Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fira Tania Khasanah
"Latar belakang: Jumlah populasi usia lanjut meningkat dan penurunan fungsi terkait usia seperti frailty menjadi salah satu isu penting. Selain itu, kesehatan mulut juga merupakan hal yang penting pada usia lanjut. Kondisi mulut yang buruk sering terjadi pada usia lanjut dan dapat berkontribusi pada kondisi frailty. Tujuan: Mengetahui hubungan faktor-faktor kesehatan mulut dengan frailty pada pasien usia lanjut rawat jalan. Metode: Desain studi potong lintang dengan data primer pada pasien geriatri rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus sampai Oktober 2023. Dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat terhadap variabel jumlah gigi fungsional, penggunaan gigi palsu, periodontitis, oral hygiene, xerostomia, hiposalivasi, fungsi mastikasi, gangguan menelan, kemampuan motorik oral, dan kekuatan lidah. Hasil: Didapatkan 160 subyek yang dianalisis. Prevalensi frailty berdasakan kuesioner FRAIL sebesar 31,9%. Beberapa variabel yang berhubungan dengan frailty yaitu kemampuan motorik oral (PR 2,417 IK 95% 1,117-5,229), kekuatan lidah (PR 2,332 IK 95% 1,349-4,030), jumlah gigi fungsional (PR 1,790 IK 95% 1,082-2,959) dan gangguan menelan (PR 1,791 IK 95% 1,128-2,843). Sedangkan pada analisis multivariat, kekuatan lidah menjadi faktor yang berhubungan dengan frailty (adjusted PR 2,766 IK 95% 1,280- 5,980). Kesimpulan: Faktor kesehatan mulut yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap frailty adalah kekuatan lidah.

Background: The number of elderly populations is increasing and age-related functional decline such as frailty is becoming an important issue. Apart from that, oral health is also important in elderly. Poor oral conditions often occur in the elderly and can contribute to frailty. Objective: To determine the association between oral health factors and frailty in elderly outpatients. Method: A cross-sectional study design using primary data of geriatric outpatients at Cipto Mangunkusumo Hospital from August to October 2023. Univariate, bivariate, and multivariate analyses were carried performed on variables the number of functional teeth, the use of dentures, periodontitis, oral hygiene, xerostomia, hyposalivation, chewing function, swallowing function, oral motor ability, and tongue strength Results: 160 subjects were included. The prevalence of frailty based on the FRAIL questionnaire is 31.9%. Several variables related to frailty are oral motor ability (PR 2.417 CI 95% 1.117-5.229), tongue strength (PR 2.332 CI 95% 1.349-4.030), number of functional teeth (PR 1.790 CI 95% 1.082-2.959) and swallowing disorder (PR 1.791 CI 95% 1.128-2.843). In a multivariate analysis, tongue strength was factor associated with frailty (adjusted PR 2766 CI 95% 1.280-5.980). Conclusion: The oral health factors that are significantlt associated with frailty is tongue strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ainun
"Latar Belakang: Meningkatnya populasi geriatri membuat sindrom frailty akan banyak ditemui di praktik klinik sehari-hari. Fenotip frailty dikaitkan dengan rendahnya massa otot secara teori, namun masih terdapat perbedaan hasil di antara penelitian yang ada.
Tujuan: Mengetahui rerata indeks massa otot pada populasi geriatri di rawat jalan dan hubungannya dengan status frailty.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang terhadap pasien berusia ≥60 tahun di poliklinik Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, periode waktu April-Juni 2018. Dilakukan pengambilan data antropometri, pengisian kuesioner Cardiovascular Health Study (CHS) dan pengukuran indeks massa otot dengan dual energy X-ray absoprtiometry (DXA). Parameter indeks massa otot diukur berdasarkan appendicular lean mass (ALM) yang disesuaikan dengan tinggi badan (ALM/TB2) dan indeks massa tubuh (ALM/IMT).
