Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Lianda
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1997
T59069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oska Mesanti
"Latar Belakang: Kondisi dekompensata tanpa infeksi bakteri pada pasien sirosis hati dapat meningkatkan kadar prokalsitonin (PCT). Belum ada penelitian yang secara khusus membandingkan kadar PCT berdasarkan kompensasi hati dan ada tidaknya infeksi bakteri.
Tujuan: Mengetahui peran PCT dalam membantu menegakkan diagnosis infeksi bakteri pada pasien sirosis hati.
Metode: Studi potong lintang dilakukan terhadap pasien sirosis hati yang berobat jalan dan dirawat inap di RSUPNCM Jakarta dari April sampai Mei 2016. Pada pasien dilakukan pemeriksaan PCT dan penentuan ada tidaknya infeksi bakteri berdasarkan pemeriksaan standar sesuai jenis infeksi yang dicurigai. Dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan rerata kadar PCT pada pasien sirosis hati yang tidak terinfeksi bakteri dan yang terinfeksi bakteri, serta pencarian nilai titik potong PCT untuk mendiagnosis infeksi bakteri pada sirosis hati dekompensata dengan menggunakan receiver operating curve (ROC).
Hasil: Didapatkan 55 pasien sirosis hati, pria sebanyak 65,5%, dengan rerata usia 55,34±1,308 tahun. Sebanyak 38 (69,1%) pasien sirosis hati dekompensata yang 22 (57,9%) diantaranya tidak terinfeksi bakteri dan 16 (42,1%) terinfeksi bakteri. Pada pasien yang tidak terinfeksi bakteri terdapat perbedaan rerata kadar PCT yang bermakna antara pasien dekompensata (0,738ng/mL±1,185) dibandingkan dengan 17 pasien kompensata (0,065ng/mL±0,022). Rerata kadar PCT pasien dekompensata yang terinfeksi bakteri (3,607ng/mL±0,643) lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi bakteri(0,738ng/mL±1,185). Dari kurva ROC, kadar PCT pada pasien sirosis hati dekompensata didapatkan area under curve (AUC) 0,933 (IK 0,853-1,014) untuk diagnosis infeksi bakteri. Nilai titik potong kadar PCT untuk mendiagnosis infeksi bakteri pada pasien sirosis hati dekompensata adalah 2,79ng/mL dengan sensitivitas 87,5% dan spesifisitas 86,4%.
Kesimpulan: Pada pasien sirosis hati yang tidak terinfeksi bakteri, kadar PCT pasien dekompensata lebih tinggi dibandingkan dengan yang kompensata. Kadar PCT pasien sirosis hati dekompensata yang terinfeksi bakteri lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi bakteri. Sementara nilai titik potong kadar PCT untuk mendiagnosis infeksi bakteri pada pasien sirosis hati dekompensata adalah 2,79ng/mL.

Background: Liver decompensated without bacterial infection may increase procalcitonin (PCT) level in liver cirrhosis patients. Previous studies did not provide conclusive results about the differences of PCT level due to specific liver compensation and bacterial infection.
Objective: To examine the role of PCT in assisting the diagnosis of bacterial infection in liver cirrhosis patients.
Methods: A cross sectional study was conducted in liver cirrhosis patients who were outpatients and admitted to Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta between April and May 2016. Procalcitonin were examined and bacterial infection were identified using standard criteria for each type of infection being suspected. Analysis were performed to determine differences in the level of PCT among liver cirrhosis patients without bacterial infection and with bacterial infection, also to get cut off point of PCT for bacterial infection diagnosis in decompensated liver cirrhosis patients using receiver operating curve (ROC).
Results: There were 55 patients with liver cirrhosis, 65,5% male, with mean of age 55,34±1,308 years. A total of 38 (69,1%) patients had decompensated liver cirrhosis, while 22 (57,9%) of them without bacterial infection and 16 (42,1%) with bacterial infection. In the absence of bacterial infection, there was significant difference between PCT level in decompensated patients (0,738ng/mL±1,185) and 17 compensated patients(0,065ng/mL±0,022). Decompensated patients with bacterial infection (3,607ng/mL±0,643) had significantly higher PCT levels than those without bacterial infection(0,738ng/mL±1,185). From ROC, level of PCT for bacterial infection in decompensated liver cirrhosis was area under curve (AUC) 0,933 (IK 0,853-1,014). Cut off point of PCT for bacterial infection diagnosis in decompensated liver cirrhosis patients was 2,79ng/mL with a sensitivity of 87.5% and specificity of 86,4%.
