Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Talitha Rasha
"Kalilah wa Dimnah adalah sebuah koleksi cerita berbahasa Sansekerta dari abad ke-3 SM, yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab oleh Ibn al-Muqaffa’ pada 730 M. Dari versi Ibn al-Muqaffa’, Kalilah wa Dimnah kemudian dianggap sebagai salah satu mahakarya prosa artistik Arab yang kaya akan bahasa metaforis. Bahasa metaforis seringkali menjadi kendala dalam menerjemahkan dikarenakan adanya variasi dalam struktur bahasa, maupun variasi dalam budaya. Fokus penelitian ini adalah menganalisis jenis-jenis metafora dan strategi penerjemahannya, dari bahasa Arab ke dalam terjemahan bahasa Indonesia dari cerita Kalilah wa Dimnah, yaitu Hikajat Kalilah dan Dimnah oleh Ismail Djamil (1971), berdasarkan teori Peter Newmark. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis teks digunakan dengan cara membandingkan karya asli dan terjemahan. Dari 20 metafora yang dikaji, sebanyak 5 dari 6 jenis metafora ditemukan. Jenis metafora yang paling banyak ditemukan adalah jenis metafora klise dan metafora orisinil, sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah metafora saduran. Adapun hasil analisis strategi penerjemahan metafora-metafora tersebut menemukan 6 dari 7 strategi yang digunakan. Strategi yang paling banyak digunakan adalah strategi ke-1 (penerjemahan metafora yang sama dari BSu ke BSa) dan strategi ke-2 (menerjemahkan menjadi metafora lain dengan makna yang sama), sedangkan paling sedikit ditemukan adalah strategi ke-7 (menggabungkan metafora dengan artinya).
Kalilah wa Dimnah is a collection of fables in Sanskrit that was written in the 3rd century BC, that was translated into Arabic by Ibn al-Muqaffa’. Ibn al-Muqaffa's version of Kalilah wa Dimnah is considered one of the masterpieces of Arabic artistic prose, rich in metaphorical language. Metaphorical language often poses challenges in translation due to variations in linguistic structures and cultural contexts. This research focuses on analyzing types of metaphors and their translation strategies from Arabic into Indonesian the translation of Kalilah wa Dimnah, "Hikajat Kalilah dan Dimnah" by Ismail Djamil (1971), based on Peter Newmark's theory. The study employs a qualitative descriptive method. Text analysis involves comparing the original work with its translation. Out of 20 metaphors studied, 5 out of 6 types of metaphors were identified. The most commonly found types of metaphors are cliché and original metaphors, while adapted metaphors were the least common. The analysis of translation strategies for these metaphors identified 6 out of 7 strategies used. The most frequently employed strategies include strategy 1 (direct translation of metaphors) and strategy 2 (translating into another metaphor with the same meaning), whereas strategy 7 (combining the metaphor with its meaning) was the least frequently used."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kurniawan
"Ibn Muqaffa adalah seorang penulis senior pertama pada masa Abbasiah. Buku-bukunya memiliki berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan meliputi Arab, Persia, dan India. la juga berpikiran luas dan memiliki pengetahuan yang mendalam.
Hasil tulisannya terutama berkenaan dengan Persia, seperti perkataan hakim serta nasehat-nasehat raja, dikemukakan olehnya dengan, penuh keistimewaan, ringkas, pilihan kata-katanya lugas dan banyak memiliki interpretasi, menunjukkan keteguhan berpikir serta pandangan yang jauh ke depan. Abdullah lbn Muqaffa adalah seorang yang memiliki kemahiran dalam menerangkan dan menafsirkan kata-kata, dibandingkan dengan penulis yang hidup sezaman dengannya, dan juga termasuk seorang pakar terjemah buku-buku berbahasa Persia. Hasil terjemahannya dalam bahasa Arab sangat baik, jelas, dan mudah seperti layaknya seorang pengarang bukan penterjemah.
