Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fegga Aulia Ananda
"Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Semakin tinggi angka kematian ibu dan bayi di suatu negara, maka dapat dikatakan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, dan untuk Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup. Data tersebut menunjukkan bahwa AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi apabila dilihat dari target yang ditentukan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup, dan angka tersebut masih jauh dari target yang diharapkan (Sustainable Development Goals, 2017). Angka kematian ibu pada tahun 2021, sebagian besar penyebabnya terkait COVID-19 sebanyak 2.982 kasus, dan penyebab tertinggi kedua karena perdarahan sebanyak 1.330 kasus. Perdarahan dapat disebabkan karena anemia dan kekurangan energi kronis (KEK). World Health Organization(WHO) menyebutkan bahwa sekitar 40% kematian pada ibu dinegara berkembang berkaitan dengan kejadian anemia pada masa kehamilan yang disebabkan oleh perdarahan akut dan status gizi yang buruk. Ibu hamil dengan status gizi yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan energi kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode kuantitatif. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random sampling. Diambil dari data sekunder yaitu dari bulan Januari 2023 - Juni 2023 dari Puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan yang datanya sudah lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kekurangan energi kronik (p = 0,00), dan juga karakteristik responden meliputi usia ibu (p = 0,00), Frekuensi ANC (p = 0,00), Pendidikan (0,026) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Untuk variabel yang berpengaruh paling dominan setelah dilakukan analisis multivariat yaitu variabel KEK dengan Odd ratio sebesar 2,727 dan p-Value sebesar 0,003 (< 0,05), yang artinya kekurangan energi kronik (KEK) memiliki resiko 2,727 kali lebih besar pada ibu hamil dengan anemia. Dari penelitian ini, diharapkan dapat memantau ibu hamil untuk melakukan ANC secara rutin agar salah satunya ibu hamil dapat terpantau dalam minum tablet tambah darah yang sudah diberikan. Serta mengajak partisipasi dari suami atau keluarga untuk mendukung ibu hamil rutin dalam mengkonsumsi tablet tambah darah, agar ibu hamil terhindar dari anemia, selain itu diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai nutrisi makanan yang dapat dikonsumsi selama kehamilan atau diwajibkan untuk konsultasi ke ahli gizi agar ibu hamil dapat terhindar dari KEK selama kehamilan.

Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) are still indicators of the level of public health in a country. The higher the maternal and infant mortality rate in a country, it can be said that the health status of that country is poor (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2018). Based on the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (SDKI), the Maternal Mortality Rate (MMR) was 305 per 100,000 live births, and the Infant Mortality Rate (IMR) was 24 per 1,000 live births. This data shows that MMR and IMR in Indonesia are still high when viewed from the targets set by the Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, namely MMR of 70 per 100,000 live births and IMR of 12 per 1000 live births, and these figures are still far from the expected target. In 2021, the majority of maternal deaths were related to COVID-19, 2,982 cases, and the second highest cause was bleeding, 1,330 cases. Bleeding can be caused by anemia and chronic energy deficiency (CED). The World Health Organization (WHO) states that around 40% of maternal deaths in developing countries are related to anemia during pregnancy which is caused by acute bleeding and poor nutritional status. Pregnant women with poor nutritional status can result in chronic energy deficiency. This study aims to determine the relationship between chronic energy deficiency and the incidence of anemia in pregnant women at the SetiabudiDistrict Health Center, South Jakarta. The research design used in this research is descriptive analytical with quantitative methods. Sampling in this research used a simple random sampling technique. Taken from secondary data, namely from January 2023 - June 2023 from the Setiabudi District Health Center, South Jakarta, where the data is complete. The results of the study showed that there was a significant relationship between chronic energy deficiency (p = 0.00), and also the characteristics of respondents including maternal age (p = 0.00), ANC frequency (p = 0.00), education (0.026) and incidence of anemia in pregnant women. For the variable that has the most dominant influence is chronic energy deficiency variable with an Odd ratio of 2.727 and a p-Value of 0.003 (< 0.05), meaning that chronic energy deficiency will have a 2.727 times greater risk of experiencing anemia in pregnant women. From this research, it is hoped that pregnant women can monitor their Antenatal Care regularly and monitor their consumption of the blood supplement tablets that have been given. As well as inviting participation from husbands or families to support pregnant women regularly in consuming blood supplement tablets, so that pregnant women avoid anemia, apart from that it is hoped that they can provide education regarding nutritional food that can be consumed during pregnancy or are required to consult a nutritionist so that pregnant women can avoid chronic energy deficiency (CED) during pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Netanaya Setjiadi
