Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5517 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Mukhlis
"In connection with the issues of religious pluralism, it is often that people have improper opinion on Ibn ‘Arabi. This article shows the thought of this prominent figure in religious pluralism, especially his concept in the parameter of religion, which he conceived in the construct of al-amr al-takwini and al-amr al-taklifi. In adition, the writer discusses Ibn ‘Arabi’s view on the superiority of Muhammad’s Islam among other religions, in spite of his pluralistic ideas."
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005
297 JAMI 43:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainuddin, 1962-
Malang: UIN-Maliki Press, 2013
201.5 ZAI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mahfudin
"ABSTRAK
Esensi kebenaran sebuah agama sejatinya teletak pada jawabannya atas problem kemanusiaan. Sebab, sesungguhnya agama sejak awal mempunyai nisi suci untuk menyelamatkan dan menuntun manusia menuju jalan kehidupan yang baik dan benar. PIuralisme adalah realitas yang betul-betel terjadi di sekitar kehidupan kita sehari-hari. Hal itu nampak pada Pluralisme Agama, Budaya, Pendidikan, Ras dan Suku. Pluralisme berbagai hal itu sebetulnya memang sebuah hal yang alami tanpa melalui rekayasa atau kehendak manusia. Maksudnya, itu adalah kehendak Tuhan sebagai pencipta manusia dan seluruh kehidupan yang ada di muka bumf. Tentunya, dengan tujuan agar peruedaan itu diambil aspek positifnya sebagai jalan pemandu untuk bekerja sama, introspeksi diri, dan tolong menolong. Matra, sejatihnya nilai-nilai Pluralisme terutama Pluralisme Agama itu memiliki akar yang eukup kuat dalam ajaran agama, terutama Islam. Pluralisme adalah bagian intrinsik dari ajaran Islam yang dalam realitas dan sejarahnya menyatu dengan ajaran monoteisme sebagai ajaran pokok dalam Islam. Untuk itu apabila Allah menghendaki niscanya menjadi urnat yang tunggal, satu suku, satu bangsa, satu agama, tetapi Allah tidak menghendaki itu. Allah memang sengaja menjadikan kita bermacam-macam untuk menguji berkenaan dengan apa yang dianugerahkan dan mempersilahkan hamba-Nya berlomba-berlomba dalam kebaikan. Matra dalam kehidupan yang heterogen seperti di Indonesia, Pluralisme Agama merupakan sesuatu yang harus dipahami untuk menjunjung tunggi terhadap komunitas lain.
Pada dasarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Pluralisme Agama tidaklah salah, karena dimaksudkan untuk menghindari pemikiran yang dianggap sekuler di Indonesia. Tetapi fatwa adalah bagian dari ijtihad manusia, ketika suatu persoalan tidak ditemukan jawabannya dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist. Matra bisa dipastikan, kebenaran fatwa tentunya bersifat relatif sehingga selalu dimungkinkan untuk diubah seiring perubahan ruang, waktu, dan tradisi. Dan fatwa perlu ditinjau kembali, waktu demi waktu, untuk dilihat apakah fatwa tersebut memberikan efek maslahat terhadap umat atau justru menimbulkan huruhara di tengah masyarakat. Fatwa harus didahalui oleh deskripsi yang memadai tentang satu pokok soal, termasuk dengan cara mengajak berdiskusi seseorang atau sekelompok yang akan terkena sasaran dari fatwa. Dengan mengajak diskusi atau dialog akan bisa menghasilkan sebuah solusi yang dapat diterima semua masyarakat. Untuk itu, mengubah teks fatwa bukanlah perkara tabu."
