Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Nurinto
"Fatigue merupakan salah satu gejala paling umum yang dialami oleh orang dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Intervensi kombinasi latihan intradialitik dan terapi musik diharapkan memperbaiki fatigue lebih signifikan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh latihan intradialitik dan terapi musik terhadap fatigue pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan 35 responden yang terbagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi berjumlah 17 responden yang diberikan latihan intradialitik dan terapi musik sedangkan kelompok kontrol berjumlah 18 responden yang diberikan latihan intradialitik. Pengukuran fatigue menggunakan kuesioner Multidimensional Fatigue Inventory (MFI) versi Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah independent t-test, one way ANOVA, dan paired t test untuk melihat perbedaan rerata skor fatigue pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna rerata fatigue sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dengan nilai p value 0,000. Pada kelompok kontrol juga terdapat perbedaan yang bermakna rerata fatigue sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p value 0,001. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan selisih rerata fatigue post test dan pre test antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p value 0,231), namun penurunan rerata fatigue pada kelompok intervensi lebih besar dari pada penurunan rerata fatigue pada kelompok kontrol. Tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penyakit penyerta dan lama hemodialisis) dengan fatigue kelompok intervensi (p value > 0,05). Kesimpulan penelitian latihan intradialitik dan terapi musik dapat menurunkan nilai fatigue baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. 

Fatigue is one of the most common symptoms experienced by people with chronic renal failure undergoing hemodialysis. The combined intervention of intradialytic exercise and music therapy is expected to improve fatigue more significantly. The purpose of this study was to identify the effect of intradialytic exercise and music therapy on fatigue in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis. The research design used was a quasi-experiment with 35 respondents divided into intervention and control groups. The intervention group amounted to 17 respondents who were given intradialytic exercise and music therapy while the control group amounted to 18 respondents who were given intradialytic exercise. Measurement of fatigue using the Indonesian version of the Multidimensional Fatigue Inventory (MFI) questionnaire. Data analysis used was independent t-test, one way ANOVA, and paired t test to see the difference in mean fatigue scores in the intervention group and control group. The results showed that there was a significant difference in the average fatigue before and after treatment in the intervention group with a p value of 0.000. In the control group there was also a significant difference in the average fatigue before and after the intervention with a p value of 0.001. There was no significant difference in the difference in mean fatigue post test and pre test between the intervention group and the control group (p value 0.231), but the decrease in mean fatigue in the intervention group was greater than the decrease in mean fatigue in the control group. There was no significant relationship between the characteristics of respondents (age, gender, education level, comorbidities and duration of hemodialysis) with fatigue in the intervention group (p value > 0.05). The study concluded that intradialytic exercise and music therapy can reduce fatigue values in both the intervention and control groups. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muningtya Philiyanisa Alam
"ABSTRAK
Penyakit ginjal kronik (PGK) telah menjadi penyakit epidemik global dan prevalensinya di Indonesia terus meningkat. Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang paling sering dilakukan pada pasien PGK stadium akhir. Pasien PGK yang menjalani HD rutin rentan mengalami protein energy wasting (PEW) sehingga memengaruhi status gizi. Lingkar otot lengan atas (LOLA) merupakan indeks yang dapat menggambarkan total protein tubuh dan massa otot. Terapi medik gizi komprehensif diperlukan untuk menghindarkan pasien dari PEW dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Pemantauan terhadap empat pasien berusia 32-61 tahun dengan proporsi jenis kelamin sama, didiagnosis PGK stadium akhir dan menjalani HD rutin. Berdasarkan kriteria The American Society for Parenteral and Enteral Nutrition seluruh pasien mengalami malnutrisi. Dua pasien telah menderita PEW, dua lainnya berisiko PEW. Terapi medik gizi diberikan sesuai dengan keadaan klinis pasien dengan target protein yaitu 1,1-1,4 g/kgBB/hari. Asupan energi dan protein pada dua pasien telah lebih dari 35 kkal/kgBB/hari dan 1,2 kkal/kgBB/hari sejak awal, sedangkan dua pasien lainnya rendah pada awal pengkajian namun mengalami peningkatan di akhir pemantauan. Seluruh pasien memiliki nilai LOLA yang rendah dan diduga mengalami deplesi otot, namun dua pasien mengalami peningkatan LOLA di akhir pemantauan.

