Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200509 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Putri Khairunnisa
"Pada beberapa waktu terakhir, perhatian terhadap subjective well-being mengalami peningkatan, khususnya yang terjadi pada kalangan usia dewasa muda. Salah satu faktor yang mungkin berkaitan dengan fenomena tersebut adalah maraknya penggunaan media sosial, mengingat jumlah dewasa muda di Indonesia yang menggunakan media sosial tergolong besar. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat peran dari empat dimensi penggunaan media sosial yang terdiri image-based SMU, comparison-based SMU, belief-based SMU, dan consumption-based SMU dalam subjective well-being dewasa muda di Indonesia. Terdapat 125 responden dewasa muda pengguna media sosial yang direkrut dengan metode convenience sampling. Variabel subjective well-being diukur dengan The PERMA-Profiler dan penggunaan media sosial diukur dengan Social Media Use Scale (SMUS) yang sudah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Hasil analisis linear berganda menunjukkan bahwa empat dimensi penggunaan media sosial secara simultan berkontribusi dalam subjective well-being. Ditemukan hanya image-based, comparison-based, dan consumption-based SMU yang memiliki peran signifikan dalam subjective well-being, sedangkan peran dari belief-based SMU tidak signifikan. Temuan ini dapat diartikan bahwa penggunaan media sosial dewasa muda memiliki peran dalam kondisi subjective well-being mereka. Limitasi penelitian diulas lebih lanjut, dan disarankan agar penelitian di masa depan dapat mencoba melakukan kontrol terhadap durasi penggunaan media sosial, serta mempertimbangkan frekuensi dan tujuan penggunaan pada platform media sosial yang berbeda.

Over the past few years, attention to subjective well-being has increased, especially among young adults. One factor that may be related to this phenomenon is the widespread use of social media, given the large number of young adults in Indonesia who use social media. Therefore, this study aimed to look at the role of the four dimensions of social media use consisting of image-based SMU, comparison-based SMU, belief-based SMU, and consumption-based SMU in the subjective well-being of young adults in Indonesia. A total of 125 young adult social media users were recruited using convenience sampling method. Subjective well-being was measured with The PERMA-Profiler and social media use was measured with the Social Media Use Scale (SMUS), which has been adapted to Indonesian. The results of multiple linear analysis showed that four dimensions of social media use simultaneously contributed to subjective well-being. It was found that only image-based, comparison-based, and consumption-based SMU had a significant role in subjective well-being, while the role of belief-based SMU was not significant. This finding can be interpreted that young adults' social media use has a role in their subjective well-being. The limitations of the study were further reviewed, and it was suggested that future research could try to control for the duration of social media use, while also considering the frequency and purpose of use on different social media platforms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiyari Ayunindya Mudyaningrum
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai perubahan dan tantangan bagi individu di seluruh dunia. Berbagai permasalahan muncul dan kemudian menurunkan kebahagiaan (subjective well-being) individu terhadap hidupnya. Salah satu aspek penting yang juga berpengaruh dalam hidup individu yaitu hubungan sosial yang di dalamnya terdapat hubungan berpacaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara subjective well-being (SWB) dengan kepuasan berpacaran pada individu dewasa muda di masa Pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross-sectional dengan strategi penelitian non-eksperimental. Sebanyak 222 individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran mengisi alat ukur Subjective Happiness Scale yang disusun oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999), serta alat ukur Relationship Assessment Scale yang disusun oleh Hendrick (1988). Melalui teknik analisis korelasi, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara SWB dengan kepuasan berpacaran. Hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagian besar individu memiliki SWB dan kepuasan berpacaran yang tergolong sedang. Dikarenakan Pandemi COVID-19 diasosiasikan dengan permasalahan yang berdampak negatif, individu dianjurkan untuk tetap menjaga dan/atau meningkatkan perasaan positif terhadap hidup maupun pasangan. Selain itu, individu dianjurkan untuk dapat menyelesaikan atau meminimalisir berbagai permasalahan yang dialami selama Pandemi COVID-19 secara efektif agar tidak menurunkan kebahagiaan dan kepuasan berpacaran.