2007
T 20725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainuddin, 1962-
Malang: UIN-Maliki Press, 2013
201.559 8 ZAI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Urfan Fifaldi
"Sosok pembaruan dalam agama Islam seperti Nurcholis Madjid yang menuangkan pemikirannya tentang pluralisme agama mendapat berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, karena dari pemikirannya ini banyak gagasan tentang pluralisme agama dan dikembangkan menjadi banyak pemahaman kepada masyarakat tentang pluralism agama. Salah satu gagasannya yang terkenal bahwa tidak ada sekularisme dinegara ini, sanpai Nurcholis Madjid membuat sebuah selogan yang menyatakan “Islam Yes! Negara Islam No. hasil pemikiran ini yang mengakibatkan banyak pihak yang tidak sependapat dengan gagasannya. Orang yang tidak sependapat dengan gagasannya seperti M.Rasjidi yang mengkritik pemikiran Nurcholis Madjid dalam sebuah buku yang beliau karang dengan judul Koreksi terhadap Nurcholis Madjid tentang sekularisasi(1977), dan pemikiran yang Nurcholis Madjid kembangkan cenderung pengaruh dari pendidikan dan akademinya dan beliau beranggapan bahwa pandangan masyarakat tetang agama pada saat itu masih juhud.maka dari itu masyarakat butuh informasi untuk lebih jelas dan mengetahui pemikiran Nurcholis Madjid, terutama tentang pluralisme agama. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif dan analisis yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, karya ilmiyah dan sumber yang lain.

The figure roforms in islam as well Nurcholis Madjid that translates thought on teligious pluralism have various responses fromdifferent circies because of this thought are many ideas about pluralism religion and developed to many understanding to the community about religious pluralism on of the ideas that well-known that there is no sekuralisme in this. To thought is that can lead to many parties that do not agreewith his ideas. Those who do not agreewith his ideas such as M Rasjidi who crosize academy Nurcholis Madjid in a book that he coral reefs with the title of correction against Nurcholis Madjid about Hangover (1977) and ideas that Nurcholis Madjid developtend to be the influence of education and academyand he thought that the views of the peoples of the religion at that time were juhud. Because of that people need moreinformation is clear and know thought Nurcholis Madjid. Especially about religious pluralism. The writing is using this method descriptive and analysts are taken from a variety of cources such as books published scientific papers and other sources.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Erlangga, 2003
297 ISL i (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Kholil
Malang: UIN-Maliki Press, 2011
201.7 AHM a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Mianti
"Penelitian ini berangkat dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana film sebagai salah satu produk kesenian dapat juga digunakan untuk merepresentasikan realita sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengulas konten film Tanda Tanya sebagai salah satu film yang merepresentasikan kehidupan keberagamaan di Indonesia. Dalam konteks penelitian ini, aspek utama yang dinilai adalah konten film secara struktural yaitu aktor-aktor membentuk suatu relasi yang digambarkan melalui dialog, adegan, dan alur cerita dalam film. Relasi yang terjalin antar aktor menciptkan struktur sosial yang mendefinisikan diri mereka pada kelompok-kelompok tertentu. Misalnya dalam film Tanda Tanya ada kelompokkelompok agama yang sifatnya puritan maupun sinkretis. Struktur sosial yang terbentuk dalam film mencerminkan realita yang ada di masyarakat.
Selain aspek diatas beberapa aspek penting lainnya yang dianggap berpengaruh terhadap film sebagai representasi sosial adalah aspek kultural. Aspek kultural yang ditunjukan ke dalam bentuk penanaman nilai-nilai atau ideologi Sutradara ke dalam kreasi film. Penanaman nilai-nilai tersebut mempunyai motivasi untuk menggambarkan situasi ideal di masyarakat atau dapat juga digunakan sebagai ekspektasi Sutradara terhadap suatu konteks sosial masyarakat tertentu.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa film Tanda Tanya berhasil mengubah suatu produk seni menjadi karya ilmiah melalui kacamata sosiologi dengan memotret kehidupan keberagamaan yang ada di Indonesia. Kehidupan keberagamaan tersebut dicerminkan melalui sikap pluralisme antar anggota kelompok agama tertentu terhadap kelompok agama lainnya. Adegan interaksi antar anggota kelompok agama satu dengan yang lainnya diambil melalui beberapa kasus yang terjadi dalam realita sosial di masyarakat sehingga dengan begitu film Tanda Tanya adalah salah satu dari sedikit film di Indonesia yang menggambarkan proses kehidupan keberagamaan yang sebelumnya toleran namun karena adanya factor-faktor eksternal menciptkan konflik-konflik sesuai dengan realita sosial di masyarakat.

