Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elgard Mario Wiandika
"Anime shonen seringkali melanggengkan kultur patriarki dengan memperlakukan karakter perempuannya sesuai dengan peran jender. Karena itulah Jujutsu Kaisen menjadi unik karena anime shonen ini memberikan ruang bagi karakter perempuannya untuk bersinar. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nilai-nilai feminisme liberal terkandung dalam representasi karakter perempuan yang ada di anime tersebut. Kajian ini akan mengkaji episode 17 dan 24, di mana karakter perempuan di Jujutsu Kaisen dapat menunjukkan kemampuan tarungnya, serta pola pikir dan nilai yang dianut yang berbeda dari peran jender yang ada di masyarakat. Terlebih lagi, ditemukan pula nilai-nilai yang menormalisasi perilaku monoandrogini, sebagai sarana untuk melawan peran jender yang hanya terkotak-kotakan di dalam maskulinitas dan feminitas yang ada di masyarakat.
Shonen Anime usually perpetuates the patriarchal culture by treating their female characters in accordance to gender roles. This is why Jujutsu Kaisen becomes unique, because it is a shonen anime that creates space for its female characters to shine. This research will discuss how liberal feminism values are incorporated in the representation of female characters in the anime. This research will analyze episode 17 and 24, where Jujutsu Kaisen’s female characters are able to show their fighting prowess, train of thought, and values that differ from existing gender roles. Furthermore, values that normalize monoandroynous behavior are discovered as a way to fight gender roles that box masculinity and femininity in the society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elgard Mario Wiandika
"Anime shonen seringkali melanggengkan kultur patriarki dengan memperlakukan karakter perempuannya sesuai dengan peran jender. Karena itulah Jujutsu Kaisen menjadi unik karena anime shonen ini memberikan ruang bagi karakter perempuannya untuk bersinar. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nilai-nilai feminisme liberal terkandung dalam representasi karakter perempuan yang ada di anime tersebut. Kajian ini akan mengkaji episode 17 dan 24, di mana karakter perempuan di Jujutsu Kaisen dapat menunjukkan kemampuan tarungnya, serta pola pikir dan nilai yang dianut yang berbeda dari peran jender yang ada di masyarakat. Terlebih lagi, ditemukan pula nilai-nilai yang menormalisasi perilaku monoandrogini, sebagai sarana untuk melawan peran jender yang hanya terkotakkotakan di dalam maskulinitas dan feminitas yang ada di masyarakat.
Shonen Anime usually perpetuates the patriarchal culture by treating their female characters in accordance to gender roles. This is why Jujutsu Kaisen becomes unique, because it is a shonen anime that creates space for its female characters to shine. This research will discuss how liberal feminism values are incorporated in the representation of female characters in the anime. This research will analyze episode 17 and 24, where Jujutsu Kaisen’s female characters are able to show their fighting prowess, train of thought, and values that differ from existing gender roles. Furthermore, values that normalize monoandroynous behavior are discovered as a way to fight gender roles that box masculinity and femininity in the society"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesya Arveila
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi feminisme liberal dalam anime Attack on Titan: The Final Season serta menganalisis makna dari temuan representasi feminisme liberal tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai kerangka analisis, yaitu feminisme liberal oleh Alison Jaggar (1983), teori kode televisi oleh John Fiske (2001), dan teori fantasi dalam kesusastraan modern Jepang oleh Susan Napier (1996). Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi feminisme liberal yang terdapat dalam Attack on Titan berupa penokohan karakter tokoh perempuan yang berkontribusi dalam militer dan politik, tindakan para tokoh perempuan yang menunjukkan kemampuannya dalam militer, dan kesetaraan hubungan antar tokoh perempuan dan laki-laki di dalam organisasi militer. Representasi perempuan dalam anime Attack on Titan: The Final Season ini dapat dibaca sebagai refleksi terhadap realitas dinamika gender di Jepang pada era kontemporer.