The COVID-19 Pandemic brings various changes and challenges for individuals around the world. Various problems arise and then reduce the individual's happiness (subjective well-being) towards their life. One important aspect that also influences an individual's life is the social relationship, which include dating relationship. This research aims to see the relationship between subjective well-being (SWB) and dating satisfaction among young adults in COVID-19 Pandemic. This research is a cross-sectional quantitative approach with a non-experimental research strategy. A total of 222 young adults in dating relationships completed the Subjective Happiness Scale by Lyubomirsky and Lepper (1999), as well as the Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988). Correlation analysis found that there was a positive and significant relationship between SWB and dating satisfaction. Another result obtained from this study is that most individuals have moderate SWB and dating satisfaction. Because the COVID-19 Pandemic is associated with problems that have a negative impact, individuals are suggested to maintain and increase positive affect towards life and their partners. In addition, individuals are suggested to be able to solve various problems experienced during the COVID-19 Pandemic effectively to avoid decrease lowering of happiness and satisfaction with dating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roy Akbar Al Rofiq
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara outness dan subjective well-being pada laki-laki homoseksual dewasa muda di wilayah JABODETABEK. Penelitian ini diikuti oleh responden yang berjumlah 100 orang yang terdiri dari laki-laki homoseksual dewasa muda yang berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan meminta kesediaan responden untuk malegisi kuesioner outness dan subjective well-being. Variabel dalam penelitian diukur dengan menggunakan alat ukur Outness Inventory yang dikembangkan oleh Mohr & Fassinger (2000) dan The Satisfaction With Life Scale karya Diener et al. (1985). Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kedua variabel yaitu sebesar r = 0.223, yang artinya semakin tinggi skor outness laki-laki homoseksual dewasa muda maka semakin tinggi pula subjective well-being mereka.

This research was conducted to examine the correlation between outness and subjective well-being among homosexual young adult male in JABODETABEK. The number of participants in this study were 100 homosexual young adult male, aged 20-40, who reside in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. This research was carried out quantitatively using a questionnaire to assess the outness and subjective well-being of the participants. The variables in this research were measured using the Outness Inventory by Mohr & Fassinger (2000) and the Satisfaction With Life Scale by Diener et al. (1985). Analysis of the results proved that there is a significant positive correlation between the two variables with a Pearson?s coefficient of r = 0.540, which means that the higher the outness, the higher the subjective well-being of the homosexual young adult male.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdah Aqilah
"Pandemi Covid-19 menyebabkan ketidakpastian terhadap seluruh lapisan masyarakat, termasuk dewasa muda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran efikasi diri secara umum sebagai prediktor dalam memprediksi subjective well-being dewasa muda selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan tipe kuantitatif, variabel kesejahteraan subjektif diukur dengan Subjective Happiness Scale (SHS) dan efikasi diri secara umum diukur menggunakan General Self-Efficacy Scale. Partisipan penelitian ini adalah 488 dewasa muda yang memiliki rentang usia 18 - 25 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri secara umum berperan sebagai prediktor terhadap kesejahteraan subjektif dewasa muda secara signifikan (Adjusted R² = 0.349, p<0.05). Berdasarkan hasil tersebut, semakin tinggi skor efikasi diri secara umum pada partisipan maka semakin tinggi pula skor kesejahteraan subjektif. Oleh karena itu, individu diharapkan dapat meningkat efikasi diri secara umum dengan meningkatkan pengetahuan diri dan persepsi positif mengenai kehidupan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif.

