Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Ardelia
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
899.221 MAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ardelia
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2004
899.221 MAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanto
"Permasalahan. Penelitian tentang efek sepatu hak tinggi masih menuai kontroversi akibat beberapa faktor, salah satunya adalah dalam mempengaruhi kurvatura vertebrae lumbales, sehingga belum diketahui secara pasti mekanisme perubahan kurvatura lordosis vertebrae lumbales.
Tujuan. Mengetahui efek sepatu hak tinggi dalam mengubah parameter lumbosakropelvis, serta diketahuinya korelasi antar parameter lumbosakropelvis pada saat berdiri statis menggunakan sepatu hak tinggi.
Metode. Penelitian ini melibatkan total 35 peserta wanita. Setiap peserta diwawancara, dipisahkan menjadi kelompok tidak terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi Grup NHT dan kelompok terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi Grup HT ; dilakukan penandatanganan formulir informed consent dan pemeriksaan fisik, kemudian dilakukan pemeriksaan radiografi konvensional pada segmen lumbal dan pelvis pada kondisi tanpa alas kaki dan dengan menggunakan sepatu hak tinggi.
Hasil. Grup NHT menunjukan berkurangnya lordosis lumbal, berkurangnya sacral slope dan retroversi pelvis yang signifikan, namun pelvic incidence relatif tidak berubah. Grup HT menunjukan bertambahnya lordosis lumbal dan pelvic incidence yang signifikan, namun sacral slope dan pelvic tilt relatif tidak berubah. Pada grup NHT ditemukan korelasi antara sacral slope dan pelvic incidence, namun grup HT ditemukan korelasi antar parameter lumbosakropelvis, kecuali antara lordosis lumbal dengan pelvic incidence.
Kesimpulan. Sepatu hak tinggi memberikan efek yang berbeda pada parameter lumbosakropelvis dan menghilangkan sebagian korelasinya.

Problem. The research about shoes effects still give controversy results because of several factors, including the effect that influence the vertebrae lumbales curvature, so it hasn rsquo t known for certain about mechanisms that change the vertebrae lumbales lordosis curvature.
Purpose. To find out high heeled shoes effects that can change lumbosacroplevic parameter and also to discover the correlation between lumbosacroplevic parameter.
Method. This research involves a total of 35 women. Each subject must pass an interview session, separated into non high heeled user NHT grup and high heeled user HT grup with informed written consent and physical examination, then performed a conventional radiography examination on lumbal and pelvis while standing barefoot and wearing high heels shoes.
Result. NHT group shows a reducing lumbal lordosis, reducing sacral slope and pelvis retroversion significantly, but pelvic incidence angle insignificantly didn rsquo t chance. HT group shows an increasing lumbal lordosis and pelvic incindence significantly, but sacral and pelvic tilt insignificantly didn rsquo t chance. NHT group shows a correlation between sacral slope and pelvic incidence, but HT gorup has a correlation among the lumbosacropelvic parameters, except between lordosis lumbal and pelvic incidence.
Conclusion. High heels shoes have a diverse effect to change lumbosacropelvic parameters dan dismiss its correlation partially.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meulen, Stanley
Jakarta: Kawah Media, 2012
899.221 STA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika
"Beberapa perusahaan mewajibkan karyawan wanita menggunakan sepatu hak tinggi. Faktanya bahwa sepatu hak tinggi merupakan produk yang tidak sehat untuk digunakan dalam jangka waktu lama. Selain itu, adanya faktor kebijakaan perusahaan dalam hal berpenampilan di area kerja seperti pakaian, sepatu. Penelitian ini mencoba untuk merancangan sepatu hak tinggi berdasarkan keinginan desain sepatu yang dapat digunakan di area kerja dan kenyamanan untuk karyawan. Untuk desain model sesuai keinginan menggunakan metode Kano dan Grey based Taguchi dan penelitian aspek kenyamanan meneliti tentang bentuk footbed pada area tumit. Hasil penelitian ini menghasilkan desain sepatu hak tinggi dengan model berbentuk pointed toe dengan atribut berbentuk pita kecil sedangkan bentuk footbed menghasilkan rancangan dimensi dengan heel height 5 cm, heel seat 7cm, dan heel wedge angle 10.

