Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alika Maulidina Safira
"Setiap tahun, beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung mengalami penurunan tanah sebanyak satu meter yang disebabkan oleh terbangunnya industri, perdagangan, dan pemukiman. Penurunan tanah diakibatkan oleh peningkatkan tegangan antarbutir tanah yang tidak terkonsolidasi. Tanah lunak bersifat kohesif yang ditemukan di lokasi penelitian menyebabkan banyaknya lapisan tak-terkonsolidasi. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan zona ketebalan tanah tak-terkonsolidasi dan menganalisis hubungannya dengan kondisi litologi. Selanjutnya, hasil analisis tersebut dilihat kesesuaiannya terhadap tata guna lahan yang ada sekarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan dengan metode Robertson serta pembuatan peta dengan metode interpolasi kriging dan overlay. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa tanah tak-terkonsolidasi berada di bagian barat laut hingga tenggara dan ketebalannya cenderung berkurang semakin ke arah timur laut dan barat daya lokasi penelitian. Kondisi litologi di lokasi penelitian juga sesuai dengan keberadaan tanah kohesif seperti tanah lempung dan tanah organik sebagai ciri tanah tak-terkonsolidasi. Hasil akhir penelitian menunjukkan beberapa kesesuaian dan ketidak sesuaian. Lahan terbuka terbanyak berada di zona merah muda sebesar 72,02%, pemukiman terbanyak berada di zona hijau sebesar 40,16%, perdagangan dan jasa terbanyak berada di zona merah muda sebanyak 43,34 %, dan industri terbanyak berada di zona hijau sebanyak 53,85%.

Every year, several sub-districts in Bandung Regency experience land subsidence of as much as one meter caused by the construction of industry, business and residential. Soil subsidence is caused by increased stress between the underconsolidated soil grains. The soft, cohesive soil found at the research location causes many underconsolidated layers. This research aims to map the thickness zone of unconsolidated soil and analyze its relationship with lithological conditions. Next, the results of the analysis are seen for their suitability for existing land use. The method used in this research is calculations using the Robertson method and making maps using the kriging interpolation and overlay methods. The results show that underconsolidated soil is located in the northwest to southeast and its thickness tends to decrease towards the northeast and southwest of the research location. The lithological conditions at the research location are also directly proportional to the presence of cohesive soil such as clay and organic soil as a characteristic of underconsolidated soil. The final results of the research show suitability and nonsuitability. The most open land is in the pink zone at 72.02%, the most residential areas are in the green zone at 40.16%, the most trade and business are in the pink zone at 43.34%, and the most industry is in the green zone at 53 .85%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedi Prayoga
"Penurunan tanah (land subsidence) banyak terjadi di berbagai wilayah di dunia, terutama di kota-kota besar yang berlokasi di sekitar pantai atau dataran alluvial, seperti DKI Jakarta. Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkat penurunan dan sebaran penurunan muka tanah di DKI Jakarta secara multitemporal serta memprediksi Penurunan Muka Tanah di DKI Jakarta pada tahun 2030. Penelitian kali ini menggunakan metode Analisis DInSAR untuk mengakuisisi dua citra SAR berpasangan kombinasi data citra kompleks pada posisi spasial yang sama (differential SAR) atau posisinya sedikit berbeda (terrain height InSAR) pada area sama dengan melakukan perkalian konjugasi berganda. Data Citra yang dipakai adalah citra Sentinel-1 SLC dengan jarak temporal 2018-2023.Berdasarkan hasil pengolahan data citra SAR Sentinel-1A menggunakan metode Differential Interferomety Synthetic Aperture RADAR (DInSAR) diperoleh nilai kelajuan penurunan muka tanah pada tahun 2018, 2019, 2020, 2021 dan 2022 masing- masing mencapai 0.08 m/tahun, 0.048 m/tahun, 0.1 m/tahun, 0.04 m/tahun dan 0.06 m/tahun, sebaran penurunan muka tanah terparah pada Jakarta Utara tepatnya di Marunda, Pantai Indah Kapuk, Muara Angke dan Muara baru. dan Jakarta Barat terletak di Kembangan dan Cengkareng.Penurunan rata-rata muka tanah di DKI Jakarta pada tahun 2030 turun sebesar 0,65 meter atau sebesar 65 cm, dengan kelajuan penurunan sebesar 0.0648 m/tahun atau 6,48 cm/tahun. Dampak Penuruna tanah di DKI Jakarta menyebabkan Banjir ROB dan Penurunan Tanah pada perumahan dan Bangunan Gedung serta kenaikan Muka Air laut yang melebihi daratan. Penanganan yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Penentuan kebijakan Pajak Air Tanah dan Zona Bebas Air Tanah di DKI Jakarta.