Hasil: Didapatkan proporsi subjek frail, pre-frail dan robust berdasarkan skor CHS berturut-turut adalah 29,17%, 58,33% dan 12,5%. Terdapat perbedaan rerata indeks massa otot dengan parameter ALM/TB2 antara pasien yang frail dan yang tidak (6,54 (1,01) Kg/m2 vs 7,03 (0,91) Kg/m2; p=0,01), namun tidak halnya dengan ALM/IMT (p=0,72). Tidak terdapat hubungan yang bermakna baik antara kejadian sindrom frailty dengan indeks massa otot ALM/TB2 (PR 2,03; 95% IK 0,80-5,15; p=0,13) maupun ALM/IMT (PR 5,09; 95% IK 0,45-58,06; p=0,2). Dari analisis multivariat faktor perancu didapatkan hubungan bermakna antara nutrisi (PR 3,67; 95% IK 1,59-8,49; p=0,02) dan status fungsional (PR 4,94; 95% IK 2,01-11,75; p=0,00) dengan kejadian sindrom frailty.
Simpulan: Indeks massa otot yang rendah saja tidak dapat dijadikan faktor prediktif terjadinya sindrom frailty, melainkan perlu digabungkan dengan parameter lain seperti kualitas atau fungsi otot, status fungsional dan nutrisi. Penggunaan indeks massa otot dengan parameter ALM/TB2 lebih disarankan.

Background: Population ageing worldwide is rapidly accelerating along with development of frailty syndrome. A theoretical link between frailty and low lean mass has been established, and low lean mass as frailty predictor, but studies conducted show inconclusive result.
Objectives: To obtain appendicular lean mass values among geriatric outpatients and its association with frailty status.
Methods. Cross-sectional study conducted to elderly patients (≥60 years old) in the Geriatric Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital in April-June 2018. Each subject underwent anthropometric measurement, frailty evaluation using Cardiovascular Health Study (CHS) questionnaire dan lean mass measurement using dual energy X-ray absoprtiometry (DXA). Appendicular lean mass (ALM) measured was adjusted by height squared (ALM/ht2) and BMI (ALM/BMI)
Results: The proportion of frail, pre-frail and robust according to CHS were 29,17%, 58,33% and 12,5% respectively. We found significant difference in ALM/ht2 between frail dan non-frail subjects (6.54 (1.01) Kg/m2 vs. 7.03 (0,91) Kg/m2; p=0.01) but nonsignificant result for ALM/BMI (p=0.72). No association was found between frailty and muscle mass index of ALM/ht2 (PR 2.03; 95%CI 0.80-5.15; p=0.13) or ALM/BMI (PR 5.09; 95% CI 0.45-58.06; p=0.2). From multivariate analysis, there was significant association between nutritional status (PR 3,67; 95% CI 1,59-8,49; p=0,02), functional status (PR 4,94; 95% CI 2,01-11,75; p=0,00) and frailty.
Conclusion: Low lean mass alone cannot be used as predictive factor for frailty syndrome, further analysis using another parameter such muscle's quality or function, nutritional status and functional status are needed. This study supports ALM/ht2 as chosen muscle index.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Indrarespati
"Latar Belakang. Semakin meningkatnya rerata usia harapan hidup penduduk Indonesia akan menyebabkan populasi orang usia lanjut yang frail meningkat. Sindrom frailty merupakan prediktor semua penyebab kematian pada orang usia lanjut di panti wreda. Selain itu, faktor yang berhubungan terhadap frailty antara orang usia lanjut di panti wreda dengan di komunitas juga berbeda. Sampai saat ini, belum ada penelitian mengenai faktor ini pada orang usia lanjut di panti wreda di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap sindrom frailty pada orang lanjut usia di panti wreda
Metode. Studi ini menggunakan metode potong lintang. Menggunakan data sekunder dari penelitian besar mengenai performa fisik dan status nutrisi orang usia lanjut di panti wreda di provinsi Banten. Penelitian tersebut dilakukan di 5 panti wreda di Tangerang. Variabel independen terdiri dari usia, tingkat aktivitas fisik, status kognitif, status nutrisi, gejala depresi, komorbiditas, dan kualitas hidup terkait kesehatan. Sistem skor frailty berdasarkan CHS untuk menentukan fit, pre-frail dan frail. Hubungan variabel independen dengan frailty dianalisis secara bivariat menggunakan uji Chi-Square dan secara multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil. Didapatkan 105 subjek dengan rerata usia 74,88 (SB 7,61) tahun, median skor PASE 170 kkal/minggu, kekuatan genggam tangan 16 kg, indeks EQ-5D 76, EQ-5D VAS 70, dan rerata kecepatan berjalan 0,66 (SB 0,34) m/s. Proporsi subjek yang tergolong fit/ robust 1%, pre-frail 52,4% dan frail 46,7%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom frailty adalah malnutrisi OR 4,81 (IK 95% 1,93 – 12,00) dan kualitas hidup OR 4,79 (IK 95% 1,92 – 11,98).