Several companies forced her employees to using a high heels shoe. The facts that the high heels are unhealthy products for use of the long term. In addition, the companies have a rule in appearance such as wearing clothes, shoes, etc in the work area. This study tried to designing high heels shoe design based on a desire that can be used in work area and comfort for employee. In model design of high heels desired using Kano method and Grey based Taguchi and researching for comfort aspects using the experiment the footbed shape in the heel area (rear foot). The results of this study resulted in the model design of high heels with pointed toe shaped with attribute a small ribbon and the result of footbed experiment with dimensions footbed ?heel height of 5 cm, 7 cm heel seat, and heel wedge angle 10"."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S940
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Beleonie
"Latar belakang
Penyakit trofoblas gestasional (PTG) merupakan keganasan di bidang ginekologi yang sangat sensitif terhadap kemoterapi. Untuk PTG metastasis risiko tinggi, rejimen kemoterapi standar saat ini dari WHO meliputi kombinasi etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclophosphamide, and vincristine (EMA-CO). Kemoterapi EMA-CO telah terbukti memberikan respon terapi yang baik di beberapa negara di dunia, namun kemoterapi EMACO memerlukan biaya yang besar dan fasilitas yang memadai dalam menangani komplikasi efek samping yang mungkin terjadi. Di beberapa senter, termasuk RSUPNCM, dikembangkan kombinasi kemoterapi lain yakni methotrexate dan etoposide (ME) dan methotrexate, actinomycin, cyclophosphamide atau chlorambucil (MAC).
Tujuan
Mengevaluasi penggunaan kemoterapi ME dan MAC pada tatalaksana PTG metastasis risiko tinggi selama 10 tahun pada periode 2000-2010 di RSUPNCM.
Metode
Pasien PTG metastasis risko tinggi menurut kriteria Hammond di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Januari 2000 hingga Desember 2010 masuk sebagai subjek penelitian. Kelompok terbagi menjadi kelompok dengan terapi ME dan terapi MAC. Pencatatan angka remisi, resisten, efek samping berupa leukopeni, trombositopeni, dan keluhan gastrointestinal berupa mual dan muntah menjadi keluaran penelitian. Analisis statistik menggunakan uji Fisher.
Hasil
Terdapat 70 pasien PTG dari tahun 2000-2010 yang masuk ke dalam kriteria inklusi tercatat pada rekam medis RSUPNCM, namun hanya 53 pasien yang menjalani kemoterapi, di mana 43 pasien mendapatkan kemoterapi ME dan 10 pasien mendapatkan kemoterapi MAC. Tidak ada perbedaan bermakna antara angka remisi penggunaan ME dan MAC ( 81.4% vs 90%, p = 1.0). Tidak ada perbedaan bermakna pula dalam kejadian leucopenia (7& vs 10%, p = 1.0), dan kejadian gastrointestinal seperti mual dan muntah (7% vs 10%, p = 1.0). Namun, terdapat perbedaan bermakna antara kejadian trombositopenia, di mana kejadian lebih tinggi pada penggunaan MAC (7% vs 20%, p =0.32).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna angka remisi dan efek samping leukopeni dan keluhan mual, muntah pada penggunaan kemoterapi ME dibandingkan MAC pada tatalaksana PTG metastasis risiko tinggi, di mana kejadian trombositopeni lebih tinggi pada penggunaan MAC dibandingkan ME. Kadar beta hCG serum sebelum kemoterapi tidak memberikan perbedaan dalam respon terhadap kemoterapi. Namun, hasil penelitian ini harus dianalisa dengan hati-hati, mengingat jumlah sampel yang sedikit.

Background
Gestational trophoblastic neoplasia (GTN) is a highly chemotherapy sensitive malignancy in gynecology. A combined chemotherapy currently recommended by WHO is the combination of etoposide, methotrexate, actinomycin D, cyclophosphamide, and vincristine (EMA-CO). This combined chemotherapy has been shown to give a good outcome in several cancer centres across the world. However, EMACO is costly and required adequate facilities to anticipate the side effects of the chemotherapy. Several oncology centres, including Cipto Mangunkusumo hospital have been trying other chemotherapy combinations, which are methotrexate and etoposide (ME) and methotrexate, actinomycin, cyclophosphamide atau chlorambucil (MAC).