The purpose of this study is to discover liberal feminism representations in Attack on Titan: The Final Season and to analyze the meaning of these representations. This study uses three theories as a framework for analysis: liberal feminism by Alison Jaggar (1983), television code theory by John Fiske (2001), and fantasy theory in modern Japanese literature by Susan Napier (1996). The results of the analysis show that the representation of liberal feminism presented in this anime is in the form of characterizations of female characters who contribute to politics and the military, the actions of female characters who show their capabilities in the military, and the equality among female and male characters in military units. The representation of women in the anime Attack on Titan: The Final Season can be interpreted as a reflection of the reality of gender dynamics in Japan in the contemporary era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marielle Nabila Putri Setiawan Latief
"Jepang terkenal luas dengan layanan terpuji yang dapat ditemukan di setiap bisnis, terlepas dari apakah pelanggannya adalah tamu lokal atau tamu asing. Layanan khusus ini disebut ‘Omotenashi’, istilah yang berasal dari kata ‘motte’ yang berarti memegang dan ‘nashi’ yang berarti tidak ada, diringkas menjadi memberikan layanan terbaik tetapi 'tidak menerima' sebagai balasannya. Anime Isekai Shokudou bercerita tentang restoran ajaib dengan pintu yang terbuka ke dunia lain. Restoran tersebut menyediakan makanan untuk manusia dan makhluk di dunia lain setiap hari Sabtu saat pintu dibuka, dengan omotenashi sebagai layanannya. Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis representasi omotenashi dalam anime Isekai Shokudou dengan menggunakan teori Abdulellah Al-alsheikh tentang 3 elemen yang dimiliki omotenashi yaitu Shitsurai yaitu lingkungan fisik omotenashi dilakukan, Furumai berarti kegiatan omotenashi tersebut, dan Shikake adalah reaksi atau timbal balik pelanggan. Penelitian ini akan menggunakan analisis metode kualitatif. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya omotenashi yang ditampilkan di anime Isekai Shokudou sesuai dengan 3 elemen omotenashi, dan ditampilkan di keseluruhan anime.

Japan is widely known for commendable service that can be found in every kind of business, regardless if the customer is a local guest or a foreign guest. This special kind service is called ‘Omotenashi’ a term that derives from the word ‘motte’ meaning to hold and ‘nashi’ that mean none, summarized as to give the best of service but ‘take none’ in return. Isekai Shokudou anime tells about a magical restaurant with a door that opens to another world. The restaurant provide foods for people and creatures on the other world every Saturdays when the door opens, with omotenashi as its service. In this paper, the author will analyze the representation of omotenashi in the anime Isekai Shokudou by using Abdulellah Al-alsheikh's theory about the 3 elements that omotenashi has, namely Shitsurai which is the physical environment the omotenashi is carried out, Furumai means the omotenashi activity itself, and Shikake being the customer's reaction or feedback. This research will be using a qualitative method analysis. Results and conclusions of this study is the Omotenashi culture that is shown in the anime Isekai Shokudou corresponds to the 3 elements of Omotenashi, and it is shown in the entirety of the anime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Kusuma Dirayati
"Anime merupakan salah satu bentuk media yang memiliki peran penting dalam menyajikan representasi pada masyarakat. Pada anime Tokyo Mew Mew, kecenderungan sebagai tokoh utama dengan kekuatan super dan tokoh perempuan sebagai hal yang perlu dilindungi telah diputarbalikkan. Anime yang ditujukan pada anak-anak dan remaja ini bertemakan kelompok superhero perempuan yang melawan kejahatan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dua hal, yaitu Representasi Maskulinitas dan Representasi Femininitas dalam superhero perempuan dalam anime Tokyo Mew Mew. Penulis menggunakan teori Representasi Stuart Hall. Analisis akan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu dengan memaparkan karakteristik tokoh-tokoh superhero perempuan, relasi kuasa antara tokoh laki-laki dengan tokoh perempuan, serta makna representasi yang ditonjolkan pada anime Tokyo Mew Mew. Hasil penelitian ini adalah adanya temuan nilai-nilai femininitas dan maskulinias pada superhero perempuan pada anime Tokyo Mew Mew.