"Mayoritas masyarakat Indonesia masih memandang kesehatan mental sebagai hal tabu dan penderita gangguan jiwa diperlakukan seperti suatu aib. Akibatnya penderita kesulitan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan dan dapat berakhir dengan tindakan bunuh diri. Mengidentifikasi faktor yang dapat menjelaskan tingkat bunuh diri dan mempelajari karakteristiknya merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bunuh diri. Penelitian ini membahas faktor apa yang dapat menjelaskan angka bunuh diri menggunakan model regresi linear berganda, pengelompokan negara berdasarkan angka bunuh diri dan faktornya menggunakan metode Ward, serta pemetaan hasil kelompok menggunakan metode Biplot. Objek penelitian adalah negara di Benua Asia dan Eropa. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh faktor tidak memiliki agama, konsumsi alkohol, dan psikiater memiliki hubungan positif signifikan terhadap angka bunuh diri. Faktor pemasukan dan pengangguran memiliki hubungan negatif signifikan terhadap angka bunuh diri. Faktor tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap angka bunuh diri. Terbentuk 2 kelompok negara, yakni kelompok 1 beranggotakan 46 negara dan kelompok 2 beranggotakan 44 negara. Hasil pemetaan kelompok menggunakan metode Biplot dapat menerangkan 63,7% keragaman data. Kelompok 1 adalah kelompok negara yang memiliki nilai persentase pengangguran yang tinggi serta nilai angka bunuh diri, persentase penduduk tanpa agama, konsumsi alkohol, Gross Domestic Product (GDP) per kapita, angka psikiater, tingkat pendidikan yang rendah. Kelompok 2 adalah kelompok negara yang memiliki angka bunuh diri, persentase penduduk tanpa agama, konsumsi alkohol, GDP per kapita, angka psikiater, dan tingkat pendidikan yang tinggi, serta persentase pengangguran yang rendah.

Many Indonesian people still view mental health as a taboo subject and people with mental disorders are treated like a disgrace. As a result, they have difficulty getting the help that they need and can end in suicide. Identifying factors that are able to explain suicide rate and studying their characteristics is one way that can be done to prevent suicide. This research discusses what factors that are able to explain suicide rate using a multiple linear regression model, grouping countries based on suicide rate and its factors using Ward's method, and mapping the group results using the Biplot method. The objects of research are countries in Asia and Europe. Based on the analysis result, it is found that factors of having no religion, alcohol consumption, and psychiatrists’ availability have significant positive relationships with suicide rate. Factors of income and unemployment rate have significant negative relationships with suicide rate. Factor of education level has no significant effect with suicide rates. Two groups of countries are formed, namely group 1 consisting of 46 countries and group 2 consisting of 44 countries. Result of mapping based on the groups using the Biplot method is able explain 63,7% of data diversity. Group 1 is a group of countries that have a high unemployment rate and low values in the suicide rate, proportion of irreligious people, Gross Domestic Product (GDP) per capita, and number of psychiatrists. Group 2 is a group of countries that have high values in the suicide rate, proportion of irreligious people, GDP per capita, number of psychiatrists, and education level while the unemployment rate is low."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Andriani
"Terjadinya peningkatan jumlah kematian Ibu di Aceh Timur pada Tahun 2015 sebanyak 14 ibu menjadi 21 pada Tahun 2016, dan penurunan cakupan Standar Pelayanan Minimal pada Tahun 2016, juga merupakan masalah kesehatan yang harus dihadapi Kabupaten Aceh Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang Analisis Implementasi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu Menurut Qanun No. 4 Tahun 2010 Tentang Kesehatan Di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Rapid Assessment Procedure (RAP), pengumpulan data dengan melalui wawancara mendalam dan dokumentasi, jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa logical framework sebagai kerangka berpikir logis dalam penelitian ini masih belum seluruhnya terlaksana ada beberapa kegiatan yang belum dapat dilakukan seperti pendampingan ibu hamil, penempatan bidan desa dan masih ada desa yang belum memiliki polindes/poskesdes. Untuk implementasi kebijakan Qanun No. 4 Tahun 2010 Tentang Kesehatan masih didapati kendala dalam Komunikasi, Sumber Daya dan Struktur Birokrasi. Beberapa saran direkomendasikan pada penelitian ini antara lain melakukan sosialisasi Qanun No. 4 Tahun 2010, meningkatkan kerjasama lintas sektoral dan tercapainya tujuan logframe dalam upaya penurunan angka kematian ibu.
