Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frodewin Grimbert
"Skripsi ini meneliti perbedaan kecenderungan pencapaian pendidikan tertinggi berdasarkan intensitas merokok, dilihat dari kepemilikan ijazah tertinggi dari SD hingga SMA atau lebih, di kalangan remaja usia 18-24 tahun. Target remaja adalah mereka yang berstatus "masih bersekolah" atau "tidak bersekolah lagi". Penelitian ini menggunakan data deskriptif dan analisis Multinomial Logistic Regression. Hasilnya menunjukkan adanya variasi kecenderungan antara jenjang pendidikan dan tingkat intensitas merokok, dengan nilai odds <1 yang semakin menurun pada setiap peningkatan jenjang pendidikan. Efek kecenderungan terendah terlihat pada kelompok dengan "ijazah SMA atau lebih tinggi" dibandingkan dengan kelompok tanpa ijazah. Setelah memperhitungkan variabel kontrol, hasilnya menunjukkan bahwa perokok ringan, moderat, dan berat memiliki kecenderungan masing-masing 0.565, 0.436, dan 0.351 kali lebih rendah untuk memperoleh ijazah SMA atau lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok. Interaksi variabel dengan intensitas merokok signifikan pada tingkat 10%, terutama dengan variabel pengeluaran pendidikan yang bervariasi di antara jenjang pendidikan. Remaja yang tinggal di desa cenderung memiliki odds ratio lebih rendah pada kelompok perokok ringan, sedangkan di kota, odds ratio lebih rendah pada perokok moderat. Kecenderungan rendah lebih sensitif pada perempuan dibandingkan laki-laki. Penelitian ini menunjukkan bahwa merokok dapat menjadi prediktor rendahnya pendidikan remaja, dan intervensi pemerintah diperlukan untuk menekankan bahaya merokok di kalangan remaja.

This thesis examines the differences in the propensity to achieve the highest educational attainment based on smoking intensity, as measured by the highest certificate obtained, from elementary to high school or higher, among adolescents aged 18-24 years. The target group includes those who are "still in school" or "no longer in school." Using descriptive data and Multinomial Logistic Regression analysis, the study finds varying tendencies between educational levels and smoking intensities, with odds values <1 decreasing with each higher level of education. The lowest propensity effect is seen in the group with "high school diplomas or higher" compared to the group without a certificate. After accounting for control variables, results show that light, moderate, and heavy smokers are 0.565, 0.436, and 0.351 times less likely to obtain a high school diploma or higher compared to non-smokers. The interaction between variables and smoking intensity is significant at the 10% level, particularly with educational expenditure variables that vary across educational levels. Adolescents living in rural areas tend to have lower odds ratios in the light smoker group, while those in urban areas have lower odds ratios in the moderate smoker group. Lower propensity is more sensitive among females compared to males. This study indicates that smoking can be a predictor of lower educational attainment among adolescents, and government intervention is needed to emphasize the dangers of smoking among youth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ela Fitriani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tingkat pencapaian pendidikan dan usia menikah pertama di kalangan wanita Jepang masa kini. Analisis dalam penelitian ini menggunakan konsep pilihan rasional yang berkaitan dengan pernikahan dari Hamplova 2003 , Becker 1996 , dan Tsuya dan Mason 1995 . Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia pernikahan pertama wanita Jepang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya wanita Jepang yang melanjutkan penidikan tinggi, memasuki dunia kerja, serta pandangan terhadap pernikahan wanita Jepang masa kini.