Land subsidence is common in various regions of the world, especially in big cities located around the coast or alluvial plains, such as DKI Jakarta. In general, the purpose of this study is to examine the level of subsidence and the distribution of subsidence in DKI Jakarta in a multitemporal manner and to predict land subsidence in DKI Jakarta in 2030. This study uses the DInSAR analysis method to acquire two SAR images of a combination of complex image data at the position the same spatial (differential SAR) or slightly different position (terrain height InSAR) in the same area by performing multiple conjugation additions. The image data used is the Sentinel-1 SLC image with a time interval of 2018-2023. Based on the results of processing the Sentinel-1A SAR image data using the Differential Interferometry Synthetic Aperture RADAR (DInSAR) method, the land subsidence rate was obtained in 2018, 2019, 2020, In 2021 and 2022 it will reach 0.08 m/year, 0.048 m/year, 0.1 m/year, 0.04 m/year and 0.06 m/year respectively, the distribution of the heaviest land subsidence in North Jakarta to be precise in Marunda, Pantai Indah Kapuk, Muara Angke and Muara Baru. and West Jakarta are located in Kembangan and Cengkareng. The average decline in land surface in DKI Jakarta in 2030 will decrease by 0.65 meters or 65 cm, with a rate of subsidence of 0.0648 m/year or 6.48 cm/year. The impact of land subsidence in DKI Jakarta causes ROB Floods and land subsidence in housing and buildings as well as rising sea levels that exceed land. The handling that has been carried out by the Provincial Government of DKI Jakarta is the Implementation of Groundwater Tax and Groundwater Free Zone policies in DKI Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Widiatmoko
"ABSTRAK
Pantai Utara kota DKI Jakarta (Pantura Jakarta) termasuk ke dalam kawasan strategis. Kawasaan Pantura Jakarta memiliki banyak permasalahan diantaranya adalah penurunan tanah dan banjir pasang air laut (banjir Rob). Strategi pengamanan pantai Jakarta merupakan alternatif penataan kawasan strategis Pantura Jakarta. Pembangunan Giant Sea Wall (GSW)/ dinding laut raksasa dengan menggunakan mekanisme Public Private Partnership (PPP), merupakan salah satu sekenario alternatif dari penataan kawasan strategis pantura Jakarta. Namun dengan besarnya probabilitas kegagalan proyek dengan sekala besar yang menggunakan mekanisme PPP, penting untuk mengkaji dan merencanakan Manajemen Risiko termasuk rencana mitigasi risiko pada proyek ini dengan melakukan simulasi monte carlo pada model finansial yang diintegrasikan dengan pengaruh risiko untuk menentukan Expected Value of Project yang dibandingkan dengan batasan batasan yang dapat diterima para stakeholder untuk menjadi pertimbangan bagi pengambil keputusan.