The increasing of maternal deaths in East Aceh in 2015 by 14 mothers compared to 21 in 2016, and the decrease in coverage of Minimum Service Standards in 2016, is also a health problem faced by East Aceh District. This study aims to obtain in-depth information on Implementation Analysis of Mortality Rate Decrease Policy of Mother Based on Qanun No. 4/2010 concerning Health in East Aceh Regency Year 2017. This research uses qualitative method with Rapid Assessment Procedure (RAP) approach, data collecting conducted through in-dept interview and documentation, the number of informants in this study as many as 5 people. Result of logical framework analysis showed health logical thinking in this research is still not fully implemented there are some activities that can not be done such as maternal assistant, placement of village midwife and there are still villages that do not have polindes/poskesdes. For the implementation of Qanun policy No. 4 of 2010 on Health, there are still obstacles in Communication, Resources and Bureaucracy Structure. Some suggestions recommended in this study include socializing Qanun No. 4 of 2010, improving cross-sectoral cooperation and achieving logframe goals in an effort to reduce maternal mortality."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Humaira
"Angka kematian jemaah haji Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka tertinggi di dunia, yaitu 91 orang dari total jumlah jemaah haji. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran antara karakteristik dan penyakit jemaah dengan angka kematian jemaah haji Indonesia tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel usia dengan kematian jemaah haji dan tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan riwayat merokok terhadap kematian jemaah haji. Penyakit tertinggi yang diderita oleh seluruh jemaah Haji Indonesia pada tahun 2022 adalah gangguan sistem endokrin dan penyakit tertinggi yang diderita jemaah haji yang meninggal adalah gangguan pada sistem sirkulasi. Peneliti menyarankan adanya tindakan preventif keperawatan dan edukasi kesehatan kepada calon jemaah haji. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendalami faktor-faktor risiko kematian jemaah haji, termasuk faktor lingkungan, pola hidup, dan riwayat kesehatan sebelumnya.