Conclusion: In the absence of bacterial infection, PCT levels of decompensated patients was higher than compensated ones. Procalcitonin levels of decompensated liver cirrhosis patients with bacterial infection was higher than those without bacterial infection.Cut off point of PCT for bacterial infection diagnosis in decompensated liver cirrhosis patients was 2,79ng/mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daunwati
"Malnutrisi merupakan hal yang umum terjadi pada pasien sirosis hati Tata laksana nutrisi yang optimal bertujuan mempertahankan dan meningkatkan status gizi memperbaiki keadaan klinis dan meningkatkan kualitas hidup pasien Tatalaksana nutrisi pasien sirosis hati mencakup pemberian makronutrien mikronutrien dan nutrien spesifik serta cairan Pasien pada serial kasus ini terdiri atas tiga orang laki laki dan satu orang perempuan dengan rentang usia antara 30 sampai 57 tahun Tiga orang pasien menderita malnutrisi dan satu orang pasien berisiko malnutrisi Berdasarkan skrining seluruh pasien membutuhkan dukungan nutrisi Kebutuhan energi total KET pasien dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan energi basal KEB yang didapat dengan menggunakan persamaan Harris Benedict dan faktor stres yang sesuai kondisi klinis pasien Pemberian nutrisi dimulai dengan 80 dari KEB sampai KEB kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai KET Kebutuhan protein dan lemak disesuaikan dengan kondisi pasien Protein yang diberikan mempunyai kandungan asam amino rantai cabang AARC yang tinggi dan lemak jenis medium chain triglyceride MCT trigliserida rantai sedang Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan jadwal pemberian sering dan malam hari diberikan late evening snack sebanyak 10 dari asupan harian total mengandung karbohidrat dan AARC Pada pasien dengan hiponatremia dilusional asupan cairan direstriksi Selama pemantauan dengan bertambah baiknya keadaan klinis maka asupan makan pasien dapat mencapai KET Serial kasus ini menunjukkan bahwa pada pasien sirosis hati dengan berbagai komplikasi tata laksana nutrisi yang baik dapat meningkatkan status gizi memperbaiki keadaan klinis dan meningkatkan kualitas hidup pasien

Malnutrition is common in patients with liver cirrhosis Optimal nutrition support in patients with liver cirrhosis is required to maintain and improve clinical condition nutrition status and quality of life by providing macronutrient micronutrient specific nutrient and fluid according to the recommendation Patients in this case series were three males and one female with age ranged from 30 to 57 years old Three patients were malnourished while one was on risk of being malnourished Based on the screening conducted to these patients while their admission all four patients needed nutrition support therapy Total energy requirements were determined using Harris Benedict equation to calculate basal energy requirements and multiplied by stress factor Nutrition provision initiated from 80 basal energy requirement and increased gradually according to patient rsquo s tolerance until total energy requirements were achieved Protein and lipid were given in accordance with the patients clinical condition with protein contain high branched chain amino acid BCAA and fat which high in medium chain triglyceride MCT The diets delivered in small portion six times per day with late evening snack as much as 10 of total energy intake contained carbohydrate and BCAA Fluid restrictions were applied to patients with dilutional hyponatremia During hospitalization nutrition intake increased as general conditions improved Nutrition status clinical condition and quality of life of liver cirrhotic patients with various complications in this case series were improved by appopriate nutrition support ;Malnutrition is common in patients with liver cirrhosis Optimal nutrition support in patients with liver cirrhosis is required to maintain and improve clinical condition nutrition status and quality of life by providing macronutrient micronutrient specific nutrient and fluid according to the recommendation Patients in this case series were three males and one female with age ranged from 30 to 57 years old Three patients were malnourished while one was on risk of being malnourished Based on the screening conducted to these patients while their admission all four patients needed nutrition support therapy Total energy requirements were determined using Harris Benedict equation to calculate basal energy requirements and multiplied by stress factor Nutrition provision initiated from 80 basal energy requirement and increased gradually according to patient rsquo s tolerance until total energy requirements were achieved Protein and lipid were given in accordance with the patients clinical condition with protein contain high branched chain amino acid BCAA and fat which high in medium chain triglyceride MCT The diets delivered in small portion six times per day with late evening snack as much as 10 of total energy intake contained carbohydrate and BCAA Fluid restrictions were applied to patients with dilutional hyponatremia During hospitalization nutrition intake increased as general conditions improved Nutrition status clinical condition and quality of life of liver cirrhotic patients with various complications in this case series were improved by appopriate nutrition support "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Hidayat
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T58797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Firyanto Widjaja
"Latar Belakang: Hubungan antara hepatitis C dan penyakit ginjal kronik (PGK) sudah semakin jelas. Sirosis hati dan kadar virus pada hepatitis C dikatakan berhubungan dengan PGK, namun hal ini masih menjadi kontroversi.