Kalilah dan Dimnah merupakan prosa terjemahan Ibn Mugaifa (134 H) yang berasal daru Persia. Ibn Muqaffa menterjemahkan dari bahasa India ke bahasa Pahlawi -ada yang berkata- sejak masa Anusyirwan, yang telah membuktikan bahwa karya tersebut berasal dari Persia. Hal ini berdasarkan sumber dari Buku Pancatantra, Hitopadesya dan Mahabharata yang menunjukkan bukti keaslian cerita liktif tersebut, yang banyak menggunakan hewan sebagai tokoh, juga dapat berbicara untuk mereformasi kehidupan masyarakat dan politiknya.
Dalam tulisan ini dikemukakan analisis alur secara struktural mengenai dua cerita Kalilah dan Dimnah, Alur merupakan salah satu unsur terpenting dalam menganalisa karya sastra. Karena alur seperti kerangka pada tubuh manusia yang tersusun rapi dan memiliki fungsi sebagai penopang sebuah cerita."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S13142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Yulianingrum
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan persamaan dan perbedaan urutan peristiwa dalam cerita Kalilah wa Dimnah versi Arab dan versi Melayu, sekaligus membuktikan pernyataan Brandes dalam Yock Fang (1975) yang mengatakan bahwa perbedaan dalam kedua versi ini hanya terdapat pada awal dan akhir cerita. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan obyektif, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri, Teknik penelitian yang dipakai adalah studi literatur. Metode deskriptif dan analisis adalah metode yang digunakan oleh penulis dalam membahas obyek penelitian ini dengan bantuan teori A.Viala dan Schmitt mengenai sekuen. Sekuen adalah susunan urutan peristiwa yang berdasarkan pada matra tokoh, gagasan, ruang dan waktu yang memiliki kesatuan makna. Urutan sekuen ini berdasar teori Todorov, dikelompokkan ke dalam fungsi utama dan katalisator. Fungsi utama adalah susunan sekuen yang menunjukkan hubungan sebab-akibat, sehingga dari fungsi utama diperoleh alur cerita. Alur cerita berdasarkan teori Sudjiman dikelompokkan menjadi tiga bagian. Bagian awal terdiri atas paparan, rangsangan, dan gawatan. Bagian tengah terdiri atas tikaian, rumitan dan klimaks. Leraian dan selesaian merupakan bagian akhir dari struktur alur. Hasil analisis memperlihatkan bahwa alur dalam cerita Kalilah wa Dimnah versi Arab dan versi Melayu memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan dari kedua cerita ini adalah alurnya berjalan linier, serta memiliki banyak cerita sisipan yang berfungsi sehagai lanturan dan penegas. Perbedaan kedua cerita tidak hanya terdapat pada awal dan akhir cerita, tetapi juga berbeda pada banyaknya sekuen, nama tokoh penghasut, latar serta struktur alur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S13190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Setyaningrum
"Studi ini mengkaji prosedur dan kecenderungan penerjemah dalam mengolah metafora yang terkandung dalam novel The Fault in Our Stars karya John Green. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan teori Newmark mengenai prosedur penerjemahan metafora 1988 serta teori domestikasi dan foreignisasi milik Venuti 1995 yang digunakan untuk mengetahui prosedur penerjemahan yang paling banyak diterapkan oleh penerjemah. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerjemah hanya menggunakan empat dari tujuh prosedur yang disarankan oleh Newmark. Meskipun kedua teori yang diusulkan oleh Venuti sering digunakan oleh penerjemah, foreignisasi terbukti sebagai strategi yang paling banyak digunakan dalam novel ini. Selain itu, studi ini menyimpulkan bahwa penerjemah memilih untuk mempertahankan gaya penulisan khas penulis asli melalui strategi foreignisasi. Di satu sisi, penerjemah juga berusaha menunjukkan kealamian pada hasil terjemahannya agar mudah dipahami oleh pembaca lokal.