ABSTRACT
This study focused on educational attainment and age of first marriage among Contemporary Japanese woman. The analysis of this study uses rational choice concept from Hamplova 2003 , Becker 1996 , and Tsuya and Mason 1995 . This study used qualitative descriptive method with literature review. The result of this research showed that age of first marriage among Japanese woman today is increasing from year to year, this is related to the increasing number of Japanese women who continue with higher education, entering the workforce, as well as the views of contemporary Japanese women towards marriage."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Clara R.P. Ajisuksmo
"Untuk mengakui dan memenuhi hak-hak anak, pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1990 dan mensahkan UU No 23 tentang Perlindungan Anak tahun 2002. Pasal 28 dari KHA menyatakan bahwa negara-negara peserta mengakui bahwa setiap anak mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan, mewujudkan hak tersebut secara bertahap berdasarkan pada kesempatan yang sama. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa pendidikan dasar adalah wajib dan harus diberikan secara cuma-cuma, dan negara harus menyelenggarakan berbagai bentuk pendidikan lanjutan. Dalam kenyataan, masih banyak anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan karena kemiskinan orang tua mereka yang memaksa mereka untuk bekerja guna menopang ekonomi keluarga. Padahal dengan bekerja, anak tidak mempunyai cukup waktu untuk belajar dan mengembangkan seluruh kemampuan dan keterampilan mereka. Survei ini bertujuan untuk memberikan gambaran deskriptif mengenai tingkat dan status pendidikan, serta bentuk pendidikan alternatif yang diikuti oleh anak-anak yang dikategorikan sebagai anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Selain itu, survei ini juga mencoba untuk mengidentifikasikan pihak-pihak mana saja yang ada di sekitar anak yang membantu membayar SPP mereka. Survei ini melibatkan 165 anak yang berusia di bawah 18 tahun yang merupakan dampingan dari 7 (tujuh) LSM di Jakarta, Bogor, dan Surabaya yang menjadi mitra kerja PLAN International.

In order to recognize and to fulfill the childrens rights, as well as to protect them, the Indonesian Government ratified the Convention on the Rights of the Children (CRC) in 1990 and approved Law No. 23 on Child Protection in 2002. Article 28 of CRC states that the states parties recognize that the right of the children to have education, and to achieve this right progressively on the basis of equal opportunity. This statement implies that states parties shall make primary education compulsory, available and free to all. The states parties shall also encourage the development of different forms of secondary education. In fact, many children could not participate in and therefore should drop out from their basic education because their very poor parents. In stead, they have to work to support their familys life. This survey was intended to give a descriptive overview of the educational status and level, as well as to offer forms of alternative education for children who are categorized as in needs of special protection (CNSP). In addition, this survey was intended to identify individuals or institutions that the poor children school tuition. This survey in volved 165 children below 18 years of age who were assisted in by 7 (seven) NGOs in Jakarta, Bogor, and Surabaya which have a partnership with PLAN International.
"
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dina Nurdinawati
"ABSTRAK
Penilitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh struktur keluarga, yaitu keluarga utuh, cerai, dan menikah kembali terhadap pencapaian pendidikan anak berupa status kelajutan sekolah anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan menggunakan data Sakerti 2000 dan 2007. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik biner diketahui bahwa struktur keluarga turut menentukan pencapaian pendidikan anak pada periode transisi awal, yaitu dari SD ke SMP. Faktor terkuat dalam menentukan pencapaian pendidikan anak dalam penelitian ini adalah pendidikan KRT dan pendapatan KRT, terutama untuk jenjang pendidikan tinggi. Temuan lain yang menarik adalah anak laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk melanjutkan pendidikan dibandingkan anak perempuan.

ABSTRACT
The aim of this research is to study the impact of family structure, which are children living with parents who are either married, divorced, or re-married on children’s educational attainment defined as transition to the higher level of schooling. Results of logistic regression analysis using IFLS 2000 and 2007 data show that family structure affect children’s educational attainment, especially for transition from SD to SMP. The strongest determinants of children’s educational attainment, however, are parent’s education and household income, especially for transition from SMA to University. Other interesting result is that boys are less likely than girls to continue education."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwanti Retno Asih
"ABSTRAK
Lansia yang mengalami penurunan kognitif akan mempengaruhi kemandirian menjalankan aktivitas sehari-harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan tingkat kognitif dengan tingkat kemandirian lansia. Penelitian ini dilakukan kepada 101 responden lansia di Panti Sosial Tresna Werdha wilayah DKI Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE) dan Barthel Indeks (BI). Hasil penelitian mengidentifikasi 65,8% lansia di panti mengalami penurunan kognitif dan tidak mandiri, ada hubungan antara tingkat kognitif dengan kemandirian lansia(p value= 0,001, OR= 4,453, CI95%). Lansia yang mengalami penurunan kognitif mempunyai peluang 4 kali lebih besar mengalami masalah melakukan aktivitas hariannya secara mandiri. Ini menunjukkan lansia memerlukan peran pelaku rawat dan kebijakan panti yang mendukung program untuk mengoptimalkan kognitif dan aktivitas harian lansia.

