Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaeni Yuli Arini
"Industri pesawat terbang adalah industri teknologi tinggi dengan sistem industri yang kompleks. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam sistem yang kompleks, dibutuhkan pandangan yang menyeluruh terhadap struktur sistem. Penelitian ini menggunakan pendekatan System Dynamics untuk memahami sistem industri pesawat terbang Indonesia serta mengeksplorasi struktur kebijakan yang dapat mengembangkan industri tersebut. Dengan menguji alternatif-alternatif kebijakan dan berbagai skenario pada model kuantitatif yang telah dibuat, dihasilkan kesimpulan bahwa industri pesawat terbang Indonesia perlu memiliki kebijakan yang dapat mendorong peningkatan pembelian pesawat komersial, karena selama ini industri ini terlalu bergantung kepada pihak militer untuk penjualannya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas model dengan menggunakan data, baik kualitatif maupun kuantitatif, yang dimiliki oleh berbagai pihak yang merupakan para aktor di industri ini. Dengan data yang lebih banyak dan luas, pemodelan untuk dapat dilakukan untuk pengujian alternatif-alternatif kebijakan lainnya dengan lebih luas.

Aircraft industry is a high-tech and complex industry. When solving problems in complex system, a holistic view of the system structure is needed. This research use System Dynamics approach to understand the system structure of Indonesian aircraft inudstri and to explore policy structure that can drive the development the industry. The policy alternatives have been set and simulated in the quantitative model of system dynamics with several scenario conditions that may happened in the future. The result of the simulation shows that Indonesian aircraft industry needs policies that can drive the sales of commercial aircraft since currently the industry still highly depended in the sales of aircraft for military uses. In the future research, the model can be expanded by using the data, both qualitative and quantitative, that hold by several actors of the industry. The more variety of data can be used to expand the model and run other policy alternatives and scenario with more level of confidence."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmaina Lenggogeni
"IPTN sebagai ujung tombak industri strategis di Indonesia ternyata tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan. Fasilitas proteksi yang diberikan pemerintah, yang tentu saja menimbulkan distorsi dalam perekonomian, tidak memacu IPTN untuk berkembang secara internasional. Karena itu skripsi ini mencoba menganalisis keberadaan IPTN sebagai salah satu industri strategis di Indonesia, apakah industri ini memang feasible untuk didirikan di Indonesia dan apakah proteksi yang diberikan penierintah memang layak. Untuk itu, penulis menggunakan beberapa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan Direktorat Komersial, Direktorat Teknologi dan Bagian Humas IPTN, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan yang ada. Untuk mengnalisis permasalahan ini, maka penulis menggunakan kerangka teori industri strategis yang disusun oleh Paul Krugman dan Barbara J. Spencer, serta didukung oleh teori persaingan kompetitif dari Michael Poater. Dari basil penelitian yang dilakukan, terdapat tiga point penting. Pertama, dari analisis keuangan yang dilakukan ternyata kemampuan IPTN untuk menciptakan keuangan sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rasio Return On Investment yang hanya sebesar 0,23%. Yang kedua merupakan analisis pengembangan sumber daya manusia. Sebagai industri strategis, ternyata IPTN tidak cukup didukung oleh tenaga-tenaga trampil yang dibutuhkan. Pegawainya, sampai September 1994, masih didominasi oleh lulusan SMA (58%). Untuk memecahkan masalah itu, IPTN banyak melakukan program pelatihan ke luar negri maupun program pendidikan dan latihan di dalam negri. Selain itu, juga diadakan technical assistance dari perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing. Sedangkan analisis yang ketiga, yaitu analisis pengalihan teknologi, IPTN berusaha mengembangkan sektor penelitian dan pengembangannya. Selain itu, juga diadakan program technical assistance Bari perusahaan-perusahaan internasional. Namun pengembangan teknologi di IPTN belum sempurna selama tidak didukung oleh pengembangan sumber daya yang tidak optimal. Karena pengalihan teknologi yang bait: membutuhkan kesiapan sumber daya manusia di negara pengimpor teknologi untuk menerima, menyesuaikan dan kemudian mengimplementasikannya sesuai dengan kondisi di dalam negeri. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa IPTN belum feasible dilaksanakan di Indonesia. Ada beberapa saran penulis sehubungan dengan hal tersebut. Pertama, membuka keran impor bagi industri pesawat di dalam negri. Kedua, melibatkan pihak swasta dalam pengembangan IPTN selanjutnya sehingga perkembangan komersial IPTN lebih terpacu. Yang terakhir adalah membatasi kegiatan IPTN sebagai suatu proyek penelitian dan pengembangan, sehingga apabila IPTN ingin berkembang selangkah lebih maju lagi, paling tidak dukungan infrastruktur teknologi dan sumber daya manusianya lebih kuat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Utari
"ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis reorientasi pesawat jet militer Sukhoi menjadi pesawat komersial. Beberapa tahun lalu, perusahaan Sukhoi memproduksi pesawat terbaru yang berjenis komersial. Sebelumnya, Sukhoi dikenal sebagai produsen pesawat khusus jet militer sekaligus produsen pesawat tempur pertama di dunia. Diversifikasi ini dianalisis melalui teori reorientasi oleh Stuart Hall. Berdasarkan analisis dapat dibuktikan perubahan pesawat jet militer menjadi pesawat komersial dilakukan setelah Rusia sukses menjalankan bisnis pesawat tempur.

