membership, during September-October 2011.
The results of the research analysis show that the connotation is crucial in describing the sign that correspond to what Kompas really want reported. The results of the research analysis also find the connotation meaning which reveal a perspective of Kompas on the Palestinian, Israel, and the reaction of countries in the world during this moment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T36138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Astri Hardianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi seksualitas yang diwujudkan dengan penggunaan teks erotis dan penggambaran seksualitas dalam lirik lagu dangdut. Lirik lagu dangdut tidak berdiri sendiri, namun dilatarbelakangi oleh konteks sosial kultural. Dengan kata lain, lirik lagu dalam musik dapat menjadi media komunikasi untuk mencerminkan bentuk realitas sosial yang ada dalam masyarakat. Lagu dangdut dengan tema dan lirik yang vulgar terdengar hampir di semua tempat melalui media massa, dan bahkan juga dinyanyikan oleh para pengamen di lampu merah dan kendaraan umum.
Sensasi yang ditampilkan dalam lagu-lagu ini seolah menjadi suatu keunikan yang menghibur, dengan tidak memikirkan dampak teks lagu tersebut terhadap masyarakat. Analisis wacana Barthes dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali lebih dalam peran bahasa dalam konstruksi seksualitas pada lirik lagu dangdut. Penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa seksualitas dalam lagu-lagu dangdut direpresentasikan melalui tema, judul, penggunaan kata-kata, ungkapan dan istilah erotis.

This study aims to find out the representation of sexuality which manifested by the use of erotic texts and depictions of sexuality are constructed in dangdut song lyrics. The lyrics do not stand alone, but is motivated by the socio-cultural context. In other words, song lyrics in music can be a communication medium to reflect the social realities in society. Dangdut songs with themes and lyrics that are vulgar sounded almost everywhere through the mass media, and even sung by the singers at traffic lights and public transportation.
The sensation that shown in these songs seemed to be a uniqueness that entertaining, with no thought to the impact of the song texts on society. Barthes discourse analysis with a qualitative approach is used to dig deeper into the role of language within construction of sexuality in the lyrics of dangdut song. The finding of the study indicated that sexuality in dangdut song represented by the theme, the title, the use of words, phrases and terms erotic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Arianti
"Iklan UNICEF Jerman "Schülen für Afrika" menarik untuk ditelaah dari sudut pandang semiotika. Iklan adalah sebuah teks yang didalamnya terdapat kumpulan tanda-tanda yang mempunyai makna tersembunyi dan ingin disampaikan oleh pembuat iklan kepada khalayak sasaran. Semiotika digunakan oleh penulis untuk menganalisis empat jenis iklan dengan mengungkapkan pesan atau makna melalui tanda-tanda pada iklan layanan masyarakat ini.
Metode yang dipakai untuk menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati iklan yang terdapat pada halaman web di internet, kemudian melakukan penelitian berdasarkan teori semiotika. Dari hasil analisa tersebut, ditemukan jenis tanda (ikon, indeks, dan simbol), tanda-tanda verbal dan nonverbal serta makna tanda (denotasi dan konotasi) dalam iklan UNICEF Jerman "Schülen für Afrika" ini.

An advertisement by German UNICEF "Schülen für Afrika" is interesting to be analyzed from the point of view of semiotics. Advertisement is a text in which there is a set of signs that have a hidden meaning and to be conveyed by the advertiser to the target market. Semiotics is used by the author to analyze the four types of advertisements to disclose the message or meaning through signs on this public service announcements.
