Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik perlu dimonitoring karena penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya resistensi. Evaluasi penggunaan obat secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan metode ATC/DDD (ATC/Anatomical Therapeutic Chemical, DDD/Defined Daily Dose) yang merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman pada tahun 2022 dengan metode ATC/DDD. Data pemakaian antibiotik didapatkan dari Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablet 500 mg (10.7%), cefadroxil kapsul 500 mg (7.6%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (5.6%), dan thiamfenikol kapsul 500 mg (4.6%). Sementara lima antibiotik yang paling banyak digunakan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablet 500 mg (11.0%), cefadroxil kapsul 500 mg (6.8%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (4.8%), dan isoniazid tablet 300 mg (3.1%).

Antibiotics are drugs used to treat infections caused by bacteria. The use of antibiotics needs to be monitored because excessive use can increase the occurrence of resistance. Quantitative evaluation of drug use can be done using the ATC/DDDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical; DDD = Defined Daily Dose) method, which is a classification and measurement system for drug use. The purpose of this study is to find out the five most widely used antibiotics in the Matraman District Health Center and in the entire Matraman District Health Center network in 2022 using the ATC/DDDD method. Antibiotic usage data is obtained from the Drug Use Report and Request Sheet. The five most widely used antibiotics at the Matraman District Health Center in 2022 are amoxicillin capsules 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablets 500 mg (10.7%), cefadroxil capsules 500 mg (7.6%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (5.6%), and thiamphenicol capsules 500 mg (4.6%). Meanwhile, the five most widely used antibiotics in the entire Puskesmas network in Matraman District in 2022 are amoxicillin caplets 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablets 500 mg (11.0%), cefadroxil capsules 500 mg (6.8%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (4.8%), and isoniazid tablets 300 mg (3.1%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Di Indonesia pemakaian antibiotik menjadi salah satu yang paling sering diresepkan dikarenakan seringnya kasus infeksi yang sering terjadi. Antibiotik merupakan obat yang dipakai untuk pencegahan atau pengobatan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Resistensi antibiotik adalah kondisi saat antibiotik tidak dapat lagi mencegah atau mengobati infeksi karena bakteri tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi manusia atau hewan menjadi lebih sulit untuk diobati. Resistensi antibiotik merupakan ancaman global yang serius yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran global terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Metode Gyssen merupakan evaluasi secara kualitatif sedangkan secara kuantitatif menggunakan perhitungan ATC/DDD. Gyssen adalah metode yang digunakan untuk menilai penggunaan antibiotik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum antibiotik, lama pemberian, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. ATC merupakan klasifikasi obat berdasarkan farmakologi, senyawa kimia dan fungsi terapeutik. DDD adalah asumsi rata-rata dosis per hari yang digunakan oleh orang dewasa. DDD adalah unit pengukuran dan tidak menunjukkan dosis harian yang direkomendasikan dalam pengobatan.

In Indonesia, the use of antibiotics is one of the most frequently prescribed due to the frequent cases of infection. Antibiotics are drugs used to prevent or treat infections caused by bacteria. Inappropriate and excessive use of antibiotics can cause resistance. Antibiotic resistance is a condition when antibiotics can no longer prevent or treat infections because bacteria do not respond to antibiotics. Antibiotic resistance can make bacteria that infect humans or animals more difficult to treat. Antibiotic resistance is a serious global threat causing increasing global concern for human, animal and environmental health. The Gyssen method is a qualitative evaluation, while quantitatively it uses ATC/DDD calculations. Gyssen is a method used to assess the use of antibiotics based on the accuracy of the indication, the accuracy of antibiotic selection based on effectiveness, toxicity, price and spectrum of antibiotics, duration of administration, dose, interval, route of administration and time of administration. ATC is a classification of drugs based on pharmacology, chemical compounds and therapeutic function. DDD is the assumed average dose per day used by adults. DDD is a unit of measurement and does not indicate the recommended daily dose in treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Di Indonesia pemakaian antibiotik menjadi salah satu yang paling sering diresepkan dikarenakan seringnya kasus infeksi yang sering terjadi. Antibiotik merupakan obat yang dipakai untuk pencegahan atau pengobatan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Resistensi antibiotik adalah kondisi saat antibiotik tidak dapat lagi mencegah atau mengobati infeksi karena bakteri tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi manusia atau hewan menjadi lebih sulit untuk diobati. Resistensi antibiotik merupakan ancaman global yang serius yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran global terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Metode Gyssen merupakan evaluasi secara kualitatif sedangkan secara kuantitatif menggunakan perhitungan ATC/DDD. Gyssen adalah metode yang digunakan untuk menilai penggunaan antibiotik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum antibiotik, lama pemberian, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. ATC merupakan klasifikasi obat berdasarkan farmakologi, senyawa kimia dan fungsi terapeutik. DDD adalah asumsi rata-rata dosis per hari yang digunakan oleh orang dewasa. DDD adalah unit pengukuran dan tidak menunjukkan dosis harian yang direkomendasikan dalam pengobatan.

