Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunnisa Nurazizah Mahastuti
"Salah satu stainless steel yang diaplikasikan dalam industri sebagai plastic mold adalah stainless steel hasil pengecoran yaitu Stavax yang termasuk ke dalam baja perkakas AISI 420. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemesinan terhadap karakteristik material AISI 420, dengan memerhatikan keadaan sampel sebelum dan sesudah mengalami perlakuan panas. Proses perlakuan panas melibatkan tahap preheating, austenitizing, quenching, dan tempering. Beberapa parameter pemesinan divariasikan untuk mengetahui kualitas hasil pemesinan dan mencapai tujuan efisiensi pemesinan, dengan depth of cut pada sampel 2 yang langsung mengikis sedalam 0.05 mm, kecepatan potong 3200 rpm, dan laju pemakanan 600 feed; sampel 3 dengan depth of cut (0.4 - 0.2 - 0.05) mm, kecepatan potong 6500 rpm, dan laju pemakanan 380 feed; dan sampel 4 dengan depth of cut (0.8 - 0.6 - 0.4 - 0.2 - 0.05) mm, kecepatan potong 18000 rpm, dan laju pemakanan 250 feed. Hasil menunjukan bahwa dengan memvariasikan parameter pemesinan, tidak terdapat pengaruh yang signifikan kepada mikrostruktur dan proses fabrikasi, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas pada baja AISI 420 yang digunakan sebagai plastic mold. Perubahan terjadi pada proses perlakuan panas yang telah mengubah struktur mikro baja AISI 420 serta mengubah kekerasan Vickers-nya yaitu dari 202,3 HV ± 212,8 HV menjadi 561,1 HV ± 618,6 HV.

Molds One type of stainless steel used in the industry for plastic molds is Stavax, a cast stainless steel that falls under AISI 420 tool steel. A study was conducted to determine the effect of machining on the characteristics of AISI 420 material, considering the condition of samples before and after undergoing heat treatment, which included preheating, austenitizing, quenching, and tempering stages. Various machining parameters were adjusted to assess the quality of machining outcomes and achieve machining efficiency. The results showed that varying the machining parameters did not significantly affect the microstructure and fabrication process, thus maintaining the quality of AISI 420 steel used for plastic molds. However, changes occurred during the heat treatment process, which altered the microstructure of AISI 420 steel and increased its Vickers hardness from 202.3 HV ± 212.8 HV to 561.1 HV ± 618.6 HV."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harfi Sandresen
"Baja As-Cast CA-40 adalah baja tahan karat (stainless steel) martensilik yang setara dengan stainless steel martensitik 420. Baja jenis ini selain memiliki sifat kctahanan korosi yang baik juga peka terhadap proses pengerasan dengan pencelupan. PenelWan ini menganalisa sifat mampu laku panas material haja As-Cast CA- 40 setelah proses pengerasan dengan lemperatur auslenisasi sebesar 980oC dan JOS0°C serta pendinginan dengan media ali (minyak) dan diltmjutkan dengan proses temper dengan varias; temperatur 200, 300 dan 400°C dengan waktu tahan masingmasing 1, 2 dan 3 jam. Hasil pengujian kekcrasan memperlihatkan bahwa temperatur austenisasi yang semakin tinggi dan laju pendinginan yang cepat akan mengakibatkan nailmya nilai kekerasan baja tcrsebut, Dengan sifal mampu keras yang baik maka transformasi austenit menjadi matlensil Japat let:fadi. Proses temper akan mengakibatkan tunmnya nilai kekerasan, dimana struklur martensit berubah menjadi manensit temper. Sifat mekanis yang baik diperoleh pada kandisi aw;tenisasi pada temperotur 1050°C, pence/upon oli dan dilemperpada temperatur 200-300°C. Proses temper pada lempcratur 400°C akan meningkatkan kekerasan material tetapi menurunkan ketangguhan karena mulai terjadi tempering embrittlemenl."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Lesmana
"Baja tahan karat telah digunakan untuk berbagai aplikasi di industri, kimia, makanan dan rumah tangga. Dalam pembuatan produk atau peralatan dari baja tahan karat, pihak manufaktur umumnya menggunakan proses pengelasan sebagai metode penyambungan utama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh masukan panas dan perlakuan panas terhadap karakteristik mekanis dan korosi baja tahan karat AISI 304. Dalam penelitian ini digunakan material baja tahan karat AISI 304 yang dilas dengan proses GTAW dengan variasi arus pengelasan 120, 140 dan 160A sebagai variabel masukan panas. Proses pendinginan menggunakan dua metode yaitu pendinginan lambat (udara) dan pendinginan cepat (air). Sebagian sampel pendinginan lambat akan diberikan perlakuan solution annealing pada temperatur 1100°C dengan waktu tahan 30 dan 60 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian tarik, kekerasan, lengkung, XRD dan korosi serta pengamatan makro dan mikro struktur untuk mengetahui karakteristik mekanis dan korosi hasil las baja tahan karat tersebut.