Tujuan: Mengetahui prevalensi PGK serta hubungannya dengan sirosis hati dan kadar virus pada pasien hepatitis C.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong-lintang yang dilakukan pada Agustus 2018 sampai Januari 2019 di Poliklinik Hepatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Indonesia. Subjek dipilih secara konsekutif pasien dengan antiHCV positif dan ditanyakan kesediannya. Subjek dengan HIV, hepatitis B, riwayat hemodialisis, dan batu ginjal dieksklusi. Data diambil melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, elastrografi transien, pemeriksaan darah dan urin. Pasien didiagnosis PGK bila terdapat kelainan laju filtrasi glomerolus at au albuminuria atau hematuria persisten selama tiga bulan. Analisis statistik menggunakan kai kuadrat untuk data kategorik dan menggunakan regresi logistik untuk mengendalikan variabel perancu.
Hasil: Dari total 185 subjek yang mengikuti penelitian ini didapatkan prevalensi PGK sebesar 23,2% dengan 95% IK 17,12-29,28% pada subjek dengan hepatitis C. Sirosis hati berhubungan dengan terjadinya PGK pada hepatitis C dengan crude OR 2,786 (1,276-6,081) dan adjusted OR 2,436 (1,057-5,614) setelah mcngendalikan diabetes melitus, usia, dan jenis kelamin. Tidak didapatkan hubungan antara kadar virus dengan PGK (p=0,632).
Simpulan: Terdapat hubungan antara sirosis hati dengan PGK dan tidak terdapat hubungan antara kadar virus dengan PGK pada pasien dengan hepatitis C."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Faisal
"Tujuan :
Untuk meningkatkan peran radiodiagnostik dalam mendeteksi adanya varises esofagus yang belum berdarah serta menilai ketepatan diagnostik pemeriksaan barium esofagogram dalam mendiagnosis varises esofagus pada pasien dengan sirosis hati.
Bahan dan Cara :
Pemeriksaan esofagogram dilakukan pada 25 pasien, dengan usia antara 23 tahun-80 tahun. Jenis kelamin terbanyak laki-laki 17 orang (68 %) sedangkan perempuan 8 orang (32%), semua pasien dengan kelainan sirosis hati yang belum berdarah (hematemesisl melena) dan hipertensi portal. Varises esofagus yang belum berdarah telah diperlihatkan dengan baik dengan pemeriksaan esofagogram yang hasilnya dikorelasikan dengan temuan endoskopi sebagai bake emas.
Hasil dan Kesimpulan
Pada uji statistik didapat hasil sensitifitas pemeriksaan esofagogram 84% dengan spesifisitas 0%, nilai PPV 100%. dan NPP 0%. Nilai Kappa dari pemeriksaan ini 0,79 didapat kesesuaian baik. Hasil penelitian ini memperlihatkan esofagogram dapat dipergunakan untuk menilai adanya varises esofagus pada pasien sirosis hati yang belum berdarah. Dari penelitian ini juga didapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan endoskopi dan esofagogram.

Purpose :
To improve the role of radiodiagnosis in detecting unruptured esophageal varices and to evaluate the accuracy of barium esophagogram in establishing the diagnosis of esophageal varices in patients with liver cirrhosis.