In Indonesia, the use of antibiotics is one of the most frequently prescribed due to the frequent cases of infection. Antibiotics are drugs used to prevent or treat infections caused by bacteria. Inappropriate and excessive use of antibiotics can cause resistance. Antibiotic resistance is a condition when antibiotics can no longer prevent or treat infections because bacteria do not respond to antibiotics. Antibiotic resistance can make bacteria that infect humans or animals more difficult to treat. Antibiotic resistance is a serious global threat causing increasing global concern for human, animal and environmental health. The Gyssen method is a qualitative evaluation, while quantitatively it uses ATC/DDD calculations. Gyssen is a method used to assess the use of antibiotics based on the accuracy of the indication, the accuracy of antibiotic selection based on effectiveness, toxicity, price and spectrum of antibiotics, duration of administration, dose, interval, route of administration and time of administration. ATC is a classification of drugs based on pharmacology, chemical compounds and therapeutic function. DDD is the assumed average dose per day used by adults. DDD is a unit of measurement and does not indicate the recommended daily dose in treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michicho Citra Zhangrila
"Peningkatan persentase resistensi antimikroba (AMR) yang cukup tinggi di Indonesia disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang tidak tepat, terutama dalam pelayanan kesehatan. Salah satu cara untuk mengatasi AMR adalah dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik. Maka dari itu, diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan untuk memastikan optimalisasi penggunaan antibiotik tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu pada periode 2021. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) periode 2021 milik Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu yang diperoleh dari arsip LPLPO di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2022 berdasarkan jenis antibiotik, rute pemberian, dan klasifikasi ATC yang telah ditetapkan oleh WHO. Setelah itu dihitung total kekuatan antibiotik yang digunakan, serta analisis kuantitatif menggunakan metode DDD/1000 penduduk/hari. Berdasarkan persentase pemakaian dan nilai DDD/1000 penduduk/hari, lima antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Amoksisilin (52,78%; 0,4284 DDD), Azitromisin (18,86%; 0,1531 DDD), Siprofloksasin (8,08%; 0,0655 DDD), Sefadroksil (5,85%; 0,0475 DDD), dan Doksisiklin (5,09%; 0,0413 DDD). Jumlah total penggunaan antibiotik di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu selama tahun 2021 yaitu sebesar 6228,80 DDD dan 0,8116 DDD/1000 penduduk/hari.