The Covid-19 pandemic has caused uncertainty for all levels of society, including young adults. Individual’s subjective well-being is thought to be a protective factor in this pandemic. This study aims to describe the role of general self-efficacy on the subjective well-being of young adults during the Covid-19 pandemic. This study used a quantitative type, the measurement of General self efficacy uses the General Self-Efficacy Scale, and subjective well-being measurement uses Subjective Happiness Scale (SHS). Participants in this study were 488 young adults who had an age range of 18-25 years. The results of this study indicate that general self-efficacy plays a significant role as a predictor of subjective well-being in young adults (Adjusted R² = 0.349, p<0.05). Based on these results, the higher the general self-efficacy score on the participants, the higher the subjective well-being score. Therefore, individuals are expected to increase their general self-efficacy by increasing their self-knowledge and positive perceptions about life so that it can increase subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Noor Aminah Saleh
"Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan oleh Badan Pusat Statistik menemukan bahwa Maluku Utara telah menempati peringkat pertama sebagai provinsi paling bahagia di Indonesia selama lima tahun berturut-turut. Meskipun begitu, Maluku Utara tergolong sebagai salah satu provinsi di Indonesia dengan tingkat kesetaraan gender yang rendah. Populasi dewasa muda di Maluku Utara juga kerap kali menjadi korban dan pelaku dalam data mengenai kasus-kasus kekerasan dalam hubungan. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali hubungan antara kesejahteraan subjektif dan sikap terhadap kesetaraan gender pada 226 orang dewasa muda berusia 20 - 40 tahun di Maluku Utara. Gender Egalitarianism Attitude digunakan untuk mengukur sikap terhadap kesetaraan gender, dan The PERMA-Profiler digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan negatif signifikan antara kesejahteraan subjektif dan sikap terhadap kesetaraan gender. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber dalam meneliti egalitarianisme gender di Indonesia, dan dapat digunakan sebagai acuan Indeks Pembangunan Gender di Indonesia, terutama di Maluku Utara.

The Happiness Level Measurement Survey by the Central Statistics Agency found that North Moluccas has consistently ranked first as the happiest province in Indonesia for five consecutive years. However, North Moluccas is categorized as one of the provinces in Indonesia with a low level of gender equality. The young adult population in North Moluccas often becomes victims and perpetrators in romantic relationship violence data. Therefore, this study reexamines the relationship between subjective well-being and attitudes toward gender equality among 226 young adults aged 20 - 40 in North Moluccas. The Gender Egalitarianism Attitude is used to measure attitudes toward gender equality, and The PERMA-Profiler is used to measure subjective well-being. The results of the correlation analysis show a significant negative relationship between subjective well-being and attitudes toward gender equality. The findings of this research can serve as a source for studying gender egalitarianism in Indonesia and can be used as a reference for the Gender Development Index in Indonesia, especially in North Moluccas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Fahira Fazrine
"Untuk membantu proses pembelajaran, memperoleh informasi, dan berkomunikasi, mahasiswa membutuhkan sarana yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya adalah media sosial. Namun, penggunaan media sosial memiliki dampak negatif, salah satunya yaitu munculnya ujaran kebencian. Ujaran kebencian dapat berdampak negatif bagi kondisi psikologis mahasiswa dan menurunkan kesejahteraan subjektif. Maka, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ujaran kebencian di media sosial dengan kesejahteraan subjektif dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang pelaku ujaran kebencian dan sudut pandang yang mengungkap ujaran kebencian. Sebanyak 200 mahasiswa (M=21.39, SD=1.021) berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional untuk melihat hubungan kedua variabel. Alat ukur The PERMA-Profiler untuk mengukur kesejahteraan subjektif dan alat ukur kecenderungan melakukan ujaran kebencian untuk mengukur perilaku ujaran kebencian yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson Correlation, ditemukan bahwa tidak ada hubungan positif dan signifikan antara ujaran kebencian dengan kesejahteraan subjektif dari sudut pandang pelaku (r = -0.078, p > 0.05) dan tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kebencian berbicara dengan kesejahteraan subjektif dari sudut pandang yang terpapar (r = 0.073, p > 0.05). Artinya, ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara ujaran kebencian dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

