Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215235 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Dwi Anggoro
"Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 MW yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 Mei 2015 bertujuan meningkatkan akses listrik bagi masyarakat, dan mendukung pertumbuhan sosial ekonomi yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Penelitian ini melakukan analisis dampak kebijakan Program 35.000 MW terhadap tingkat pekerjaan dan kemiskinan di Indonesia menggunakan metode Callaway & Sant’Anna Difference-in-Differences (CSDID). Penelitian menggunakan unit analisis balanced data panel dengan tingkat kedalaman data pada level kabupaten/kota di Indonesia dalam kurun waktu 2007 hingga 2022. Hasil estimasi dampak kebijakan menunjukan Program 35.000 MW memiliki dampak signifikan mengurangi jumlah penduduk miskin dengan rata-rata penurunan sebesar 5.208 orang miskin pada Model 1, 4.277 orang miskin pada Model 2, dan 4.284 orang miskin pada Model 3. Berdasarkan subset wilayah hasil analisis menunjukan Program 35.000 MW memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan tingkat pekerjaan sebesar 1,2% dan penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 16.034 orang di wilayah Jawa Madura Bali

The 35,000 MW Power Plant Development Acceleration Program launched by President Joko Widodo on May 4 2015 aims to increase electricity access for the public, and support equitable socio-economic growth throughout Indonesia. This research analyzes the impact of the 35,000 MW Program policy on employment and poverty levels in Indonesia using the Callaway & Sant'Anna Difference-in-Differences (CSDID) method. The research uses a balanced panel data with data depth at the district/city level in Indonesia for the period 2007 to 2022. The results of the policy impact estimation show that the 35,000 MW Program has a significant impact on reducing the number of poor people with an average reduction of 5,208 poor people in Model 1, 4,277 poor people in Model 2, and 4,284 poor people in Model 3. Based on a subset of regions, the analysis results show The 35,000 MW program had a significant impact on increasing the employment rate by 1.2%, reducing the number of poor people by 16,034 people in the Java Madura Bali region"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Kurniawan
"Investasi di bidang ketenagalistrikan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk menjamin tersedianya tenaga listrik dalam jumlah yang cukup yang dapat memenuhi permintaan pasokan. Dengan Kebijakan pemerintah dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW yang tidak hanya bertujuan untuk mengatasi krisis listrik tetapi juga untuk mendorong perekonomian di Indonesia. Sumber daya primer yang melimpah di Indonesia khususnya batubara mencapai sebesar 104.9 milyar ton menjadi sumber energi utama penggerak pembangkit listrik 10.000 MW (PLTU) sehingga dapat menghasilkan energi yang dapat dijual sesuai dengan kapasitas masing-masing pembangkit.
Dengan menggunakan analisa model Inter Regional Input Output (IRIO) dapat diketahui hubungan antar sektor dan antar wilayah akibat adanya permintaan akhir sektor tertentu pada suatu wilayah sehingga dapat meningkatkan output dan pendapatan masyarakat. Dampak akibat pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW terhadap perekonomian Indonesia dari kurun waktu 2011 sampai tahun 2014 dilihat dari peningkatan output berturut-turut sebesar 0,51%, 1,31%, 1,97% dan 2,34% dari output awal sebesar Rp. 5.081,29 triliun, sedangkan peningkatan pendapatan berturut-turut sebesar 0.42%, 0,99%, 1,45% dan 1,72% dari pendapatan awal sebesar Rp. 825,92 triliun. Sekaligus memiliki disparitas yang cenderung mengecil pada tahun 2014.

Investment in the electricity sector is on every important factor to ensure the availability of electricity in sufficient quantities to meet rising demand. With Government policy in the acceleration of 10,000 MW power project, which not only aims to overcome the power crisis but also to stimulate the economy in Indonesia. Primary resources are abundant in Indonesia, especially for coal reached 104.9 billion tons to the main energy source driving the 10,000 MW power plant (power plant) so as to generate energy that can be sold in accordance with the capacity of each plant.