This study examines the translator rsquo s procedures and tendency in rendering metaphors found in John Green rsquo s The Fault in Our Stars. The data are collected and analyzed using Newmark rsquo s theory of metaphor translation procedures 1988 and Venuti rsquo s theory of domestication and foreignization strategies 1995 to find out the most prevalent translation procedures applied by the translator. The results indicate that the translator only used four out of seven procedures suggested by Newmark. Meanwhile, although both domestication and foreignization strategies proposed by Venuti are employed on many occasions to produce the translation, foreignization is the more prevalent one between the two. The results also imply that the translator may opt to preserve the author rsquo s emotive and creative language style through foreignization, yet at the same time, appeal to the domestic target readers by exhibiting a certain degree of naturalness to her translation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amadea Dwi Pradhipta
"Artikel ini merupakan penelitian mengenai metafora yang terdapat dalam komik humor Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand!. Dalam komik ini, ditemukan banyak penggunaan metafora yang dipakai untuk mewakili maksud yang ingin disampaikan oleh pembuat komik. Dengan menggunakan teori metafora menurut Lehmann dan Martin-Berthet, dengan ruang lingkup penelitian yang dibatasi pada kata dan frasa, penelitian ini menemukan jenis-jenis metafora yang muncul pada komik. Jenis metafora dominan yang muncul kemudian dilihat keterkaitannya dengan komik. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa jenis metafora dominan yang muncul adalah metafora konkret ke konkret. Pada metafora konkret ke konkret, terdapat objek konkret yang menjadi acuan (Lehmann, 2002: 80) sehingga metafora ini lebih banyak dipakai karena lebih mudah dimengerti oleh pembaca komik. Kemudian, metafora konkret ke konkret yang dominan muncul adalah metafora binatang. Terkait dengan jenis komik, metafora ini banyak dipakai karena berfungsi untuk menambah unsur pembangun humor. Hal ini memperkuat pendapat Ullmann (1964: 215). Di samping itu, dari penelitian ini juga ditemukan bahwa gejala metafora di dalam komik tidak dapat dilepaskan dari konteks ceritanya.

This article is a research of metaphor that is contained in Tome and Janry’s humor comic titled Le Petit Spirou: Tu Comprendras Quand Tu S’ras Grand!. In this comic, can be found many metaphor that is used to represent the intention of the comic maker. By using the theory of metaphor according to Lehmann and Martin-Berthet, with the scope of research that is limited to words and phrases, this research found the types of metaphors that appeared in the comic. The dominant metaphor type appeared shown its relevance to the comic. This study showed that the dominant type of metaphor is concrete to concrete metaphor. In concrete to concrete metaphor, there is a concrete object which becomes the reference (Lehmann, 2002: 80) so that this type of metaphor is more widely used because it is more easily understood by readers of comic. Then, concrete to concrete metaphor that often appeared was the metaphor of animal. Related with this type of comic, this metaphor is widely used because it serves to add the element of humor. This is the opinion of Ullmann (1964: 215). In addition, this research also found that symptoms of metaphor in the comic cannot be separated from the context of the story.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari
"Penelitian ini membahas karakter non fiksi, yaitu Abraham Lincoln yang menjadi karakter fiksi sebagai pemburu vampir, dalam film Abraham Lincoln: Vampire Hunter. Hal ini dilakukan dengan mengungkapkan metafora yang terkandung dalam penggambaran vampir terkait dengan kisah nyata dari Abraham Lincoln. Pendekatan intertekstualitas digunakan sebagai platform dalam penelitian ini. Analisis makalah ini terrfokus pada aspek setting dalam mise en scene yang digunakan untuk membantu pengungkapan metafora dalam kaitannya dengan sejarah Amerika. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan kontribusi asli untuk kritik sastra, dan intertekstualitas pada khususnya. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi Lincoln menjadi pemburu vampir terkait dengan kepemimpinannya sebagai presiden pada waktu di mana orang-orang berperang melawan perbudakan. Meskipun pemilik budak yang merupakan orang-orang kulit putih dalam film ini tetap ada, penambahan karakter vampir semakin menegaskan bahwa mereka adalah pemilik budak. Vampir menghisap darah manusia untuk kepentingan mereka sendiri, sama halnya seperti pemilik budak yang mengeksploitasi manusia lain demi keuntungan mereka sendiri. Makalah ini menyimpulkan bahwa tidak ada metafora yang lebih tepat yang dapat digunakan untuk menggambarkan pemilik budak selain vampir. Pada akhirnya, menghancurkan vampir yang ingin mengambil alih Amerika Serikat sama dengan menghapuskan perbudakan.