ABSTRACT
Chronic kidney disease has become a global epidemic disease and the prevalence is increasing in Indonesia. Hemodialysis (HD) is the most common treatment for end stage renal disease (ESRD) patients. Patients who undergoing HD routinely are vulnerable to increase protein energy wasting (PEW) so nutritional status must be monitored closely. Mid upper arm muscle circumference (MUAMC) can be use to show total body protein and muscle mass. Medical nutrition therapy is needed to prevent patients from PEW and improve the quality of life. Four patients age range 32-61 years and same sex ratio, diagnosed with ESRD undergoing HD. Based on The American Society for Parenteral and Enteral Nutrition s criteria all patients were malnutrition. Two patients experienced PEW and the other had risk of PEW. Medical nutritional therapy is given according to clinical condition of each patient with target protein from 1.1-1.4 g/kgBW/day. Energy and protein intake in two patients was more than 35 kcal/kgBW/day and 1.2 kcal/kgBW/day at first assessment. Unfortunately the others patient intake were low at the first assessment but incresed at the end of monitoring. All patients had low MUAMC scores which indicate muscle depletion. Two patients had increased MUAMC at the end of monitoring."
2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sari
"Keluarga yang merawat anak dengan gagal ginjal kronik terutama yang mendapat terapi hemodialisis memiliki masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman keluarga dalam merawat anak gagal ginjal kronik yang mendapat terapi hemodialisis. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif dengan cara wawancara mendalam kepada 7 partisipan. Partisipan adalah keluarga yang merawat anak selama minimal 1 bulan terakhir dan sedang menjalani terapi hemodialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Collaizi dan menghasilkan 5 tema, yaitu 1) respon keluarga terhadap perawatan anak, 2) strategi koping yang dibangun keluarga, 3) dampak merawat anak bagi keluarga,, 4) upaya dukungan sosial yang diberikan keluarga, 5) perubahan pada anak yang menjalani terapi hemodialisis menurut persepsi keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga yang merawat anak memiliki permasalahan yang kompleks. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dasar untuk mengembangkan program dalam menerapkan asuhan yang berpusat pada keluarga.

Families who care for children with chronic renal failure who received therapy will have vulnerable occurrence problem. This study aim to explore the experience of families in caring for children with chronic renal failure receiving hemodialysis therapy. This research method is using descriptive phenomenological approach with in-depth interviews to 7 participants. Participants are families who care for the child for at least one month past is undergoing hemodialysis therapy in Cipto Mangunkusumo hospital. Data was analyzed by Collaizi so as to obtain 5 themes, namely the family's response to child care, family coping strategy, the impact of child care for families, family support and changes of children undergoing hemodialysis therapy related to family perception. These results indicate that the families who care for children have complex problems. This study endorse to develop program based on familycentered care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Amalia Mutiara Dewi
"Hipertensi intradialitik merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis dengan prevalensi kejadian sebesar 38%, kejadian hipertensi intradialitik yang tidak diatasi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi intradialitik pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 57 orang. Analisis data menggunakan Chi-square dan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara transfusi darah saat hemodialiasis (p= 0,001), interdialytic weight gain (IDWG) (p= 0,002), laju ultrafiltrasi (UFR) (p= 0,037) dan pemberian erythropoetin stimulating agents (ESA) (p= 0,048). Hasil analis multivariat regresi logistik berdasar nilai Odd Ratio menunjukkan IDWG ≥ 3% dan transfusi darah saat hemodialisis merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi intradialitik pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan intervensi keperawatan terkait pembatasan cairan pada pasien hemodialisis sebagai salah satu upaya pencegahan kejadian hipertensi intradialitik.