ABSTRACT
North coast city of Jakarta (Jakarta northern coast) are included in the strategic region. Northern Coast Jakarta has a lot of problems include land subsidence and sea water flooding (flood Rob). Jakarta coastal protection strategy is an alternative arrangement of a strategic area north coast of Jakarta. Development of Giant Sea Wall (GSW) / giant sea wall by using the mechanism of Public Private Partnership (PPP), is one of the alternative scenario of structuring a strategic area north coast of Jakarta. However, the magnitude of the probability of failure of projects with large scale that uses the mechanism of PPP, it is important to assess and plan for risk management including risk mitigation plan in the project by performing monte carlo simulation on a financial model that is integrated with the influence of risk to determine the Expected Value of Project compared to limits of acceptable limits stakeholders to be considered for decision makers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaili Lathifa
"Pertambahan jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan di Kecamatan Citeureup mendorong peningkatan kebutuhan tanah, sehingga menyebabkan perubahan penggunaan tanah. Lahan pertanian sawah tahun 2012 - 2017 mengalami perubahan penggunaan seluas 46,13 hektar. Potensi sumber daya alam yang hilang dihitung menggunakan metode valuasi ekonomi lahan pertanian sawah dengan satuan rupiah. Lahan pertanian sawah yang jauh dari kawasan pemukiman dan industri berdasarkan perhitungan tersebut mempunyai valuasi ekonomi yang tinggi daripada lahan pertanian sawah yang dekat dengan kawasan pemukiman dan industri. Valuasi ekonomi tersebut dihitung didasarkan pada Nilai Fungsi Penghasil Pertanian NFPP sebesar 1,6 milyar, Nilai Fungsi Tenaga Kerja NFTK sebesar 246 milyar.
Nilai Fungsi Ketahanan Pangan NFKP sebesar 2 milyar dan Nilai Fungsi Pengendali Erosi NFPE sebesar 260 milyar. Kontribusi penilaian lahan pertanian sawah berdasarkan hasil perhitungan valuasi ekonomi dan nilai tanah di Kecamatan Citeureup adalah sebesar 7 pada lahan pertanian sawah yang dekat permukiman dan industri sampai dengan 94 pada lahan pertanian sawah yang jauh dari permukiman dan industri. Oleh karena itu lahan pertanian sawah mempunyai kontribusi yang signifikan pada penentuan nilai tanah berdasarkan valuasi ekonomi lahan pertanian sawah.

Citeureup sub district has an increasing number of people and rapid development causes the land to increase. Farmland fields of 2012 2017 underwent a change in use of an area of 46.13 hectares. The lost natural resources potential is calculated using the economic valuation method of paddy field farming with rupiah units. Rice fields that are far from residential areas and industries based on these calculations have a high economic valuation than wetland farms close to residential and industrial areas. The economic valuation is calculated based on the Value of Agricultural Commodities Producing Function Value NFPP of 1.6 billion, Value of Labor Function NFTK of 246 billion.
Value of Food Stability Function NFKP of 2 billion and Erosion Control and Sedimentation Function Values NFPE of 260 billion. The contribution of the assessment of paddy fields based on the calculation of economic valuation and the value of land in Kecamatan Citeureup is 7 in the rice fields near settlements and industry up to 94 in wetland farms far from settlements and industry. Wetland farming has a significant contribution to the determination of land value based on economic valuation of paddy fields.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Suyana
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala perkembangan pola penggunaan lahan di daerah hulu sungai sehubungan dengan perkembangan penduduk dan dinamika sosial ekonomi, dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi hidrologi.
Masalah pokok yang diteliti mencakup: (a) perkembangan pola penggunaan lahan dan dampaknya terhadap fluktuasi debit sungai, (b) korelasi antara peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan alihguna lahan tersebut menjadi pemukiman, dan (c) korelasi antara status pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan kondisi penggunaan lahan tersebut. Sehubungan dengan kemungkinan adanya korelasi-korelasi antara variabel-variabel tersebut, dirumuskan dua hipotesis sebagai berikut :
1) Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ada korelasinya dengan peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan tersebut, kalau peralihan hak itu terjadi dari penduduk lokal (desa) kepada penduduk kota.
2) Kondisi penggunaan lahan pertanian yang dimiliki atau dikuasai oleh penduduk kota cenderung lebih jelek dari lahan pertanian yang dimiliki penduduk desa.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data perkembangan penggunaan lahan di daerah hulu Ciliwung, Kecamatan Cisarua, Jawa Barat, yang meliputi kurun waktu 17 tahun {1969-1986).
