Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zadam Marita
"Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan masalah Kesehatan masyarakat baik secara nasional maupun global. Kepatuhan pengobatan dan perilaku pencegahan relapse TB merupakan salah satu factor yang berkontribusi untuk menurunkan angka kambuh TB sehingga dapat menekan penurunan angka relapse TB. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga dikembangkan inovasi Aksi MOIST dalam upaya pencegahan relapse tuberculosis di kelurahan jatijajar, kota Depok. Tujuan inovasi ini yaitu memberikan gambaran pengaruh intervensi keperawatan edukasi aksi MOIST dalam Upaya pencegahan relapse Tuberkulosis. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan melibatkan 10 keluarga dan 30 kelompok usia dewasa yang ada di Kelurahan Jatijajar menggunakan total sampling. Inovasi edukasi aksi MOIST merupakan integrasi dari terapi peer group atas 8 sesi selama 18 kali pertemuan untuk 2 kelompok. Data sebelum dan setelah intervensi diukur menggunakan instrument perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan dan pengukuran tingkat kemandirian keluarga. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan usia dewasa p Value < 0,05 serta peningkatan kemandirian keluarga. Simpulan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap upaya pencegahan relapse TB serta peningkatan kemandirian keluarga setelah implementasi Aksi Edukasi MOIST. Diharapkan hasil studi ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam penatalaksanaan pengendalian relapse tuberculosis di komunitas.

Tuberculosis (TB) is a disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which is a public health problem both nationally and globally. Adherence to treatment and prevention behavior of TB relapse is one of the factors that contribute to reducing TB relapse rates so as to suppress the decrease in TB relapse rates . This needs to be a concern, so that the MOIST Action innovation was developed in an effort to prevent tuberculosis relapse in Jatijajar sub-district, Depok city. The purpose of this innovation is to provide an overview of the influence of MOIST action education nursing interventions in efforts to prevent tuberculosis relapse. The method used is a case study with a family nursing care approach involving 10 families and 30 adult age groups in Jatijajar Village using total sampling. The educational innovation of MOIST action is an integration of peer group therapy for 8 sessions for 18 meetings for 2 groups. Data before and after the intervention were measured using behavioral instruments (knowledge, attitudes and skills and measurement of the level of family independence. The results showed an increase in knowledge, attitudes and skills of adulthood p Value < 0.05 and an increase in family independence. In conclusion, there was an increase in the level of knowledge, attitudes and skills towards TB relapse prevention efforts and an increase in family independence after the implementation of the MOIST Education Action. It is hoped that the results of this study can be applied by nurses in the management of tuberculosis relapse control in the community"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Nadine Atillah
"Hingga saat ini, tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang mengancam kesehatan masyarakat. Sebanyak 10,6 juta orang menderita tuberkulosis di tahun 2021 di dunia dan Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak sebagai penyumbang kasus TB di dunia. Kejadian tuberkulosis di Kota Bandung dalam rentang waktu 2015-2019 terus mengalami kenaikan. Kejadian tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko tuberkulosis paru, termasuk di dalamnya faktor lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan faktor cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan serta cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menggunakan desain studi ekologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis lebih banyak dialami oleh masyarakat berjenis kelamin laki-laki, serta orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, dengan keduanya memiliki nilai p masing-masing sebesar 0,000. Sedangkan, usia dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak memiliki hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru, dengan masing-masing nilai p sebesar 0,075 dan 0,876. Untuk memaksimalkan upaya pencegahan tuberkulosis paru yang telah dilakukan oleh pemerintah, disarankan untuk memberdayakan masyarakat setempat serta memanfaatkan teknologi sebagai fasilitas pemberdayaan serta peran public figure dalam upaya promosi kesehatan.