Anime is one form of media that has an important role in presenting a representation in society. In the Tokyo Mew Mew anime, the main character with super powers is the female and the male characters is being protected by the female character. Targeting children and teen agers as audience, this anime has the theme of a female superhero group that fights crime. This study attempts to see the Representation of Masculinity and Representation of Femininity in female superheroes in the Tokyo Mew Mew anime. Using the concept of representation by Stuart Hall, the analysis will becarried out using descriptive methods, describing the characteristics of female superhero figures, the power relations between male figures and female figures, and the meanings of representation highlighted in the Tokyo Mew Mew anime. The results of this study are the findings of feminine and masculine values on female superheroes in the Tokyo Mew Mew anime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Nadya Kirana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menawarkan cara pandang baru mengenai representasi persahabatan sesama perempuan dalam anime Kiki’s Delivery Service melalui tokoh Kiki dan Ursula. Penelitian ini sekaligus ingin melihat implikasi representasi persahabatan sesama perempuan dalam karya tersebut terhadap wacana upaya pemberdayaan perempuan Jepang pada awal zaman Heisei. Persahabatan sesama perempuan dicirikan dengan hubungan yang mengedepankan keintiman dan kasih sayang (Ford, 2016). Maka dari itu, dibandingkan dengan laki-laki, perempuan cenderung memiliki tingkat pengungkapan diri yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan Teori Penetrasi Sosial untuk menguraikan lebih lanjut interaksi yang terjalin dalam persahabatan tokoh Kiki dan Ursula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengungkapan diri yang terjadi pada tokoh Kiki dan Ursula berhasil membuat mereka merasa berdaya.  Oleh karena itu, anime Kiki’s Delivery Service dapat dikatakan merepresentasikan bahwa pengungkapan diri dalam persahabatan sesama perempuan merupakan salah satu langkah dalam mencapai pemberdayaan perempuan. Selain itu, penelitian ini berargumen bahwa anime Kiki’s Delivery Service turut berkontribusi dalam merepresentasikan upaya pemberdayaan perempuan di Jepang pada zaman Heisei (1989-2019).

This research aims to analyze and offer a new perspective on the representation of female friendship in the anime Kiki’s Delivery Service through the characters Kiki and Ursula. The study also seeks to explore the implications of female friendship’s representation within the anime on the empowerment of Japanese women discourse in the early Heisei era. Female friendships are characterized by intimate and affectionate relationships (Ford, 2016). Therefore, compared to men, women tend to have a higher level of self-disclosure. This research employs the Social Penetration Theory to further examine the interactions within the friendship of Kiki and Ursula. The findings indicate that the process of self-disclosure in the characters Kiki and Ursula contributes to their sense of empowerment. Hence, Kiki’s Delivery Service can be said as representing that self-disclosure in female friendships is a step towards women’s empowerment. Additionally, the study argues that the anime also contributes to representing efforts towards women’s empowerment in Japan during the Heisei era (1989-2019)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Arfiah Noerdin
"Skripsi ini membahas orientalisme dalam anime Hetalia: Axis Powers karya Hidekaz Himaruya yang dirilis pada tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya tindak hegemoni dan pandangan orientalisme yang ditampilkan dalam anime tersebut. Analisis masalah penelitian menggunakan teori hegemoni Antonio Gramsci (1971) dan teori orientalisme Edward Said (1978). Penelitian skripsi ini bersifat kualitatif yang difokuskan pada anime Hetalia: Axis Powers. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi orientalisme pihak Barat dalam anime Hetalia: Axis Powers terhadap pihak Timur dapat dibuktikan keberadaanya serta diwujudkan melalui beragam bentuk dominasi, namun teori Said tidak dapat diaplikasikan pada keseluruhan anime karena terdapat beberapa pengecualian.
This study is focused on orientalism in Hidekaz Himaruya?s anime, Hetalia: Axis Powers released in 2008. This study aimed to analyze hegemony action and orientalism as its part who were shown in the anime. The discussion in this study uses Antonio Gramsci?s Hegemony (1971) and Edward Said?s Orientalism (1978) as the theories. This study is a qualitative which focused on Hetalia: Axis Powers anime. The results of this study showed that the West?s orientalism over the East in the anime proved its existence and has been formed through domination diversity, even so, Said?s theory could not be applied throughout the anime due to some exception reason."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Fadlika Yorinanda
"Anime adalah salah satu bentuk media populer mendunia yang berasal dari Jepang. Dari sekian banyaknya anime, HunterxHunter merupakan serial anime dengan genre Shounen yang berhasil menghadirkan penokohan realistis dan manusiawi dibanding anime bergenre Shounen lainnya. Serial HunterxHunter seringkali menempatkan karakter-karakternya melalui situasi dilema moral untuk menyingkap kepribadian setiap karakternya sampai titik tertentu. Salah satu karakter utama, Gon Freecss adalah salah satu dari sedikit karakter yang mendapat perhatian khusus dalam serial ini. Gon Freecss, salah satu karakter utama dalam serial tersebut adalah karakter yang dieksplorasi secara mendalam pada karya tulis ini. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa bukti yang menunjukkan adanya hal ganjil akan cara Gon memandang suatu hal atau terhadap individu lain. Oleh karena itu, penulis bertujuan untuk menganalisis moralitas karakter Gon Freecs dalam adaptasi anime HunterxHunter (2011). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan semiotika Peirce untuk membantu proses penafsiran serta teori David Hume untuk menjabarkan moralitas karakter Gon Freecss. Hasil dari penelitian ini menyiratkan bahwa manusia tidak bisa dinilai baik atau buruk berdasarkan satu kategori standar moralitas yang sama. Pernyataan tersebut dapat ditarik dari Gon sebagai perwujudan dari inkonsistensi manusia dalam berfikir, berkata, bertindak, memandang atau menilai segala sesuatu berdasarkan latar belakang dan pengalaman kognitif.