The increase in the percentage of antimicrobial resistance (AMR) in Indonesia is relatively high and primarily caused by inappropriate use of antimicrobials, especially in healthcare services. One way to address AMR is by optimizing the use of antibiotics. Therefore, it is necessary to evaluate the use of antibiotics in healthcare facilities to ensure their optimal use. This study quantitatively evaluated antibiotic usage using the ATC/DDD method at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu during the period 2021. Data collection was done retrospectively using secondary data, specifically the Drug Use and Request Form (LPLPO) for 2021, obtained from the archives of the Puskesmas Kecamatan Jatinegara. The data were processed using Microsoft Excel 2022, categorized by antibiotic type, administration route, and WHO-established ATC classification. Subsequently, the total antibiotic strength used was calculated, and quantitative analysis was performed using the DDD/1000 inhabitants/day method. Based on the percentage of usage and DDD/1000 inhabitants/day values, the five most commonly used antibiotics were Amoxicillin (52.78%; 0.4284 DDD), Azithromycin (18.86%; 0.1531 DDD), Ciprofloxacin (8.08%; 0.0655 DDD), Cefadroxil (5.85%; 0.0475 DDD), and Doxycycline (5.09%; 0.0413 DDD). The total amount of antibiotics used at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu in 2021 was 6228.80 DDD and 0.8116 DDD/1000 inhabitants/day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati bertujuan untuk menganalisis profil penggunaan antibiotik meropenem pada bulan Mei tahun 2023 di RSUP Fatmawati. Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Tahapan kajian meliputi pengumpulan data pasien dari sistem informasi rumah sakit (ISIMRS), SIMGOS dan Open Labs, penyajian data dalam bentuk tabel deskriptif dan penarikan kesimpulan. Hail kajian menunjukkan arakteristik pasien antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 mencakup 184 pasien, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari kelompok pasien geriatri (61-70 tahun) dengan kesudahan pasien pulang dari rumah sakit. Karakteristik peresepan antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 sebanyak 5669 vial meropenem dengan regimen dosis paling banyak yaitu 3x1 gram dan asal ruangan pasien yang diberikan antibiotik paling banyak yaitu gedung bougenville, lantai 4 - ICU. Hasil biakan kultur menunjukkan resistensi terhadap Acinetobacter baumannii

Pharmacist Professional Work Practices at Fatmawati Hospital aims to analyze the profile of use of the antibiotic meropenem in May 2023 at Fatmawati Hospital. The study was carried out using descriptive methods. The study stages include collecting patient data from the hospital information system (ISIMRS), SIMGOS and Open Labs, presenting the data in the form of descriptive tables and drawing conclusions. The results of the study show that the characteristics of meropenem antibiotic patients at Fatmawati General Hospital in May 2023 included 184 patients, the majority of whom were male and came from the geriatric patient group (61-70 years) with the patients later returning home from the hospital. Characteristics of meropenem antibiotic prescriptions at Fatmawati General Hospital in May 2023 were 5669 vials of meropenem with the highest dose regimen being 3x1 gram and the room where the most antibiotics were given was the Bougainville building, 4th floor - ICU. Culture results showed resistance to Acinetobacter baumannii.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Penggunaan antibiotik harus dilakukan dan kontrol penggunaan antibiotik sudah direkomendasikan dari WHO. Hal ini bertujuan untuk menekan resistensi mikroba terhadap antibiotik karena ancaman resistensi antibiotik adalah salahsatu yang dikhawatirkan oleh WHO. Dalam perespan dan penggunaan antibiotik dapat dianalisis dengan metode ATC/DDD untuk evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Analisis menggunakan metode ATC/DDD ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari-Desember 2022. Setelah dilakukan analisis didapatkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari – Desember 2022 tergolong sangat tinggi terutama pada golongan antibiotik beta laktam dengan kecenderungan peresepan yang kurang rasional. Dari hasil analisis ini dapat dilakukan pengetesan resistensi mikroba terhadap antibiotik di lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk melihat sebaran mikroba resisten terhadap golongan antibiotik sebagai evaluasi pendekatan pengobatan yang optimal.

