Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Maryani
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Halim
"ABSTRAK
Latar Belakang: Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi, paling sering mengenai sendi lutut.
Gejala yang dominan adalah nyeri dan kelemahan otot yang menyebabkan
penurunan kapasitas fungsional. Kemampuan berjalan merupakan salah satu
kapasitas fungsional pada OA lutut yang dapat diukur dengan uji jalan. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai kesahihan dan keandalan uji jalan 15 meter untuk
mengukur kapasitas fungsional pasien OA lutut.
Metode: Desain studi potong lintang. Penelitian dilakukan terhadap 42 pasien OA
lutut yang didapat secara konsekutif. Kapasitas fungsional subjektif dinilai dengan
kuesioner Indeks Lequesne. Kapasitas fungsional objektif dinilai mengunakan uji
jalan 15 meter dengan mengukur kecepatan jalan. Penilaian uji kesahihan
menggunakan korelasi Pearson antara kecepatan jalan 15 meter dengan Indeks
Lequesne. Penilaian uji keandalan intrarater dan inter-rater menggunakan
Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil: Didapatkan korelasi negatif kuat bermakna antara kecepatan jalan 15 meter
dengan Indeks Lequesne (r= -0,62, p=0,000). Nilai keandalan intrarater ICC 0,990
(Rentang kepercayaan 95% 0,981-0,995, p= 0,000). Nilai keandalan inter-rater
ICC 0,999 (Rentang kepercayaan 95% 0,998-0,999, p= 0,000).
Simpulan: Uji jalan 15 meter terbukti sahih dan andal untuk mengukur kapasitas fungsional pasien OA lutut.

ABSTRACT
Background: Osteoarthritis (OA), a degenerative joint disease, is associated with
a breakdown of cartilage in the joints, with the knee being the most commonly
affected joint. Symptoms include pain and muscle weakness which cause
declining functional capacity. Walking ability, one of the functional capacities of
patients with knee OA, is measurable using walk test. The aim of the study was to
look at the validity and reliability of 15-meter walk test to measure the functional
capacity of patients with OA of the knee.
Methods: The study was a cross sectional study which looked at 42 consecutive
knee OA patients. Functional capacity of these patients were evaluated
subjectively using Lequesne Index questionnaire. In addition, functional capacity
was measured objectively using 15-meter walk test by measuring their walking
speed. Validity was evaluated using Pearson correlation coefficient between the
15-meter walk test and Lequesne Index questionnaire. Intrarater and inter-rater
reliability was assessed using Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Results: There was a significant negative correlation between 15-meter walk test
and Lequesne Index questionnaire (r= -0,62, p=0,000). Intrarater ICC reliability
score 0,990 (95% confidence interval 0,981-0,995, p=0,000). Inter-rater ICC
reliability score 0,999 (95% confidence interval 0,998-0,999, p=0,000).
Conclusions: 15-meter walk test was proven to be valid and reliable to assess the functional capacity of patients with OA of the knee. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Hayati
"Latar Belakang : Otot Kuadrisep pada penderita Osteoarthritis lutut disekitar sendi lutut sering mengalami atrofi, penurunan kekuatan serta fungsi sebagai stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan. Terapi latihan merupakan salah satu bentuk rehabilitasi untuk peningkatan kekuatan otot sekitar sendi, yang mengalami kelemahan karena nyeri dan tidak digunakan. Volume latihan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan struktural otot skeletal. Secara struktural latihan yang menyebabkan kelemahan sarkomer akibat dari robeknya membran dan rendahnya kadar protein intraseluler (Kreatin Kinase) karena masuk ke dalam aliran darah. Semakin tinggi intensitas latihan penguatan otot semakin tinggi pula terjadinya risiko kerusakan otot, akan tetapi semakin rendah intensitas penguatan otot semakin kurang efektivitas pencapaian penguatan otot.
Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas latihan penguatan otot intensitas rendah dan sedang untuk mencapai kekuatan otot Kuadrisep dan fungsi yang optimal pada penderita OA lutut serta tidak menyebabkan kerusakan otot yang bermakna.
Populasi dan Sampel : Semua pasien OA lutut usia 50-65 tahun di poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSCM dengan nyeri lutut VAS < 4 dan klinis (kriteria ACR) serta memenuhi kriteria penerimaan.