The method used to analyze the data is descriptive qualitative. In collecting the data, it is done by observing the advertisements on a website and then do the research on the theory of semiotics. From this analysis, it was discovered various kind of signs (icon, index, and symbol), the verbal and nonverbal signs and meanings of sign (denotations and connotations) in the German UNICEF advertisement "Schülen für Afrika". "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Excel Elfando Tobing
"Nawal El Saadawi adalah seorang feminis dan sastrawan yang beraliran simbolisme-filosofis. Salah satu karya yang telah ia tulis adalah cerpen “نام الرجل بعد العشاء” /Nāma ar-Rajul ba‘da al-‘Asyā’/. Cerpen ini mengandung simbol-simbol berupa penokohan dan latar yang perlu diinterpretasi agar pesan yang disajikan oleh Nawal El Saadawi sampai kepada pembaca. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur kebudayaan dalam cerpen “Nāma ar-Rajul ba‘da al-‘Asyā’”, mengetahui makna semiotik dari penokohan, latar, dan unsur kebudayaan cerpen tersebut, serta menjelaskan budaya patriarki yang digambarkan oleh Nawal El Saadawi. Metode penelitian yang dipakai dalam tulisan ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik studi pustaka. Dengan menggunakan pendekatan semiotika-struktural dan teori semiotika Peirce, penelitian ini menyimpulkan bahwa Nawal El Saadawi menggunakan penokohan, latar, dan unsur kebudayaan untuk menggambarkan kondisi budaya patriarki dan mengungkapkan keresahan yang dirasakan oleh perempuan. Tokoh raja dalam mimpi Abdul Imam merepresentasikan laki-laki dalam budaya patriarki yang selalu ingin dipatuhi. Sementara itu, tokoh wanita digambarkan sebagai orang yang mempunyai keinginan memberontak, tetapi tidak mampu melakukannya di dunia nyata. Latar cerita menggambarkan perbedaan antara kondisi ideal (kondisi yang diangankan oleh istri Abdul Imam) dan kondisi riil (kondisi nyata). Selain itu, sepatu dalam cerpen ini merupakan simbol kehormatan raja yang digunakan oleh Nawal untuk menunjukkan kelemahan laki-laki tanpa peran perempuan.

Nawal El Saadawi is a feminist and writer with philosophical symbolism device. One of the works he has written is the short story “نام الرجل العشاء” /Nāma ar-Rajul ba‘da al-‘Ashā’/. This short story contains symbols in the form of characterizations and settings that need to be interpreted so that the message presented by Nawal El Saadawi reaches the reader. This study aims to describe the intrinsic and cultural elements in the short story “Nāma ar-Rajul ba'da al-'Ashā'”, to find out the semiotic meaning of the characterizations, setting, and cultural elements of the short story, and to explain the patriarchal culture that illustrated by Nawal El Saadawi. The research method used in this paper is a qualitative research method using library research techniques. By using a structural-semiotic approach and Peirce's semiotic theory, this study concludes that Nawal El Saadawi uses characterizations, settings, and cultural elements to describe the condition of patriarchal culture and express the anxiety felt by women. The king figure in Abdul Imam's dream represents men in a patriarchal culture who always want to be obeyed. Meanwhile, the female character is described as a person who has the desire to rebel, but is unable to do so in the real world. The setting of the story illustrates the difference between ideal conditions (the conditions imagined by Abdul Imam's wife) and real conditions (real conditions). In addition, the shoes in this short story are a symbol of the king's honor used by Nawal to show the weakness of men without the role of women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Purnamasari
"Ragam bahasa keilmuan saat ini menjadi Salah satu unsur penting yang dibahas di perguruan tinggi dalam pengajaran bahasa Jerman bagi penutur asing. Satu dari sekian banyak ciri khas yang kerap ditemukan dalam bahasa Jerman ragam keilmuan adalah pronomina es.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan pronomina es dari segi sintaktis dan semantis. Secara sintaktis pronomina es berfungsi sebagai kata ganti, pengisi rumpang, dan bagian dari valensi verba, sementara dari segi semantis dibicarakan pronomina es yang berperan sebagai pemarkah relasi semantis antara anteseden dan pengacunya.
Korpus data berjumlah 90 (sembilan puluh) kalimat diperoleh dari empat buah buku yang mewakili dua bidang ilmu, eksakta dan noneksakta. Dua buku yang mewakili bidang ilmu eksakta adalah teknik dan kedokteran, sedangkan dua buku lainnya mewakili bidang noneksakta, yakni hukum dan linguistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara sintaktis prosentase kekerapan kemunculan pronomina es sebagai kata ganti, sebagai pengisi rumpang atau sebagai bagian dari valensi verba tidak sama antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya meskipun berada dalam kelompok ilmu yang sama. Pronomina es yang ditemukan dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik dan kedokteran; misalnya. Dalam ragam bahasa keilmuan bidang teknik prosentase kemunculan pronomina es yang berlilngsi sebagai kata ganti hanya sebesar 7,69%, sedangkan dalam bidang kedokteran Sebesar 31%. Sementara berdasarkan analisis semantis diperoleh simpulan sebagai berikut; Secara umum pronomina es yang paling kerap muncul dalam keempat bidang ilmu yang diteliti adalah pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai bagian dari valensi verba seperti dalam frasa verbal es regnet 'hujan'. Pronomina es tersebut -mengacu pada von Polenz- tidak memiliki makna secara semantis (Ieeres semanticsubjec) karena tidak membuat rujuk silang dengan nomina atau hal yang berada di depannya atau di belakangnya.