Hasil pengujian menunjukkan penurunan masukan panas akan meningkatkan kekuatan sambungan las baja tahan karat. Proses pengelasan dengan laju pendinginan lambat (udara) akan menimbulkan presipitasi karbida (sensitasi) pada batas butir material stainless steel AISI 304 sedangkan laju pendinginan cepat (air) tidak menghasilkan pembentukan karbida. Fasa karbida yang terbentuk dari hasil pengelasan adalah Cr7C3. Proses solution annealing pada temperatur 1100°C yang diikuti dengan pendinginan cepat dapat melarutkan kembali fasa karbida yang terbentuk pada batas butir. Hasil uji lengkung pada sampel as welded, solution anneal dan sampel quench yang telah menjalani uji korosi intergranular tidak memperlihatkan adanya retak pada permukaan material.

Stainless steels have been used for many industrial, chemical, food and consumer application. In the fabrication of stainless steel products or equipments, manufacturer, in general, employ welding as the principal joining method. The most frequent problems occur in welding stainless steels is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization) which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joint.
The aim of this research is to learn the affect of heat input and heat treatment to mechanical and corrosion characteristics of stainless steel AISI 304. In this research, AISI 304 austenitic stainless steel was welded with GTAW process using welding currents of 120, 140 and 160 A as variable for heat input. The cooling rate use two kind methods: slow cooling (air) and rapid cooling (water). Some of slow cooling samples were treated with solution annealing at temperature 1100°C and hold for 30 and 60 minutes. Further, the samples subjected to tensile, hardness, bending, XRD and corrosion testings as well as macro and micro structure examination.
The results of the tests shows that reducing heat input has increased the strength of stainless steel welded joint. Slow cooling process resulted carbide precipitation (sensitization) in the grain boundary of AISI 304 austenitic stainless steel while rapid cooling process did not form carbide precipitation. The carbide formed in material are likely chromium carbides Cr7C3 type. Solution annealing process at 1100°C followed by quench has dissolved carbide formed in the grain boundary. Bending test performed to as welded, solution anneal and quench samples that have subjected to corrosion intergranular testing did not exhibit fissures at the surface of materials.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Rusianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Abdul Karim H.
"SS 410 (CA-15) adalah salah satu jenis baja tahan karat martensitik yang banyak digunakan untuk aplikasi dalam dunia industri. Bahan baku yang digunakan pada baja tahan karat martensitik jenis ini adalah C = 0,15% .' Mn = "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardiyanto
"Farilr adalah Salah safn kegaga/an malarial yang disebabkan oleh bcban bernlang (dinamis). Kcgagalan faiik yang .sering mnncul selama pengoperasian par! pesawar (Thbe & Brackei dari Manybld Cooling Air Drrbine Case ofPrari & Wlwirney Engine Type J T9D - 7Q nnruk pesawal Boeing B74 7 - 200) ada/ah pada daerah lavan. Pengelasan yang digunakan nnlnk perbaikan, dapai menyebabkan pernbahan mi/frostruklur dan sU`al - sifa! mekanis pari, seria rneryadi renian lerhadap iegangan sisa. Dengan menerapkan melode perlalcuan panas annealing dan sho! peening pada hasil pengelasan diharapkan umurfatil: par! yang menggunakan bajh lahan kara! AISI 34 7 dapar dilingkafkan.
Penelilian ini mengunakan maierial :gi plale dengan kerebalan 1,8 mm sebanyal: 2 buah nnink masing - masing perlaknan Peilaknan pertama hasi/pengelasan, lredna periakuan panas annealing hasil pengelasan, dan keliga perlalcnan panas annealing dan sho! peening hasil pengelasan, Pengelasan yang dilalcnkan unrnk semua perlakr.-an menggnnalcan merode GTAW (Gas Ynngsren Arc Welding) dengan arns 83 anrpere. Untnk perlalman kedna dan keiiga, material :ni dipanaslcan sampai Iemperatnr annealing 1050 OC diiahan selama 3 rneni! 30 deiilc kemndian didingin/can di dalam dapnr sampai lemperalnr /camar. Perlaknan ketiga selarnntnya dilalmkan proses sho! peening _nada permukaan material :ji dengan inlensiias 2 siklus per 60 delill. P?Hg?Ul0l1fGlfklflll(lk semna perlalman menggnnakan mode pembebanan bending dengan legangan sebesar 90% dari iegangan luluh logam indn/r. Dafa falik yang diambil adalah jnmlah sililns, fora makro dan mikro perpafahan.