Material and method :
Esophagogram is performed in 25 patients (23-80 years old). 17 patients (68%) are male and 8 patients (32%'- are female. All patients are suffering from uncomplicated liver cirrhosis (no hematemesis or nrelena) and portal hypertension. Unruptured esophageal varices is visualized well using esophagogram, and the result is compared to endoscopic finding as gold standard.
Result and conclusion :
Statistical analysis concluded that esophagogram has 84% sensitivity, 0% spesfficity, 100% PPV value and 0% NPP value. Kappa score from this examination is 0,79 with good correlation. This study shows that esophagogram can be used to evaluate esophageal varices in patients with uncomplicated liver cirrhosis. There is good correlation between esophagogram and endoscopic examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T20868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziatun Nikmah
"Sirosis hati merupakan penyakit hati kronis yang mempunyai komplikasi seperti varises esophagus, asites dan ensefalopati hepatikum. Karena bersifat kronis dan tidak bisa dipulihkan serta adanya komplikasi dari penyakit tersebut, maka secara substansial akan mengurangi kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, diperlukan manajemen diri yang baik dalam mengelola penyakit sirosis demi menjaga agar tetap memiliki kualitas hidup yang baik pula. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara self management dengan kualitas hidup pada pasien dengan sirosis hati di poliklinik RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 102 yang ditentukan berdasarkan non probability sampling. Penelitian ini menggunakan 3 kuesioner yang terdiri dari kuesioner karakteristik demografi, Self Management dan Chronic Liver Desease Quationnare (CLDQ). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara self management dengan kualitas hidup pada pasien dengan sirosis hati (p=0,002, α=0,05). Peneliti menyarankan perlunya upaya peningkatan self management pada pasien sirosis hati guna meningkatkan kualitas hidup mereka.

Liver cirrhosis is a chronic liver disease that has complications such as esophageal varices, ascites and hepatic encephalopathy. It has been reported that this chronic disease affects quality of life. Self management is deemed to contribute the quality of life in patient with chronic disease. This analytic descriptive study with a cross-sectional approach aimed to investigate relationship between self management and quality of life in patients with outpatient cirrhosis. The number of samples in this study was 102 which were determined based on non probability sampling. This study used 3 questionnaires consisting of demographic characteristic questionnaires, Self Management and Chronic Liver DeseaseQuationnare (CLDQ). The results indicate the majority of respondents have good self management (57 people) and have a good quality of life (53 people). Analysis data also showed there was a significant relationship between self management and quality of life in patients with liver cirrhosis (p = 0.003, α = 0.05). Thus, it is recommended that the need to increase self-management in liver cirrhosis is important in patients with liver cirrhosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dwi Fathinasari
"Sirosis hati SH merupakan tahap akhir dari penyakit hari kronik yang ditandai dengan fibrosis hati dan mikro maupun makronodul. Penyakit hati kronik mempengaruhi metabolisme lipid sehinga menggangu profil lipid pasien. Adanya kerusakan hati dideteksi dengan penilaian fungsi hati di mana salah satu penilainnya adalah analisis kadar albumin serum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar profil lipid dan apakah terdapat korelasi antara profil lipid dengan fungsi hati albumin pada pasien SH.
Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 73 penderita SH 56 laki-laki dan 17 perempuan didapatkan dari rekam medis Laboratorium Patologi Klinik RSCM. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida rata-rata 158.07, 39.05, 94.07, dan median 92 dan dengan uji Pearson menunjukkan korelasi antara kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan albumin semua.

Cirrhosis is an end stage of chronic inflammatory liver disease with fibrosis and micro or macro nodule. Chronic liver disease affects lipid metabolism and disrupts patient rsquo s lipid profile. Cirrhosis can be detected by assessing liver function, one of which is analyzing serum albumin. The aim is to study the lipid profile in patients with cirrhosis and to determine the correlation between serum lipid profile and serum albumin in patients with cirrhosis.
