Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fauzan
"Konflik identitas menjadi isu yang masih kerap dijumpai di negara-negara barat yang memiliki masyarakat multikultural di masa modern. Salah satunya kehidupan kaum Yahudi Ortodoks yang hidup dengan aturan ketat dalam menjalankan tradisi agama dan budaya. Hal tersebut seringkali menimbulkan benturan dengan kehidupan kontemporer bagi generasi mudanya. Dalam film yang berjudul The Awakening of Motti Wolkenbruch, tokoh utamanya harus bergulat dengan tradisi agama dan budaya untuk menyeimbangkan kehidupannya dengan kehidupan modern. Peristiwa dalam film juga menggambarkan hubungan kaum Yahudi Ortodoks dan non-Yahudi yang menjadi awal mula pergolakan batin Motti pada tradisi budaya dan agama Yahudi. Maka dari itu, penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana konflik identitas direpresentasikan oleh Tokoh Motti dalam film tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika dari Christian Metz. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi konflik identitas melalui upaya Motti agar dapat mengekspresikan diri dan cintanya kepada seorang shiksa yang dilarang dalam tradisi Yahudi Ortodoks di masa kontemporer. Selain itu penulis juga menemukan keterkaitan film dengan peristiwa Exodus, momen yang dinilai sakral bagi komunitas Yahudi untuk menyatukan warisan dari generasi ke generasi hingga perjalanan seorang anak muda Yahudi Ortodoks untuk menyeimbangkan antara kehidupan masa lalu dengan kehidupan masa kini dari pengalaman individu.
Identity conflict remains a prevalent issue in modern Western societies characterized by multiculturalism. One such example is the life of Orthodox Jews who adhere to strict religious and cultural traditions. This often leads to clashes with contemporary life for the younger generations. In the film The Awakening of Motti Wolkenbruch, the protagonist grapples with viii religious and cultural traditions to balance his life with modernity. The film's events also depict the relationship between Orthodox and non-Orthodox Jews, which becomes the catalyst for Motti's internal struggle with Jewish cultural and religious traditions. Therefore, this study aims to delve into the representation of identity conflict through the character of Motti in the film using a qualitative research method with a semiotic approach based on Christian Metz's theory. The findings reveal the presence of identity conflict manifested in Motti's attempts to express himself and his love for a shiksa, a non-Jewish woman, which is forbidden in contemporary Orthodox Jewish tradition. Additionally, the study identifies the film's connection to the Exodus story, a sacred event for the Jewish community that serves to unite the legacy across generations, and the journey of an Orthodox Jewish youth to balance past And present life from an individual experience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Malik
Jakarta: TIFA, 2007
658.314 5 ICH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Mayariani
"1. PT X adalah perusahaan swasta yang bermitra dengan PT Telkom di bidang usaha jasa telekomunikasi (rincian tentang PT X terdapat pada lampiran 1). Tugas akhir ini berisi rekomendasi bagi perusahaan tersebut untuk mengatasi gejala inefisiensi, menurunnya produktivitas dan efektivitas jalannya perusahaan akibat adanya beberapa persoalan mendasar di dalam organisasi, yang gejalanya antara lain berupa: tidak adanya rencana kerja tahunan serta struktur organisasi yang jelas, tidak adanya peraturan perusahaan dan Standard Operation Procedures [SOP], tidak adanya sistem keuangan yang baik, serta tidak adanya laporan pertanggungjawaban tertulis tentang pelaksanaan pekerjaan.
2. Gejala-gejala yang disebutkan di atas secara teoritis dapat disebabkan oleh adanya masalah dalam pola-pola komunikasi, kepemimpinan, power dan politik di dalam organisasi, struktur formal dan budaya organisasi, kebijakan dan praktek sumber daya manusia, serta tingkat konflik yang ada di dalam organisasi. Hasil analisa data awal mengarah pada kesimpulan bahwa sumber masalah adalah adanya konflik pada level manajemen puncak (rincian analisis untuk membuat diagnosa awal ini disajikan pada bagian Uraian Pelengkap di halaman 17 s.d. 31).
3. Mengacu pada teori tentang manajemen konflik (tinjauan teoritis secara rinci disajikan pada bagian Uraian Pelengkap di halaman 3 s.d. 16), ada beberapa kemungkinan intervensi atau alternatif solusi yaitu menggunakan pendekatan problem solving style, forcing style, compromising style, melakukan pendekatan strukturat terhadap manajemen konflik, melakukan individual conflict coaching, melaksanakan conflict management training, dan conflict resolution program.