By using the analysis model of the Inter Regional Input Output (IRIO) can be determined the relationship between sectors and between regions due to there cent demand for a particular sector in a region so as to increase output and incomes. Impacts due to construction of 10,000 MW power plant on the economy of Indonesia from the period 2011 to 2014, seen from the increased output respectively by 0.51%, 1.31%, 1.97% and 2.34% of initial output of Rp. 5081.29 billion, while revenue increased respectively by 0:42%, 0.99%, 1.45% and 1.72% of the initial income of Rp. 825.92 trillion. Well have a disparity that tends to shrink in 2014.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T31827
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Riadhi Fairuz
"ABSTRACT
Tarif listrik dimasa yang akan datang diperkirakan akan mengalami kenaikan. Hal ini terlihat dari tren tarif listrik beberapa tahun terakhir yang cenderung mengalami kenaikan dibandingkan penurunan. Berdasarkaan peraturan mentri ESDM no 41 tahun 2017, tarif listrik akan mengalami kenaikan dan penurunan per tiga bulan sekali mengikuti harga minyak mentah Indonesia, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika. Akibatnya terjadi ketidakpastian harga tarif listrik khususnya bagi pelanggan non subsidi. Untuk mengatasi ketidakpastian tersebut, muncul gagasan bagaimana rumah dapat menghasilkan listrik sendiri dengan memanfatkan potensi energi matahari. Namun dalam pengimplementasiannya terdapat kendala perbedaan biaya awal pemasangan sistem diberbagai wilayah di Indonesia mengingat Indonesia bukan negara kontinental dan mayoritas pusat penjualan investasi sistem hanya berada pada wilayah tertentu.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh initial cost terhadap levelized cost of energy yang dihasilkan sistem pada beberapa wilayah di Indonesia. Hasil akhir dari simulasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan residensial dalam pengimplementasian sistem.Penelitian ini menggunakan perhitungan pengembangan Levelized Cost of Energy dan analisis kelayakan kekonomian melalui perhitungan net present value yang didapatkan oleh masing masing sistem pada wilayah simulasi. Net present value adalah total biaya tarif listrik yang dapat dihemat residensial akibat dilakukannya pengimplementasian sistem. Skenario dilakukan menggunakan perangkat lunak System Advisor Model dengan skema net metering dimana harga tarif listrik cenderung mengalami kenaikan dan harga investasi sistem mengalami penurunan.Kota Manado merupakan kota yang optimum dalam pengimplementasian sistem. Hal ini terlihat dari NPV yang dihasilkan paling besar meskipun initial cost cukup tinggi dibandingkan dengan kota simulasi lainnya.

ABSTRACT
Future electricity tariffs are expected to increase. This is evident from the trend of electricity tariffs in recent years which tend to increase compared to the decline. Based on the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 41 of 2017, electricity tariffs will increase and decrease every three months following the Indonesian crude oil price, inflation rate, and the rupiah against the US dollar. As aresult there is uncertainty in the price of electricity tariff especially for nonsubsidized customers. To overcome these uncertainties, came the idea how the house can generate its own electricity by utilizing the potential of solar energy. However, in implementing it there are constraints of the initial cost difference of installation of systems in various regions in Indonesia considering Indonesia is not a continental state and the majority of sales center of system investment is only in certain area.The purpose of this study is to determine the effect of initial cost on the levelized cost of energy produced by the system in some regions in Indonesia. The final result of this simulation can be used as residential consideration in implementing the system.This study uses the calculation of the development of Levelized Cost of Energy and the analysis of economic feasibility through the calculation of net present value obtained by each system in the simulation area. Net present value is the total cost of electricity tariff that can be saved by the implementation of system implementation. Scenario is done using System Advisor Model software with net metering scheme where the price of electricity tariff tends to increase and the investment price of the system decreases.Manado city is the most suitable city in implementing the system. This can be seen from the NPV that produced the greatest although the initial cost is quite high in this city. initial cost will affect the LCoE generated by the system, but if a region has high solar energy potential then the initial cost can be covered by the amount of cash flow generated by the system."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"To solve the global climate change problem, countries require more than efforts at local