Kesimpulan. Proporsi kelompok orang usia lanjut di panti wreda, yang tergolong fit/ robust 1%, pre-frail 52,4% dan frail 46,7%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom frailty adalah malnutrisi dan kualitas hidup terkait kesehatan.

Background. Along with the increasing average life expectancy of the Indonesian population, the elderly population who are frail will increase too. Frailty syndrome is a predictor of the all caused mortality in the elderly in nursing homes. In addition, there are also differences in factors related to frailty between the elderly in nursing homes and the elderly in the community. Until now, there has been no research on the factors associated with frailty syndrome in the elderly in nursing homes in Indonesia.
Objective. Knowing the factors associated with frailty syndrome in the elderly in nursing homes.
Methods. This study uses a cross-sectional method. Using secondary data from large studies of the physical performance and nutritional status of the elderly in nursing homes in Banten province. The study was conducted at 5 nursing homes in Tangerang. Independent variables consist of age, physical activity level, cognitive status, nutritional status, depressive symptoms, comorbidities, and health-related quality of life. The frailty score system is based on the CHS to determine fit, pre-frail and frail. The relationship between independent variables with frailty was analyzed bivariately using the Chi-Square test and multivariately using logistic regression.
Results. There were 105 subjects with a mean age of 74.88 (SD 7.61) years, median score of PASE 170 kcal/week, handgrip strength 16 kg, EQ-5D 76, EQ-5D VAS 70, and average walking speed 0,66 (SD 0,34) m/s. Proportion of subjects classified as fit/ robust 1%, pre-frail 52.4 % and 46.7% frail. Factors associated with frailty syndrome are malnutrition OR 4.81 (95% CI 1.93 - 12,00) and health-related quality of life OR 4.79 (95% CI 1,92 - 11,98).
Conclusion. Proportion of elderly groups in nursing homes, which are classified as fit/robust 1%, pre-frail 52.4% and frail 46.7%. Factors associated with frailty syndrome are malnutrition and health-related quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rensa
"Latar Belakang: Seiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia lansia di Indonesia, khususnya perempuan, maka akan semakin meningkat pula populasi perempuan lansia frail ditemukan di masyarakat. Ada perbedaan faktor yang berhubungan dengan sindrom frailty berdasarkan jenis kelamin, status sosial ekonomi, serta komunitas lansia tersebut berada perkotaan atau perdesaan . Sampai saat ini, belum ada penelitian di Indonesia yang secara khusus menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom frailty pada perempuan lansia di komunitas perkotaan.
Tujuan: Mengetahui proporsi perempuan lansia fit/ robust, pre-frail dan frail serta faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom frailty pada perempuan lansia di komunitas perkotaan.
Metode: Penelitian potong lintang pada perempuan berusia ge; 60 tahun di Rukun Warga RW 01 ndash;09, Kelurahan Kalianyar Jakarta Barat dan Pusat Santunan dalam Keluarga PUSAKA Wilayah Jakarta Pusat selama bulan Juli sampai September 2017. Variabel independen terdiri dari usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, status fungsional Barthel-Activity of Daily Living/ B-ADL dan Lawton-Instrumental Activity of Daily Living/ L-IADL , status kognitif Abbreviated Mental Test/ AMT , status nutrisi Mini Nutritional Assessment/ MNA , gejala depresi Geriatric Depression Scale/ GDS , komorbiditas Cumulative Illness Rating Scale for Geriatrics/ CIRS-G , polifarmasi jumlah obat >4 , indeks kualitas hidup terkait kesehatan EuroQol-5 Dimension dan kadar C-Reactive Protein CRP kuantitatif serum. Sistem skor frailty berdasarkan Cardiovascular Health Study CHS untuk menentukan fit, pre-frail dan frail. Analisis bivariat Uji Chi-Square dan multivariat regresi logistik dengan Statistical Package for the Social Sciences SPSS versi 20.0.