To help the learning process, obtain information, and communicate, students need tools that can meet these needs, one of which is social media. However, the use of social media has a negative impact, one of which is the emergence of hate speech. Hate speech can negatively affect a student's psychological condition and degrade subjective well-being. Thus, this study aims to see the relationship between hate speech on social media and subjective welfare from two points of view, namely the point of view of the perpetrator of hate speech and the point of view that reveals hate speech. A total of 200 students (M= 21.39, SD= 1,021) participated in this study. This study used a correlational research method to see the relationship between the two variables. The PERMA-Profiler measuring instrument for measuring subjective well-being and the tendency to measure hate speech to measure hate speech behavior were used in this study. Based on the correlation test conducted using the Pearson Correlation analysis technique, it was found that there was no positive and significant relationship between hate speech and subjective well-being from the perpetrator's point of view (r = -0.078, p > 0.05) and there was no positive and significant relationship between hate speech and subjective well-being from the exposed point of view (r = 0.073, p > 0.05). Which means, it was found that there is no relationship between hate speech and subjective well-being in students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Hanif Maulida
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran disclosure sebagai mediator dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being, dengan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan yang mengikuti penelitian ini terdiri dari 314 individu yang berusia 18- 25 tahun, menggunakan aplikasi kencan daring dalam enam bulan terakhir, atau bertemu dengan teman atau pasangan melalui aplikasi kencan daring atau jaringan sosial, dengan partisipan perempuan berjumlah 189 (60,2%). Pengukurun self-disclosure dilakukan dengan menggunakan Self-Disclosure Index (SDI), sementara subjective well-being diukur berdasarkan skor. The Satisfaction With Life Scale Positive and Negative Affect Schedule(PANAS) yang dijumlahkan menjadi satu skor subjective well-being yang sudah terstandarisasi. Hasil analisis dengan teknik regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat peran mediasi self-disclosure dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being. Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berkencan signifikan dimediasi dengan self-disclosure indirect effect  = [0,914, - 5,005]). Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berpasangan juga signifikan demediasi dengan  self- disclosure  CI = [1,833, - 8,056]).

ABSTRACT
This study aims to determine the role of self-disclosure as a mediator in the relationship between relationship status and subjective well-being, using quantitative methods. Participants who participated in the study consisted of 314 individuals aged 18-25 years, has used an online dating application in the last six months or had met a friend or partner through an online dating or social networking application, with a total of 189 (60.2%) female participants. Self-disclosure was measured by using the Self-Disclosure Index (SDI), while subjective well-being was measured based on the scores of The Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), which were then summed up to create standardized subjective well-being scores (t-score). Results using linear multiple regression statistical analysis indicated that there is a mediating role of self-disclosure in the relationship between relationship status and subjective well-being. Differences in the levels of subjective well-being found between single and mingle individuals were significantly mediated by self- disclosure (indirect effect = 2.68, SE = 1.041, CI = [0.914, - 5.005]). Differences in the levels of subjective well-being found between single and partnered individuals were also significantly mediated by self-disclosure (indirect effect = 4.75, SE = 1.598, CI = [1,833, - 8,056])."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Corinelia
"Kegiatan perilaku prososial semakin sering terjadi pada situasi krisis, seperti situasi pandemi COVID-19. Dalam upaya pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19, pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial sehingga memengaruhi kondisi well-being masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara perilaku prososial dan well-being pada dewasa muda setelah berakhirnya pembatasan sosial COVID-19. Sejumlah 409 individu dewasa muda berusia 18-29 tahun yang berdomisili di Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Perilaku prososial diukur menggunakan alat ukur Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara dkk., 2005) dan well-being diukur menggunakan alat ukur PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Hasil analisis korelasi menggunakan Pearson correlation menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku prososial dan well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237).