The mortality rate of Indonesian Hajj pilgrims in 2022 reached the highest worldwide, with 91 individuals out of the total pilgrims. This study aims to explore the relationship between the characteristics and diseases of pilgrims and the mortality rate among Indonesian Hajj pilgrims in 2022. The research adopts a quantitative descriptive approach with a cross-sectional design. The findings reveal a correlation between age and the mortality rate of Hajj pilgrims, while no significant correlation is found between gender and smoking history with the mortality rate. The prevalent health issue among all Indonesian Hajj pilgrims in 2022 is the endocrine system disorder, and the highest affliction among deceased pilgrims is circulatory system disorders. The researchers recommend implementing preventive nursing measures and health education for prospective Hajj pilgrims. Further research is necessary to delve into the risk factors for the mortality of Hajj pilgrims, including environmental factors, lifestyle patterns, and previous health history."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irba Alifa Taqiyya
"Angka kematian bayi (AKB) didefinisikan sebagai jumlah kematian bayi di bawah usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting yang dapat mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Target angka kematian bayi pada Sustainable Development Goals (SDGs) yang berlaku sejak tahun 2015 sampai tahun 2030 adalah 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil long form sensus penduduk BPS, AKB di Indonesia tahun 2022 adalah 17 kematian per 1000 kelahiran hidup, angka tersebut masih tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN. Angka kematian bayi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Analisis mengenai variabel-variabel yang memengaruhi AKB dapat dilakukan dengan analisis regresi linier klasik. Namun, nilai pengamatan seperti AKB dan variabel-variabel yang memengaruhinya memuat informasi lokasi (spasial), sehingga seringkali terjadi ketergantungan spasial antar pengamatan yang mengakibatkan asumsi saling bebas pada model regresi linier tidak terpenuhi. Oleh karena itu, pemodelan dapat dilakukan dengan menggunakan model regresi spasial yang memperhatikan keterkaitan antar lokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis ketergantungan spasial pada data AKB di  Pulau Jawa dan memodelkan AKB di Pulau Jawa tahun 2022 menggunakan General Nesting Spatial Model (GNSM) untuk menganalisis variabel-variabel yang memengaruhinya. Hasil uji autokorelasi spasial menggunakan uji Moran’s I menyimpulkan bahwa terdapat autokorelasi spasial pada variabel terikat (AKB), variabel bebas, dan pada residual model regresi linier. Berdasarkan nilai AIC dan, diperoleh kesimpulan General Nesting Spatial Model (GNSM) lebih baik dalam memodelkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Pulau Jawa tahun 2022 dibandingkan Spatial Durbin Model (SDM) dan General Spatial Model(GSM).

Infant mortality rate (IMR) is defined as the number of deaths of infants under one year of age per 1000 live births in a given year. Infant mortality rate is one of the important indicators that can reflect the health level of a community. The infant mortality target in the Sustainable Development Goals (SDGs) that apply since 2015 to 2030 is 12 deaths per 1000 live births. Based on the results of the BPS long form population census, the IMR in Indonesia in 2022 is 17 deaths per 1000 live births, which is still relatively high compared to several countries in ASEAN. Infant mortality rates are influenced by several variables. Analysis of the variables that influence IMR can be done with classical linear regression analysis. However, observation values such as IMR and the variables that affect it contain location (spatial) information, so there is often spatial dependence between observations which results in the assumption of mutual independence in linear regression models not being met. Therefore, modeling can be done using spatial regression model that considers the interrelationships between locations. The purpose of this study is to analyze the spatial dependence of IMR data in Java Island and model IMR in Java Island in 2022 using the General Nesting Spatial Model (GNSM) to analyze the variables that affect it. The results of the spatial autocorrelation test using Moran's I test concluded that there is spatial autocorrelation in the dependent variable (IMR), independent variables, and in the residuals of the linear regression model. Based on the AIC and  values, it is concluded that General Nesting Spatial Model (GNSM) is better in modeling the Infant Mortality Rate (IMR) in Java Island in 2022 than Spatial Durbin Model (SDM) and General Spatial Model (GSM)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Maylan Tiolina Misrain
"Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa semakin rendah kuintil kekayaan (semakin miskin), maka AKB akan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan kematian bayi pada keluarga miskin di Indonesia dalam rangka upaya mencegah kematian bayi pada keluarga miskin dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perekonomian rendah.
Penelitian ini menggunakan desain studi crossectional dengan populasi penelitian meliputi wanita usia subur 15 - 49 tahun yang berada pada kuintil 1 (poorest) dan kuintil 2 (poorer).
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa determinan kematian bayi pada keluarga miskin di Indonesia adalah berat bayi lahir, jenis kelamin bayi, dan penolong persalinan, sedangkan umur ibu, paritas, jarak kelahiran, jumlah kunjungan pemeriksaan antenatal, ukuran bayi saat lahir, dan tempat persalinan merupakan variabel konfounding.