Intradialytic hypertension is the most common complication in patients undergoing hemodialysis with a prevalence of 38%, untreated intradialytic hypertension can increase patient morbidity and mortality. This study aims to analyze the factors associated with the incidence of intradialytic hypertension in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy. The design of this research is analytic cross sectional with a sample size of 57 people. Data analysis using Chi-square and Logistic Regression. The results showed that there was a relationship between blood transfusion during hemodialysis (p= 0.001), interdialytic weight gain (IDWG) (p= 0.002), ultrafiltration rate (UFR) (p= 0.037) and the administration of erythropoetin stimulating agents (ESA) (p= 0.048). ). The results of multivariate logistic regression analysis based on Odd Ratio values ​​showed IDWG 3% and blood transfusion during hemodialysis was the most associated factor with the incidence of intradialytic hypertension in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy. Based on the results of this study, it is necessary to carry out nursing interventions related to fluid restriction in hemodialysis patients as an effort to prevent the incidence of intradialytic hypertension."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Oktaviani Pravitasari
"Apoteker bekerja sama secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain untuk memaksimalkan pemberian terapi obat kepada pasien. Meskipun demikian, kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya permasalahan terkait obat/drug related problems (DRPs). Permasalahan terkait obat (Drug-Related Problems/DRPs) oleh Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) didefinisikan sebagai setiap kejadian yang melibatkan terapi obat dan secara nyata atau potensial terjadi akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan (PCNE, 2020). Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Andriani, et. al (2019) di salah satu RS di Indonesia, ditemukan terdapat DRPs yang dilaporkan meliputi kategori pemilihan obat (54%), durasi pemberian (22%), interaksi (10%), dosis (4%), dan efek samping obat (2%). Pada penelitian lain, pengkajian interaksi obat pada pasien gagal ginjal kronis pada tahun 2020 didapatkan bahwa dari 957 resep pada 112 pasien gagal ginjal kronik didapatkan potensi interaksi obat pada 928 resep dengan 717 resep memiliki tingkat potensi moderate (Hidayati, et. al., 2020). Hal inilah yang menyebabkan perlunya dilakukan PTO untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki (Kemenkes RI, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan pemantauan terapi obat pada pasien dengan kondisi khusus dan polifarmasi yaitu pasien dengan gagal ginjal kronis dengan hemodialisa, gagal jantung kronis, komorbid hipertensi stage II, hiperkalemia, dan pneumonia di RSUP Fatmawati dengan harapan adanya PTO dapat mengoptimalkan efek terapi, dan meminimalkan reaksi obat yang tidak dikehendaki.

Pharmacists work collaboratively with other health workers to maximize the delivery of drug therapy to patients. Nonetheless, the complexity of the disease and drug use, as well as the very individual response of the patient, increases the emergence of drug-related problems (DRPs). Drug-Related Problems (DRPs) by Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) are defined as any event involving drug therapy and that actually or potentially will affect the desired therapeutic outcome (PCNE, 2020). Based on research data conducted by Andriani, et. al (2019) in a hospital in Indonesia, it was found that there were reported DRPs covering the category of drug selection (54%), duration of administration (22%), interactions (10%), dosage (4%), and drug side effects (2 %). In another study, a study of drug interactions in chronic kidney failure patients in 2020 found that out of 957 prescriptions in 112 chronic kidney failure patients, the potential for drug interactions was found in 928 prescriptions with 717 prescriptions having a moderate level of potential (Hidayati, et. al., 2020) . This is what causes the need for PTO to optimize the therapeutic effect and minimize unwanted effects (Kemenkes RI, 2009).
 
Based on the description above, monitoring of drug therapy is carried out in patients with special conditions and polypharmacy, namely patients with chronic kidney failure with hemodialysis, chronic heart failure, comorbid hypertension stage II, hyperkalemia, and pneumonia at Fatmawati General Hospital in the hope that PTO can optimize the effect of therapy, and Minimize unwanted drug reactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Hanum
"Pasien gagal ginjal kornik (GGK) membutuhkan penatalaksaan berupa pengaturan diet, masukan kalori suplemen dan vitamin, obat-obatan, pembatasan asupan cairan dan terapi pengganti ginjal. Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal. Komplikasi pada hemodialisis seringkali terjadi karena masalah kepatuhan diet. Penerimaan penyakit dan dukungan sosial dapat berhubungan dengan kepatuhan diet. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penerimaan penyakit dan dukungan sosial dengan kepatuhan diet pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling pada 106 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner acceptance of illness, kusioner dukungan sosial dan kuesioner kepatuhan diet. Analisis yang digunakan yaitu uji Chi-Square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan responden yang patuh terhadap kepatuhan diet sebanyak 78.3%, dukungan sosial tinggi sebanyak 61.3% dan penerimaan penyakit tinggi 40.6%. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan penyakit dengan kepatuhan diet (p=0.005), terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kepatuhan diet (p=0.026). Selanjutnya pada analisis multivariat variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan diet adalah lama menjalani hemodialisis (p=0.032) setelah dikontrol variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan pekerjaan, lama menjalani hemodialisis, sosial ekonomi, penerimaan penyakit, dan dukungan sosial serta mampu memprediksi sebesar 8% terhadap kepatuhan diet. Rekomendasi penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi serta melakukan upaya meningkatkan penerimaan penyakit dan dukungan sosial pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan diet.