4. Analisis kelebihan dan kelemahan atau keuntungan dan kerugian masingmasing alternatif solusi (secara rinci disajikan pada bagian Uraian Pelengkap di halaman 32 s.d. 40) menunjukkan bahwa alternatif terbaik yang dapat direkomendasikan adalah program yang dirancang secara khusus (customized program), yang materinya mencakup gabungan dari berbagai alternatif solusi tersebut di atas.
5. Rincian rekomendasi mengenai implementasi solusi tersebut di atas disajikan pada bagian Uraian Pelengkap di halaman 41 s.d. 49. Program intervensi tersebut dikemas dalam bentuk top management workshop tentang evaluasi kinerja dan peningkatan produktivitas organisasi, dengan melibatkan peran CEO sebagai penggerak kegiatan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shearouse, Susan H.
"We all know conflict is unavoidable, especially in the workplace. Whether it's a fight over resources, a disagreement about how to get things done, or an argument stemming from perceived differences in identities or values, it's a manager's role to navigate relationships, and build compromises and collaborations. "Conflict 101" gives readers the tools they need to ensure not only that employees get back on track, but that disagreements breed positive results. Readers will learn how to: build trust; harness negative emotions; encourage apologies and forgiveness; use a solution-seeking approach; and, say what needs to be said. Incorporating anecdotes taken from the author's twenty years of experience as a conflict resolution professional, the book helps readers more deeply understand how conflict is created, how to respond to it, and how to manage it more effectively."
New York: [American Management Association;, ], 2011
e20436762
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Nursita Dewi
"Keberadaan individu gay masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Individu gay yang sudah berani membuka diri seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungannya. Individu gay yang membutuhkan sumber dukungan sosial memilih untuk bergabung dengan komunitas gay tertentu yang memberikan banyak kontribusi bagi individu gay, baik yang belum membuka diri maupun yang sudah terbuka mengenai orientasi seksualnya yang homoseksual. Kompleksnya permasalahan yang dialami oleh individu gay yang belum terbuka berkaitan dengan orientasi seksualnya diperberat oleh adanya tuntutan dari masyarakat untuk menikah. Tuntutan itu umumnya bersumber dari lingkungan yang paling dekat, yaitu keluarga dan menjadi sumber masalah baru bagi individu gay. Individu gay yang tidak ingin melawan norma sosial yang telah tertanam dalam masyarakat akhirnya memilih untuk memenuhi tuntutan sosial tersebut.
Konflik yang dialami oleh individu gay yang menikah menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Masalah ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana konflik yang dialami oleh individu gay yang menikah dan bagaimana mereka mengatasi hal tersebut. Konflik internal dalam diri individu gay sudah cukup menjadi masalah ditambah konflik dengan masyarakat yang masih belum menerima keberadaan mereka. Situasi ini diperparah dengan keharusan untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk menikah dengan lawan jenisnya. Masalah dalam perkawinan yang dilakukan oleh individu heteroseksual terkadang memaksa mereka untuk berpisah dengan pasangannya, terlebih lagi masalah yang akan dihadapi oleh individu gay yang menikah.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti melakukan Studi eksploratif dengan menggunakan metode kualitatif terhadap dua orang individu gay yang telah menikah. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan sejak tanggal 25 Februari sampai dengan 13 Maret 2005. Subyek dalam penelitian ini ialah individu gay ya.ng telah menikah dengan lawan jenisnya yang heteroseksual, berusia antara 20-40 tahun, dan telah menikah minimal selama satu tahun. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kesamaan orientasi seksual dan berada pada gradasi 3-4 pada skala gradasi kontinum seksualitas dari Kinsey. Perilaku coping masing-masing subjek untuk mengatasi konflik yang dialaminya juga berbeda. Perbedaan latar belakang perkawinan yang dilakukan kedua subyek semata-mata untuk memenuhi norma sosial yang ada, bahwa laki-laki harus menikah dengan perempuan. Mereka menggunakan baik coping terpusat masalah maupun coping terpusat emosi. Perbedaan pola asuh dalam keluarga juga menentukan proses penerimaan dan keterbukaan mereka mengenai kondisi mereka. Cara terakhir yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah sama, yaitu dengan turning to religion, dimana agama dijadikan sumber penguatan emosional.