level: multilateral cooperation and climate policy integration are essential for realizing a
wide-area low-carbon society. Realizing a low-carbon society is not a simple action that addresses global warming while ignoring the quality of human life, but is a process to achieve
harmonious sustainable development of economy, environment and society while solving the
problem of global warming simultaneously. According to the principle of “Common but Differentiated Responsibilities", China should stick to the consistent pathway towards emission reduction. Energy saving, followed by fuel transformation and renewable energy utilization, is the most efficient technology China will promote to achieve the emission reduction, In addition, Carbon Capture and Storage (CCS) technologies will play an important role after 2050. China's CO2 emissions are likely to peak around 2040 (550pprn) or even earlier in about 2030 (450ppn1) with great efforts. No single energy source is going to be the solution to global warming Development of alternative power sources is the only way towards sustainable development. As a developing country, China's pathway to a lowcarbon economy is absolutely a n0-regret approach with recognizing the uncertainty of climate change Nevertheless, the low-carbon economy is just one of the necessary conditions for achieving sustainable development. In this study, firstly we discussed the future direction and technology strategies for realizing a low-carbon society in the Post-Kyoto climate policy framework. "
JPS 9 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Blessmiyanda
"Wilayah perairan Indonesia yang sangat luas berakibat pada besarnya potensi sumberdaya laut yang ada. Sumberdaya ini perlu diupayakan agar penggunaannya memperhatikan daya dukung dan kelestarian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Kebutuhan energi listrik di Indonesia terutama di Pulau Jawa yang berfluktuasi dan cenderung meningkat, diperkirakan dalam periode 1986 - 2010 diperlukan tambahan pembangkit listrik sebesar 26.500 MW. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, Pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Tawar yang memiliki kapasitas 2400 MW. PLTGU Muara Tawar yang direncanakan dibangun di atas lahan seluas 39,6512 Ha yang termasuk Desa Segara Jaya dan Desa Pantai Makmur Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan studi Analisis Mengenal Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah dilakukan, jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak pada tahap konstruksi meliputi mobilisasi personil, peralatan dan material, pematangan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan kanal pendingin dan demiaga sementara.
Mengingat aktivitas konstruksi PLTGU ini diperkirakan menimbulkan dampak lingkungan di wilayah pesisir tempat proyek dibangun, maka dilakukan pemantauan pada komponen - komponen lingkungan hidup yang berpotensi menimbulkan dampak. Penelitian lapangan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi (Mei 1995 - Mei 1996) meliputi pengamatan dalam bidang Sosial Ekonomi, Kualitas Air Laut, dan Kualitas Udara. Pengamatan ini dilakukan terhadap aspek - aspek dan di lokasi yang diperkirakan mendapatkan dampak langsung dari aktivitas proyek. Hipotesis dari Tesis ini adalah : Konstruksi Proyek PLTGU Muara Tawar akan menimbulkan dampak pada lingkungan pesisir.
Dari penelitian diketahui sebanyak 29,25 % dari total pekerja non skilled diserap dari tenaga local/penduduk disekitar tapak proyek. Penyerapan tenaga kerja lokal ini menyebabkan perubahan lapangan pekerjaan beberapa penduduk yang sebelumnya nelayan menjadi buruh proyek PLTGU. Hasil analisis Statistik menunjukkan tingkat pendapatan penduduk yang bekerja sebagai buruh PLTGU ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bekerja sebagai nelayan.
Sebagian besar responden ( 91 %) menyatakan tidak keberatan terhadap keberadaan proyek, karena dipandang memberikan kesempatan kerja dan juga memajukan kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat. Responden yang keberatan, berpendapat proyek ini membuat laut menjadi lebih dangkal dan berkurangnya hasil tangkapan udang dari pinggir pantai.
Berdasarkan pengukuran kedalaman yang telah dilakukan, menunjukkan adanya pendangkalan perairan. Pendangkalan ini disebabkan proses sedimentasi yang tinggi yang telah terjadi sebelum adanya proyek PLTGU. Proses sedimentasi terlihat dari kandungan bahan padatan tersuspensi (TSS) yang telah melampaui baku mutu menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 0211/1988. Kandungan TSS terbesar terjadi saat kegiatan pengerukan pantai dan pemancangan tiang pondasi. Hasil analisis statistik menunjukkan ada pengaruh dari pembangunan proyek PLTGU Muara Tawar pada tingginya kandungan TSS di perairan .