Patients with chronic kidney disease (CKD) require management in the form of diet regulation, calorie intake, supplements and vitamins, medication, limiting fluid intake and kidney replacement therapy. Hemodialysis is a type of kidney replacement therapy. Complications in hemodialysis often occur due to dietary compliance problems. Disease acceptance and social support may be associated with dietary compliance. This research aims to determine the relationship between acceptance of illness and social support with dietary compliance in CKD patients undergoing hemodialysis. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling of 106 respondents. Data were collected using an acceptance of illness questionnaire, social support questionnaire and diet compliance questionnaire. The analysis used is the Chi-Square test and logistic regression. The research results showed that 78.3% of respondents were compliant with diet, 61.3% had high social support and 40.6% had high disease acceptance. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between acceptance of illness and diet compliance (p=0.005), and there was a significant relationship between social support and diet compliance (p=0.026). Furthermore, in the multivariate analysis, the variable that most dominantly influenced diet compliance was the length of time undergoing hemodialysis (p=0.032) after controlling for the variables gender, occupational education level, length of time undergoing hemodialysis, socio-economics, disease acceptance, and social support and was able to predict 8% of dietary compliance. This research recommends that nurses need to identify and make efforts to increase disease acceptance and social support for patients to increase dietary compliance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Hans Sc Martogi
"Latar Belakang: Penyakit ginjal kronik (PGK) menunjukkan peningkatan signifikan dalam prevalensi dan angka kematian. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis (HD) kronik rentan mengalami kejadian hipoglikemia intradialisis. Kejadian ini jarang dilaporkan karena tidak bergejala dan memiliki ambang batas yang bervariasi, terutama pada pasien diabetes melitus (DM).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor prediksi kejadian hipoglikemia intradialisis pada pasien PGK yang menjalani HD kronik.
Metode: Penelitian kohort prospektif ini melibatkan 156 pasien PGK yang menjalani HD di Unit HD, Divisi Ginjal-Hipertensi, FKUI-RSUPN-CM, Jakarta, pada bulan Juni 2024. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk mengidentifikasi faktor prediksi kejadian hipoglikemia intradialisis.
Hasil: Hipoglikemia intradialisis terjadi pada 29,5% pasien. Faktor prediksi signifikan termasuk hipotensi intradialisis (OR 6,78; 95% CI 2,47-18,59; p = 0,000), lama menjalani HD ≤ 1 tahun (OR 4,75; 95% CI 1,72-13,09; p = 0,003), inadekuasi HD (OR 3,54; 95% CI 1,38-9,06; p = 0,009), dan diabetes melitus tipe 2 (OR 2,62; 95% CI 1,07-6,43; p = 0,036). Persamaan model prediksi, logit(p) = -2,94 + 1,91 × hipotensi intradialisis + 1,56 × lama menjalani HD + 1,26 × adekuasi HD + 0,96 × diabetes tipe 2 dikembangkan menjadi sistem skoring dengan total skor 5. Skor yang lebih tinggi menunjukkan probabilitas hipoglikemia yang lebih tinggi. Model ini menunjukkan kalibrasi baik (Hosmer-Lemeshow p = 0,37) dan diskriminasi kuat (AUC = 0,83 IK 95% 0,75-0,91).
Kesimpulan: Faktor-faktor yang memprediksi terjadinya hipoglikemia intradialisis adalah hipotensi intradialisis, lama menjalani HD, adekuasi HD, dan DM tipe 2. Model prediksi yang dihasilkan menunjukkan performa statistik yang baik.