This paper examines a non fictional character, Abraham Lincoln who becomes a fictional character as a vampire hunter, in the movie Abraham Lincoln: Vampire Hunter. It reveals the metaphor contained in the vampire depiction in relation to the real story of Abraham Lincoln. The intertextuality approach is used as the platform of the research. The analysis focuses on the aspect of setting in mise en scene used to help the disclosure of metaphors in its relation to American history. Therefore, this paper is aimed to make an original contribution to literary criticism and intertextuality in particular. The findings in this research show that Lincoln’s transformation into a vampire hunter was related to his leadership as the president at the time in which people were fighting against slavery. Although the slave owners who are white people in this movie still remain, the addition of the vampire character’s increasingly emphasized that they were the slave owners. Vampires suck human blood for their own sake; the same as the slave owners who exploit other human beings for the sake of their own benefits. The paper concludes that there is no more appropriate metaphors that can be used to depict slave owners other than vampires. Ultimately, destroying vampires who wanted to take over the United States is similar to abolishing slavery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sofia Widianingsih
"Topik penelitian ini adalah penerjemahan metafora. Penelitian ini membahas mengenai metafora kepala dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Korpus data yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang terbit pada tahun 2013 dan novel Alle Farben Rot yang diterjemahkan oleh Martina Heinschke yang terbit pada tahun 2015. Masalah penelitiannya adalah bagaimana penerjemahan metafora kepala dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman dan apakah metafora kepala yang ada pada teks sumber diterjemahkan kembali menjadi metafora pada teks sasaran. Metode penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan deskriptif-kontrastif. Teori yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah teori metafora yang diuraikan oleh Kurz dan teori komponen makna yang diuraikan oleh Larson. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat 11 metafora ldquo;kepala rdquo; yang disandingkan dengan kata lain tidak diterjemahkan menjadi metafora kembali pada bahasa Jerman. Meskipun begitu, makna yang dimiliki oleh frasa dengan metafora ldquo;kepala rdquo; tetap sepadan. Satu frasa dengan metafora ldquo;kepala rdquo; tetap diterjemahkan menjadi metafora dalam bahasa sasaran.

The topic of this research is the translation of metaphor. This research attempts to explain the metaphor of kepala in Bahasa which is translated into German. The data corpus used for this research is the novel Amba by Laksmi Pamuntjak published in 2013 and the novel Alle Farben Rot translated by Martina Heinschke published in 2015. The research problem is how the metaphorical translation of kepala in Bahasa to German and whether the metaphor of kepala in the source text is translated back into a metaphor in the target text. This research method is literature study with descriptive contrastive approach. The theory used to do this research is the metaphorical theory explained by Kurz and the theory of meaning components described by Larson. The result shows that 11 metaphors of kepala juxtaposed with other words and not translated into a metaphor back in German. However, the meaning possessed by the phrase with the metaphor of kepala remains substansial. A phrase with a metaphor kepala remains translated into a metaphor in german. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farasi, Ali bin Syah Al
Yogyakarta: Navila, 2007
891.43 FAR kt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hotnida Novita Sary
"[Penelitian ini mengkaji ungkapan metaforis dalam kitab Mazmur dari aspek semantis. Teori yang melandasi penelitian ini terutama teori metafora konseptual (Lakoff dan Johnson) dan model analisis metafora Knowles dan Moon. Secara teologis, mazmur dapat dibedakan ke dalam empat tipe, yaitu mazmur pujian, mazmur doa, mazmur raja, dan
mazmur pengajaran. Namun secara linguistis, terjadi kecenderungan penggunaan ranah sumber metafora pada tipe mazmur. Metafora Tuhan dalam mazmur doa dan mazmur raja cenderung menggunakan istilah yang berhubungan dengan pertahanan dan perlindungan
diri. Sebaliknya, dalam mazmur pujian, metafora yang menggambarkan Tuhan sebagai sesuatu yang berkuasa dan mulia cenderung lebih banyak. Selain itu, ungkapan metaforis menggunakan istilah yang berkaitan dengan lingkungan alam dan budaya setempat;This research examines the metaphorical expression in the Psalms of semantic aspects. The theory underlying this study primarily conceptual metaphor theory (Lakoff and Johnson) and metaphor analysis model Knowles and Moon. Theologically, the psalm can be divided into four types: psalms of praise, psalms of prayer, psalms of king, and psalms
of teaching. But linguistically, there is a tendency on the use of the domain of the source of metaphor types of psalms. Picturing God in psalms of prayer and psalms of king tend to use terms associated with self-defense and protection. In contrast, in the psalms of praise, a metaphor describing God as something powerful and noble tend more. In addition, the metaphorical expression using terms related to the natural environment and local culture, This research examines the metaphorical expression in the Psalms of semantic aspects.