As of right now, pulmonary tuberculosis continues to be a threat to the public health. In 2021, it was estimated about 10.6 million people suffer from tuberculosis worldwide, with Indonesia being the country with the second-largest contributor to tuberculosis cases. In Bandung, the incidence of pulmonary tuberculosis has risen steadily between 2015 and 2019. Environmental factors and other pulmonary tuberculosis risk factors can have an impact on this prevalence. Using an ecological study methodology, this research seeks to determine the relationship between the prevalence of pulmonary tuberculosis and the variables of healthy home coverage, population density, and the coverage of families with clean and healthy living behaviors. The findings of this study indicates that men and those in the productive age group encounter tuberculosis at higher rates than those in other groups. This study also demonstrates a correlation between the coverage of healthy home and population density with the prevalence of pulmonary tuberculosis, with both having a p-value of 0.000. With a p value of 0,075 and 0.876, age and the coverage of families with clean and healthy living behaviors was unrelated to the prevalence of pulmonary tuberculosis. It is advisable to empower local communities, utilize the technology as an empowerment facility, and utilize the role of public figures in health promotion to maximize the government efforts to prevent the pulmonary tuberculosis. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadisono
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kasus tuberkulosis di Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah India dalam WHO Global Report 2015, meningkat dari laporan sebelumnya yaitu peringkat kedua. Terdapat peningkatan temuan kasus di propinsi Riau dari tahun ke tahun.Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru dalam diagnosis dan tatalaksana TB berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan instrumens kuisioner. Dari total 209 data respondens yang kami peroleh dari dinas kesehatan, sebanyak 180 bersedia mengikuti wawancara terpimpin.Hasil: Sebesar 91,67 tidak pernah mengikuti pelatihan ISTC. Pengetahuan respondens yang baik hanya sebesar 43,89 . Perilaku providers yang baik di kota Pekanbaru sebesar 50 . Jenis kelamin, tempat praktik, lama praktik dan pelatihan tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku. Usia yang lebih muda memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik, namun tidak bermakna secara statistikKesimpulan: Pengetahuan providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru belum memadai untuk tatalaksana TBKata kunci: Tuberkulosis, International Standards for Tuberculosis Care ISTC
ABSTRACT Introduction Tuberculosis in Indonesia rank second in worldwide after India based on WHO Global Report 2015, increasing from the previous report than ranked the fourth. There is an increased case finding in Riau province by years.Objectives To assess knowledge, attitude and practice of private general practitioners about diagnosis and management of TB patient base on International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Methods This study using cross sectional method with questionnaire as instrument. Of the 209 respondents of data we obtained from government health department, as many as 180 respondent were willing to follow the guided interviews.Results About 91,67 private general practitioners in Pekanbaru city never attended ISTC training. Only 43,89 providers have satisfactory of knowledge and half most of them 50 has good practice. There is no relationship between sex, duration and location of practice, the number of ISTC training with the level of knowledge and practice. The younger subjek has a good knowledge, attitude and practice but not statistically significant.Conclusion Knowledge of private general practitioners in Pekanbaru city is inadequate."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Murni
"TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacrerium Tuberkuiosis. Kuman TB dapat menyerang paru dan organ tubuh Iainnya. Gejalanya mulai dari batuk lebi h dari 3 minggu sapai dengan timbulnya demam, keringat malarn sesak nafas dan batuk darah. Pencegahan dan penanggulangan TB akan berhasil dengan Keijasama yang baik antar pihak terkait_ Upaya pencegahan dan penanggulangan TB tidak lepas dari proses penyebaran i nformasi . Penelitian ini berj udul “ Efektifitas Upaya Penyebaran lnformasi Tentang Pencegahan dan Penanggulangan TB di Wilayah Kelurahan Cimanggu II”. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari keefektifan Upaya penyebaran informasi tentang pencegahan dan penanggulangan TB di wilayah kelurahan Cimanggu II. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi. Tempat penelitian di kelurahan Cimanggu II dengan jumlah responden 30 orang. Lnstrumen peneliti an berupa kuisioner yang diperoleh dari variabel penelitian. Hasil penelitian menggambarkan bahwa ada perbedaan antara penggunaan media elektronik, media cetak, dan pnyuluhan petugas kesehatan melalui acara mingguan dengan efektifitas penyebaran informasi tentang pencegahan dan penanggulangan TB di wilayah kelurahan Cimanggu II. Peran media dalam penyebaran informasi sangat mempengaruhi keefektifan. Semakin banyak media yang dipergunakan semakin efektif upaya penyebaran. Diharapkan Lmtuk penelitian selanjutnya untuk membuat batasan yang Iebih valid untuk menilai efektif atau tidaknya informasi. Bagi puskesmas Cibung Bulang diharapkan untuk meningkatkan peran aktifnya dalam penyebaran infomlasi TB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5381
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kautsar
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) adalah penyakti menular yang disebabkan oleh organisme Mycobacterium Tuberkulosis (MTB). Tuberkulosis menempati peringkat pertama penyebab kematian yang disebabkan oleh infeksi tunggal. Penegakan diagnosis TB sulit pada anak karena tidak ada gejala yang spesifik dan khas terhadap TB, disertai dengan sulitnya mengambil sampel untuk pemeriksaan baku emas dan sifat paucibacillary dari organisme MTB. World Health Organization (WHO) tahun 2022 dan Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2023 mengeluarkan pedoman untuk membantu tenaga medis menegakkan diagnosis TB pada anak. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menilai akurasi keduanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang menilai akurasi diagnosis kedua alur tersebut.