Pemerintah perlu menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh keluarga miskin ataupun mendatangi keluarga miskin untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Pengelola program kesehatan perlu mengupayakan program yang membantu ibu miskin memenuhi kecukupan gizi selama mengandung untuk mencegah bayi lahir dengan BBLR; mengintervensi ibu terkait pengaruh jenis kelamin bayi terhadap kematian bayi sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini; dan menggalakkan program kesehatan yang mengupayakan agar ibu dapat bersalin di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh petugas kesehatan.

fant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still relatively high. Reports Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 show that the lower quintiles of wealth (the poor), the IMR will be higher. This study aims to find out the determinants of infant mortality in poor families in Indonesia in an effort to prevent infant mortality in poor family and improve the health of low economic communities.
This study used a cross-sectional study design with the study population includes women of childbearing age 15-49 years who are in quintile 1 (poorest) and quintile 2 (poorer).
Multivariate analysis show that the determinants of infant mortality in poor families in Indonesia were birth weight, infant gender, and assistance of delivery, while maternal age, parity, birth spacing, number of antenatal visits, size of the infant at birth, and place of delivery is the variable konfounding.
The government should provide health care that is easily accessible by poor families or poor families came to do the antenatal care. Health program managers need to pursue programs that help meet the nutritional adequacy poor mothers during pregnancy to prevent infant delivery with low birth weight; mother intervenes related to the influence of the sex of the infant so that the infant mortality can do early prevention; and promote health programs support mothers to delivery at health facility and adelivery by health workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hermiyanti Junizarman
"ABSTRAK
Pelayanan antenatal merupakan suatu kegiatan penting dalam upaya peningkatan kesehatan ibu hamil. Pelayanan antenatal dilaksanakan melalui sarana pelayanan kesehatan antara lain posyandu dan puskesmas. Dalam kebijaksanaan upaya peningkatan kesehatan ibu hamil Repelita V ini diutamakan pelayanan antenatal melalui posyandu disamping melalui puskesmas dan dukungan rujukannya, pada,kenyataannya saat ini cakupan ibu hamil di posyandu masih rendah bila dibandingkan dengan cakupan di puskesmas. Tentunya banyak faktor yang berhubungan dengan cakupan tersebut, namun sejauh ini faktor-faktor tersebut belum diketahui.
Adanya gambaran tentang hubungan antara faktor-faktor pada ibu hamil dengan kunjungan baru antenatal pada posyandu dan puskesmas serta adanya informasi tentang perbedaan faktor-faktor tersebut, merupakan tujuan umum dari gambaran mengenai hubungan dan adanya perbedaan faktor-faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan ibu, sikap ibu, serta persepsi ibu terhadap faktor tenaga pelayanan, persepsi ibu terhadap jenis pelayanan, persepsi ibu terhadap ketersediaan peralatan dan persepsi ibu terhadap jarak lokasi pelayanan, dengan kunjungan baru antenatal di posyandu dan puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian adalah didapatnya gambaran tentang hubungan dan informasi perbedaan faktor-faktor pada ibu hamil dengan kunjungan baru antenatal pada posyandu dan puskesmas yakni faktor pendidikan ibu, pekerjaan suami, pengetahuan ibu, sikap ibu, persepsi ibu terhadap jarak puskesmas, persepsi ibu terhadap ketersediaan peralatan antenatal posyandu, dan persepsi ibu terhadap jenis pelayanan antenatal posyandu.