Hasil pemantauan kualitas air laut, dijumpai adanya beberapa parameter logam berat yang kandungannya meningkat sejak adanya proyek PLTGU bila dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya proyek. Parameter logam berat yang meningkat ini adalah Cd, Ni, dan Pb. Kandungan logam berat ini meningkat sebanding dengan meningkatnya curah hujan dan menurun seiring dengan menurunnya curah hujan. Logam berat ini bukan berasal dari proyek PLTGU tetapi menunjukkan limbah perkotaan yang terbawa aliran sungai masuk ke perairan pantai. Keadaan ini diduga juga dipengaruhi oleh berkurangnya hutan bakau yang tumbuh di pantai. Diketahui bahwa salah satu fungsi dari hutan bakau adalah sebagai penyerap lumpur karena adanya sistim akar yang padat sehingga partikel yang sangat halus mengendap di sekeliling akar bakau membentuk kumpulan lapisan sedimen yang sekali mengendap biasanya tidak dialirkan keluar lagi. Logam berat yang terbawa aliran sungai akan tersaring oleh lumpur hutan bakau sehingga tidak masuk ke perairan pantai, namun jika hutan bakau ini musnah, maka aliran sungai yang mengandung logam berat akan langsung masuk ke perairan pantai. Berdasarkan studi yang dilakukan saat AMDAL dijumpai hutan bakau sebanyak 1500 pohon/ha , namun saat penelitian pada tahap konstruksi ini hutan bakau yang ada tinggal 1135 pohon/ha.
Kandungan debu dan tingkat kebisingan terbesar terjadi di lokasi tapak proyek, kemudian semakin menurun pada daerah sekitar tapak dan nilainya kecil di daerah pemukiman yang jauh dari tapak proyek. Disini terlihat bahwa besarnya curah hujan juga ikut berperan terhadap kandungan debu. Pada saat curah hujan tinggi, kandungan debu rendah. Sedangkan saat curah hujan rendah, kandungan debu tinggi bahkan melampaui baku mutu yang ditetapkan menurut Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 660.31/SK1694-BKPMD182.
Persepsi penduduk menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di dekat tapak proyek merasa terganggu oleh debu dan kebisingan, sedangkan yang tinggalnya_ jauh dari tapak proyek tidak merasa terganggu. Hasil analisis Statistik menunjukkan adanya pengaruh antara lokasi tempat tinggal penduduk dengan persepsi terhadap gangguan debu, selain itu analisis Statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh antara lokasi tempat tinggal penduduk dengan persepsi terhadap gangguan kebisingan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konstruksi prayek PLTGU Muara Tawar menimbulkan dampak terhadap lingkungan pesisir.

Impact of the Contstruction of the Power Plant on the Coastal Environment (A Case Study in the Gas-Generated Power Plant at Muara Tawar-Bekasi, West Java)The vast area of Indonesian waters offers a wide variety of natural resources. It is very critical to conserve the use of these resources. The ecosystem along the coastal area is also sensitive due to its natural changes that shape the coastline. There is a steady concern of new development that will endanger the coastal ecosystem. Increasing awareness of the communities of any new development can prevent coastal destruction.
In Java the need of electricity is on the rise. It is estimated that from 1986 to 2010 as much as 26.500 MW is needed. Indonesia is building a gas-generated power plant (Perusahaan Listrik Tenaga Gas Uap or PLTGU) in Muara Tawar with a capacity of 2.400 MW. This plant is constructed on a 396,512 ha land in East Java.
Based on the environmental impact assessment (Analysis Mengenai Dampak Lingkungan or AMDAL) the development of this power plant will affect on the coastal ecosystem and environment. This study was conducted to investigate the impacts of PLTGU on water and air quality, and social economy of the coastal community.
The levels of some heavy metals such as Cd, N, and Pb, have increased since the development of the power plant. It was suspected that the heavy metals originated from the city sewage rather than from the PLTGU. Naturally the mangroves filter these heavy metals. However, the density of mangrove has declined from 1,500 trees/ha to 1,135 trees/ha after the PLTGU project was developed. It was noted that the levels of these heavy metals increased with the increasing amount of rainfall.