Perkembangan pola penggunaan lahan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan hasil analisa peta-peta penggunaan lahan tahun 1969, 1978, dan 1983 serta data registrasi Kantor Kecamatan Cisarua tahun 1986. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara analisa statistik menggunakan 438 sampel persil tanah yang dipilih secara acak terlapis di 7 desa dalam wilayah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanian di daerah hulu Ciliwung mengalami perubahan yang cepat menjadi pemukiman, dan di samping itu ada kecenderungan alihguna sawah menjadi kebun campuran. Laju perluasan lahan pemukiman rata-rata 44 ha (5,8 %) per tahun. Akibat tekanan penduduk kota laju perluasan pemukiman lebih cepat daripada laju pertumbuhan penduduk lokal. Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ternyata mempunyai korelasi kuat dengan peralihan hak pemilikan atau penggunaan lahan tersebut dari penduduk lokal kepada penduduk kota. Walaupun di daerah ini terdapat kasus-kasus tanah terlantar yang dimiliki penduduk kota, namun ternyata tidak ada korelasi antara status pemilikan atau domisili pemilik lahan dengan kondisi penggunaan lahan tersebut.
Perkembangan penggunaan lahan di daerah ini diduga telah mengakibatkan dampak negatif terhadap kondisi hidrologi berupa peningkatan.fluktuasi debit sungai akibat perluasan lahan pemukiman dan terutama akibat penggunaan lahan pertanian lahan kering yang kurang memperhatikan aspek konservasi tanah. Selain daripada itu peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan dari penduduk desa kepada penduduk kota diduga dapat menimbulkan dampak sosial berupa pelonjakan harga lahan pertanian, melemahnya fungsi sosial tanah di pedesaan, dan keresahan sosial.

This research aims to know phenomenon of land use pattern development in upstream area in connection with population growth and socio-economical dynamic and, to assess its impact on hydrological condition.
The main issues include: (a) the trend of land use changes and it's impact on fluctuation of river run off, (b) correlation between mutation of agricultural land ownership and it's land use conversion to settlement area, and (c) correlation between status of agricultural land ownership and condition of it's utilization. Two hypotheses concerning correlations between the mentioned variables are formulated:
1) Agricultural land use conversion into settlement area is having correlation with its mutation of land ownership, if the mutation happened from the rural to urban people;
2) Condition of the agricultural land utilization owned by the urban people tends worse than that owned by the rural people.
The research was carried out using land use development data in the Upper Ciliwung, Cisarua Sub district, West Java, covering 17 years period (1969-1986). The trend of land use changes during this period was analyzed based on land use maps of the 1969, 1978, and 1983 editions, and land registration data of the Cisarua Sub district Office in 1986. To prove the hypotheses, statistical analysis was applied using 438 stratified random samples of plot (land holding) taken from 7 villages in the study area.
Conclusions of this research are as follows: During the period of 1969-1986 agricultural land in Upper Ciliwung rapidly changed into settlement area and, there is also a tendency of conversion of rice field into mixed garden. Average extension rate of the settlement area was about 44 ha (5.8 %) per year. This rate was higher than the rate of local population growth due to urban population pressure. Conversion of agricultural land into settlement area evidently has strong correlation with mutation of land ownership from rural to urban people. Although there are some agricultural lands belong to urban people are poorly utilized, but there is no correlation between status of agricultural landowner ship and condition of its utilization.