Hasil: Terdapat 325 subjek dengan median usia 67 tahun, 95,7 dengan penghasilan di bawah UMP 70 tahun [OR 5,27 IK 95 2,92 ndash;9,52 ], penurunan skor B-ADL [OR 2,85 IK 95 1,37 ndash;5,94 ], gejala depresi [OR 6,79 IK 95 1,98 ndash;23,25 ], indeks EQ-5D [OR 1,96 IK 95 1,09 ndash;3,52 ], dan indeks EQ-5D VAS [OR 1,93 IK 95 1,06 ndash;3,53 ].
Simpulan: Proporsi kelompok perempuan lansia dengan status sosial ekonomi rendah di komunitas perkotaan, yang tergolong fit 12,6 , pre-frail 63,4 dan frail 24 . Faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom frailty adalah usia di atas 70 tahun, adanya gejala depresi, penurunan status fungsional dan indeks kualitas hidup terkait kesehatan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T58900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vilia Wibianty
"Latar belakang: Populasi lanjut usia (lansia) Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Kerapuhan dan penyakit periodontal merupakan kondisi kronis yang umum terjadi pada populasi lansia. Keduanya juga diketahui memiliki kesamaan dalam beberapa faktor risiko yang ada. Keterbatasan individu lansia dalam merawat diri sendiri merupakan dasar dari hubungan kerapuhan lansia dengan kondisi kesehatan periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kerapuhan dengan status periodontal pada lansia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada subjek lansia berusia ≥60 tahun. Pemeriksaan tingkat kerapuhan menggunakan kuesioner kerapuhan berdasarkan resistensi, aktivitas, penyakit, usaha berjalan, dan kehilangan berat badan. Status periodontal yang diperiksa berupa skor plak, indeks kalkulus, bleeding on probing (BoP), jumlah gigi, dan stage periodontitis. Hasil Penelitian: Total 60 subjek penelitian dengan 46,6% subjek mengalami kerapuhan. Terdapat korelasi bermakna antara kerapuhan dengan skor plak, indeks kalkulus, BoP, jumlah gigi, dan stage periodontitis pada lansia (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada skor plak antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,000), pada BoP antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,003) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,003), serta pada jumlah gigi antara kelompok subjek rapuh dengan normal (p=0,011) dan kelompok subjek prarapuh dengan rapuh (p=0,023). Kesimpulan: Tingkat kerapuhan berhubungan dengan status periodontal pada lansia.

Background: Population of elderly in Indonesia is expected to continue to increase. Frailty and periodontal disease are chronic conditions that are common in the elderly population. Both are also known to have similarities in several existing risk factors. The limitations of elderly individuals in taking care of themselves are the basis of the relationship between frailty of elderly and periodontal health conditions. Objective: To analyze the relationship between frailty and periodontal status in the elderly. Method: This research is a cross-sectional study. Data collection was carried out on elderly subjects aged ≥60 years. Examination of frailty using a frailty questionnaire based on resistance, activity, disease, effort to walk, and weight loss. Periodontal clinical parameters examined were plaque score, calculus index, bleeding on probing (BoP), number of teeth, and stage of periodontitis. Results: A total of 60 research subjects with 46.6% of subjects experiencing frailty. There was a significant correlation between frailty and plaque score, calculus index, BoP, numbers of teeth, and stage of periodontitis in the elderly (p<0.05). There were significant differences in plaque scores between frail and normal subject groups (p=0.000), in the BoP between the frail and normal subject groups (p=0.003) and the pre-frail and frail subject groups (p=0.003), and in the number of teeth between the subject groups. frail to normal (p=0.011) and pre-frail subjects to frail (p=0.023). Conclusion: Frailty is associated with periodontal status in the elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euphemia Seto Anggraini W
"Latar Belakang: Pendekatan indeks frailty 40 item (FI-40) dianggap sebagai alat terbaik untuk evaluasi mortalitas dan hospitalisasi sindrom frailty, tetapi sulit diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari. Pendekatan dengan sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA lebih mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari, namun hingga saat ini belum ada data validasi di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan rekomendasi mengenai alat ukur sindrom frailty yang mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan pendekatan uji diagnostik yang dilakukan pada pasien di poliklinik Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dengan usia ≥60 tahun, pada periode Mei-Juni 2013. Setiap subjek dinilai menggunakan sistem skor CHS, SOF, FI-CGA, dan FI-40. Dilakukan penilaian sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP), nilai prediksi negatif (NPN), rasio kemungkinan positif (RK+), dan rasio kemungkinan negatif (RK-) untuk masing-masing sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA dibandingkan dengan FI-40.