Hasil penelitian mernngukkan bahwa perlalcnan panas annealing hasil pengelasan (perialman kedua) memberilfan siklus yang Iebih banyak. Sedangkan perlaknan panas annealing dan shot peening hasil pengelasan (perlalaian lceliga) dihasilkan siklns yang lebih rendah. Dari fenomena lersebn! dapa! disimpnlkan bahwa peningkaran umur funk terhadap baja iahan kara! AISI 347 yang lelah mengalami pengelasan lerjadi pada perlalman kedua."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Budiono
"Penggunaan mesin heat treatment jenis rotary yang baru untuk perlakuan panas cylinder head pada paduan aluminium AC4B masih menimbulkan cacat retak di area inlet valve. Proses perlakuan panas yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses perlakuan panas T6 (artificial ageing), yaitu solution treatment, quenching dan proses ageing. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variasi temperatur solution treatment 500 - 540°C dan waktu 2.6 - 4 jam, variasi temperatur quenching 70 - 92°C, dan variasi temperature ageing 150 - 228°C dengan waktu 2.6 - 4 jam.
Dari penelitian ini diharapkan mendapatkan variabel temperatur dan waktu yang paling optimum dari proses perlakuan panas agar cacat retak tidak terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cacat retak yang dihasilkan paling rendah (0.002%) dengan jumlah sampel sebanyak 37.975 buah pada temperatur yang paling optimum solution treatment 540OC selama 2.6 jam, temperatur quenching 92°C, dan temperatur ageing 150°C selama 2.6 jam.

The use of heat treatment equipment for a new type of rotary heat treatment on the aluminum alloy cylinder head AC4B is still causing crack in the area of the inlet valve. Heat treatment process for this materials is T6 (artificial aging), i.e the solution treatment, quenching and aging processes. Variables used for this materials is a variation of solution treatment temperature of 500 to 540°C for 2.6 to 4 hours, variations in quenching temperature 70 to 92°C, and the variation of aging temperature 228 to 150°C for 2.6 to 4 hours.
In this study, it's expected to get a variable temperature and the optimum time of heat treatment process so that the defects can be eliminated. The lowest crack defeates (0.002%) with total sample 37.975 pieces at the temperature of the most optimum solution treatment 540°C for 2.6 hours, the temperature quenching 92°C and aging temperature 150°C for 2.6 hours.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42460
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Joni Welman
"Pada masa kini, sangat diharapkan adanya material semikonduktor yang mampu merealisasikan kebutuhan akan divais dioda laser yang dapat dioperasikan pada spektrum gelombang pendek (short-wavelength), serta aplikasi suhu dan daya tinggi. Semikonduktor-semikonduktor group III-Nitride seperti Aluminium Nitride (AIN), Galium Nitride (GaN), dan Indium Nitride (lnN) merupakan material- material yang cocok (tahan) dioperasikan pada suhu dan daya yang tinggi karena rnemiliki energi gap yang besar (wide direct band-gap semiconductor device). Dioda laser semikonduktor sebagai sumber cahaya koheren penting sekali untuk teknologi menulis dan membaca dengan kerapatan optik yang tinggi. Kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan menggunakan divais multiquantum well (MQW) dioda laser yang berbasis pada paduan ternary group III-Nitride, InGaN/GaN/AlGaN.
Pada Skripsi ini telah dilakukan perhitungan dan analisa struktur divais optimum Multi Quantum Well Diodal Laser InGaN/GaN/AlGaN pada λ =420 nm tanpa memperhitungkan piezoresistive (strain) eject, lateral current spreading, defect recombination, dan heavy doping dan diperoleh besar efisiensi kuantum ekstemal, ηext = 19, 2152 %, threshold current density, Jth =1,9 kA/cm2, dan daya keluaran, Pout = 56,7291 W."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Surface roughness plays an important role in product quality. In this study effects of cutting speed
workpiece hardness, feed rate and depth of cut on surface roughness in the finish hard turning of DF-3
hardened steel were experimentally investigated Cubic boron nitrite inserts and ceramics with through -
hardened DF-3 steel bars were used Four factor-two level fractional experiments were conducted and
statistical analysis of variance was performed During hard turning experiments, roughness of the
machined surface was measured. This study shows that the effects of workpiece hardness, depth of cut,
feed rate and cutting speed on surface roughness are statistically significant. The ejects of two factor
interactions of the cutting speed and the workpiece hardness, the cutting speed and the feed rate, and the
cutting speed and depth of cut are also appeared to be important. Especially, CBN suitable for high or
tow cutting speed because on the 55.4 to 59.6 HRC hardness range resulted in better surface roughness.
"
Jurnal Teknologi, Vol. 19 (3) September 2005 : 185-192, 2005
JUTE-19-3-Sep2005-185
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Wiyono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T41182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>