The use of antibiotics must be carried out and control of antibiotic use has been recommended by WHO. This aims to suppress microbial resistance to antibiotics because the threat of antibiotic resistance is one that WHO is concerned about. The prescription and use of antibiotics can be analyzed using the ATC/DDD method to evaluate the rationality of antibiotic use. Analysis using the ATC/DDD method was carried out at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the period January-December 2022. After the analysis was carried out, it was found that the use of antibiotics in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the January-December 2022 period was classified as very high, especially in the beta-lactam antibiotics group with a high prescribing tendency. less rational. From the results of this analysis, testing for microbial resistance to antibiotics can be carried out in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit environment to see the distribution of microbes that are resistant to antibiotic groups as an evaluation of optimal treatment approaches.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Peresepan antibiotik adalah salah satu yang harus dikontrol. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang berlebihan. Hal ini menjadi signfikan ketika berada di lingkup rumah sakit karena banyak dokter yang meresepkan antibiotik untuk lini pertama pengobatan sehingga menyebabkan banyaknya mikroba resisten. Oleh karena itu diharuskan adanya analisis peresepan dan penggunaan antibiotik. Analaisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis ATC/DDD yang sudah ditetapkan oleh WHO untuk menganalisis penggunaan antibiotik. Maka dari itu, dilakukan analisis peresepan dan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati dengan periode Juli – Desember 2022. Hasil analisis ATC/DDD yang dilakukan menunjukkan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati yang masih tinggi terutama pada antibiotik untuk mengobati TB seperti rifampicin dan ethambutol, antibiotik lain yang tinggi penggunaannya adalah antibiotik cefixim yang biasanya diresepkan sebagai lini pertama ISPA. Oleh karena itu perlunya diadakan pemantauan lebih terkait penggunaan antibiotik tersebut terutama pengetesan berkala mikroba terkait ISPA dan TB yang berada di RSUP Fatmawati untuk melihat resistensi antimikroba yang bertujuan untuk mencegah untreatable nosocomial invection.

Antibiotic prescribing is one that must be controlled. This aims to prevent excessive antibiotic resistance. This becomes significant when in the hospital setting because many doctors prescribe antibiotics as the first line of treatment, causing many resistant microbes. Therefore, it is necessary to analyze the prescribing and use of antibiotics. This analysis can be carried out using the ATC/DDD analysis which has been established by WHO to analyze antibiotic use. Therefore, an analysis of the prescribing and use of antibiotics was carried out at Fatmawati Hospital for the period July – December 2022. The results of the ATC/DDD analysis carried out showed that the use of antibiotics at Fatmawati Hospital was still high, especially antibiotics to treat TB such as rifampicin and ethambutol, other antibiotics that The highest use is the antibiotic cefixim which is usually prescribed as the first line of ARI. Therefore, it is necessary to carry out more monitoring regarding the use of antibiotics, especially periodic testing of microbes related to ARI and TB at Fatmawati General Hospital to see antimicrobial resistance with the aim of preventing untreatable nosocomial infections.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Akhsana Zahra Amala
"Latar Belakang: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Sebagai salah satu profesi yang banyak meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi pada rongga mulut, dokter gigi memainkan peran penting dalam memantau penggunaan antibiotik. Konsumsi antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat dapat memperburuk masalah resistensi antibiotik ini sehingga sangat penting untuk dilakukannya upaya untuk mengawasi penggunaan antibiotik. Tujuan: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik, pola bakteri, dan uji sensitivitas antibiotik untuk mengetahui apakah antibiotik yang banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI masih efektif terhadap bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional pada resep yang masuk ke unit Farmasi RSKGM FKG UI periode Juli—November 2024 dan uji in vitro terhadap sampel plak subgingiva dari Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI. Sampel plak subgingiva diuji dengan uji sensitivitas antibiotik dengan metode disk diffusion dan uji RT-qPCR. Hasil: Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan oleh Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI berada di bawah 1. Uji RT-qPCR dapat mendeteksi keberadaan bakteri red complex pada sampel plak subgingiva pada kelompok periodontitis maupun kelompok sehat. Zona hambat amoksisilin menunjukkan kategori sensitif, intermediet dan resisten. Zona hambat amoksisilin+asam klavulanat menunjukkan kategori sensitif sebesar 100%. Zona hambat klindamisin menunjukkan kategori sensitif dan resisten. Zona hambat metronidazol menunjukkan kategori resisten sebesar 100%. Kesimpulan: Antibiotik yang paling banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI pada periode Juli—November 2024 adalah amoksisilin+asam klavulanat 625 mg. Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI menunjukkan bahwa penggunaannya tergolong subuse. Proporsi bakteri red complex pada sampel plak subgingiva kelompok periodontitis lebih tinggi dibandingkan pada sampel kelompok sehat, namun perbedaannya tidak bermakna secara statistik. Amoksisilin, amoksisilin+asam klavulanat, dan klindamisin masih efektif melawan bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI.