Hasil: Proporsi individu yang termasuk dalam kategori frail, pre-frail, dan fit berdasarkan indeks frailty 40 item berturut-turut adalah 25,3%, 71%, dan 3,7%. Untuk membedakan individu frail dengan tidak frail, skor CHS memiliki sensitivitas 41,2%, spesifisitas 95%, NPP 73,7%, NPN 82,7%, RK+ 8,41 dan RK- 0,62. Skor SOF memiliki sensitivitas 17,6%, spesifisitas 99,5%, NPP 92,3%, NPN 78,1%, RK+ 35,2 dan RK- 0,83. Sedangkan skor FI-CGA memiliki sensitivitas 8,8%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 76,4%, RK+ tak terbatas, dan RK- 0,91.
Kesimpulan: Tidak ada sistem skor yang dapat digunakan sebagai alat skrining yang baik untuk sindrom frailty, namun masing-masing sistem skor dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang baik untuk sindrom frailty.

Background: The Frailty Index 40-item (FI-40) approach is considered the best tool for evaluating mortality and hospitalization outcomes related to frailty syndrome, although it is challenging to implement in daily clinical practice. The CHS, SOF, and FI-CGA scoring systems are easier to use in daily practice, but there is no validation data available in Indonesia.
Aim: To obtain recommendations for a frailty syndrome diagnostic tool that is easy to implement in daily clinical practice in Indonesia.
Methods: This was a cross-sectional study with a diagnostic test approach conducted on patients aged ≥60 years at the Geriatric Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from May to June 2013. Each subject was assessed using the CHS, SOF, FI-CGA, and FI-40 scoring systems. Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), positive likelihood ratio (LR+), and negative likelihood ratio (LR-) were calculated for each scoring system compared to FI-40.
Results: The proportions of frail, pre-frail, and robust individuals based on the 40-item frailty index were 25.3%, 71%, and 3.7%, respectively. To differentiate between frail and non-frail individuals, the CHS score showed a sensitivity of 41.2%, specificity of 95%, PPV of 73.7%, NPV of 82.7%, LR+ of 8.41, and LR- of 0.62. The SOF score showed a sensitivity of 17.6%, specificity of 99.5%, PPV of 92.3%, NPV of 78.1%, LR+ of 35.2, and LR- of 0.83. The FI-CGA score showed a sensitivity of 8.8%, specificity of 100%, PPV of 100%, NPV of 76.4%, LR+ infinite, and LR- of 0.91.
Conclusion: No scoring system was found to be suitable as a screening tool for frailty syndrome; however, all scoring systems can be used as effective diagnostic tools for frailty with good predictive ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevent Sumantri
"Latar belakang: Diabetes tipe 2 ditandai dengan resistensi dan defisiensi insulin, selain itu seiring dengan penuaan kejadian resistensi insulin juga semakin meningkat. Pada studi-studi klinis, resistensi insulin dan diabetes tipe 2 terbukti meningkatkan kejadian sindrom frailty pada usila. Obat antidiabetik oral metformin telah dikaitkan dengan penghambatan proses penuaan. Namun demikian, sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan manfaat terapi metformin terhadap kejadian sindrom frailty. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek protektif metformin terhadap sindrom frailty.