Land use development in this area is predicted to bring about negative impact on hydrological condition i.e. the increase of river run off fluctuation caused by extension of settlement area and mainly due to utilization of agricultural land with less attention on land conservation aspect. It is predicted also that mutation of land ownership from the rural to urban people possibly causes social impacts such as rising of agricultural land price, weakening the social function of land in rural area, and social stress.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari
"Penelitian ini mempelajari posisi perempuan kepala keluarga sebagai petani penggarap tak bertanah yang mengalami eksklusi berlapis dan posisinya dalam perjuangan atas tanah di lahan eks HGU Perkebunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan kerangka teori ekologi politik feminis, teori kuasa atas eksklusi, dan teori feminis tentang keadilan sosial. Subyek utama penelitian ini adalah perempuan kepala keluarga tak bertanah di Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar petani di desa ini adalah petani penggarap. Situasi di Desa Nanggung merupakan representasi terjadinya ketimpangan struktur kepemilikan dan penguasaan sumber-sumber agraria dimana tanah yang dimiliki masyarakat, termasuk di dalamnya area pemukiman, sesungguhnya hanya 23 persen dari total wilayah desa. Sebagian besar tanah di desa ini merupakan tanah negara yang penguasaan pengelolaannya berada di tangan perusahaan swasta pemegang HGU perkebunan PT. Hevindo dan pengusahaan negara bidang kehutanan Perhutani.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan kepala keluarga tak bertanah mengalami eksklusi berlapis yakni pada ranah keluarga inti, keluarga besar, komunitas, warga desa, organisasi pendamping, dan negara. Eksklusi berlapis di tingkat keluarga inti, keluarga besar, dan komunitas menyebabkan perempuan kepala keluarga tak bertanah ditinggalkan dalam perjuangan memperoleh akses atas tanah yang diupayakan organisasi tani setempat dengan memanfaatkan program Tanah Obyek Reforma Agraria TORA . Di sisi lain, program yang merupakan bagian dari kebijakan nasional tentang reforma agraria tidak menempatkan petani perempuan, apalagi petani perempuan kepala keluarga tak bertanah sebagai subyek kebijakan.

This research studied the position of women heads of household as landless peasants who faces multi layer exclusions and their position within struggle over land in the ex plantation concession land. This research used qualitative approach and adopts feminist political ecology theory, the power of exclusion theory, and feminist theory of social justice. Primary subjects of this research are landless women heads of household in Nanggung Village, Nanggung Sub District, Bogor Regency, West Java Province. Most of villagers are tillers. Situation in Nanggung Village is representation how agrarian injustice where only 23 percent of total village lands owned by its inhabitants in form of housing area. The rest of lands in this village is considered by state lands, controlled by private plantation company namely PT. Hevindo and state forestry company namely Perhutani.
This research showed that landless women heads of household face multi layer exclusions on main family, large family, community, villagers, NGOs, and state. Multi layer exclusions on main family, large family, and community ignored on struggle over land by local peasants organization which used Land Object of Agrarian Reform TORA program. On the other hand, program that is part of national government policy of agrarian reform have neglected women peasants, especially landless women heads of household as subject of these policy. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rahmatdhoni
"Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan salah satu daerah yang ada di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor memegang peranan yang sangat vital bagi banyak daerah yang berada di bawahnya. Seluruh daerah Puncak di Kabupaten Bogor merupakan hulu dari empat Daerah Aliran Sungai (DAS) besar, yaitu Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, dan Citarum. Perubahan tutupan lahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur masyarakat. Saat ini pembangunan di kedua kecamatan ini terus berjalan. Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan kawasan puncak yang memiliki suhu yang sejuk dan memiliki banyak tempat wisata. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pola perubahan tutupan lahan berdasarkan dari jumlah penduduk, kemiringan lereng dan jaringan jalan. Objek penelitian ini yaitu Kecamatan Cisarua dan Megamendung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat pada Citra Lansat 8 OLI/TIRS. Hasil diperoleh berupa perubahan tutupan lahan dari tahun 2000 ke 2018. Perubahan tutupan lahan pertanian menjadi permukiman dan tempat kegiatan terjadi secara linier mengikuti jalan raya puncak yang menghubungkan Kota Bogor dengan Kota Cianjur serta memiliki jumlah penduduk tinggi dan kemiringan lereng landau hingga agak curam.