ABSTRACT
The purpose of this article is to analyze the reorientation of Sukhoi military Jet into Commercial Aircraft. Several years ago, the company producing Aircraft Sukhoi latest commercial manifold. Previously, Sukhoi known as the aircraft manufacturer specialized military jet, at the same time the first manufacturer in the world. This diversification is analyzed through theoretical reorientation by Stuart Hall. Based on analysis of demonstrable changes in military jets into commercial aircraft made after Russian warplanes successfully run a business. "
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Triesandi Aditya Rahman
"Since aircraft is a long lifetime asset, requires high investment and impact to the business continuity of airlines, fleet acquisition decision method is one of the most critical thing in the airline management. An option for airlines to acquire their fleet is leasing. The leasing decisions concern whether the company should acquire the aircraft through leasing scheme, or borrows some money and buy the aircraft. It is a part of financing decision. Company should examine the cost leasing and borrowing to analyze the best method of financing which able to increase companys performances from market perspective and internal financial result perspective.
This study aims to answers does the airlines leasing strategies as well as company structure, and asset utilization performance have an impact on the airline's performance. Quantitative research using Eviews on multiple regression analysis is employed and some qualitative data are used to analyze the effect of lease financing decisions on the performance of 42 publicly listed airlines from 28 countries between 2015 and 2017. The results of this study show that operating and financing lease strategy, firms capital structure and assets utilization performance relates to airlines performance, both from internal perspective and market perspectives.

Pesawat merupakan suatu asset dengan umur pakai yang panjang, membutuhkan investasi yang besar dan berdampak pada kelangsungan bisnis pada perusahaan penerbangan, sehingga metode untuk mengakuisisi pesawat merupakan salah satu hal yang penting pada pengelolaan perusahaan penerbangan. Salah satu opsi bagi perusahaan penerbangan untuk mengakusisi pesawat adalah dengan cara leasing. Dalam hal ini perusahaan penerbangan memiliki kepentingan untuk memastikan apakah mereka perlu mengakusisi pesawat dengan cara leasing atau meminjam uang dan membeli pesawat. Perusahaan harus mengevaluasi biaya leasing dan biaya meminjam uang dalam rangka memastikan metode terbaik dalam skema pendanaan pesawat yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dari perspektif pasar maupun perspektif internal kinerja keuangannya.
Studi ini bertujuan untuk menjawab apakah strategi leasing pada perusahaan penerbangan, termasuk struktur permodalan dan kinerja utilisasi assetnya berdampak pada kinerja perusahaan. Penelitian secara kuantitatif menggunakan Eviews dengan analisa regresi berganda serta beberapa kualitatif data digunakan untuk menganalisa pengaruh strategi leasing pada kinerja perusahaan dari 42 perusahaan penerbangan di 28 negara tahun 2015-2017. Hasil dari studi ini menunjukan bahwa strategi operating lease, financial lease struktur kapital dan kinerja utilisasi aset berdampak terhadap kinerja perusahaan penerbangan baik dari perspektif internal maupun pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raedi Fadil Zulfahmi
"Secara garis besar skripsi ini akan membahas mengenai sejarah perkembangan teknologi dibidang industri pesawat terbang di Indonesia. Dunia dirgantara merupakan salah satu bidang yang mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Indonesia. IPTN sebagai badan usaha milik negara mendapatkan tugas untuk menguasai teknologi tinggi tersebut. Untuk mengejar Technological Gap IPTN menggunakan konsep alih teknologi yang dinamakan Progressive Manufacturing Program. Melalui PMP Indonesia mampu menciptakan sebuah pesawat terbang sendiri bernama N-250 dalam jangka waktu 19 tahun. Konsep yang digunakan IPTN ini membuat Indonesia menjadi salah satu dari 15 negara yang mampu menciptakan pesawat terbang sendiri pada tahun 1995.