Metodologi: Studi ini dilakukan secara kasus kontrol pada subyek berusia ≥60 tahun yang berobat di poliklinik Geriatri dan Diabetes FKUI-RSCM, bulan Maret-Juni 2013. Diagnosis frailty dilakukan dengan menggunakan indeks frailty-40 item (FI-40). Analisis statistik dilakukan dengan metode chi-square untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk analisis multivariat, semua data disertai dengan interval kepercayaan 95%.
Hasil: Sindrom frailty didapatkan pada 25% (n=59) subyek penelitian, sedangkan pre-frail pada 72% (n=170) subyek dan sisanya fit. Metformin ditemukan mempunyai hubungan dengan sindrom frailty pada usila dengan diabetes mellitus tipe 2, yang tetap bermakna setelah dilakukan analisis multivariat (adjusted OR 0,043; IK 95% 0,019 – 0,099; p<0,001).

Background: Type 2 diabetes (T2DM) was characterised with insulin resistance and deficiency, furthermore with advancing age the was also an increase in insulin resistance. Clinical studies has proven that insulin resistance and T2DM increase the incidence of frailty syndrome in the elderly. Oral antidiabetics metformin was associated with the inhibition of aging process. Eventhough, there was no data that showed the relationship of metformin therapy to frailty syndrome. This study aimed to explore the possibility of metformin protective effect on frailty syndrome.
Methodology: This was a case control study conducted in subjects ≥60 years old who visited the Geriatrics and Diabetes outpatient clinic of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital between March and June 2013. Diagnosis of frailty was established using the FI-40 item criteria. Statistical analysis was done with chi-square method for bivariate and logistic regression method in multivariate analysis, all data was accompanied with 95% confidence interval.
Results: Frailty syndrome was found in 25% of subjects (n=59), with median age of 72 years old (SD 6.27) and median of FI-40 item score was 0.18 (SD 0.085). Metformin was found to have a significant relationship with frailty syndrome in the elderly diabetics, which retained significant value after multivariate analysis (adjusted OR 0.043; 95% CI 0.019-0.099; p<0.001).
Conclusion: Metformin was shown to have protective effect against frailty syndrome in elderly diabetics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummu Habibah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Influenza masih merupakan ancaman infeksi serius di dunia terutama pada populasi usia lanjut. Meskipun kejadian influenza dapat ditekan dengan pemberian vaksinasi, namun efikasi vaksin influenza masih diragukan pada usia lanjut, terutama individu yang frail. Hal ini dikarenakan immunosenescence yang menyebabkan sistem imun kurang mampu mengatasi stres berupa infeksi termasuk memberikan respon yang adekuat terhadap pemberian vaksin.Tujuan: Mengetahui hubungan status frailty dengan respon imun pasca vaksinasi influenza pada populasi usia lanjutMetode: Studi kohort retrospektif ini mengambil data dari penelitian induk dengan subjek usia lanjut berusia 60 tahun keatas yang tergabung dalam Posyandu Lansia di 4 kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur. Status frailty ditentukan berdasarkan kuisoner Frailty Index 40 Items FI-40 . Vaksin Influenza yang dievaluasi adalah vaksin influenza trivalen inaktif. Serokonversi didefinisikan sebagai peningkatan titer inhibisi hemagglutinin sebanyak 4x lipat. Seroproteksi didefinisikan sebagai titer inhibisi hemagglutinin ge; 1:40.Hasil: Terdapat 140 subjek penelitian. Tingkat serokonversi vaksin influenza pada kelompok frail, pre-frail, dan sehat adalah 37,9 , 39 , 60 . Tingkat seroproteksi vaksin influenza pada kelompok frail, pre-frail dan sehat adalah 80 , 92,2 , 94,8 . Risiko relatif RR kelompok pre-frail/frail untuk kejadian tidak serokonversi adalah 0,93 IK 95 0,72-1,02 , dan RR untuk kejadian tidak seroproteksi adalah 1,7x IK 95 0,5-6,2 .Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara status frailty dengan serokonversi dan seroproteksi vaksin influenza pada populasi usia lanjut.