Saran penelitian yang diberikan untuk masyarakat umum hendaknya tidak mempunyai kesan negatif kepada individu gay. Tidak semua individu gay berperilaku negatif banyak dari mereka mampu berkreasi dengan baik. Bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarganya homoseksual, hendaknya melakukan pendekatan sehingga dapat menjadi pendukung dalam masalah yang harus dihadapi oleh mereka. Penanaman norma-norma agama dan sosial juga hendaknya dilakukan sejak kecil. Individu gay yang mengalami masalah dapat mencari sumber-sumber dukungan sosial dan informasi cara pemecahannya dari teman-teman sesama gay yang juga mengalami masalah serupa. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika diperoleh subjek dengan beragam latar belakang dan penelitian dilakukan dengan lebih mendalam. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Readers will finish "Face It" feeling like they've just left a session with their own personal coach, ready to face their fear and achieve success. "Face It" guides readers through a unique self-assessment program. Readers will come to understand which of these basic behavioral profiles they may unintentionally be falling into, as well as how to work with those they find themselves up against in the workplace."
New York: [American Management Association, ], 2004
e20438365
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Adiantini
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai konflik yang dihadapi masing-masing individu yang melakukan perkawinan boda agama dan gambaran konflik intenpcrsonal yang, dihadapi, serta bagaimana gaya konflik yang digunakan dalam menyelesaikan konflik tersebut. Konflik pada pasangan suami-istri beda agama ditinjau dari sumber-sumber konflik pada perkawinan beda agama menumt Bossard & Boll (1957), yaitu berkaitan dengan pelaksanaan ibadah suami istri, keluarga dari pihak suami maupun istri, dan agama anak. Gaya konflik dilihat melalui model dari Kilmann & Thomas (1975), yang terdiri dari avoidance, competition, compromise, accommodariorz, dan collaboration.
Penclitian dilakukan secara kualitatif tcrhadap 3 (tiga) pasang suami-islri yang berada dalam rentang usia dewasa muda (20-40 tahun). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa konflik pada pasangan dewasa muda beda agama lebih banyak disebabkan oleh pcrbedaan sifat dan preferensi, bukan oleh perbedaan agama di antara mereka. Hal ini dipcngamhi adanya penerimaan akan konsekuensi perkawinan beda agama sejak sebelum menikah. Sctiap pasangan mengalami konflik dengan keluarga dari pihak istri atau pihak suami.
Perbedaan dalam konflik intmpersonal (konflik di dalam diri) setiap subyek dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang dan karakteristik pribadi. Sebagian besar subyek menggunakan Iebih dari dua gaya kontlik, dan setiap gaya konflik digunakan pada area, situasi, ataupun tingkat kepentingan konflik yang beragam. Ketiga pasang subyek merasa bahwa gaya konflik yang mereka gunakan sudah cukup cfcktitkmtuk mengatasi konflik yang dialami.

This study is aimed at examining the conflicts faced by individuals entering the interfaith marriages, the interpersonal conflicts ensuing from the relationship, and the styles or strategies applied to resolve the conflicts. Marital conflicts among couples of ditferent religious beliefs as viewed from the sources ofconilicts among interfaith marriages according to Bossard & Boll (1957) are related to religious rituals between husband and wife, interferences by husband’s or wife’s relatives, and the belief of the children. This study describes the interpersonal conflict style of Kilmarm & Thomas (1975), i.e., avoidance, competition, compromise, accommodation, and collaboration.
The qualitative study was conducted to three (3) married couples in the young adult period (ages 20 to 40). This study shows that conflicts among the young adult married couples with different religious beliefs are more frequently due to disagreement in personal dispositions and preferences, rather than the differences in their religious beliefs. It is hypothesized that this is attributable to the recognition of the consequences resulting from the differences in religious beliefs even prior to the marriage. It is also described that all couples have had conflicts with the husband’s or the wife’s relatives.