Project PLTGU also has affected the noise intensity and dust density around the area. It was found that the dust density and amount of rainfall are inversely related. When there was a high amount of rainfall, the dust density was low, and vice versa. Local communities around the project were greatly affected by the amount of dust and noise intensity. Statistics showed the impact of the dust density problem and of the noise intensity on the residential sites.
It was found that 29.25% of the local non-skilled workers who were fishermen have now become power plant workers. Power plant workers tend to have higher income than the fishermen. Individuals (91%) who are in favor of the power plant project consider that the plant will result in a higher employment rate. However, others feel that the plant will cause sedimentation and reduction in the ocean harvest. Sedimentation due to total suspended solids (TSS) has occurred even before the plant started and its rate will continue to increase as the plant developed.
In conclusion, the development of PLTGU Muara Tawar will impact on its coastal environment.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Efendi
"ABSTRACT
Beroperasinya unit penyimpanan dan regasifikasi LNG di Arun, Lhokseumawe, Aceh B sejak tahun 2015 telah merubah porsi penggunaan energi primer, terutama nilai fuel mix untuk unit pembangkit di regional Sumatera Bagian Utara. Sumber energi ini memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif dalam program konversi bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel yang tersebar di Wilayah Aceh. Program konversi bahan bakar dapat menurunkan biaya pokok produksi tenaga listrik secara signifikan karena secara umum bahan gas lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak. Program konversi bahan bakar merupakan cara yang cepat dengan nilai investasi yang relatif rendah untuk mengurangi biaya pokok produksi mengingat biaya bahan bakar merupakan komponen biaya dengan porsi paling besar dari total biaya untuk menghasilkan tenaga listrik. Perkembangan teknologi pada mesin diesel memungkinkan untuk dilakukan konversi mesin diesel konvensional menjadi mesin diesel yang dapat beroperasi dengan bahan bakar gas atau campuran antara minyak dan gas. Harga bahan bakar untuk mesin pembangkit baik berupa bahan bakar gas maupun minyak bergantung pada spot harga pasar minyak dunia seperti lCP (Indonesian Crude Price) dan MOPS (Mean of Platts Singapore). Dengan membandingkan analisa perhitungan biaya bahan bakar antara operasional mesin diesel dengan bahan bakar gas dan minyak, maka diperoleh tiga kondisi untuk mengoptimalkan biaya bahan bakar. Hasil analisa menunjukkan bahvsa Penggunaan bahan bakar minyak akan optimal pada kondisi nilai lC P kurang dari US$ 36.55 Der barrel. Analisa juga menunjukkan bahwa program konversi bahan bakar akan optimal dioperasikan pada kondisi nilai ICP lebih dari US$ 40.40 per barrel. Pada kondisi tersebut untuk setiap US dollar peningkatan harga ICP, maka program konversi akan memberikan Denghematan sebesar US$ 0.413 per MWh produksi tenaga listrik dibandingkan dengan operasi menggunakan bahan bakar minyak. Pada kondisi nilai ICP diantara rentang tersebut. maka umt pembangkit dapat memilih untuk menggunakan bahan bakar sesuai dengan ketersediaannya arena tidak ada perbedaan biaya bahan bakar antara operasi dengan gas maupun minyak dengan potensi produksi tenaga listrik dari mesin diesel sebesar 208.13 GWh per tahun untuk Wilayah Aceh, maka dapat diperoleh potensi penghematan sebesar US$ 85,957.09 per tahun "
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan PT. PLN, 2017
621 JEK 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Ramadhan
"Bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik sejalan dengan bertambahnya populasi penduduk, berkembangnya teknologi dan peningkatan infrastruktur. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tidak bisa secara langsung diatasi melalui penambahan jumlah pembangkit listrik. Produsen tenaga listrik harus mengelola pembangkitannya dengan bijak supaya semua beban masih dapat terpenuhi dengan biaya produksi seefisien mungkin.