Anime is one of a form of popular media that originated in Japan and has achieved global popularity. Many from it, a Shounen anime titled HunterxHunter is well-regarded with having a realistic and humane characterization compared to other Shounen titles. HunterxHunter often puts its characters through moral dilemmas to expose each of its character personalities to some certain point. One of the main characters, Gon Freecss is the character that will be explored in depth in this study. In this research, some evidence was found which indicated that there were odd things about Gon's way of looking at things or towards other individuals. Therefore, the writer aims to analyze the morality of the Gon Freecs character in the HunterxHunter (2011) anime adaptation. This research would be conducted qualitatively using Peircean Semiotics method to guide the interpretation process and refers to David Hume’s ideas of morality to elucidate the character analysis of Gon Freecss. The results of this study implies that human cannot be judged as good or bad based on the same standard category of morality. This statement can be drawn from Gon as a manifestation of human inconsistency in thinking, conferring, acting, looking at or judging everything based on personal background and cognitive experience.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Maharani
"Anime Kuragehime (2010) karya Akiko Higashimura merupakan adaptasi dari manga yang sebelumnya telah ditulis oleh penulis yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis identitas gender pada karakter Kuranosuke Koibuchi dalam anime Kuragehime dan respon yang diterima olehnya dari lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini, teori performativitas gender oleh Judith Butler (1999) dan metode penelitian semiotika Charles Sanders Pierce digunakan sebagai landasan teoritis dan metodologis. Hasil analisis ditemukan bahwa elemen-elemen seperti pakaian, gaya rambut, dan ekspresi wajah Kuranosuke membentuk makna mendalam terkait identitas gender karakter tersebut. Perubahan penampilan Kuranosuke seperti layaknya seorang wanita menjadi representasi dinamika performativitas gender. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa identitas gender bukanlah entitas statis, melainkan konstruksi sosial yang terus berubah melalui tindakan performatif yang berulang dan dinamis.

The anime Kuragehime (2010) by Akiko Higashimura is an adaptation of a manga previously written by the same author. This research aims to analyze the gender identity of the character Kuranosuke Koibuchi in the anime Kuragehime and the responses received from his surrounding environment. In this study, the theoretical framework and methodology involve Judith Butler's (1999) gender performativity theory and Charles Sanders Pierce's semiotic research method. The analysis results indicate that elements such as clothing, hairstyle, and facial expressions of Kuranosuke form profound meanings related to the gender identity of the character. Kuranosuke's changes in appearance, resembling that of a woman, serve as a representation of the dynamics of gender performativity. The research findings affirm that gender identity is not a static entity but a social construction that continually evolves through repeated and dynamic performative actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pratyaksa Vidyanto
"Skripsi ini membahas tentang penokohan dari karakter Ikari Shinji dalam anime Shinseiki Evangelion. Dengan menggunakan teori tokoh utama oleh Sudjiman, penulis mengkaji anime ini dengan metode deskriptif analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter Shinji adalah tokoh utama karena hubungannya yang intens dengan karakter lain turut membantu jalannya cerita. Anime ini menunjukkan bahwa sebuah cerita dapat diceritakan melalui interaksi antara karakternya, tidak melalui narasi saja seperti anime-anime yang sudah dibuat sebelum ini. Lebih lanjut anime ini juga memperlihatkan bahwa seorang anak yang tidak memiliki kasih sayang orang tua pada masa kecilnya, maka perkembangan psikis sang anak tidak akan sempurna.

This thesis explains about character analysis of Ikari Shinji from Neon Genesis Evangelion. By applying Sudjiman?s theory of main character, writer will analyze this anime with descriptive analytic method. This analysis showed that Shinji is a main character because of his intense relations with other characters. This anime showed that a story can be told with interaction of the characters, not using narration like the anime before Evangelion. Moreover, this anime also showed that a kid who didn?t had a parents love, his mental development will not perfect."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S62482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>