ABSTRACT
Background Influenza still become serious illness in this world especially in elderly population. Despite the prevalence of this disease has been decreased by vaccination, the efficacy of the vaccine still doubt full in frail elderly people. Immunosenescence is the underlying process in immune defect and cause the immune system become less capable to cope the stress like an infection, and also give an adequate response to vaccination.Objective To determine association between frailty status and immune response after influenza vaccination in elderly.Method This Retrospective cohort study was conducted using secondary data from the parent study of elderly subjects age ge 60 years who live in the community of Posyandu lansia in Pulo Gadung Region, East Jakarta. Frailty status was stated by Frailty Index 40 Items FI 40 . The influenza vaccine evaluated was the Trivalent Inactivated Vaccine. Seroconversion defined as four fold increase hemagglutinin inhibition titre. Seroprotection defined as Hemagglutinin Inhibition titer ge 1 40.Result There are 140 subject included in this study. Seroconversion influenza vaccine rate in frail, pre frail, and robust group are 37,9 , 39 , 60 . Seroprotection rate in frail, pre frail, and robust group are 80 , 92,2 , 94,8 . Relative Risk RR pre frail frail group for not seroconverted is 0,93 CI 95 0,72 1,02 , and RR for not seroprotected is 1,7 CI 95 0,5 6,2 .Conclussions There is no statistically significant association between frailty status and seroconversion nor seroprotection of influenza vaccine. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Amalia Faizal
"Latar belakang: Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit paru yang menyebabkan 60% kematian di Indonesia. Terjadi peningkatan prevalensi frailty pada pasien PPOK hingga dua kali lipat dibandingkan pada pasien tanpa PPOK. Frailty merupakan sindrom lansia terkait perubahan fisiologis dan morfologis pada berbagai sistem tubuh akibat penuaan. Pada PPOK terjadi inflamasi sistemik yang ditandai dengan penanda inflamatori. Rasio neutrofil-limfosit (RNL) merupakan penanda inflamatori yang cukup stabil, terjangkau, dan banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan RNL dengan frailty pada pasien lansia dengan PPOK. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Penilaian frailty dilakukan berdasarkan kuesioner FRAIL dan hitung jenis darah perifer melalui data rekam medis RSCM dari bulan Oktober 2021–Oktober 2022. Hasil: Terdapat 103 subjek dengan prevalensi yang mengalami frail sebanyak 63 orang (61,2%). Pada analisis bivariat, didapatkan hasil bahwa RNL memiliki hubungan yang signifikan dengan frailty (p = 0,017). Median RNL pada kelompok frail sebesar 2,30 (1,27 – 7,03) dan kelompok non-frail sebesar 2,01 (0,72 – 4,56). Pada analisis kelompok kuartil, didapatkan hasil yang signifikan antara RNL dengan frailty (p = 0,009). Sebanyak 33,3% pasien frail berada pada kuartil keempat (> 3,060) dan sebanyak 42,2% pasien non-frail berada pada kuartil kesatu (<1,870). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara RNL dengan frailty pada pasien lansia dengan PPOK.

Introduction: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a lung disease that causes 60% of deaths in Indonesia. There was an increase in the prevalence of frailty in COPD patients up to two times compared to patients without COPD. Frailty is an elderly syndrome related to physiological and morphological changes in various body systems due to aging. In COPD, there is systemic inflammation characterized by inflammatory markers. Neutrophil to Lymphocyte ratio (NLR) is an inflammatory marker that is relatively stable, affordable, and widely used. This study aims to determine the relationship between NLR and frailty in elderly patients with COPD. Method: This cross-sectional study was conducted on elderly patients with COPD. Subjects performed frailty assessment based on the FRAIL questionnaire and peripheral blood type count through RSCM’s patient medical record from October 2021 – October 2022. Result: There were 103 subjects with a prevalence of frailty in 63 patients (61.2%). In bivariate analysis, results found that RNL had a significant relationship with frailty (p = 0.017). The median RNL in the frail group was 2.30 (1.27 – 7.03), and the non-frail group was 2.01 (0.72 – 4.56). In the quartile group analysis, RNL and frailty obtained significant results (p = 0.009). A total of 33.3% of frail patients were in the 4th quartile (> 3.060), and 42.2% of non-frail patients were in the 1st quartile (<1.870). Conclusion: There is a significant relationship between NLR and frailty in elderly patients with COPD. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nur Pratiwi
"Latar Belakang :
Populasi lanjut usia meningkat secara global, diperkirakan 1.5 miliar (15% total penduduk) di dunia tahun 2050. Indonesia merupakan populasi menua, dengan 10.7% (>7%) penduduk lansia pada 2020. Insomnia keluhan kesehatan tersering lansia, memiliki komplikasi salah satunya depresi. Banyak studi meneliti faktor berhubungan dengan insomnia dan depresi pada lansia, dan insomnia prediktor depresi pada lansia. Namun, belum ada studi mengenai faktor berhubungan dengan depresi pada populasi lansia khusus yaitu dengan insomnia.