Cisarua and Megamendung Districts are one of the areas in Bogor Regency, West Java Province. The Puncak area in Bogor Regency plays a very vital role for many of the areas under it. The entire Puncak area in Bogor Regency is the upstream of four major watersheds (DAS), namely Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, and Citarum. Changes in land cover are carried out to meet community infrastructure needs. Currently, development in these two sub-districts is continuing. Cisarua and Megamendung Districts are peak areas that have cool temperatures and have many tourist attractions. This study aims to analyze patterns of land cover change based on population, slope and road network. The objects of this research are Cisarua and Megamendung Subdistricts, Bogor Regency, West Java Province on the OLI / TIRS 8 Landsat Image. The results were obtained in the form of changes in land cover from 2000 to 2018. Changes in agricultural land cover to settlements and places of activity occurred linearly following the peak highway that connected Bogor City to Cianjur City and had a high population and slope of gentle slopes to a bit steep."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Almira Nur Hidayah Fazly
"Urbanisasi merupakan fenomena perubahan pola pemukiman manusia yang dapat dipercepat dengan adanya aksesibilitas dapat mempermudah terjadinya ekspansi penduduk dari perkotaan ke pinggiran kota serta mempermudah mobilitas penduduk menuju pusat kegiatan. Namun adanya pusat kegiatan dan aksesibilitas yang baik akan mendorong semakin tingginya permintaan terhadap tempat tinggal sehingga mempengaruhi nilai tanah yang berada disekitarnya serta terjadinya perubahan sektor pekerjaan dari pertanian menjadi non pertanian, hal ini dapat memotivasi petani pertanian padi untuk melakukan perubahan penggunan lahan dari pertanian ke pemukiman baik pada wilayah urban maupun rural. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motivasi petani terhadap fenomena perubahan penggunaan lahan yang dilakukan oleh petani pada wilayah rural dan urban serta menganalisis perubahan pendapatan rumah tangga pertanian dari pengaruh perubahan penggunaan lahan. Untuk menganalisis variabel-variabel yang dapat memotivasi petani dalam melakukan perubahan penggunaan lahan di wilayah urban dan rural digunakan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah petani pada wilayah urban dan rural telah mampu memenuhi kebutuhan dasar sehingga motivasi melakukan perubahan penggunaan lahan adalah karena ajakan petani lain, akan tetapi petani yang mengubah lahan pertaniannya disebabkan oleh motivasi finansial dan petani yang masih berkeinginan untuk bertani menyebabkan pemindahan lokasi sawah. Perubahan penggunaan lahan juga menurunkan pendapatan petani 50% di wilayah urban dan 60% di wilayah rural.

Urbanization is a phenomenon of changes in human settlement patterns that can be accelerated by accessibility, which can facilitate population expansion from urban to suburban areas and facilitate the mobility of residents to the center of activity. However, the existence of an activity center and good accessibility will encourage higher demand for housing so that it affects the value of the surrounding land and changes in the employment sector from agriculture to non-agriculture, this can motivate rice farming farmers to change the land use from agriculture to settlements. both in urban and rural areas. This study aims to analyze the motivation of farmers to the phenomenon of land use changes carried out by farmers in rural and urban areas and to analyze changes in agricultural household income from the effects of land use changes. To analyze the variables that can motivate farmers in making changes to land use in urban and rural areas, descriptive analysis is used. The result of this study is that farmers in urban and rural areas have been able to meet their basic needs so the motivation to change land use is due to the invitation of other farmers, but farmers who change their agricultural land are due to financial motivation and farmers who still want to farm cause relocation of rice fields. Changes in land use also reduce farmers' income by 50% in urban areas and 60% in rural areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Dwijananto
"Cekungan Bandung merupakan salah satu wilayah dengan pertumbuhan penduduk yang besar di Jawa Barat. Kondisi seperti ini telah mengakibatkan perubahan penggunaan tanah yang intensif di daerah Cekungan Bandung dari tahun 1994-2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan perubahan penggunaan tanah di Cekungan Bandung, terutama tanah terbangun. Informasi penggunaan tanah diolah dari peta penggunaan tanah yang didapat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan citra satelit dengan verifikasi lapang sebanyak 33 lokasi. Analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan dilakukan untuk mengetahui arah perubahan penggunaan tanah terbangun.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa tanah terbangun cenderung bergerak kearah selatan dan timur. Pada bagian utara meskipun penduduknya lebih padat, faktor topografi dan kemiringan lereng mempengaruhi perkembangan tanah terbangun di bagian utara. Pada bagian selatan dan timur, faktor topografi yang datar dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan perubahan tanah terbangun cenderung menuju kedua arah ini.