Prosocial activities are happening more often during the time of a crisis, like the COVID-19 pandemic situation. As a measure to prevent and manage the COVID-19 pandemic, changes in regulations are made by the government which limit people’s daily activities and thus potentially affect their well-being. Therefore, this study aimed to see a relationship between prosocial behavior and well-being in young adults’ post COVID-19 pandemic. The study sample is 409 young adults between the ages of 18-29 years old living in Jakarta greater area (Jabodetabek). Prosocial behavior was assessed with Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara et al., 2005) and well-being was assessed with the PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Result in correlation by Pearson correlation technique shows a significant and positive relationship between prosocial behavior and well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Derira Tarisa
"Penelitian ini menganalisis pengaruh antar konsep Motivasi, Self disclosure (pengungkapan diri) dan Psychological Well Being (kesejahteraan psikologis) pada wanita dewasa muda di ibu kota melalui platform media sosial Instagram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan motivasi pengguna Instagram untuk melakukan Self disclosure, selanjutnya penelitian ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh Self disclosure terhadap Psychological Well Being. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory, menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 200 responden wanita dewasa muda di Ibu Kota Jakarta. Pengolah data menggunakan SEM PLS. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang pengaruh motivasi seseorang melakukan pengungkapan diri dan dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat motivasi untuk melakukan keterbukaan diri memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang positif. Dengan kata lain, individu yang memiliki motivasi kuat untuk berbagi tentang diri mereka sendiri dan secara aktif mengekspresikan diri mereka cenderung mengalami kesejahteraan psikologis yang positif.

This research analyzes the influence of Motivation, Self disclosure, and Psychological Well-Being on young adult women in the capital city through the social media platform Instagram. The purpose of this research is to find out the Motivation of Instagram users to do self disclosure. Furthermore, this research was also conducted to see the effect of self disclosure on psychological well-being. This study adopts a descriptive quantitative research design with an explanatory approach, utilizing a questionnaire administered to 200 young adult female respondents in the capital city. Using PLS SEM as a data processing tool. This research delves deeper into the topic of self disclosure specifically focusing on young adult women residing in the capital city. The study provides a more specific understanding of the relationship between Motivation for self disclosure and its impact on psychological well-being. The findings of this research indicate that individuals with high levels of Motivation for self disclosure and high levels of openness tend to have positive levels of psychological well-being. In other words, individuals who have a strong Motivation to share about themselves and actively express themselves to a high degree tend to experience positive psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evryanti Cahaya Putri
"Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga pada SWB remaja. Remaja merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut berkaitan dengan karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kesepian, traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 313 orang remaja yang tinggal di Indonesia usia 13-18 tahun (M= 15.72; SD=1) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah (sederajat SMP dan SMA). Partisipan dipilih menggunakan metode convenience sampling, pengumpulan data dilakukan secara daring. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data menggunakan teknik regresi hirarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja secara signifikan. Kontributor yang signifikan adalah kesepian, neuroticism dan openness to experience, serta persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun intervensi psikologis bagi remaja dan psikoedukasi bagi orangtua dalam meningkatkan SWB remaja pada masa pandemi.

The COVID-19 pandemic not only has an impact on physical health but also on adolescents’ subjective well-being (SWB). Adolescent is the most vulnerable group affected by the negative consequences of COVID-19 pandemic. This research investigated the contribution of loneliness, personality trait (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friend, and significant figure) to adolescents’ SWB during COVID-19 pandemic. The participants were 313 of Indonesian adolescents aged 13- 18 years (M= 15.72; SD=1. 517), with junior and senior high education. Participants were selected using the convenience sampling method and data were collected online. The measuring instruments used in this study are Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, and Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression technique. The results showed that loneliness, personality traits, and perceived social support contributed to adolescent SWB (LS, PA, NA). Loneliness, neuroticism and openness to experience, and perceived social support from family were significant contributors to SWB (LS, PA, NA). This study can be implemented to develop psychological interventions for adolescents and psychoeducation for parents in increasing adolescent SWB during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>