Saran yang diberikan, perlu peningkatan pengetahuan ibu hamil dengan mengaktifkan kegiatan Kelompok Peminat KIA (KP-KIA); peningkatan penggunaan pelayanan antenatal di posyandu antara lain dengan penajaman sasaran sesuai segmentasinya; peningkatan mutu pelayanan antenatal di posyandu melalui peningkatan penyuluhan, penyediaan kelengkapan peralatan yang diperlukan, pemeriksaan kehamilan secara benar oleh petugas kesehatan yang datang ke posyandu atau dukun bayi terlatih yang ditempatkan di posyandu, dan peningkatan penggerakkan peran serta BKIA swasta, Rumah Bersalin swasta, Bidan praktek swasta dalam upaya pembinaan posyandu; serta perlu adanya pengembangan dan penyebar luasan komunikasi, informasi dan motivasi tentang kesehatan ibu hamil, pelayanan antenatal di posyandu khususnya dan KIA umumnya baik melalui jalur formal maupun nonformal.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain diluar faktor-faktor yang telah diteliti.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Suhendro
"Peningkatan kualitas manusia dan kualitas keluarga lebih mendapat perhatian pada Pelita V dengan kelompok sasaran ibu, dan balita untuk mewujudkan kesejahteraan ibu dalam upaya menurunkan angka kematian dan angka kesakitan ibu, bayi dan balita. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator penilaian derajat kesehatan masyrakat. Namun angka kematian ibu masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju. Layanan antenatal diharapkan mempunyai daya ungkit terbesar dalam menurunkan angka kematian ibu. Dimana angka kematian ibu yang tidak melakukan kunjungan layanan antenatal adalah 5 kali lebih tinggi dari yang melakukan satu atau lebih kunjungan layanan antenatal.
Pada penelitian ini ingin diketahui hubungan antara kualitas layanan antenatal dengan karakteristik ibu hamil. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang penelitian kuantitatif deskriptif analitis dengan pendekatan "cross sectional" di 10 Puskesmas di Kotamadya Medan dengan melakukan analisa secara persentase, regresi sederhana dan regresi ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positip yang bermakna dari beberapa faktor pada karakteristik ibu hamil yang diteliti. Di antara faktor-faktor yang diteliti} faktor pengetahuan dan paritas ibu hamil yang paling berpengaruh untuk memperoleh kualitas layanan antenatal yang diterimanya. Dengan meningkatkan kualitas layanan antenatal diharapkan dapat mencegah kematian ibu secara dini. Dan perlu pula peningkatari pengetahuan dan ketrampilan penyedia layanan untuk mengikuti perkembangan dan kebutuhan program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Ayu Permatasari
"Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Menurut data profil UPTD Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi (2011) Cakupan K1 sebesar 96,8% masih dibawah target standar pelayanan minimum (SPM) yang mengikuti Millenium Development Goal (MDG’s) sebesar 97% dan cakupan K4 sebesar 85,2% masih di bawah target standar pelayanan minimum (SPM) yang mengikuti Millenium Development Goal (MDG’s) sebesar 95%.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi faktor - faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kunjungan pelayanan antenatal care (ANC) dengan jumlah sampel 100 ibu hamil trimester III yang melakukan kunjungan antenatal mulai tanggal 1 November sampai 13 Desember tahun 2012. Pengambilan sampel secara simple random sampling dan data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan ibu hamil trimester III di UPTD Puskesmas Pondok Gede yang melakukan kunjungan pelayanan antenatal dengan baik sebanyak 72% dan terdapat 3 variabel yang terbukti bermakna secara statistik dengan variabel dependen yaitu variabel pengetahuan (OR:0,250; 95%CI:0,1-0,627), pendidikan (OR:3,5; 95%CI:1,386-8,835) dan dukungan keluarga (OR:0,147; 95%CI:0,040-0,539).

Antenatal care is health service by health staff to mother during her gestation, it carried out in accordance with the antenatal care standard. According to profile data at the Health Center Pondok Gede, Bekasi Town (2011) the coverage of K1 is 96,8%, which is still under the target Development Goal (MDG’s) is 97% and the coverage of K4 is 85,2%, which is still under the target Development Goal (MDG’s) is 95%.
This research was descriptive by design cross sectional. The research aimed to know distribution of factors associate with utilization of antenatal care visit for pregnant women at the Health Center Pondok Gede, Bekasi Town in 2012. A hundred the 3rd trimester pregnant women from 1st November until 13rd December 2012. Randomly selected as sample of this research who attend to Maternal and Child Health Clinic at the Health Center Pondok Gede. Data collected using questionnaries.