Background: Chronic kidney disease (CKD) shows a significant increase in prevalence and mortality rates. Patients with CKD undergoing chronic hemodialysis (HD) are prone to experience intradialytic hypoglycemia. This condition is rarely reported due to its asymptomatic nature and varying thresholds, especially among diabetic patients.
Objective: This study aims to identify predictors of intradialytic hypoglycemia in CKD patients undergoing chronic HD.
Methods: A prospective cohort study was conducted with 156 CKD patients receiving HD at hemodialysis unit, Division of Nephrology-Hypertension, FKUI-RSUPN-CM, Jakarta, in June 2024. Bivariate and multivariate analyses were used to identify significant predictors of intradialytic hypoglycemia.
Results: Intradialytic hypoglycemia occurred in 29.5% of patients. Significant predictors included intradialytic hypotension (OR 6.78; 95% CI 2.47-18.59; p = 0.000), HD duration ≤ 1 year (OR 4.75; 95% CI 1.72-13.09; p = 0.003), HD inadequacy (OR 3.54; 95% CI 1.38-9.06; p = 0.009), and type 2 diabetes mellitus (OR 2.62; 95% CI 1.07-6.43; p = 0.036). The predictive model, logit(p) = -2.94 + 1.91 × intradialytic hypotension + 1.56 × HD duration + 1.26 × HD adequacy + 0.96 × type 2 diabetes was developed into a scoring system with a total score of 5. Higher scores indicated a higher probability of hypoglycemia. The model showed strong calibration (Hosmer-Lemeshow p = 0.37) and discrimination (AUC = 0.83 95% CI 0.75-0.91).
Conclusion: The factors that predict the occurrence of intradialytic hypoglycemia include intradialytic hypotension, duration of HD, HD adequacy, and type 2 diabetes mellitus. The predictive model developed exhibits strong statistical performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noer Triyanto Rusli
"Diberlakukannya JKN di rumah sakit maka terjadi perubahan sistem pembayaran dari pembayaran secara retrospektif fee for service menjadi sistem pembayaran prospektif INA-CBG rsquo;s Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, RS RK Charitas mempunyai peranan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas namun tetap memperhatikan cost effective pelayanan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya dan mengidentifikasi faktor-faktor penentu inefisiensi layanan hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik di RS RK Charitas sehingga bisa dijadikan pedoman pengendalian biaya dalam melayani pasien. Jenis penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan menggunakan data primer pengamatan dan wawancara dan data sekunder berupa data dari RS RK Charitas tahun 2016. Analisis biaya menggunakan pendekatan Activity Based Costing ABC dengan metode 'Bottom Up'.
Metode ABC untuk mengalokasikan biaya dengan mengidentifikasi pemicu biaya cost driver penyebab terjadinya biaya layanan hemodialisis. Beban biaya operasional merupakan beban yang terbesar dalam penyelenggaraan layanan hemodialisis. Gaji pegawai merupakan salah satu biaya terbesar dalam biaya operasional. Analisis faktor-faktor penyebab inefisiensi dilakukan dengan perhitungan Value Stream Mapping VSM. Komposisi value added VA dibanding non value added NVA adalah 17.73 :82.27. Implementasi lean pada layanan hemodialisis dapat mengeliminasi pemborosan.

Enactment of JKN in hospital changes the payment system from retrospective payment fee for service into prospective payment INA CBG 39 s . As a healthcare facility, RK Charitas Hospital has a role to provide not only quality but also consider cost effective of services. This study aimed to analyze costs and identify the determinants of the inefficiency of hemodialysis services in patients with chronic renal failure at RK Charitas Hospital so that it can be used as guidelines for cost control in serving patients. This is a descriptive analysis research using primary data observations and interviews and secondary data from RK Charitas Hospital in 2016. Approach of cost analysis is Activity Based Costing ABC with Bottom Up method.
ABC method is used to allocate costs by identifying cost drivers of hemodialysis services. Operational cost is the biggest expense in the hemodialysis services. Salary of employees is one of the biggest expenses in operational costs. Analysis of the inefficiencie factors uses thecalculation of Value Stream Mapping VSM. The composition of value added VA compared to non value added NVA is 17.73 82.27. Lean implementation on hemodialysis services could eliminate waste.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levy Wayiqrat
"Kepatuhan pembatasan cairan merupakan permasalahan yang akan terus dihadapi pasien GGK. Ketidakpatuhan pembatasan cairan dapat menyebabkan kegagalan terapi, menurunnya kualitas hidup pasien, bahkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen cairan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien GGK dengan hemodialisis di RSAU dr. Esnawan Antariksa. Desain penelitian adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel 101 responden dengan consecutive sampling.
Metode pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner dan pengamatan IDWG Interdialytic Weight Gain . Analisis hasil penelitian menggunakan Chi-Square bivariat dengan ?=0,05, didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen cairan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan p=0,88. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya pemberian perhatian pada kondisi psikologis pasien GGK on HD untuk meningkatkan kepatuhannya.