Metode : Dilakukan pengukuran kekuatan otot Kuadrisep dengan dinamometer jinjing, kecepatan jalan 15 meter (detik), dan kadar serum enzim Kreatin Kinase sebelum dan setelah latihan. Responden dibagi menjadi 2 kelompok intensitas ringan (40% dari 10 RM) dan sedang (60% dari 10 RM) dilakukan latihan penguatan otot Kuadrisep isotonik dengan menggunakan NK table 3 set 10 repetisi, frekuensi 3 x/minggu selama 8 minggu dengan kenaikan beban bertahap setiap minggu.
Hasil : Terdapat perbedaaan bermakna peningkatan sebesar 27,2 % kekuatan otot Kuadrisep setelah diberikan latihan intensitas ringan (p=0,001) dan sebesar 27,94 % (p <0,001) latihan intensitas sedang. Didapatkan penurunan waktu jalan 15 meter sebesar 39,9 % pada intensitas ringan (p=0,03) dan penurunan sebesar 47,37% pada intensitas sedang (p=0,007). Kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada kekuatan otot, kecepatan jalan, dan kadar enzim Kreatin Kinase.
Kesimpulan : Latihan kekuatan otot Kuadrisep intensitas ringan dan sedang efektif mencapai kekuatan otot dan fungsi yang optimal tanpa menyebabkan kerusakan otot yang bermakna.

Background : Osteoarthritits is rheumatoid disease mostly occurs in knee joint. Quadricep muscle around joint frequently athrophy, reduce strengthening, and functioning as stability joint especially as a role weight bearing joint so that occur deformity and worsen disease. Therapeutic exercise is one of rehabilitation treatment to enhance muscle strengthening around joint that become weakness due to pain and inactivity. Therefore it is important to make exersie prescription to achieve optimal result. High intensity exercise may cause structural damage skeletal muscle. This damage may lead muscle soarness, edema, and weakness. In structural, exercise can lead fraility of sarcomer consequence disruption of membrane and reduction level of protein intraceluller (Creatine Kinase) into bloodstream. Higher intensity of exercise will cause high risk of injury, however lower of intensity of muscle strengthening increasing less effective achievement of muscle strength. Ideally training given to the patient is an effective muscle-strengthening exercises to achieve optimal muscle strength and functional improvement achieved in the absence of muscle damage.
Objective : to find effetctivity of strengthening exercises low and moderate intensity to achieve Quadriceps muscle strength and optimal functional in patient with knee OA without causes significantly muscle damage.
Subject : All of knee OA patient at Inpatient of Musculoskeletal Rehabilitation Departement-Medical Faculty of Indonesia - Cipto Mangunkusumo Hospital, age 50-65 years with knee pain VAS < 4, clinical according American College of Rheumatology, and require inclusion criteria.
Method : Pre and Post Experimental, measurement of Quadriceps muscle strengthening with Hand held Dynamometer before and after exercise, time of walking speed on 15 metre (second), and creatine Kinase enzyme in blood serum. Subject divide to be 2 group, low intensuty (40% of 10 RM) and moderate (60% of 10 RM). Isotonic Quadricep strengthening exercise with NK table, 3 set 10 repetion 3 times in week during 8 week that intensity gradually increase each week.
Result : The study found that significantly increase of 27,2 % muscular strength Quadricep that having given a low intensity exercise ( p = 0,001 ) and significantly increase of muscular strength 27,94 % ( p < 0,001 ) in moderate intensity exercise . Decline significantly time of walking speed on 15 meters of 39,9 % in group low intensity (p = 0.03) and 47,37 % in moderate intensity (p = 0,007). Both of groups did not show the difference activity of Creatine Kinase.This study indicated no difference significantly exercise of muscular strengthen in both groups low and moderate intensity (p = 0,410 ).There was not significantly difference time walking speed both of group (p = 0,514). There were no significantly differences levels of enzyme Creatine kinase in both groups.
Conclusion: Quadriceps muscle exercise low and moderate intensity effective achieve muscle’s strength and functional optimal without causes significantly muscle damage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marietta Shanti
"Tujuan: Mengetahui perbandingan efek latihan isokinetik dan isometrik terhadap nyeri, kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis lutut.
Disain: Eksperimental paralel.
Subjek: 28 orang pasien berusia antara 50-64 tahun, dibagi secara acak menjadi dua kelompok.
Tempat: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Perjan RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung.
Intervensi: Pasien menjalani program latihan isokinetik atau isometrik selama 6 minggu.