Design of the study is cross sectional, 73 patients with cirrhosis 56 men and 17 women were obtained from the medical records of the Laboratory Clinical Pathology RSCM. The results of the study were analyzed with Kolmogorov Smirnov test showed serum total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride mean of 158.07, 39.05, 94.07 and median of 92 , Pearson test showed a correlation between total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol and albumin all.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Karmel Lindow
"ABSTRAK
Sirosis hati (SH) adalah penyakit hati menahun dan merupakan salah satu penyakit hati yang terbanyak dijumpai di Indonesia. Penyakit ini dilaporkan sebanyak 38 - 52,8% dari penyakit hati yang dirawat di rumah sakit di berbagai kota di Indonesia. Berbeda dengan di negara Barat Iebih dari 65% sirosis hati adalah sirosis alkoholik, di Indonesia 30-40% sirosis hati adalah sirosis hati posnekrosis. ada penderita SH akibat penurunan fungsi hati sering dijumpai berbagai masalah seperti asites, perdarahan, dan koma hepatikum.
Perdarahan merupakan manifestasi klinis akibat gangguan hemostasis. Perdarahan pada SH sudah diketahui sejak lama, yaitu ketika Budd pada tahun 1846 melaporkan bahwa darah penderita sirosis hati tidak membeku. Perdarahan pada sirosis hati dapat bervariasi mulai dari yang paling ringan, seperti perdarahan gusi, sampai dengan perdarahan berat; misalnya, hematemesis melena. Berat atau ringannya perdarahan yang terjadi bergantung pada berbagai hal, antara lain, pada besar dan tekanan varises esofagus, jenis dan beratnya trauma, serta beratnya gangguan hemostasis. Perdarahan pada SH perlu mendapat perhatian khusus karena selain menimbulkan kekhawatiran pada pasien, juga dapat memperburuk fungsi hati dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Perdarahan pada SH di Indonesia dilaporkan sebanyak 56 - 65,5% (Reksodiputro dkk, 1978; Sulaiman, 1990), sedangkan diluar negeri dilaporkan bahwa 32% penderita sirosis hati yang mengalami perdarahan memerlukan transfuse darah. Dilaporkan pula bahwa frekuensi perdarahan lebih sering ditemukan pada sirosis hati posnekrosis, yaitu 64% dari 174 kasus jika dibandingkan dengan 35% dari 994 kasus sirosis alkoholik. Di Indonesia, diiaporkan kematian karena perdarahan sebanyak 32 - 45,5%. Di luar negeri angka kematian dilaporkan sebanyak yaitu 57 - 76% dalam kurun waktu tahun 1964 - 1972 .Pengalaman penulis sewaktu bertugas di bangsal penyakit dalam rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), selama kurun waktu 1969-1974 menemukan lebih kurang 90% pasien SH dengan perdarahan masif yaitu perdarahan lebih dari 6 cc/kgBBram akhirnya tidak dapat tertolong dan meninggal. Walaupun angka kematian di Indonesia seperti tersebut di atas berkurang dari 32-45,5% selama kurun waktu 1978-1983 menjadi 26,72% pada tahun 1990 angka kematian ini masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan kurun waktu yang sama (1988-1990) di negara Barat, yaitu 10,5-14,5%.
Hati memainkan peranan panting dalam hemostasis karena selain memproduksi faktor pembekuan hati juga berfungsi membersihkan aktifator plasminogen dan faktor pembekuan aktif. Peranan ganda hati dalam hemostasis seperti tersebut di atas menyebabkan gangguan hemostasis pada SH sangat kompleks, sehingga sering sukar membedakan jenis kelainan hemostasis yang satu dengan yang lainnya. Defisiensi faktor pembekuan dengan atau tanpa disertai Disseminated Intravascular Coagulation, yang selanjutnya disebut koagulasi intravaskular diseminata (KID) maupun fibrinolisis, merupakan kejadian yang sering ditemukan pada sirosis hati. Koagulasi intravaskular diseminata sering sukar dibedakan dengan fibrinolisis yang disertai dengan trombositopenia karena kedua keadaan tersebut memperlihatkan gambaran hemostasis yang hampir sama (Minna, 1974). Masalah keraguan antara kedua keadaan tersebut mulai teratasi sejak ditemukannya pemeriksaan D-Dimer pada tahun 1983 dan aplikasinya pada klinis pada tahun 1986."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
D388
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Prihatini,author
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>