Tujuan: Mengetahui sensitivitas, spesifisitas dan akurasi alur diagnosis TB berdasarkan WHO 2022 dan Kemenkes 2023 terhadap baku emas GenXpert.
Metode: Penelitian merupakan uji diagnostik dengan data sekunder yang melibatkan anak berusia 0-18 tahun dengan tersangka TB yang berobat ke RSCM pada 1 Januari 2023-1 Januari 2024. Gambaran klinis, hasil pemeriksaan penunjang dan diagnosis akhir dicatat. Uji diagnostik dilakukan dengan membandingkan hasil akhir diagnosis berdasarkan alur WHO 2022 dan Kemenkes 2023 dengan baku emas pemeriksaan GenXpert. Hasil pemeriksaan dianalisis statistik dengan SPSS 25.
Hasil: Penelitian melibatkan 290 pasien dengan tersangka TB. Dari 132 pasien (45,5%) yang mendapatkan pengobatan TB, hanya 46 pasien (15,9%) yang memiliki hasil GenXpert positif. Didapatkan sensitivitas alur WHO 2022 dan Kemenkes 2023 dibandingkan dengan GenXpert masing-masing adalah 76,09% dan 58,7%. Sedangkan spesifistasnya sebesar 69,93% dan 77,05%. Alur Kemenkes 2023 memiliki PPV, PLR, NLR, dan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan WHO 2022.
Kesimpulan: Alur diagnosis TB berdasarkan Kemenkes 2023 memiliki spesifisitas dan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan WHO 2022 dalam menegakkan diagnosis TB pada anak. Alur diagnosis TB berdasarkan Kemenkes 2023 dapat digunakan sebagai pilihan alur untuk menegakkan TB pada anak.

Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the Mycobacterium Tuberculosis (MTB) organism. TB ranks first among the causes of death due to a single infection. Diagnosing TB in children is challenging because there are no specific and distinctive symptoms of TB, along with the difficulty in obtaining samples for gold standard tests and the paucibacillary nature of the MTB organism. The World Health Organization (WHO) in 2022 and the Indonesian Ministry of Health (Kemenkes) in 2023 issued guidelines to assist healthcare professionals in diagnosing TB in children. To date, there has been no research assessing the accuracy of both guidelines. Therefore, research is needed to assess the accuracy of diagnosis in both pathways.
Objective: To determine the sensitivity, specificity, and accuracy of TB diagnosis pathways based on WHO 2022 and Kemenkes 2023 guidelines compared to the gold standard GenXpert test.
Methods: The study is a diagnostic test involving secondary data of children aged 0-18 years suspected of TB and treated at RSCM from January 2023 to December 2023. Clinical descriptions, results of supporting examinations, and final diagnoses were recorded. The diagnostic test was conducted by comparing the final diagnosis results based on the WHO 2022 and Kemenkes 2023 pathways with the gold standard GenXpert test. The examination results were statistically analyzed using SPSS 25.
Results: The study involved 290 patients suspected of TB. Out of 132 patients (45.5%) who received TB treatment, only 46 patients (15.9%) had positive GenXpert results. The sensitivity of the WHO 2022 and Kemenkes 2023 guidelines compared to GenXpert was 76.09% and 58.7%, respectively. Meanwhile, the specificity was 69.93% and 77.05%, respectively. The Kemenkes 2023 pathway had higher PPV, PLR, NLR, and accuracy compared to WHO 2022.