The characteristic of intrapersonal conflicts of each subject is affected by dissimilarity in individual background and characteristics Most of the subjects use more than two conflict styles, and each style is applied in a various setting, situation, and conflict levels of interest. All of the three couples believe that the conflict styles they use are effective in coping with the conflicts they undergo.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34138
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Chairuni
"Konflik interpersonal pada remaja merupakan hal yang tidak terlepas dalam kehidupan sosialnya. Dalam interaksi akan muncul pertentangan dan terkadang individu akan berselisih pendapat. Walaupun konflik dapat mengancam hubungan sosial namun konflik tidak selalu merusak hubungan sosial. Cara mengatasi konflik merupakan hal yang menentukan apakah konflik menjadi sesuatu yang fungsional ataupun disfungsional. Program intervensi resolusi konflik menggunakan metode skillstreaming merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi skillstreaming dalam mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada seorang remaja. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan alat ukur Conflict Resolution Style Inventory (CRSI), diketahui bahwa program ini belum mampu mengembangkan resolusi konflik pada remaja.

Interpersonal conflict in adolescence is inevitable feature in their social relationship. When they interact, disagreement may arise. They sometimes disagree. Eventhough conflict may jeopardize social relationship, conflict is not necessarily detrimental. The way conflicts are handled is important in determining whether conflicts are functional or dysfunctional. Intervention program for conflict resolution using skillstreaming methods is a way to develop conflict resolution skill in adolescent. In the current research, the main focus is to see effectiveness of skillstreaming intervention program to develop conflict resolution skill in adolescent. After analyzing the result of pre-test and post test with Conflict Resolution Style Inventory (CRSI) on adolescent, the result shows this program has not been able to develop conflict resolution in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T38927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askariani
"Tesis ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuannya adalah mengungkapkan mengapa remaja menggunakan narkoba, apakah sebelum menggunakan narkoba mereka mengalami konflik terlebih dahulu. Penelitian ini selanjutnya ingin mengkaji sejauh mana terdapat perbedaan konflik yang dialami antara mereka yang menggunakan narkoba tapi berasal dari keluarga yang tidak harmonis dengan mereka yang menggunakan narkoba tetapi berasal dari keluarga yang harmonis. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka tehnik penarikan samplenya pun menggunakan tehnik ?snowball' terhadap 10 orang informan, dimana pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa baik mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis maupun mereka yang berasaldari keluarga yang harmonis kedua-duanya pernah mengalami konflik sebelum menggunakan narkoba.Hanya saja prilaku konfliknya berbeda. Yaitu mereka yang berasal dari keluarga yang keluarga harmonis mengalami konflik yang latent (tidak nampak) karena pemicunya pun tidak secara tegas kelihatan.Sedangkan mereka yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis karena pemicu terjadinya konflik lebih nyata (antara lain karena iklim komunikasi didalam' keluarga itu yang tidak mendukung) sehingga konflik yang dialaminya pun lebih terbuka dan sifatnya sudah berbentuk 'interpersonal conflict'.
Biasanya yang menjadi pemicu timbulnya 'latent conflict' adalah karena kasih sayang dan perhatian dari orangtua yang berlebihan, serta 'self disclosure' dari ibunya yang juga berlebihan, yang mengakibatkan beberapa orang informan yang berasai dari keluarga yang harmonis dari total 10 orang informan memutuskan untuk menggunakan narkoba, karena merasa kebebasan mereka terancam. Dari hasil temuan data dilapangan juga terungkap bahwa yang mereka inginkan sebenarnya bukanlah perhatian yang berlebihan, tetapi 'trust' (rasa dapat dipercayanya) yang tinggi dari orangtua, dan identitas diri. Selama ini yang mereka dapatkan dari prilaku orangtua yang berlebihan itu justru 'krisis identitas', yang mengakibatkan mereka berusaha untuk mendapatkan 'power' diluar rumah, yaitu dilingkungan teman-temannya sendiri.
Jadi dari temuan dilapangan juga terungkap bahwa apa yang menjadi keinginan/tujuan orangtua berbeda dengan apa yang menjadi tujuan/keinginan anaknya (informan) dan apa yang merupakan ukuran bagi nilai-nilai suatu perkawinan/hubungan keluarga dari kacamata orangtua berbeda dengan apa yang menjadi ukuran bagi informan. Itulah yang menjadi pemicu timbulnya 'latent conflict', sebagaimana yang dikemukakan oieh Morton Detsch mengenai sebab-sebab timbulnya konflik (Morton Deutsch, 1991 : 7). Akhirnya perlu digaris bawahi, bahwa semua hasil temuan dilapangan mengenai 'Konflik Antarpribadi Dikalangan Remaja Pengguna Narkoba' menggambarkan besarnya pengaruh konsep budaya konteks tinggi pada komunikasi, khususnya dalam konteks keluarga dikalangan remaja pengguna narkoba.