Background: Irrational use of antibiotics can lead to antibiotic resistance. As one of the professions that widely prescribe antibiotics to treat infections in the oral cavity, dentists play an important role in monitoring antibiotic use. Excessive and inappropriate consumption of antibiotics can exacerbate this antibiotic resistance problem so it is very important to monitor antibiotic use. Objective: This study was conducted to evaluate antibiotic use pattern, bacterial pattern, and antibiotic sensitivity testing to determine whether antibiotics that are widely prescribed from the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit. Methods: This type of research is an observational descriptive study on prescriptions submitted to the Pharmacy Unit of RSKGM FKG UI for the period July-November 2024 and in vitro tests on subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI. Subgingival plaque samples were tested with antibiotic sensitivity test by disk diffusion method and RT-qPCR. Results: The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed by the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI was below 1. RT-qPCR test can detect the presence of red complex bacteria in subgingival plaque samples from the periodontitis group and the healthy group. Inhibition zone of amoxicillin showed sensitive, intermediate, and resistant category. The inhibition zone of amoxicillin + clavulanic acid antibiotics showed sensitive category of 100%. The inhibition zone of clindamycin showed sensitive and resistant category. The inhibition zone of metronidazole showed resistant category of 100%. Conclusion: The most prescribed antibiotic in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI in the July-November 2024 period was amoxicillin+clavulanic acid 625 mg. The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI shows that their use is classified as subuse. The proportion of red complex bacteria in the subgingival plaque samples of the periodontitis group was higher than in the healthy group samples, but the difference was not statistically significant. Amoxicillin, amoxicillin+clavulanic acid, and clindamycin are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Akhsana Zahra Amala
"Latar Belakang: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Sebagai salah satu profesi yang banyak meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi pada rongga mulut, dokter gigi memainkan peran penting dalam memantau penggunaan antibiotik. Konsumsi antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat dapat memperburuk masalah resistensi antibiotik ini sehingga sangat penting untuk dilakukannya upaya untuk mengawasi penggunaan antibiotik. Tujuan: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik, pola bakteri, dan uji sensitivitas antibiotik untuk mengetahui apakah antibiotik yang banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI masih efektif terhadap bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional pada resep yang masuk ke unit Farmasi RSKGM FKG UI periode Juli—November 2024 dan uji in vitro terhadap sampel plak subgingiva dari Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI. Sampel plak subgingiva diuji dengan uji sensitivitas antibiotik dengan metode disk diffusion dan uji RT-qPCR. Hasil: Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan oleh Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI berada di bawah 1. Uji RT-qPCR dapat mendeteksi keberadaan bakteri red complex pada sampel plak subgingiva pada kelompok periodontitis maupun kelompok sehat. Zona hambat amoksisilin menunjukkan kategori sensitif, intermediet dan resisten. Zona hambat amoksisilin+asam klavulanat menunjukkan kategori sensitif sebesar 100%. Zona hambat klindamisin menunjukkan kategori sensitif dan resisten. Zona hambat metronidazol menunjukkan kategori resisten sebesar 100%. Kesimpulan: Antibiotik yang paling banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI pada periode Juli—November 2024 adalah amoksisilin+asam klavulanat 625 mg. Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI menunjukkan bahwa penggunaannya tergolong subuse. Proporsi bakteri red complex pada sampel plak subgingiva kelompok periodontitis lebih tinggi dibandingkan pada sampel kelompok sehat, namun perbedaannya tidak bermakna secara statistik. Amoksisilin, amoksisilin+asam klavulanat, dan klindamisin masih efektif melawan bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI.