Conclusion: The TB diagnosis guideline based on Kemenkes 2023 has better specificity and accuracy compared to WHO 2022 in diagnosing TB in children. The TB diagnosis guideline based on Kemenkes 2023 can be used as an option for diagnosing TB in children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryan Fadillah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dapat menimbulkan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi Aspergillus spp, yaitu Aspergillosis Paru Kronik (APK) pada kavitasi di paru. Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) otomatis dan Uji Imunokromatografi (ICT) adalah dua dari metode-metode yang menunjang diagnosis klinis APK. Kedua metode tersebut mendeteksi antibodi Aspergillus spp. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, namun belum ada studi yang membandingkan hasil dari performa diagnosis APK kedua uji tersebut pada pasien akhir pengobatan TB.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Pemeriksaan ELISA otomatis subjek memiliki ambang > 11,5 sebagai hasil positif. Pemeriksaan ICT subjek memiliki hasil positif jika terlihat garis pada masing-masing kolom T dan C, sedangkan hasil positif hanya terlihat satu garis pada kolom C.
Hasil: Jumlah subjek keseluruhan adalah 62 subjek dan diperoleh 20 (32,3%) subjek terdiagnosis APK. Hasil positif pemeriksaan ELISA otomatis adalah 27 (43,5%) subjek, sedangkan pemeriksaan ICT adalah 2 (3,2%) subjek. Sensitivitas dan spesifisitas ELISA otomatis masing-masing adalah 75% dan 71,43%, sedangkan ICT adalah 10% dan 100%.
Simpulan: ELISA otomatis memiliki performa diagnosis yang lebih baik dibandingkan ICT untuk diagnosis APK, namun ELISA otomatis masih belum tersedia secara adekuat di wilayah Indonesia sehingga penggunaan ICT tetap digunakan sebagai pemeriksaan APK.

Introduction: Tuberculosis (TB) can cause complications caused by Aspergillus spp infection, namely Chronic Pulmonary Aspergillosis (CPA) in cavitation of the lungs. Automated Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) and Immunochromatography Test (ICT) are two of the methods that support the clinical diagnosis of CPA. Both methods detect Aspergillus spp. antibodies. Both have their advantages and disadvantages, but there is no study that compares the results of the diagnostic performance of the CPA of the two tests in patients at the end of TB treatment.
Methods: This research was analytic descriptive with a cross-sectional design. Automated ELISA examination of subjects had a threshold > 11.5 as a positive result. ICT examination of subjects had positive results if there was a line in each T and C columns, while positive results only showed one line in C column.
Results: The total number of subjects were 62 subjects and 20 (32.3%) subjects diagnosed with CPA. Subjects showed positive results of automated ELISA examination were 27 (43.5%) subjects, while ICT examinations were 2 (3.2%) subjects. The sensitivity and specificity of the automated ELISA were 75% and 71.43%, respectively, while the ICT was 10% and 100%.
Conclusion: Automated ELISA has better diagnostic performance than ICT for CPA diagnosis, but automated ELISA was not adequately available in the Indonesian region so ICT was still used as CPA examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai.

Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis TB merupakan masalah kesehatan dunia dan di Indonesia. Data Global Tuberculosis Report 2015 menyatakan hanya 3 juta 58 dari 5,2 juta kasus TB paru di dunia pada tahun 2014 dikonfirmasi secara bakteriologis menggunakan pemeriksaan apusan dahak basil tahan asam BTA , biakan Mycobacterium tuberculosis M. tb atau Xpert MTB/RIF. Kasus TB dengan hasil apusan dahak BTA negatif dilaporkan sebanyak 36 dari total kasus TB di dunia dan sebanyak 104.866 kasus 32 dari total kasus TB di Indonesia. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF adalah pemeriksaan molekuler yang mendeteksi M. tb dalam dua jam. Belum banyak data mengenai peran pemeriksaan Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan pemeriksaan biakan M.tb sebagai pemeriksaan baku emas di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Xpert MTB/RIF dalam mendeteksi M.tb dibandingkan dengan biakan M.tb sebagai baku emas pada pasien TB paru klinis kasus baru.Metode : Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dan sampel dikumpulkan secara consecutive sampling terhadap 71 pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA 3 kali negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mulai bulan Januari hingga Agustus 2016. Dilakukan pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF, dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen dan pengambilan data gambaran foto toraks dalam 1 bulan terakhir.Hasil : Terdapat 71 sampel penelitian yaitu pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA negatif di RSUP Persahabatan Jakarta dari bulan Januari ndash; Agustus 2016. Karakteristik pasien terbanyak adalah laki-laki 62 , usia 40-59 tahun 47,9 , IMT 18,5-24,99 60,6 , tidak pernah merokok 49,3 , IB ringan 69 , tidak terdapat kontak TB 80,3 , penyakit komorbid tumor paru 12,7 , keluhan batuk ge;2 minggu 74,6 dan gambaran foto toraks curiga TB berupa lesi luas 76,1 . Berdasarkan total 71 pasien, hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF hanya positif M. tb terdeteksi pada 10 pasien dengan sebanyak 5 pasien dari jumlah tersebut memiliki hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif. Sebaliknya, ditemukan hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif dan hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF negatif M. tb tidak terdeteksi pada 1 pasien.Kesimpulan : Pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen sebagai baku emas memiliki sensitivitas 83,33 , spesifisitas 92,3 , nilai duga positif 50 , nilai duga negatif 98,36 , rasio kemungkinan positif 10,81 dan rasio kemungkinan negatif 0,18 pada pasien TB paru klinis kasus baru.

ABSTRACT
Background Tuberculosis TB is one of the health problems in the world and in Indonesia. Global Tuberculosis Report 2015 states that only 3 million 58 of the estimated 5.2 million pulmonary TB in 2014 were bacteriologically confirmed using acid fast bacilli AFB assay, Mycobacterium tuberculosis M. tb culture or Xpert MTB RIF. Smear negative TB cases are reported as many as 36 of all TB cases in the world and 104.866 cases 32 of all TB cases in Indonesia. Xpert MTB RIF assay is a rapid molecular test which can detect M. tb within two hours. There has been lack of datas about the role of Xpert MTB RIF assay compared to M. tb culture as gold standard in developing countries, especially Indonesia. This study aims to evaluate the accuracy of Xpert MTB RIF assay for M. tb detection compared to M.tb culture as gold standard in clinically diagnosed tuberculosis new case patients.Methods This study used diagnostic test design study and all samples collected using consecutive sampling of the 71 clinically diagnosed tuberculosis new case patients with three times AFB negative sputum results in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari to August 2016. Xpert MTB RIF assay, M. tb culture with Lowenstein Jensen medium and chest radiograph in last 1 month were done.Results There are 71 samples which are clinically diagnosed tuberculosis new case patients with acid fast bacilli negative in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari ndash August 2016. Patient characteristics with the highest result are male 62 , 40 59 year old 47.9 , BMI 18,5 24,99 60.6 , non smoker 49.3 , IB mild 69 , no TB contacts 80.3 , lung tumors as comorbid disease 12.7 , symptom cough ge 2 weeks 74.6 and chest radiograph with far advanced lesion 76.1 . Based on total 71 patients, Xpert MTB RIF is only positive M. tb detected in 10 patients with 5 of them have positive M. tb culture. On the other hand, there is 1 patient with positive M. tb culture and negative Xpert MTB RIF M. tb not detected . Conclusion The Xpert MTB RIF compared to M.tb culture with Lowenstein Jensen medium as gold standard has sensitivity 83.33 , specificity 92.3 , positive predictive value 50 , negative predictive value 98.36 , positive likehood ratio 10.81 and negative likehood ratio 0.18 in clinically diagnosed tuberculosis new case patients. "
2016
T55698
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kasturi Ramadhani
"Tuberkulosis TB masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia yang terjadi akibat banyaknya kasus TB yang tidak terdeteksi melalui diagnosis. TB dapat di diagnosis melalui adanya tanda dan gejala, pemeriksaan apusan basil tahan asam BTA dan kultur sputum. Apusan BTA merupakan pemeriksaan yang murah dan sederhana namun sensitivitas dan spesifisitas belum diketahui pada Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan BTA terhadap kultur LJ. Sebanyak 188 sampel sputum didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI-RSCM periode Januari ndash; Juni 2015 dan telah memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan studi uji diagnosis dan data dianalisis secara komparatif kategorik berpasangan dengan uji McNemar. Dari 188 sampel, didapatkan hasil positif basil tahan asam scanty, 1, 2, 3 dan kultur LJ berturut-turut adalah 13 sampel 6,9 dan 18 sampel 9,6. Dari tabel 2x2 didapatkan sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan BTA terhadap kultur LJ adalah 72,2 dan 100. Sedangkan nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 100 dan 97,14.