The Bandung basin is one of the areas with a large population growth in West Java. This condition has resulted in intensive land use change in the area of Bandung Basin from 1994-2010. The purpose of this research is to know the trend of land use change in Bandung Basin, especially urban land. Land use information from land use map is obtained from the Badan Pertanahan Nasional (BPN) and satellite imagery with ground verification by as much 33 location. Analysis descriptive with spatial approach conducted to determine land use change direction, especially urban land.
Results of the analysis show that urban land tend to move towards the south and east. In the North despite the inhabitants are more dense, topography and slope of slope factors influenced the development of the urban land in the North. On the south and the east, a factor of topography and slope caused change to urban land tend to rise in two directions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43036
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eki Karsani Apriliyadi
"ABSTRAK
Isu alih fungsi lahan telah menjadi perhatian banyak orang dan sering menjadi
tema penelitian. Dari beberapa studi tentang alih fungsi lahan, perhatian terhadap
isu alih fungsi lahan sawah menjadi kolam dirasa masih jarang. Penelitian ini
mengangkat isu alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di desa Sumurgintung
seiring dengan begitu intensifnya kegiatan budidaya ikan mas yang dilakukan
petani. Alih fungsi lahan yang terjadi masih berada dalam ranah yang sama yaitu
masih dalam kegiatan pengolahan lahan yang produktif. Temuan lapangan
menunjukkan bahwa peristiwa alih fungsi lahan dari sawah menjadi kolam yang
secara massif terjadi pada tahun 90-an dipengaruhi oleh adanya intervensi pasar
seiring dengan adanya perkembangan kegiatan budidaya ikan di daerah Subang
Selatan sebagai sentra budidaya ikan kolam air deras dan perkembangan kegiatan
perikanan kolam jaring apung di Waduk Cirata dan Jatiluhur. Perubahan yang
terjadi tidak hanya perubahan dalam ekosistem lahan saja, tetapi juga menyangkut
perubahan sosial, ekonomi dan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Temuan
lapangan lain pun menunjukkan bahwa pengetahuan teknis terkait dengan
pengelolaan kegiatan budidaya ikan menjadi hal penting yang harus dipahami
petani, ketika mereka melakukan alih fungsi lahan. Sehingga pengetahuan
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap petani yang melakukan alih
fungsi lahan. Perubahan sawah menjadi kolam berimplikasi secara luas terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu untuk memahami
mengapa banyak lahan sawah yang berubah menjadi kolam dan pengetahuan apa
yang melatarbelakangi petani ketika mengalihfungsikan lahannya, dan apa
implikasinya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, penulis
menggunakan metode etnografi dengan pengamatan secara terlibat dan
wawancara mendalam

ABSTRACT
The Issue of land-use change becomes attention of many people and frequently
appears as theme of studies. Of the few studies of land-use change, attention to
issue of land-use change of paddy fields to ponds is still rare. This study focused
on issue of land-use change of farming land that occured in Sumurgintung village
along with the very intensive activities of bussines of golden fish fishery.The
land-use change which occured is still in the the same domain that is stil in
productive land processing activities. Some findings indicate that the event of
land-use change from paddy field to fish ponds which massively occured in 1990s
was influenced by the intervention of markets along with the growth of fisheries
activities in the Southern Subang as the centre of running water fisheries and the
growth of floating net fisheries activities in Cirata and Jatiluhur dam. The change
that occured is not just the change of ecosystem itself, but involving social,
economy, and community knowledge change. Some other findings indicate that
the technical knowledge of fisheries activities appear as important thing for farmer
to understand when they commit land-use change. So, that knowledge influenced
significantly to farmer who commit land-use change. The change of paddy fields
became ponds had implicated broadly to the social economic life of the
community itself. Therefore, in order to understand why many paddy fields
changed and became fish ponds and what knowledge which is the cause of farmer
commited land-use change, and what its implications to social economic life of
the community, I use ethnographic method with participation observation and indepth
interview."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>