Pronomina es yang memperlihatkan hubungan anaforis antara anteseden dan pengacunya ditemukan paling kerap muncul dalam ragam bahasa keilmuan bidang linguistik. Dalam ragam ini pula pronomina es yang rnemperlihatkan hubungan kataforis paling kerap muncul. Pronomina es yang merupakan pronomina katafor secara sintaklis adalah pronomina yang berfungsi sebagai pengisi rumpang dan memiliki pola-pola kalimat tertentu, seperti Es... Nebensatz, ob... Akan tetapi tidak semua pronomina es yang secara sintaktis berfungsi sebagai pengisi rumpang memperlihatkan hubungan yang bersifat kataforis antara anteseden dan pengacunya. Pronomina es yang tidak memiliki pola kalimat khusus dan hanya merupakan sebuah dummy subject dalam kalimat tidak bermakna secara semantis, karena ia tidak membuat rujuk silang silang dengan lingkungannya.

Scientific language is now becoming one of significant studies which is tought at universities in teaching german for foreign speaker. One of the characteristics mostly found in scientific german is the pronoun es.
This research tried to describe and to emphasize the syntactical and semantical phanomen of the pronoun es. The pronoun es has -according to van der Elst- three syntactical functions as followed: Es as pronoun, es as expletive, and es as part of the verb valence. And es semantically shows the relation between the determiner and its antecedent, anaphoric or cathaphoric.
90 (ninety) sentences as corpus was taken from four scientific books, which represent two group of studies, namely science and social. Technik and medicine were chosen to represent science, and law and linguistics to social.
The result revealed that the frequency of the syntactical function of pronoun es found in four books is not the same one with another, although they are in the same group of study. Those found in technic and medicine for example. Both are science books, but the pronoun es as pronoun is found more in medicine as in technic, 31% to only 7,69%. Semantical analysis on the other hand indicated that the pronoun es, which are meaningless -this pronoun syntactically functions as part of the verb valence- generally found mostly in all four books. The anaphoric relationship is showed mostly in linguistics, so is the cataphoric one. The cataphor pronoun es is that, which functions syntactically as expletive and has particular sentence model, such as Es ... Nebensatz, ob .... Those, which also has the same syntactical iilnction but doesn?t have particular sentence model and it is only the dummy subject of the sentence are meaningless.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T17211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Dermawan
"Penelitian ini bertujuan menemukan koherensi struktur intrinsik Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan menemukan koherensi struktur trilogi itu dengan struktur sosial masyarakat yang menjadi acuannya. Kerangka teori yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah teori semiotik dan teori strukturalisme-genetik. Teori semiotik menganggap karya sastra sebagai fakta semiotik, sebagai tanda; sedangkan teori strukturalisme-genetik. menganggap karya sastra sebagai fakta sosial. Penggunaan kedua teori itu dalam penelitian ini saling melengkapi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik. Dengan metode itu penelitian berlangsung secara dialektis, dari fakta-fakta linguistik yang aktual ke fakta-fakta sosial dan semiotik yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya penemuan fakta-fakta sosial dan semiotik itu digunakan kembali untuk pemahaman ulang mengenai fakta-fakta linguistik. Proses dialektis itu berlangsung secara terus-menerus sampai ditemukannya koherensi struktur teks.