Parameter: VAS, peak torque, indeks Lequesne yang diukur setiap minggu.
Hasil: Kedua kelompok menunjukkan penurunan yang bermakna pada intensitas nyeri (p<0,001) dan indeks Lequesne (p<0,001), juga peningkatan yang bermakna pada peak torque (p<0,001) setelah 6 minggu. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok.
Kesimpulan: Kedua jenis latihan berguna pada pasien osteoarthritis berusia lanjut Pada kelompok isokinetik tidak didapatkan subjek yang mengeluh nyeri yang bermakna.

Objective: To compare the effect of isokinetic and isometric strengthening exercise on pain, strength and functional capacity of patients with knee osteoarthritis.
Design: Experimental parallel.
Participants: 28 patients, age 50-64 years, were randomly assigned into two groups.
Setting: Department of Physical Medicine and Rehabilitation. Hasan Sadikin Hospital Bandung.
Interventions: Patients received either a regimen of isokinetic exercise or a regimen of isometric exercise for 6 weeks.
Main outcome measure : VAS, peak torque and Lequesne index were measured each week.
Result: Both training groups showed significant decrease in pain score (pc0, 001) and Lequesne index (p<0, 001) and an increase in peak torque (p<0,001). However there is no significant difference of those parameters between groups.
Conclusion: Both exercises can benefit elderly patients with knee osteoarthritis as shown by the increase of strength and functional capacity. In the isokonetic group there were no subjects who experienced an increase in pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Boby Ferdiansyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
TA405
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alwin Tahid
"Pasen dan cara kerja : 30 pasen OA lutut (15 pria, 15 wanita) dengan peningkatan sudut Q (> 15°) yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dicatat derajat nyeri (Nilai VAS; Visual Analogue Scale), derajat OA (Klasifikasi Kellgreen & Lawrence) dan IMT. Selanjuinya dilakukan pemeriksaan pola ajakan otot vastus medialis dan vastus lateralis dengan EMG. Ditentukan awal ajakan otot vastus lateralis dibandingkan dengan otot vastus medialis. Grafik EMG dinilai pada tugas berdiri berjinjit dan berdiri dengan tumit. Hasil pemeriksaan kemudian dianalisa secara stalistik lalu dilihat hubungan antar variabel secara statistik.
Hasil : Terjadi perubahan pola ajakan otot vastus lateralis dan vastus medialis pada seluruh naracoba penderita OA baik laki-laki dan perempuan dengan kenaikan sudut Q (>l5°). Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,663; p = 0,007) antara kenaikan sudut Q dan perubahan pola ajakan pada kelompok laki-laki dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit. Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,508; p = 0,002) antara pembahan pola ajakan dan derajat OA lutut pada nilai total (Gabungan kelompok pria dan wanita, n = 30) dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit. Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,692; p = 0,04) antara perubahan pola ajakan dan derajat OA lutut pada nilai kelompok Iaki-laki dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit.
Kesimpulan : Walaupun seluruh naracoba penderita OA lutut dengan peningkatan sudut Q mengalami perubahan pola ajakan, namun hubungan yang terjadi tidak sesuai dengan teori dasar. Terdapat hasil pemeriksaan perubahan pola ajakan yang tidak terdistribusi normal, baik berdiri berjiniit maupun berdiri dengan tumit. Hal ini, diduga sebagai penyebab timbulnya hasil-hasil yang tidak menunjang hipotesis. Penyebabnya mungkin akibat adanya faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi dan elslusi seperti kekakuan(rightness) jaringan lunak bagian lateral, kekendoran (laxity) jaringan lunak bagian medial, displasia tulang dan posisi abnormal patella.

Subject and Interventions : 30 pts knee OA (15 men, 15 women) with increased Q - angle (>15°) and passes exclusion and inclusion criteria, have been registered entering the EMG study on medial and lateral vastus recruitment pattern atter noted on the pain scale, knee OA grade, and BMI. The starting point of recruitment is determined using the EMG on muscle activity visualization Comparison of medial and lateral vastus recruitment starting point, concluded as the altered recruitment pattern. The EMG examination is conduct in the rock on toe and heel test. All of data was analyzed using statistic software, to determine the correlation between all variables.