The theory underlying this study primarily conceptual metaphor theory (Lakoff and
Johnson) and metaphor analysis model Knowles and Moon. Theologically, the psalm can
be divided into four types: psalms of praise, psalms of prayer, psalms of king, and psalms
of teaching. But linguistically, there is a tendency on the use of the domain of the source
of metaphor types of psalms. Picturing God in psalms of prayer and psalms of king tend
to use terms associated with self-defense and protection. In contrast, in the psalms of
praise, a metaphor describing God as something powerful and noble tend more. In
addition, the metaphorical expression using terms related to the natural environment and
local culture]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Aprilia Maharani
"Penelitian ini membahas metafora dalam artikel pada surat kabar. Data yang digunakan adalah 13 artikel bulutangkis pada harian Kompas periode 1994-2002 dalam ajang Piala Thomas. Periode tersebut dipilih karena pada saat itu, Indonesia memenangkan Piala Thomas selama 5 tahun berturut-turut sehingga pembahasan mengenai Piala Thomas semakin banyak diberitakan. Pembahasan difokuskan pada jenis-jenis metafora dalam artikel menurut pendapat Lakoff dan Johnson. Selain itu, aspek semantis dalam hal ranah makna metafora bulutangkis juga dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam artikel bulutangkis pada harian Kompas ditemukan 82 metafora yang akan dikelompokkan dalam metafora struktural, metafora orientasional, metafora ontologis personifikasi, dan metafora ontologis kontainer. Dari seluruh data tersebut, metafora yang paling banyak ditemukan adalah metafora jenis struktural berbentuk kata. Dalam aspek semantis, ditemukan 6 makna ranah metafora, yaitu 1 ranah makna proses pertandingan, 2 ranah makna hasil pertandingan yang terbagi menjadi dua makna: makna menang dan makna kalah, 3 ranah makna peristiwa, 4 ranah makna tokoh, 5 ranah makna harapan, dan 6 ranah makna spasial. Berdasarkan keenam ranah makna tersebut, ranah makna proses pertandingan paling banyak ditemukan. Seluruh metafora yang terdapat dalam artikel bulutangkis pada harian Kompas periode 1994-2002 tidak menunjukkan ciri khas metafora olahraga bulutangkis.

This essay discusses the metaphor in an article of a newspaper. There are 13 badminton articles from harian Kompas period 1994-2002 in Thomas Cup events. The period was chosen because at that time, Indonesia won the Thomas Cup events for 5 years in a row, so that the news about Thomas Cup got more recognition on the news. The discussion focused on the types of metaphors in the article with the opinion of Lakoff and Johsnon. Besides, the semantics aspect in the realm of metaphorical meaning is also discussed. The results showed that in the article badminton on harian Kompas found 82 metaphors to be grouped into structural metaphors, orientational metaphors, ontological metaphors of personification, and ontological metaphors of containers. From the data, the most common metaphor is a structural type in the form of the words. In the semantic aspect, there are six realm of meaning of metaphors 1 realm meaning of process of the game, 2 realm meaning of the results game win and defeat, 3 realm meaning of the event, 4 realm meaning of character, 5 realm meaning of hope, and 6 realm meaning of spatial. Based on the meaning of the sixth realms, the process of the game realm is most prevalent. All of metaphors from harian Kompas period 1994-2002 is not shows the characteristic of badminton sport."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>