This study aims to learn how far a movie, as an artistic product, is used to represent reality in the social world. This study employs qualitative approach to cover contents in ?Tanda Tanya? as a movie representing religious life of the Indonesian people. In the context of this study, the main aspect considered is the structural contents, which is relations shaped by the actors through dialogues, scenes, and story plots of the movie. Bonded relations among actors create social structures that define themselves into certain groups. For instance, in the movie, there were several religious groups of puritan and syncretism. Social structures formed in the movie reflect reality in the society.
Besides the aspects above, another relevant aspect also influenced the social representation in the movie, which is the cultural aspect. Culture is represented by the director's values and ideologies incorporated into his creation. Such values motivated to illustrate the ideal situation in the society or could be used as the director?s expectations on a certain social context.
The results to this study shows that the movie ?Tanda Tanya? succeeded in shifting an artistic product into a scientific product, using sociological view to snap the religious life in Indonesia. The religious life is reflected through the state of pluralism between members of a certain religious group and other religious groups. The scene where interactions between one religious group to another was taken from many cases which happened in the social reality. Thus, the movie is one of many Indonesian movie illustrating the process of religious lives, which was previously tolerant but then various external factors created conflicts, just as in the social reality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Fathi Royyani
"Relasi keberagamaan dalam keragaman keyakinan yang ada di Cigugur diwarnai oleh negosiasi dan kontestasi dalam memperoleh dan mendapatkan wacana dominan di kelurahan ini, penelitian ini menemukan bahwa dalam kehidupan keberagamaan yang lebih kentara terlihat adalah kontestasinya bukan ketergantungan antar kelompok. Dengan menggunakan konsep dan teori dari Bourdieu, ritual keagamaan bisa dilihat sebagai modal simbolik yang dimainkan oleh mereka dan pada akhimya terjadi proses saling tafsir.
Proses negosiasi dan kontestasi dalam masyarakat yang plural mensyaratkan suatu kebebasan terhadap kelompok minoritas untuk mengekspresikan dirinya sehingga kesetaraan dan persamaan dalam memperoleh ruang akan terjaga. Walaupun dalam proses kontestasi antar kebudayaan pada masyarakat yang plural sekalipun, kesetaraan tidak mungkin didapat dengan mudah kecuali melalui perjuangan memenangkan kontestasi.
Dalam usaha mengetahui negosiasi dan kontestasi yang berlangsung di Cigugur, penelitian ini juga menggunakan pendekatan praksis, habitus, arena dan kapital dari Bourdieu. Dalam kerangka pendekatan kualitatif model pendekatan tersebut memungkinkan peneliti mampu melihat dinamika kontestasi yang terjadi dengan jalan mengamati dan melakukan wawancara mendalam terhadap individu dan aktifitasnya sehingga skema-skema yang dimilikinya terhadap kelompok yang lain dapat diketahui. Dalam proses ini dapat diketahui juga backstage atau "panggung belakang" dari informan ketika berada pada ruang privatnya, dengan demikian peneliti dapat berusaha secara maksimal untuk objektif dengan tidak terjebak pada negosiasi yang terjadi dan memberikan simpati atau dukungan terhadap salah satu kelompok.
Dengan demikian, budaya atau superstruktur tidak melulu dipahami menjadi pedoman dalam hidup dan kehidupan manusia tetapi budaya juga dapat dipahami sebagai suatu proses dan juga hasil interaksi (proses) yang pada giliran selanjutnya akan merubah pedoman hidup yang dimiliki manusia.
Dari data-data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa negosiasi dan kontestasi yang terjadi di Cigugur penuh strategi dengan menggunakan segala kapital yang dimiliki sehingga ketika terjadi proses tersebut saling tafsir dan saling serap tidak bisa dihindari, yang berimplikasi pada munculnya budaya cangkokan (kultur Hibrida). Hasil dari proses tersebut pengertian-pengertian baru yang diambil dan diserap dari keyakinan yang lain akan memperkaya pengertian terhadap keyakinannya. Maka dengan demikian kultur hibrida merupakan proses pembentukan jati diri yang mengalir, cair dan dinamis yang senantiasa menunjukkan kreatifitas dan aktifitas dan selalu mencari pengalaman-pengalaman keberagamaan yang baru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>