Tuberculosis TB remains one of the major health problems in Indonesia due to the high number of suspected TB was not detected through diagnosis. TB can be diagnosed by its symptoms, acid fast bacilli AFB smear and by cultivation of sputum. AFB smear microscopy is cheap and simple but its sensitivity and specificity not known in Clinical Microbiology Laboratory FMUI RSCM. The aim of this study was to determine sensitivity and specificity of AFB smear against LJ. There were 188 sputum samples people with suspected TB obtained from Clinical Microbiology Laboratory FMUI RSCM from Januari to Juni 2015 that eligible for inclusion. This study used diagnostic test study and the data was analyzed using McNemar test. Out of 188 sputum samples, positive result for AFB smear and culture LJ were 13 samples 6,9 and 18 samples 9,6 respectively. Based on table 2 x 2, the sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of LJ against AFB smear were 72 100 100 and 97,14 respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikha Alievia
"Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri bernama basil mycobacterium tuberculosis. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC menjadi sakit. Terdapat dua kondisi jika seseorang terserang penyakit TBC, yaitu infeksi TB laten dan TB aktif. Penelitian ini dilakukan untuk memvisualisasikan sebaran prevalensi kejadian TBC dengan determinan TBC di Indonesia tahun 2021 secara spasial. Dan juga, melakukan pemetaan secara analisis spasial dan spasial statistik antara prevalensi TBC tahun 2021 terhadap determinan TBC tersebut dengan menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4 dan GeoDa yang dapat melihat persebaran TBC di Indonesia sehingga penderita TBC dapat terdeteksi secara keseluruhan. Analisis spasial dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan dalam melakukan pemantauan dan pencegahan dalam mengurangi ketidaksetaraan. Jika dilihat berdasarkan analisis spasial, penyakit TBC merupakan penyakit yang cenderung berkorelasi terhadap lokasi spasial dan geografis pasien. Dari hasil pembobotan didapatkan bahwa daerah yang sangat berisiko adalah Provinsi DKI Jakarta dan daerah yang berisiko adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Gorontalo, dan Papua Barat. Dari hasil analisis spasial statistik atau LISA, menyebar pada kuadran I (High-High), II (Low-High), III (Low-Low), dan IV (High-Low). Selain itu, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa variabel prevalensi TBC memiliki pola persebaran yang menyebar karena memiliki autokorelasi spasial negatif sehingga tidak ada interaksi spasial pada variabel tersebut.

Tuberculosis (TB) is caused by a bacterium called the bacillus mycobacterium tuberculosis. Not everyone infected with TB bacteria becomes sick. There are two conditions if a person develops TB disease, latent TB infection and active TB. This research was conducted to spatially visualize the prevalence distribution of TB incidence with TB determinants in Indonesia in 2021. And also, to carry out spatial analysis and statistical spatial mapping between the prevalence of TB in 2021 and the determinants of TB using the ArcGIS 10.4 and GeoDa applications which can see the spread of TB in Indonesia so that TB sufferers can be detected as a whole. Spatial analysis can be used to make health plans in carrying out monitoring and prevention in reducing inequalities. When viewed based on spatial analysis, TB disease is a disease that tends to correlate with the patient's spatial and geographic location. From the results of the weighting, it was found that the areas that were very at risk were DKI Jakarta Province and the areas at risk were the Provinces of West Java, East Java, Banten, Gorontalo, and West Papua. From the results of statistical spatial analysis or LISA, it is spread in quadrants I (High-High), II (Low-High), III (Low-Low), and IV (High-Low). In addition, these results also show that the TB prevalence variable has a wide distribution pattern because it has a negative spatial autocorrelation so that there is no spatial interaction with this variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>