Aim
To evaluate the outcome of ME and MAC in 10 years treatment of high risk GTN in Cipto Mangunkusumo hospital in a periode of 2000-2010.
Methods
Metastatic high risk GTN patients according to Hammond criteria in Cipto Mangunkusumo hospital from January 2000 to December 2010 are included in research subjects. The patients were divided into two groups, the patients who received ME and those who received MAC. The remission rate, side effects of leucopenia, thrombocytopenia, and gastrointestinal disorders, such as nausea and vomiting were recorded as the outcome of the treatment. The analytical statistic was using Fisher.
Result
From the periode of 2000-2010, there were 70 GTN patients in Cipto Mangunkusumo hospital who were included in the inclusion criterias, recorded in the medical records. There was only 53 patients who received chemotherapy, 43 patients received ME, and 10 patients received MAC. There was no difference on the remission rate between ME and MAC ( 81.4% vs 90%, p = 1.0). There was no difference in the incident of leucopenia (7& vs 10%, p = 1.0), and gastrointestinal complaints, such as nausea and vomiting (7% vs 10%, p = 1.0). However, patients treated with ME had lower incidence of thrombocytopenia in comparison to those treated with ME (7% vs 20%, p =0.32).
Conclusion: No difference in remission rate and side effects of leucopenia, nausea, and vomiting between ME and MAC group. However, the incidence of thrombocytopenia is higher in MAC group. Serum beta hCG level prior to therapy has not affecting the response towards chemotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rahmasari
"Latar belakang: Perubahan patologis pada anatomi kaki dapat terjadi akibat pemakaian sepatu hak tinggi dalam jangka waktu lama. Kondisi yang paling sering terjadi pada kaki wanita adalah Hallux valgus. Berbagai studi potong lintang menunjukkan penggunaan sepatu hak tinggi berhubungan dengan Hallux valgus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kejadian Hallux valgus pada pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi dibandingkan dengan pengguna sepatu datar. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang perbandingan dengan besar sampel minimal 92 orang per kelompok, diambil dengan teknik purposive sample. Pramuniaga yang bekerja minimal 1 tahun direkrut sebagai subjek penelitian, diberikan kuesioner, dilakukan pemeriksaan kaki secara klinis dan dengan pemeriksaan radiologi apabila terdapat kelainan bentuk kaki yang mengarah ke Hallux valgus. Pendekatan 7 Langkah Diagnosis Okupasi digunakan untuk menentukan kejadian Hallux valgus yang terjadi apakah akibat kerja atau tidak. Hasil: Angka kejadian Hallux valgus sebesar 71,4 25 dari 35 pada pengguna sepatu hak tinggi dan 28,6 10 dari 35 pada pengguna sepatu datar. Pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi 2,77 kali IK 95 1,25-6,15; p 0,01 lebih berisiko mengalami Hallux valgus dibandingkan pengguna sepatu datar. Kejadian Hallux valgus semakin meningkat seiring peningkatan usia subjek p 4 tahun 5,2 kali IK 95 1,95-14,31 lebih berisiko dibandingkan masa kerja 4 tahun p 0,05 . Hallux valgus akibat kerja sebesar 54,3 , diperberat pekerjaan dan bukan akibat kerja masing-masing 22,85 . Kesimpulan dan saran: Terdapat perbedaan kejadian Hallux valgus pada pramuniaga pengguna sepatu hak tinggi dibandingkan pengguna sepatu datar. Hallux valgus yang terjadi sebagian besar merupakan penyakit akibat kerja. Penggunaan sepatu datar sangat disarankan untuk mencegah risiko terjadinya Hallux valgus.