Results : All of the patients with increased Q-angle shows altered recruitment pattern. There is a significant negative correlation between increased Q-angle and altered recruitment pattern in male group with rock on toe test (R = -0,663; p = 0,007). The significant negative correlation occurs between altered recruitment pattern and the knee OA grade in the total value (male+female group, n=30) with rock on toe test (R = -0,508; p = 0,002). Significant negative correlation also occurs between altered recruitment pattern and the knee OA grade in the male group with rock on toe test (R = -0,692; p = 0,04).
Conclusion : Even all of the knee OA patients with increased Q-angle shows altered recnritment pattern, the correlation occurs in different way with the theory. The results have not been support the hypothesis owing to the fact that the recruitment pattern data is not nomtally distributed and another factors which are not include in the exclusion criteria may affect the pain and knee OA grade. Those factors are lateral solt tissue tightness, medial soft tissue laxity, dysplastic bone and patella position abnomarlity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Seri Mei Maya Ulina
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut merupakan OA simptomatik yang paling banyak diderita dan menimbulkan hendaya. Tujuan tatalaksana penyakit kronis seperti OA lutut adalah tercapainya kualitas hidup terkait kesehatan yang baik. kibat prevalensi OA lutut yang meningkat sejalan dengan usia, maka komorbiditas sangat umum ditemukan pada penderitanya. Komorbiditas diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien OA lutut.
Tujuan: Mengetahui hubungan indeks komorbiditas dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien OA lutut simptomatik.
Metode: Desain penelitian adalah studi potong lintang dan dilakukan di Poliklinik Rematologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kualitas hidup terkait kesehatan diukur menggunakan instrumen generik Medical Outcome 36- Items Short Form (SF-36) Health Status Survey yang diisi secara subjektif oleh subjek. Indeks komorbiditas dinilai oleh peneliti menggunakan instrumen Cumulative Illness Rating Scale (CIRS). Analisis hubungan dilakukan dengan uji Chi-square dan alternatifnya, yaitu uji Fisher Exact.
Hasil: Mayoritas subjek penelitan adalah wanita dengan rerata usia 62,62 tahun (SD8,02). Faktor risiko terbanyak OA lutut adalah berat badan lebih atau obes. Rerata IMT subjek adalah 27,54 kg/m2 (SD 4,44). Sebanyak 86,1% subjek memiliki ringkasan komponen fisik kualitas kehidupan terkait kesehatan yang buruk. Sedangkan 72,2% subjek memiliki ringkasan komponen mental kualitas hidup terkait kesehatan baik. Sebanyak 98,7% memiliki >1 komorbid. Tiga sistem komorbiditas terbanyak adalah endokrin- metabolik, vaskuler, serta muskuloskeletal dan integumen. Nilai median indeks komorbiditas CIRS adalah 1,68 (0-2,33) dengan kategori terbanyak adalah indeks komorbiditas sedang. Dalam analisis bivariat, tidak ditemukan hubungan indeks komorbiditas dengan ringkasan komponen fisik kualitas hidup terkait kesehatan (RO= 1,11; IK95%= 0,26-4,75), maupun dengan ringkasan komponen mental kualitas hidup terkait kesehatan (RO=1,21; IK95%= 0,41-3,61).
Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara indeks komorbiditas dengan komponen kualitas hidup terkait kesehatan, baik komponen fisik maupun mental pada pasien OA lutut simptomatik. Kondisi komorbiditas dan kualitas hidup yang homogen pada populasi studi ini mungkin berkontribusi terhadap hal ini.

Background: Knee osteoarthritis (OA) is the most prevalent symptomatic OA among adults and is the leading cause of disability. The ultimate treatment goal in such chronic disease is to achieve a good health related quality of life (HRQoL). Since knee OA prevalence is increasing throughout age, comorbidity become common condition. Comorbidity is presumed as contributing factor unto health related quality of life in knee OA patient.
Objective: To evaluate the relation between comorbidity index and health related quality of life in symptomatic knee OA patient.
Methods: This was a cross-sectional study conducted in Rheumatology Policlinic Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. HRQol was measured with a selfassesment generic instrument Medical Outcome 36- Items Short Form (SF-36) Health Status Survey. Comorbidity index was measured by researcher with Cumulative Illness Rating Scale (CIRS). Bivariate analysis was performed by using Chi-square test and its alternative Fisher Exact Test.