Fluid resstriction adherence is a major change in patient with CKD. Nonadherence to fluid restriction can lead to treatment failure, reduce quality of life, and also increase morbidity and mortality number. This study aimed to identify the corelation between fluid management knowledge level with fluid restriction adherence in CKD patient undergoing haemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta Timur.
The study design was Cross Sectional that involved 101 respondents. Data were collected through filling questionnaire and observating Interdialytic Weight Gain IDWG. Analysis data used Chi Square 0.05, resulted in that there was no significant association between fluid management knowledge level and fluid restriction adherence p 0.88. This study recommends the important of psychological issues to increase patients adherence level.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Imelda
"Pendahuluan. Berbagai panduan menganjurkan hemodialisis HD tiga kali seminggu. Di Indonesia pasien dengan hemodialisis dua kali seminggu lebih banyak ditemukan. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran klinis dan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisis dua kali seminggu dibandingkan tiga kali seminggu.
Metode. Merupakan studi potong lintang pada pasien yang menjalani HD dua dan tiga kali seminggu di RS Cipto Mangunkusumo dan beberapa RS swasta. Dilakukan pemeriksaan laboratorium dan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan Kidney Disease Quality of Life KDQOL-SF 36.
Hasil. Didapatkan 80 subjek dengan kelompok usia >50 tahun lebih banyak ditemukan. Secara bermakna lebih tinggi pada kelompok HD dua kali yaitu Interdialytic Weight Gain IDWG 4,91 SB 1,52 dan 3,82 SB 1,28 p=0,002. albumin 4,05 SB 0,26 dan 3,86 SB 0,48 p=0,027, saturasi transferin 25,5 12,0-274,0 dan 21,95 5,8-84,2 p=0,004, kadar fosfat 5,82 SB 1,68 dan 5,82 SB 1,68 p=0,026. Kadar TIBC 235,20 SB 55,72 dan 273,73 SB 58,29 p=0,004 pada kelompok tiga kali HD secara bermakna lebih tinggi. Pada kelompok HD dua kali seminggu 68 mencapai Kt/V>1,8, 93,3 yang HD tiga kali seminggu mencapai Kt/V>1,2. Kualitas hidup antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna baik pada Physical Componet Score PCS p=0,227, Mental Component Score MCS p=0,247 dan Kidney Disease Component Score KDCS p=0,889.
Simpulan. Didapatkan secara bermakna lebih tinggi pada kelompok HD dua kali seminggu pada pemeriksaan IDWG, albumin, saturasi transferin, fosfat, sedangkan TIBC lebih tinggi pada kelompok HD tiga kali seminggu. Kualitas hidup kedua kelompok tidak berbeda bermakna.

Introduction. Many guidelines recommend hemodialysis HD three times a week. In Indonesia there are more patients undergoing hemodialysis twice a week. It is necessary to investigate the clinical features and the quality of life in patients undergoing hemodialysis twice a week.
Method. A cross sectional study in patients undergoing HD two and three times weekly at Cipto Mangunkusumo Hospital and some private hospitals. Laboratory examination and assessment of quality of life by using Kidney Disease Quality of Life KDQOL SF 36.
Results. There were 80 subjects with age group 50 years is more common. Significantly higher in group HD twice a week were Interdialytic Weight Gain IDWG 4.91 SB 1.52 and 3.82 SB 1.28 p 0.002. 4,05 albumin SB 0.26 and 3.86 SB 0.48 p 0.027, transferrin saturation 25.5 12.0 to 274.0 and 21.95 5.8 to 84.2 p 0.004, the phosphate level 5.82 SB 1.68 and 5.82 SB 1.68 p 0.026. The TIBC level 235.20 55.72 SB and 273.73 58.29 SB p 0.004 was significantly higher in group HD thrice a week. In twice a week HD group 68 reached Kt V 1.8, 93.3 of HD thrice a week achieved Kt V 1.2. Quality of life between the two groups was not significant either on Physical Componet Score PCS p 0.227, Mental Component Score MCS p 0.247 and Kidney Disease Component Score KDCS p 0.889.
Conclusion. There were significantly higher in group HD twice a week on examination IDWG, albumin, transferrin saturation and phosphate levels, whereas the TIBC was higher in group HD three times a week. Quality of life of the two groups was not significant difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>