Background Pathological anatomy changes of the foot may result from using high heels for long time and the most frequent pathological condition in woman 39 s foot is Hallux valgus. Cross sectional studies show that using high heels is associated with Hallux valgus. This study aims to evaluate the difference incidence of Hallux valgus between sales promotion girl using high heels compared with flat shoes. Method This study used comparative cross sectional design with minimal sample size 92 subjects for each group, taken with purposive sample technique. Sales promotion girl who work for at least 1 year recruited as subjects, given questionnaires, foot examination and radiology examination when there is a foot deformity that leads to Hallux valgus. 7 Step of Occupational Diagnosis is used to determine Hallux valgus as Occupational Disease or not. Result Incidence of Hallux valgus is 71.4 25 out of 35 among subjects using high heels and 28.6 10 out of 35 on flat shoes. Subjects using high heels are 2.77 times CI 95 1.25 6.15 p 0.01 more risk to develop Hallux valgus than who are using flat shoes. The incidence of Hallux valgus is increased with age p 4 years is 5.2 times CI 95 1.95 14.31 more risk than working 4 years p 0,05 . Occupational Hallux valgus is 54.3 , work related disease is 22.85 and non occupational disease is also 22.85 . Conclusion and recommendation There is a difference incidence of Hallux valgus among sales promotion girl using high heels compared with flat shoes. Most of the Hallux valgus is an occupational disease. Using flat shoes is strongly recommended to prevent the risk of Hallux valgus. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ahmad Ali Zaenal Abidien
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana komitmen afektif (tinggi vs rendah) dalam situasi pembelian produk fashion mempengaruhi pilihan saluran konsumen (online vs offline) yang dimediasi oleh perceived hedonic benefit dari pembelian di dalam konteks multi-channel di Indonesia. Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan between-subject design dengan 2 kondisi komitmen afektif. Dua skenario dirancang untuk masing-masing kondisi komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion (tinggi dan rendah). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan SurveyMonkey dan didapatkan 80 partisipan yang sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, dimana 40 partisipan secara acak mendapatkan skenario kondisi komitmen afektif tinggi dan 40 partisipan secara acak mendapatkan skenario kondisi komitmen afektif rendah. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 27. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah binary logistics regression, chi-square test, independent sample t-test, dan regression bootstrapping procedure dalam PROCESS module (model 4). Penelitian ini menemukan bahwa ketika komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion meningkat, konsumen akan lebih memilih berbelanja secara offline daripada online. Sementara ketika komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion menurun, konsumen akan lebih memilih berbelanja secara online daripada offline. Penelitian ini juga menemukan bahwa ketika komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion yang tinggi, maka perceived hedonic benefit dari pembelian akan lebih besar dibandingkan dengan komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion yang rendah. Lebih lanjut, penelitian ini juga menemukan bahwa perceived hedonic benefit dari pembelian memediasi pengaruh komitmen afektif dalam situasi pembelian produk fashion terhadap pilihan saluran konsumen.

This study aims to analyze the impact of affective commitment (high vs low) in fashion product purchase situation affect consumer’s channel choice (online vs offline) that mediated by perceived hedonic benefit from the purchase on productive workers in Jabodetabek. This study used an experiment with between-subject design with 2 affective commitment’s condition. From the collected data, 80 participants met criteria. 40 participants had scenarios with high affective commitment condition and 40 participants had scenarios with low affective commitment condition. The hypotheses in this study are tested using binary logistics regression, chi-square test, independent sample t-test, and the regression bootstrapping procedure in the PROCESS module (model 4). This study found that when affective commitment in fashion product purchase situation increasing, consumers will prefer to make a purchase on offline rather than online. Meanwhile when affective commitment in fashion product purchase situation is declining, consumers will prefer to make a purchase on online rather than offline. This study also found that when the affective commitment in fashion product purchase situation is high, perceived hedonic benefit from the purchase will be higher than when the affective commitment in fashion product purchase situation is low. Furthermore, this study also found that perceived hedonic benefit from the purchase mediate the impacts of affectice commitment in fashion product situation to consumer’s channel choice. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanderson, Brandon
"Tuki Tuki dikepung! Ibu kota Mokia ini berada di ambang kehancuran. Jika Mokia tumbang, Kerajaan Merdeka tinggal menghitung hari sebelum dikuasai sepenuhnya oleh para Pustakawan Durjana.
Dengan konyol dan gagah berani, Alcatraz, si bocah penyandang Bakat Merusak, datang untuk menyelamatkan Tuki Tuki. Ditemani Bastille yang sarkastis, Kaz yang sering tersesat, dan Aydee yang sangat suka teddy bear. Alcatraz berhadapan dengan ratusan prajurit Pustakawan dan robot-robot raksasa mereka. Haruskah Alcatraz berjuang hingga titik darah penghabisan, atau menyerah dan melarikan diri, untuk bertempur kembali di kemudian hari?"
Jakarta: Mizan Fantasi, 2017
813.6 SAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>