Results: Most subjects were woman with mean age of 62,62 years (SD8,02). The most prevalent risk factor was overwight or obesity. Mean value for body mass index in this study was 27,54 kg/m2 (SD 4,44). Eighty six percent of subjects were having poor physical component summary (PCS) of HRQoL. Whereas 72,2% of subjects waere having good mental component summary (MCS) of HRQoL. Ninety eight point seven percent subjects were having >1 comorbidity(ies). The three top positive comorbidity system were endocrine- metabolic, vascular, and musculosceletal and integument. The median value of comorbidity index was 1,68 (0-2,33) which is resembled moderate comorbidity index. There was no relation has been found in bivariate analysis between comorbidity index and PCS (OR= 1,11; CI95%= 0,26-4,75), neither with MCS (OR=1,21; CI95%= 0,41-3,61).
Conclusion: There is no relation between comobidity index and HRQoL, both physically and mentally component in symptomatic knee OA patients. The homogenicity of comorbidity condition and HRQoL in subjects may contributed to the result.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sahrudi
"Osteoarthritis OA lutut dapat menimbulkan penurunan terhadap kemampuan fungsi fisik yang melibatkan pergerakan sendi lutut saat beraktivitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan fungsi fisik pasien yang mengalami OA lutut. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik melalui pendektan cross sectional dengan 96 sampel. Analisis bivariat menunjukan faktor jenis kelamin p=0,029 dan nyeri lutut p=0,011 berhubungan secara bermakna dengan kemampuan fungsi fisik pasien OA lutut, sementara faktor usia p=0,198, dukungan keluarga p=0,648, lama penyakit p=0,616, motivasi p=0,074, indeks masa tubuh p=0,833, pengetahuan p=0,642, dan penyakit komorbiditas p=0,604 tidak berhubungan dengan kemampuan fungsi fisik pasien OA lutut. Analisis multivariat menunjukan bahwa nyeri lutut merupakan faktor yang paling berpengaruh dominan mempengaruhi kemampuan fungsi fisik pasien OA lutut p=0,035; ?=0,217. Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah dengan mengetahui karakteristik responden yang lebih heterogen terhadap kemampuan fungsi fisik.

Osteoarthritis OA of the knee can cause a decrease in the ability of physical function that involves movement of the knee joint during the activity. The purpose of this study was to analyze the factors that affect the physical function ability of patients with knee OA. This is a cross sectional study with 96 samples. Bivariate analysis showed gender factor p 0,029 and knee pain p 0,011 correlated significantly with ability of physical function of knee OA patients, while age factor P 0.616, motivation p 0.074, body mass index p 0.833, knowledge p 0.642, and disease comorbidity p 0.604 was not related to the physical function ability of knee OA patients. Multivariate analysis showed that knee pain was the most influential factor dominant affect the ability of physical function of knee OA patients p 0,035 0,217. The furthher research recommendation is to know the characteristics of respondents who are more heterogeneous to the ability of physical function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimatus Zahroh
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas penggunaan elastic taping terhadap intensitas nyeri, kekuatan otot quadriceps dan status fungsi lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas dengan osteoarthritis lutut, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle, latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring dengan NK table dan latihan keseimbangan dengan balance board sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan 2x/minggu selama 2 minggu. Kelompok perlakuan mendapatkan pemasangan 3 elastic taping dengan tarikan 40- 50%, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pemasangan elastic taping dengan arah pemasangan yang sama namun tanpa penarikan. Pemasangan elastic taping dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 2 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa intensitas nyeri berdasarkan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps yang diukur menggunakan handheld dynamometer serta penilaian kuesioner KOOS pada sebelum, setelah 1 minggu dan setelah 2 minggu pemasangan elastic taping. Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps dan nilai keusioner KOOS sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemasangan elastic taping sebagai terapi tambahan efektif dalam menurunkan nilai VAS, meningkatkan kekuatan otot quadriceps, dan nilai kuesioner KOOS pada pasien overweight dan obesitas dengan osteoartritis lutut setelah diberikan intervensi selama 2 minggu. Perbaikan nilai median VAS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar
3 (1-4) dan 2 (1-3) dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,008. Peningkatan rerata kekuatan otot quadriceps pada kelompok kontrol dan perlakuan masing- masing sebesar 3,44±0,71 kg dan 5,66±1,71 kg, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p< 0,001. Peningkatan rerata nilai kuesioner KOOS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar 12,92±3,51 dan 17,02±5,59, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p=0,023. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas elastic taping dalam jangka waktu yang lebih lama serta untuk membandingkan efektivitas aplikasi elastic taping pada otot quadriceps antara metode dua taping dengan tiga taping untuk melihat perbandingan penurunan intensitas nyeri.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of elastic taping on pain intensity, quadriceps muscle strength and knee function status in obese patients with knee osteoarthritis. The study used an experimental randomized control trial design. The subjects were overweight and obese patients with knee osteoarthritis, which was divided into 2 groups: control and intervention groups. All subjects from both groups received standard exercises: aerobic exercise with ergocycle, quadriceps and hamstring muscle strengthening exercises with NK tables and balance exercises with balance board in accordance with procedures at the Obesity Polyclinic, Department of Medical Rehabilitation of RSCM Jakarta, which was conducted 2x/week for 2 weeks. The intervention group received an application of 3 elastic taping with 40-50% stretched, while the control group received an application of elastic taping with the same mounting direction but without stretching. Installation of elastic taping is done 3 times in 2 weeks. The results of this study include pain intensity based on VAS values, quadriceps muscle strength measured using a handheld dynamometer and KOOS questionnaire assessment before, after 1 week and after 2 weeks of elastic taping application. Statistical analysis was performed to compare changes in VAS values, quadriceps muscle strength and KOOS questionnaire values after the intervention in the control and intervention groups. The results stated that the application of elastic taping as an adjunct therapy was effective in reducing the value of VAS, increasing quadriceps muscle strength, and the value of the KOOS questionnaire in overweight and obese patients with knee osteoarthritis after 2 weeks of intervention. Improvements to the median VAS values in the control and intervention groups were 3 (1-4) and 2 (1-3), respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.008. The mean increase in quadriceps muscle strength in the control and intervention groups was 3.44
± 0.71 kg and 5.66 ± 1.71 kg, respectively, and a significant difference was obtained with p value <0.001. The increase in the average value of the KOOS questionnaire in the control and intervention groups was 12.92 ± 3.51 and 17.02 ± 5.59, respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.023. Further research is needed to assess the effectiveness of elastic taping over a longer period of time and to compare the effectiveness of the application of elastic taping in the quadriceps muscle between the two taping and three taping methods to see a comparison of the decrease in pain intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Matrahman
"Nyeri merupakan gejala utama pada pasien dengan Osteoartritis OA , dan berdampak terhadap gangguan fungsional serta penurunan kualitas hidup. Latihan isometrik kuadrisep dan Jalan kaki dapat menjadi alternatif latihan pada pasien OA lutut untuk mengurangi keluhan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan non equivalent control group before - after. Jumlah sampel terdiri dari 17 responden pada masing-masing kelompok dengan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan jalan kaki efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi pasien OA lutut p 0.000. Latihan isometrik kuadrisep efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut pasien OA lutut p 0.000. Namun setelah dibandingkan kedua latihan tersebut menunjukkan bahwa latihan jalan kaki tidak lebih efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut daripada latihan isometrik kuadrisep pada pasien OA lutut p 0.000. Perlu dibuat protap latihan jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep yang terprogram. Pasien dengan obesitas dan derajat OA sedang bisa diarahkan dengan pilihan latihan isometrik kuadrisep. Sedangkan pasien dengan berat badan normal atau indeks masa tubuh kurang dan OA derajat ringan, bisa diarahkan pada latihan jalan kaki, serta pemberian edukasi gaya hidup agar kualitas hidup menjadi lebih baik.

Pain is known as the main symptom of Osteoarthritis OA which affect on the functional impairment and patient rsquo s quality of life. Alternatively, isometric quadriceps exercise and walking exercise could be employed to reduce the pain among knee OA patients. This study aimed to identify the comparison between walking exercise and isometric quadriceps exercise on pain and joint range of motion in knee osteoarthritis patients. This research was used quasi experimental with non equivalent control group before - after design. The experimental and control group, involved 17 respondents respectively with consecutive sampling technique.
The results showed the walking exercise is significantly reduce pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Similarly, the isometric quadriceps exercise is significantly decrease pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Nevertheless, after being compared showed that walking exercise is no more effective reduce pain and increase knee flexion range of motion rather than isometric quadriceps exercise in knee osteoarthritis patients. A standard operational procedure for walking exercise and isometric quadriceps exercise is programmed. Patients with obesity and moderat OA can be directed by choice of isometric quadriceps exercises. While patients with normal weight or less body mass index and mild OA, can be directed to walking exercise, as well as providing lifestyle education for better quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T50974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>