The result of this research showed the 3rd trimester pregnant women at the Health Center Pondok Gede, Bekasi Town visited antenatal care well is 72%, and only three variables were statistically significant with the dependent variables which are knowledge (OR:0,250; 95%CI:0,1-0,627), education (OR:3,5; 95%CI:1,386-8,835), and family support (OR:0,147; 95%CI:0,040-0,539).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Dwi Rahmawati
"Masalah psikososial seringkali terabaikan dan tidak terkaji dalam kunjungan perawatan antenatal, sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah ibu hamil yang mengalami prenatal distress. Literasi kesehatan maternal, yaitu kemampuan wanita hamil untuk memperoleh dan menggunakan informasi kesehatan untuk mengambil tindakan yang mempengaruhi status kesehatan dirinya dan janin yang dikandung, berperan penting dalam meminimalkan masalah kesehatan yang timbul selama kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara literasi kesehatan maternal dengan prenatal distress pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design penelitian cross-sectional, yang melibatkan 107 ibu hamil di Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Rangkapan Jaya Baru, dan Puskesmas Depok Jaya yang dipilih secara consecutive sampling. Instrument penelitian yang digunakan yaitu Socio-demographic Questionnaire, Maternal Health Literacy Inventory in Pregnancy (MHELIP) versi Bahasa Indonesia, dan Revised Prenatal Distress Questionnaire (NuPDQ) versi Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden didominasi oleh ibu hamil dengan rata-rata usia 29,084 tahun (95% CI), tingkat pendidikan menengah (44,860%), tingkat pendapatan keluarga rendah (59%), multigravida (64,486%), dan berada di usia kandungan trimester kedua (35,514%) dan ketiga (35,514%). Literasi kesehatan maternal mayoritas ibu hamil berada pada tingkat problematic (51,336%) dan prenatal distress yang tinggi (56,075%). Hasil uji bivariat Spearman didapatkan nilai p= <0,001 yang menunjukkan bahwa literasi kesehatan maternal berhubungan dengan prenatal distress pada ibu hamil. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi pelayanan kesehatan untuk melakukan pemberian konseling kehamilan, upaya deteksi dini masalah psikologis, serta perawatan antenatal yang sesuai pada ibu hamil. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan literasi kesehatan maternal dan prenatal distress.

Psychosocial issues are often overlooked and not adequately addressed during antenatal care visits, leading to an increase in the number of pregnant women experiencing prenatal distress. Maternal health literacy, which refers to the ability of pregnant women to obtain and use health information to take actions that affect their health status and that of their unborn child, plays a crucial role in minimizing health issues during pregnancy. This study aims to analyze the relationship between maternal health literacy and prenatal distress in pregnant women. This quantitative study employs a cross-sectional design, involving 107 pregnant women from Pancoran Mas Health Center, Rangkapan Jaya Baru Health Center, and Depok Jaya Health Center, selected through consecutive sampling. The research instruments used include the Socio-demographic Questionnaire, the Maternal Health Literacy Inventory in Pregnancy (MHELIP) in the Indonesian version, and the Revised Prenatal Distress Questionnaire (NuPDQ) in the Indonesian version. The study results indicate that the respondents' characteristics are predominantly pregnant women with an average age of 29.084 years (95% CI), a medium education level (44.860%), low family income (59%), multigravida (64.486%), and in the second (35.514%) and third (35.514%) trimesters of pregnancy. The majority of pregnant women have problematic maternal health literacy (51.336%) and high prenatal distress (56.075%). The bivariate Spearman test results show a p-value of <0.001, indicating a relationship between maternal health literacy and prenatal distress in pregnant women. These findings can be utilized by health services to provide pregnancy counseling, early detection of psychological problems, and appropriate antenatal care for pregnant women. Future research can explore additional variables related to maternal health literacy and prenatal distress."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>