Tujuan :
Mengetahui mengetahui faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada lansia dengan insomnia di unit rawat jalan.
Metode :
Studi potong lintang pada pasien usia ³60tahun di unit rawat jalan RSCM Jakarta, Indonesia dengan seleksi consecutive sampling, dimana pasien dengan insomnia, PSQI (Pittsburgh Sleep Questionaire Index) >5, menjadi subjek penelitian dan dilakukan wawancara untuk mengambil data meliputi sosiodemografi, kesendirian, durasi insomnia, gejala depresi (GDS-15 item), status fungsional (B-ADL), status kognitif (MMSE), status nutrisi (MNA), dan penyakit komorbid (CIRSG skor).
Hasil :
Subjek penelitian sebanyak 209 lansia insomnia, rerata usia 72.88 (SB 6.98) tahun, proporsi depresi 6.7%. Dari uji bivariat terdapat hubungan signifikan antara ketergantungan (PR 5.24, 95%IK 1.50-18.29), malnutrisi (PR 11.54, 95%IK 4.77-27.92), dan penyakit komorbid, skor CIRSG ³9 (PR 4.15, 95%IK 1.18-14.50) dengan gejala depresi pada lansia yang insomnia. Tidak terdapat hubungan antara sosiodemografi, kesendirian, durasi insomnia, dan status kognitif dengan depresi. Dari analisis multivariat dengan regresi logistik, didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara malnutrisi dengan gejala depresi (p <0.0001).
Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara malnutrisi dengan gejala depresi pada pasien insomnia usia lanjut di rawat jalan.

Background:
The elderly population is increasing globally, estimated to be 1.5 billion (15% of the total population) in the world by 2050. Indonesia is an aging society, 10.7% (>7%) of the population is elderly in 2020. Insomnia, most often health complained by the elderly, has complications one of which is depression. Previous studies have examined factors associate to insomnia and depression in elderly and insomnia is a predictor of depression. No studies yet examined factors associated to depression symptom in the specific population, elderly with insomnia.
Objective:
To analyze factors associated with depression symptom in the elderly with insomnia in the outpatient_unit.
Method:
Cross-sectional study of patients aged >60 years in the outpatient unit of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, Indonesia using consecutive sampling to select the sample, where patients with insomnia, PSQI (Pittsburgh Sleep Questionnaire Index) >5, became research subjects and being interviewed to collect data including sociodemographic, loneliness, duration of insomnia, Depression symptom (GDS-15 items), physical activity which means the ability to do activity that measured by functional status (B-ADL), cognitive status (MMSE), nutritional status (MNA), and comorbidities (CIRSG). Data was analyzed using STATA software to do bivariate and multivariate analysis.
Results:
The research subjects were 209 elderly people with insomnia, mean age 72.88 (SB 6.98) years, proportion of depression symptom is 6.7%. There is an association between dependency (PR 5.24, 95% CI 1.50-18.29), malnutrition (PR 11.54, 95% CI 4.77-27.92), and chronic illness, CIRSG score >9 (PR 4.15, 95% CI 1.18-14.50) with depression symptom in elderly with insomnia from bivariate analysis. From multivariate analysis with logistic regression, malnutrition has a statistically significant association to depression symptom (p <0.0001) in elderly people with insomnia.
Conclusion : There is a significant association between malnutrition and depression symptom in insomnia elderly outpatient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>