Dengan bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka daya pada pembangkit pun akan semakin bertambah. Pada region barat sistem tenaga listrik Jawa-Bali mengalami kekurangan pembangkit dan mempunyai permintaan daya yang besar sehingga untuk menutupi kekurangan daya, pembangkit dari region timur mengirim daya sebesar ±2500 MW setiap hari. Hal ini memicu susut daya pada sisi penerima, untuk mengatasi susut daya ini dilakukan kajian terhadap tiga case pola pengoperasian pembangkit tenaga listrik yaitu case 1 pola pengoperasian pembangkit menggunakan merit order, case 2 pola pengoperasian pembangkit dengan merit order dan pengoptimalan pembangkit di bagian barat, dan case 3 pola pengoperasian pembangkit dengan membatasi transfer daya sebesar 2000 MW.
Perbandingan susut rata-rata selama seminggu didapat persentase terendah pada case ke-3 sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi pada case ke-1 yaitu sebesar 2.72%. Pada hari senin-minggu didapatkan BPP termurah pada case ke-1 sebesar Rp 858,10 /kWh.

Increasing the need for electric power in accordance with a population of the increase, the rise of the technology and infrastructure improvements. A rise in the needs of electric power not biased directly overcome through but the number of additional power plants. A manufacturer of electric power have to manage the power plant wisely so that the entire burden still could be met with the costs of production efficiently.
With increasing demand for electricity, the power plant will also be growing. In the Western region of electric power systems of Java-Bali suffered a shortage of power plants and has large demand so as to cover a shortage of power plants from the East send 2500 MW of power per day. This triggered power was reduced on the side of the receiver, to address this power shrink done three case study of pattern of operating power plants are generating operation pattern 1 case using merit order, case 2 a pattern of operation of generators with power optimization and order merit in the West, and case 3 pattern generation by limiting the operation of the power transfer of 2000 MW.
Comparison of average losses in one week, bottommost in case 3 2,57%, the highest is case 1 2,72. From Monday to Sunday the cheapest BPP is case 1 Rp 858,10 /kWh."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Almanda
"Pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit untuk menghasilkan energi listrik umumnya berlangsung kurang sempurna akibatnya dihasilkanlah emisi CO2, NOx dan SOx. Emisi itu sendiri besarnya ditentukan oleh produksi energi listrik dan angka koefisien emisi pembangkit. Karena konsumsi energi listrik terus meningkal akibatnya produksi energi listrik juga meningkat dan sebagai konsekuensinya emisinya pun juga meningkat. Produksi listrik yang dalam perkembangannya terus meningkal berasal dari pembangkit batu bara, sedang produksi listrik dari pembangkit minyak dan pembangkit gas terus menurun. Sementara itu koefisien emisi CO2 pembangkit batu bara yang paling besar dan koefisien emisi SOx pembangkit gas yang paling kecil. Dengan demikian emisi yang terhesar adalah CO2 yang berasal dari pembangkit batu tiara dan yang terkecil adalah SOx yang berasal dari pembangkit gas.
Untuk mengelahui dengan "tepat" berapa besar emisi pembangkit listrik di masa depan digunakanlah pendekatan sistem dinamis. Sistem dinamis ini dioperasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang disebut powersim. Data yang digunakan adalah data konsumsi energi listrik, data fraksi (rugi T&D, pemakaian sendiri energi listrik dun pembangkit-pembangkit) serta data koefisien pembangkit. Keunggulan perangkat lunak powersim adalah dapat menghitung emisi pembangkit listrik sebanyak 81 macam dalam waklu singkat.
Emisi pembangkit listrik yang datum perkembangannya sudah menghawatirkan adalah emisi CO2 PLTU-B untuk itu perlu dikendalikan atau dikurangi. Pengendalian emisi ini dapat dilakukan dengan menghemat energi, melakukan diversifikasi energi, memberlakukan pajak karbon dan menerapkan teknologi baru (meningkatkan efiisiensi dan memperkecil koefisien emisi)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uno Bintang Sudibyo
"Suatu sistem pembangkitan daya listrik yang masih sangat baru, menggunakan alternator bertegangan 150 kV bahkan sampai 400 kV, bernama powerformer dengan lilitan kumparan statomya berupa kabel daya tegangan tinggi XLPE (Cross Linked Poly Ethylene) yang dimodiflkasi.