Background: Irrational use of antibiotics can lead to antibiotic resistance. As one of the professions that widely prescribe antibiotics to treat infections in the oral cavity, dentists play an important role in monitoring antibiotic use. Excessive and inappropriate consumption of antibiotics can exacerbate this antibiotic resistance problem so it is very important to monitor antibiotic use. Objective: This study was conducted to evaluate antibiotic use pattern, bacterial pattern, and antibiotic sensitivity testing to determine whether antibiotics that are widely prescribed from the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit. Methods: This type of research is an observational descriptive study on prescriptions submitted to the Pharmacy Unit of RSKGM FKG UI for the period July-November 2024 and in vitro tests on subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI. Subgingival plaque samples were tested with antibiotic sensitivity test by disk diffusion method and RT-qPCR. Results: The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed by the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI was below 1. RT-qPCR test can detect the presence of red complex bacteria in subgingival plaque samples from the periodontitis group and the healthy group. Inhibition zone of amoxicillin showed sensitive, intermediate, and resistant category. The inhibition zone of amoxicillin + clavulanic acid antibiotics showed sensitive category of 100%. The inhibition zone of clindamycin showed sensitive and resistant category. The inhibition zone of metronidazole showed resistant category of 100%. Conclusion: The most prescribed antibiotic in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI in the July-November 2024 period was amoxicillin+clavulanic acid 625 mg. The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI shows that their use is classified as subuse. The proportion of red complex bacteria in the subgingival plaque samples of the periodontitis group was higher than in the healthy group samples, but the difference was not statistically significant. Amoxicillin, amoxicillin+clavulanic acid, and clindamycin are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo
"Resistensi antibiotik terjadi akibat bakteri berevolusi dan rentan terhadap antibiotik sehingga dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit serta kematian. Antibiotik golongan karbapenem merupakan antibiotik kelompok reserve, yang dapat diakses namun penggunaannya harus disesuaikan dengan pasien dan kondisi yang sangat spesifik, ketika antibiotik lainnya telah gagal atau tidak sesuai dalam pengobatan. Penggunaan meropenem di RSUP Fatmawati dibanding antibiotik lini ke 3 lainnya sangat jauh berbeda signifikan, oleh karena itu perlu dikaji terkait karakteristik pasien, regimen, indikasi, ada tidaknya konsultasi KPRA (Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba) dan hasil kultur serta sensitivitas antimikroba. Karakteristik pasien yang menggunakan terapi antibiotik reserve meropenem pada April 2023 didominasi oleh laki-laki (52,8%) daripada perempuan (47,2%) dengan rentang usia 51-60 yang terbanyak (23,9%). Kultur dan sensitivitas yang dilakukan (389 kali/April 2023) menyatakan bahwa hasil terbanyak berupa biakan negatif (76,6%), disusul dengan Acinetobacter baumannnii (6,9%) dan Klebsiella pneumonia (6,4%). Hasil biakan yang tidak negatif atau ditemukannya kuman patogen terdapat 91 biakan (23,4%) dari 389 biakan. Sampel yang masih sensitif terhadap antibiotik meropenem sebanyak 38 sampel (41,8%), sampel yang sudah resisten sebanyak 39 sampel (42,9%) dan yang tidak diketahui sebanyak 14 sampel (15,3%). Konsultasi terhadap tim PPRA dilakukan hanya 129 dari 176 pasien. Hasil konsultasi dapat diterima pemberiannya (32 pasien), ditolak pemberiannya (22 pasien), dan tidak direspon oleh tim PPRA (75 pasien)

Antibiotic resistance occurs because bacteria evolve and become susceptible to antibiotics, increasing the risk of disease spread and death. Carbapenem class antibiotics are reserve group antibiotics, which can be accessed but their use must be tailored to patients and very specific conditions, when other antibiotics have failed or are not suitable in treatment. The use of meropenem at Fatmawati General Hospital compared to other 3rd line antibiotics is significantly different, therefore it is necessary to study patient characteristics, regimens, indications, the presence or absence of KPRA (Antimicrobial Resistance Control Committee) consultation and culture results and antimicrobial sensitivity. The characteristics of patients who used meropenem reserve antibiotic therapy in April 2023 were dominated by men (52.8%) rather than women (47.2%) with the highest age range of 51-60 (23.9%). The culture and sensitivity performed (389 times/April 2023) stated that the most results were negative cultures (76.6%), followed by Acinetobacter baumannnii (6.9%) and Klebsiella pneumonia (6.4%). There were 91 cultures (23.4%) out of 389 cultures that were not negative or found pathogenic germs. There were 38 samples (41.8%) that were still sensitive to meropenem, 39 samples (42.9%) that were resistant, and 14 samples (15.3%) that were unknown. Consultation with the PPRA team was conducted for only 129 out of 176 patients. The results of the consultation were accepted (32 patients), rejected (22 patients), and not responded to by the PPRA team (75 patients).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>