Dengan menggunakan kerangka teori dan metode tersebut di atas penelitian ini akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa keberhasilan Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor semiotik dan faktor sosiologis. Faktor semiotiknya berupa penggunaan dan penyangkalan terhadap sistem semiotik tingkat umum, sistem semiotik tingkat khusus, dan sistem semiotik tingkat sastra lokal. Faktor sosiologisnya berupa pengekspresian secara tepat pandangan dunia tragik wong cilik dan santri yang hidup di tengah masyarakat yang sedang berubah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T2069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Amira
"Aliran Metalcore adalah sebuah subgenre dari Heavy Metal yang menggunakan teknik vokal yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan berteriak atau yang seringkali disebut screaming. Ketika mendengarkan ataupun menyaksikan sebuah lagu dibawakan dengan cara nyanyi berteriak, muncul sebuah anggapan bahwa aliran Metalcore ini membawa dampak negatif karena menerapkan teknik vokal yang keras, intimidatif dan penuh emosi. Tidak jarang teknik vokal screaming ini dianggap meniru 'suara setan'. Pernyataan ini tidak mengherankan apabila mengetahui bahwa memang ada beberapa aliran musik yang sengaja menirukan 'suara setan' tersebut dan menerapkannya ke dalam lagu.
Metalcore tentunya bukan merupakan sebuah aliran musik yang berasal dari Indonesia, namun sudah banyak band yang mulai memainkan aliran ini dan banyak diantaranya yang sudah cukup terkenal. Cara bernyanyi dengan berteriak sudah bukan lagi hal yang baru, namun masih banyak yang menganggap bahwa Metalcore memicu hal-hal negatif kepada para pendengarnya. Masih ada stereotype yang melekat pada screaming. Oleh karena itu, para pelaku Metalcore tanah air melihat bahwa perlu dilakukannya transformasi makna teknik vokal screaming agar menyadarkan masyarakat bahwa apa yang mereka sampaikan melalui teriakan bukanlah bersifat negatif. Caranya adalah dengan menulis lyric lagu yang memiliki pesan positif sesuai dengan norma-norma sosiokultural yang berlaku di masyarakat. Dengan tetap mengacu pada ciri-khas screaming, para pelaku Metalcore tanah air berusaha menyampaikan sebuah pesan moral melalui lyric lagu yang mereka teriakkan.

Metalcore is one of the subgenres of Heavy Metal which uses a vocal technique which differs from many before it called screaming. When one hears or sees a song that is being sung by way of screaming, one tends to associate it with having a negative impact on its listeners because of the loud, intimidative and emotional lyrics. Also, it is not uncommon for screaming to be thought of as an act of trying to replicate Satanic voices. This statement comes at no surprise because as a matter of fact there are certain genres of music that deliberately try to sound Satanic and apply it to the songs that they play.
As we may know, Metalcore is not a genre of music that originates from Indonesia. Even so, there are many bands these days that are performing this genre and many of them are already quite well known. Singing by screaming is no longer considered something new in the music world, yet there are still people who believe that Metalcore triggers negativity towards its listeners. There is still a stereotype attached to the act of screaming. Therefore, they who are active in the Indonesian Metalcore scene realize that there has to be an act of transformation towards the meaning of the screaming vocal technique in order to make people aware that what they are conveying through these screams are not negative. They soon figured out that writing song lyrics that have a positive message in accordance with the sociocultural norms in the society was what had to be done. By continuing to refer to the essence of Metalcore with its screaming, Indonesian Metalcore musicians are trying to convey moral messages through the song lyrics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Cahaya Purnama
"Semiotika adalah disiplin ilmu yang mengkaji makna tanda. Iklan terkait erat dengan semiotika. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, kita dapat mengetahui tanda-tanda yang terdapat pada sebuah iklan, yang digunakan untuk memperlihatkan kekuatan produk yang pada akhirnya diharapkan dapat mempengaruhi konsumen untuk membelinya. Di dalam setiap iklan pasti terdapat sebuah pesan. Kesuksesan sebuah produk tidak terlepas dari konsep iklannya yang menyiratkan pesan di dalamnya. Samsung GALAXY S III merupakan salah satu produk yang penjualannya sukses di Jerman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna-makna apa yang terkandung pada iklan Samsung GALAXY S III versi bahasa Jerman di media televisi, serta bagaimana cara penyampaian pesan-pesan dalam iklan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Sebagai penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau wacana, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang kemudian diinterpretasikan dengan landasan teori semiotika dan semantik. Melalui pendekatan semiotika, saya akan berusaha menggali nilai-nilai dan makna dari tanda yang ada dalam iklan telepon genggam Samsung GALAXY S III versi bahasa jerman di media televisi.