ABSTRACT
Elderly who reducted their cognitive, influence to their daily activities independence. This research intend to know relevency characteristic, level cognitive and their quality of elderly independence. The objects of this research is 101 of elderly as known as correspondence are located in Panti Sosial Tresna Werdha DKI Jakarta. The methode of this research is Mini Mental State Examination (MMSE) and Barthel Index. The result is 65,8% elderly experience cognitive declined and felt dependence. Now, we found coherency between cognitive level and elderly indepence ( P value : 0,001, OR : 4,453, CI95% ). Elderly who detects cognitive declined has 4 times more of risk of problem daily activities independence. This shows what elderly needs, desires of the important role of nurse and wisdom of nursing house support the programs with objectif to optimalize elderly cognitive and their daily activities."
2014
S60646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshor
"Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang industri diharapkan dapat menunjang terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja serta terciptanya produktivitas kerja yang optimal. Namun demikian, potensi bahaya dan resiko di tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Salah satu keluhan yang sering muncul adalah kelelahan pada pekerja di sektor industri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja (kebisingan dan pencahayaan) dan proses kerja (beban kerja) yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pada operator produksi Powder PT. X. Jenis penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Tingkat kelelahan diukur menggunakan kuesioner yang mengacu kepada IFRC (International Fatigue Research Committee) yang dimodifikasi. Beban kerja diukur berdasarkan denyut jantung sedangkan tingkat kebisingan dan tingkat pencahayaan berdasarkan data hasil pengukuran yang telah dilakukan oleh PT. X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 83,3% mengalami kelelahan (69% kelelahan ringan dan 14,3% kelelahan menengah).dimana gejala kelelahan yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah rasa lelah pada sekujur badan dan badan tidak merasa fit. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya pencahayaan yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat kelelahan.

Implementation of Occupational Health and Safety program in industry will expected to create safe and healthy working places for worker and optimal productivities. However, hazards and risk on working places can impact to worker healthiness. One of dominant case is fatigue on worker in industries.
This study aims to determine the relationship of environmental factors (noise and lighting) and working process (working load) to the level of fatigue on Powder production operators, This study use cross sectional study with number of sample is 42 people. The level of fatigue was measured using questionnaire refer to modified IFRC (International Fatigue Research Committee). Working load was measured using heart rate monitoring, while noise and lighting base on data from measurement conducted by PT. X.
The result of this research is 83,3% respondents indicate having fatigue (69% is slight level and 14,3% is medium level), while the most widely perceived symptoms of fatigue were feel of tired on the whole of body and feel of un-fit. The result of statistical test showing that only lighting which have significant relationship with the level of fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Cahyo Sepdianto
"ABSTRAK
Slow deep breathing adalah tindakan non farmakologi pada pasien hipertensi primer yang
dapat menurunkan tekanan darah dan tingkat kecemasan. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi penurunan tekanan darah dan tingkat kecemasan pasien hipertensi primer
setelah melakukan latihan slow deep breathing antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di Puskesmas Kepanjen Kidul dan Sukorejo Kota Blitar. Metodologi penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Quasi-Experimental Pretest-Posttest
Control Group. Sampel penelitian terdiri dari 56 responden, 28 responden menjadi
kelompok intervensi dan 28 responden menjadi kelompok kontrol. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan
penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 15,5 mmHg, perbedaan penurunan ratarata
tekanan darah diastolik sebesar 9,9 mmHg dan perbedaan penurunan rata-rata skor
tingkat kecemasan sebesar 3,2. Analisis lebih lanjut menunjukkan ada perbedaan penurunan
yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan tingkat
kecemasan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,000,  = 0,05).
Penelitian ini menyimpulkan latihan slow deep breathing dapat menurunkan secara
signifikan tekanan darah dan tingkat kecemasan pasien hipertensi primer di Puskesmas
Kepanjen Kidul dan Sukorejo Kota Blitar. Latihan Slow deep breathing dalam pelayanan
keperawatan dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan mandiri dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien hipertensi primer. Rekomendasi dari penelitian ini adalah
perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kondisi
pasien yang lebih kompleks serta melihat perubahan pada tanda-tanda vital yang lain
seperti denyut nadi dan frekuensi pernafasan.