Dari hasil penelitian dilapangan terungkap bahwa konflik antarpribadi antara anak (pengguna narkoba) dengan orangtuanya merupakan implikasi dari konsep budaya konteks tinggi ('high context culture'), dimana mereka yang menganut budaya tersebut berkomunikasi secara konteks tinggi pula dimana pesan berada didalam konteks fisik atau menyatu didalam diri seseorang dan disampaikan secara tersirat melalui komunikasi non verbal. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa budaya merupakan salah satu faktor cara hidup dan kehidupan pendukungnya termasuk cara berkomunikasi dengan individu-individu lainnya. Jadi bagaimana proses yang dialami informan ketika mereka mengalami konflik sampai proses menggunakan narkoba, itu semua merupakan hasil interaksi timbal balik antara budaya dan komunikasi. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Awal terciptanya suatu ikatan perkawinan seharusnya melalui tahap-tahap penetrasi sosial (Altman & Taylor, 1973). Sejalan dengan berkembangnya hubungan antar pribadi pada masing-masing pihak tidak terlepas dari komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi dalam sebuah hubungan merupakan kunci kesuksesan atau keharmonisan dalam bentuk hubungan yang diinginkan.
Ada sepuluh karakter dari komunikasi antar pribadi yang harus dijalankan oleh masing-masing individu (Devito, 1990). Setelah tercipta komunikasi antar pribadi yang efektif maka akan timbul rasa percaya (O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997).
Dari rasa percaya tersebut maka dengan sendirinya seseorang akan mencoba untuk mengungkapkan dirinya atau memberikan informasi mengenai dirinya kepada pasangannya (self disclosure), bersifatnya timbal balik dan menjadikan suasana lebih akrab (Jourard, 1959; Jourard & Lansman, 1960; Jourard & Richman, 1963; Chittick & Himelstein, 1967).
Salah satu cara untuk mengungkapkan diri adalah dengan sharing (Stewart & D'Angelo, 1988) serta dengan listening (O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997).
Hubungan antar pribadi tersebut akan berkembang menjadi hubungan yang stabil (Stable Exchange) (Altman & Taylor, 1973; O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997). Dimana untuk memasuki ikatan perkawinan itu seseorang harus mempersiapkan dirinya dalam sebuah komitmen (Tubbs & Moss, 1996; Stewart & D'Angelo, 1988; Ruben, 1992) dan juga cinta (gunarsa, 1978).
Tetapi dalam sebuah perkawinan tentunya tidak lepas dari konflik yang mengangkat permasalahan yang sesunggguhnya maupun emosional (Watton, 1987). Permasalahan emosional dapat berupa tidak terpemuhinya sepuluh kebutuhan emosional dari pasangan menikah (Harley Chalmers, 1998). Penyelesaian konflik yang terjadi diantara pasangan suami istri tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan kompetitif, kalaborasi, kompromi, penghindaran; dan akomodasi (Hacker & Wilmot, 1978; Fitzpatrick, 1988).
Pada kenyataannya permasalahan yang muncul dalam konflik-konflik tersebut tidak semuanya dapat diselesaikan dengan komunikasi. Akhirnya salah satu pihak yang merasakan ketidakpuasan dalam hubungan antar pribadi dalam ikatan perkawinan mencoba untuk mencari penyelesaiannya diluar perkawinan (Fromm, 2000) yang berdasarkan pada alasan psiko fisik, sosial, dan psikologi (Satiadarma, 2001).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana pendekatan diarahkan pada latar belakang kehidupan individu secara utuh. Data yang digunakan bersifat deskriptif, dikumpulkan dari hasil wawancara yang mendalam (depth interview) terhadap tujuh pasangan menikah yang salah satu pihaknya melakukan perselingkuhan dengan menggunakan teknik bola salju (snow ball). Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang mengangkat masalah perselingkuhan diantara pasangan menikah.
Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa semua konflik melibatkan komunikasi tetapi tidak semua konflik berawal dari komunikasi yang menyedihkan (Stewart & D'Angelo, 1988). Dan penyelesaian konflik tidak harus dalam bentuk komunikasi verbal tetapi juga dapat menggunakan komunikasi non verbal karena penyelesaian konflik yang biasanya timbul dalam pasangan menikah adalah cendrung lebih berorientasi pada menjaga suatu hubungan (Fitzpatrick, 1988)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>