Semiotics is an analytical method to assess signs. Advertising is closely associated with semiotics. By using this approach, we can find out signs in advertising, that used to show the power of products which is expected to affect the consumer to buy it. In every advertising there is definitely a message. The success of a product can?t be separated from the concept of the advertising that implies a message in it. Samsung GALAXY S III is one of the products that are sold successfully in Germany. The purpose of this research is to know the meanings of what is contained on the Samsung GALAXY S III advertisement (German version) in television media, as well as how to go about delivering messages in advertising.
The research method that I used is descriptive qualitative research approach to the analysis of semiotics. As descriptive research, this study only exposes a situation or a discourse, not testing the hypothesis or make predictions. Data in this study is qualitative data which is then interpreted by a foundation theory of semiotics and semantics. Through our approach to semiotics, I will try to dig up the values and the meaning of the sign in advertising mobile phones Samsung GALAXY S III (German version) in television media."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pappilon Halomoan
"Media massa sebagai regime of looking membentuk penilaian yang didasarkan pada 'yang terlihat'. Hubungan kekuasaan yang terjadi adalah pengaturan tentang bagaimana tubuh harus hadir dan juga dialektika antara tubuh yang hadir dan yang tidak hadir (absence). Konsekuensinya terjadi `normalisasi' dalam representasi. Media massa menentukan siapa yang berada dalam batas `normal' siapa yang kurang normal dan siapa yang melanggar kenormalan. Media massa melakukan kategorisasi terhadap tubuh.
Subjek penelitian ini adalah majalah Kawanku, yang merepresentasikan tubuh dan identitas remaja melalui teks berupa artikel maupun foto-foto di dalamnya. Mitos dan ideologi teks tersebut dibaca dengan menggunakan pendekatan semiotika. Melalui metode semiotika ini, akan diungkapkan identitas ideologis yang dibangun dalam penanda-penanda foto maupun tulisan dan juga ideologi apa yang disampaikan melalui representasi tubuh dalam media tersebut.
Ada tiga bingkai teori yang juga menjadi titik perhatian masalah ini, yakni: (1) Identitas ideologik. Bagian ini berisi uraian tentang praktik mode of address oleh media. Beberapa pendapat Althusser tentang ideologi yang berbentuk ajakan bagi pembaca untuk masuk dalam sistem makna media massa menjelaskan proses ini. (2) Media sebagai name of the father. Mendiskusikan proses pembentukan identitas dalam media massa dengan menggunakan teori psikoanalisis dari Lacan. Bagian ini adalah eksplorasi lebih jauh identitas ideologis. (3)Tafsir tubuh. Berisi gagasan-gagasan Foucault tentang tubuh dan disiplin. Bagaimana bentuk kekuasaan yang terus berubah dalam menangani tubuh. Mulai dari hukuman fisik sampai psikis. Yang utama adalah proses kategorisasi tubuh dalam berbagai bidang.
Kawanku membangun mitos-mitos tentang cantik, remaja, cewek, sehat, yang menuju pada pembentukan ideologi tertentu. Ideologi dengan tujuan naturalisasi makna, penyalahpahaman identitas, dan pembentukan subjek bagi tatanan simbolis majalah tersebut, adalah salah satu bagian dari strategi pengontrolan tubuh. Misrecognition, interpellation dan naturalisation adalah bagian dari strategi pengontrolan dan pendisiplinan terhadap tubuh dan identitas individu. Pengontrolan dan pelatihan membentuk tubuh yang patuh, efisien, efektif dan produktif. Majalah ini mengawasi individu supaya tetap berada dalam bingkai nilai-nilai Kawanku. Penekanan pada suatu bentuk kecantikan tertentu memaksa individu untuk juga membentuk tubuhnya sejalan dengan mitos yang direpresentasikan Kawanku. Dengan pendisiplinan dan pengawasan ini maka roda produksi budaya akan tetap berputar. Tubuh yang sudah siap dan terlatih menjadi komoditi bagi produksi dan konsumsi. Pelatihan dan pengawasan terhadap tubuh yang terus menerus bisa mengantisipasi kekurangan persediaan tubuh. Tubuh menjadi stock dalam proses ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>