ABSTRACT
Slow deep breathing is a non pharmacological intervention for patients with primary
hypertension. The intervention can reduce blood pressure and anxiety level. The purpose of
this study was to identify the reduction of blood pressure and anxiety level of patients with
primary hypertension after slow deep breathing exercise between intervention and control
groups at Puskesmas Kepanjen Kidul and Sukorejo Blitar. This research utilized a Quasi-
Experimental Pre – post test Control Group design. There were 56 respondents participated
in the study, consisted of 28 subjects for each group; intervention and control groups using
a purposive sampling method. The result showed that there was a decrease of 9.9 mm Hg in
the average of systolic blood pressure and the anxiety level of 3.2 after the intervention.
Further result demonstrated that there was a significant reduction of the average systolic
and diastolic pressure, and anxiety level between intervention and control groups (p=0.00,
=0.05). The findings revealed that the slow deep breathing exercise decreased the blood
pressure and anxiety level in patients with primary hypertension at Kepanjen Kidul and
Sukorejo Blitar. Therefore, the slow deep breathing exercise could be applied as one of the
independent nursing therapies in nursing care of patients with primary hypertension.
Anyhow, a further research with larger number of samples, involving more variables to
examine such as pulse and respiration rate, and also in patients with more complex
condition is recommended."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Aisyah Oktaviana
"Pekerja dewasa muda rentan mengalami quarter life crisis ketika sulit mencapai tugas perkembangannya. Kesulitan keuangan, stres kerja, dan putus hubungan percintaan merupakan penyebab dari timbulnya quarter life crisis. Resiliensi, kecerdasan emosi, dan dukungan sosial yang rendah dapat menjadi faktor individu mengalami stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan resiliensi, kecerdasan emosi, dan dukungan sosial dengan tingkat stres kerja pada masa quarter life crisis khususnya di DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kuantitatif deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 389 pekerja DKI Jakarta usia 20 – 30 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale 25 untuk resiliensi, kuesioner Schutte Self-Report Emotional Intelligence Test untuk kecerdasan emosi, Multidimensional Scale of Perceived Social Support untuk dukungan sosial, dan kuesioner Job Stress Scale untuk mengukur tingkat stres pekerja. Temuan pada penelitian ini menggambarkan 57,1% pekerja memiliki resiliensi rendah, 51,9% pekerja memiliki tingkat kecerdasan emosi baik, serta 54% pekerja memiliki tingkat dukungan sosial rendah. Sebanyak 68,6% pekerja mengalami stres sedang. Hasil analisis memperoleh nilai p=0,001, sehingga membuktikan adanya hubungan resiliensi, kecerdasan emosi, dan dukungan sosial dengan tingkat stres pekerja di DKI Jakarta. Temuan penelitian ini mengidentifikasi persentase tingkat stres pekerja masih diatas angka prevalensi gangguan jiwa hasil Riskesdas. Penelitian ini merekomendasikan pelayanan kesehatan melakukan skrining rutin kesehatan jiwa pekerja. Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan untuk menambahkan materi stres kerja serta hubungannya dengan resiliensi, kecerdesan emosi, dukungan sosial, dan quarter life crisis. Penelitian ini juga merekomendasikan pihak perusahaan agar bekerja sama dengan psikolog atau layanan kesehatan jiwa serta menciptakan lingkungan suportif.

Young adult workers are vulnerable to experiencing a quarter-life crisis when it is difficult to achieve their developmental tasks. Financial difficulties, work stress, and breakup of love relationships are the causes of the emergence of a quarter life crisis. Resilience, emotional intelligence, and low social support can be a factor in individuals experiencing work stress. This study aims to determine the relationship between resilience, emotional intelligence, and social support with work stress levels during the quarter life crisis, especially in DKI Jakarta. The research method used is quantitative descriptive correlation with a cross sectional approach to 389 DKI Jakarta workers aged 20-30 years. The research instruments used were the Connor-Davidson Resilience Scale 25 questionnaire for resilience, the Schutte Self-Report Emotional Intelligence Test questionnaire for emotional intelligence, the Multidimensional Scale of Perceived Social Support for social support, and the Job Stress Scale questionnaire to measure the stress level of workers. The findings in this study illustrate that 57% of workers have low resilience, 51,9% of workers have a good level of emotional intelligence, and 54% of workers have low levels of social support. As many as 68,6% of workers experience moderate stress. The results of the analysis obtained a value of p = 0,001, thus proving that there is a relationship between resilience, emotional intelligence, and social support with the stress level of workers in DKI Jakarta. The findings of this study identified that the percentage of workers' stress levels was still above the prevalence rate of mental disorders as a result of Riskesdas. This study recommends that health services carry out routine mental health screening of workers. This study recommends educational institutions to add work stress material and its relationship with resilience, emotional intelligence, social support, and quarter life crisis. This study also recommends that companies work with psychologists or mental health services and create a supportive environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>