Selama ini, sistem pembangkitan daya listrik menggunakan alternator bertegangan maksimum 30 kV di pembangkit listrik tenaga air atau termal, menaikkan tegangannya sampai 150 kV atau lebih dengan transformator daya penaik tegangan, kemudian mentransmisikannya melalui saluran udara tegangan tinggi atau ekstra tinggi ke pusat - pusat beban.
Karena tegangan keluarannya sudah tinggi pembangkit powerformer tidak memerlukan transformator daya penaik tegangan dan langsung dapat dihubungkan ke saluran udara tegangan tinggi. Dengan peralatan, pekerjaan sipil dan luas tanah lebih sedikit, sistem pembangkit powerformer relatif lebih rendah biaya investasi, operasi dan pemeliharaannya dibandingkan sistem gabungan alternator - transformator daya penaik tegangan.
Studi ini membandingkan secara teknis suatu sistem pembangkit powerformer dan sistem gabungan alternator - transformator daya penaik tegangan 150 kV, 40 MVA untuk pembangkit listrik tenaga air."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Nurul Amalia
"ABSTRAK
Pembangunan adalah upaya membangun masyarakat secara terencana dan berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya, baik sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Pembangunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni: 1 pembangunan fisik mdash;yang bersifat infrastruktur atau prasarana, seperti bangunan fisik atau lembaga yang mempunyai kegiatan produksi, logistik, pemasaran barang dan jasa mdash;dan 2 pembangunan non-fisik dapat juga disebut pembangunan manusia. Dalam penelitian ini, karakteristik wilayah digunakan sebagai pengaruh terhadap pembangunan fisik dan non-fisik dan terbagi atas wilayah urban dan wilayah non-urban. Pembangunan fisik dalam hal ini adalah infrastruktur listrik. Pembangunan manusia adalah kondisi kesehatan dan pendidikan. Untuk melihat infrastruktur listrik digunakan rasio elektrifikasi, sedangkan kondisi kesehatan dan pendidikan dilihat berdasarkan indeks kesehatan dan pendidikan. Indeks kesehatan dibangun atas dasar model determinan kesehatan yang terdiri atas kesehatan perorangan, kesehatan keluarga, kesehatan masyarakat, dan sistem pelayanan kesehatan, sedangkan indeks pendidikan berdasarkan rasio murid ndash; sekolah atau kepadatan sekolah dan perbandingan siswa antar jenjang pendidikan. Penelitian ini menggunakan unit analisis kecamatan dan dilakukan dengan metode analisis spasial Overlay dan Query serta analisis statistik Chi Square. Dari hasil analisis spasial dan statistik didapatkan bahwa tidak terdapat suatu pola tertentu terhadap kondisi kesehatan dan kondisi pendidikan. Selain itu, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara rasio elektrifikasi dan karakteristik wilayah dengan kondisi kesehatan, namun terdapat hubungan antara rasio elektrifikasi dan karakteristik wilayah dengan kondisi pendidikan.

ABSTRACT
Development is an effort to build a community inan organized and sustainable way with using all the potential resources, such as natural resources or human resources. Development can be divided into two types 1 physical development infrastructure, such as physical buildings or institutions that have production, logistics, goods and services and 2 non physical development or human development. In this research, regional characteristics are used as an influence to physical and non physical development and divided into urban and non urban areas. Physical development is the electricity infrastructure. Human development is the condition of health and education. Electrification ratio is used to see the electrical infrastructure, while health and education conditions are seen based on health and education index. The health index is built on a health determinant model consisting of individual health, family health, public health, and health care systems, while the education index is based on student school ratios or school density and student to school comparisons. This research used the subdistrict as an analysis unit and done by Overlay and Query spatial analysis method and Chi Square statistical analysis method. From the results of spatial and statistical analysis, there is found that no particular pattern of health conditions and educational conditions. In addition, it is found that there is no relation between electrification ratio and regional characteristic with health condition, but there is relation between electrification ratio and regional characteristic with education condition."
2018
S70167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>