Generally this thesis will discuss about the history of the development of technology in the aircraft industry in Indonesia. World Aerospace is one of the areas that get the attention of Government Indonesia. IPTN as State-owned enterprises get the task to master high technology. To pursue the Technological Gap by IPTN using the concept of a technology called ' Progressive Manufacturing Program. Through the PMP Indonesia is able to create its own aircraft, the N-250 for a period of 19 years. The concept used by IPTN made Indonesia one of the 15 countries which are able to create his own aircraft in 1995."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Suku Cadang Pesawat komersial di Indonesia ditinjau dari prinsip kesederhanaan dan prinsip pertumbuhan ekonomi & efisiensi, dan untuk memberikan alternatif kebijakan pengenaan Bea Masuk yang dapat mendukung industri penerbangan. Penelitian kuantitatif ini bersifat deskriptif dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jika ditinjau dari prinsip simplicity, kebijakan BMDTP belum sepenuhnya memenuhi prinsip simplicity. Jika ditinjau dari prinsip economic growth and efficiency, kebijakan BMDTP belum sepenuhnya memenuhi kedua prinsip economic growth and efficiency. Kemudian, berdasarkan analisis antara kebijakan tarif 0% dengan kebijakan BMDTP yang sudah mengalami penyempurnaan di hampir setiap tahapan, kebijakan BMDTP yang sudah mendapatkan penyempurnaan merupakan kebijakan yang paling mendekati kebijakan pajak yang baik karena dapat mendukung perekonomian nasional tanpa ada pihak yang dirugikan.

This study aims to evaluate the policy of government-borne import duties on commercial aircraft part in Indonesia in terms of the simplicity principle and economic growth and efficiency principle. This study also aims to give alternative for import duties policy which can support airlines industries. This is a descripitive quantitive research using in-depth interview with informan. The study design used in this research is survey method by using a questionnaire.
The result of this study indicate that in terms of the simplicity principle, the policy of government-borne import duties is not fully meet the simplicity principle. In terms of the economic growth and efficiency principle, the policy of government-borne import duties is not fully meet the economic growth and efficiency principle. Then, based on analysis between 0% tariff policy with the policy of government-borne import duties that has improvements in nearly every stage, the policy of government-borne import duties that has improvements is the good tax policy as it supports the national economy."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Setia Ning Tyas
"Meningkatnya kegiatan operasi penerbangan di Indonesia juga meningkatkan kebutuhan perawatan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang. Pemeliharaan pesawat terbang tersebut lebih besar dilakukan di luar Indonesia dikarenakan suku cadang pesawat tidak tersedia di Indonesia. Hal tersebut menimbulkan kegiatan re-impor mesin pesawat yang akan diperbaiki antara Indonesia dengan negara luar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan fasilitas re-impor perbaikan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang di Indonesia untuk meningkatkan kualitas penerbangan di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada analisis dari penerapan kebijakan fasilitas re-impor yang perbaikan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang. Penelitian ini juga membahas terkait hambatan-hambatan yang dimiliki baik saat proses hingga implementasi dari kebijakan fasilitas re-impor perbaikan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak semua maskapai menggunakan kebijakan fasilitas re-impor. Akan tetapi, terdapat peningkatan pengguna fasilitas tersebut oleh maskapai yang ada di Indonesia. Hambatan yang muncul yaitu waktu pengecekan dan penelitian dokumen dan fisik sangat lama. Selain itu, adanya kesalahpahaman antar instansi atas suku cadang yang akan diberikan fasilitas re-impor dan belum maksimalnya sistem untuk memudahkan transfer dokumen dalam pengecekan.

Increased flight operations activities in Indonesia also increase the need for aircraft maintenance and / or maintenance. Maintenance of these aircraft is mostly carried out outside Indonesia because aircraft spare parts are not available in Indonesia. This has led to the re-import of aircraft engines which will be repaired between Indonesia and foreign countries. This study aims to analyze the policy of aircraft repair and / or maintenance re-import facilities in Indonesia to improve the quality of flights in Indonesia. This study focuses on the analysis of the application of the re-import facility policy which repairs and / or maintains aircraft. This research also discusses the obstacles that are owned during the process to the implementation of the re-import facility policy for aircraft repair and / or maintenance. This research uses qualitative research with descriptive research type. The results of this study indicate that not all airlines use the re-import facility policy. However, there has been an increase in the users of these facilities by airlines in Indonesia. The obstacles that arise are the very long time for checking and examining documents and physical. In addition, there is a misunderstanding between agencies regarding the spare parts that will be provided with re-import facilities and the system is not yet maximized to facilitate documents transfer in checking."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtar Ibrahim
"Industri pesawat tempur termasuk industri strategis untuk menjaga pertahanan Indonesia sebagai negara maritim. Terdapat kendala, seperti teknologi terbatas, pendanaan kecil, dan prosedur pengadaan yang tidak jelas. Sehingga pengembangan yang berlandaskan pada strategi harus diimplementasikan pada industri strategis pesawat tempur agar dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi bisa tertata rapi dan mencapai hasil yang maksimal demi kemandirian industri strategis pesawat tempur. Studi ini bertujuan menjelaskan pengembangan industri strategis pesawat tempur guna mendukung TNI angkatan laut terhadap pertahanan negara di perbatasan maritim. Penelitian ini termasuk studi kualitatif dengan model explanatory. Temuan pertama, tahap perencanaan dan pelaksanaan pengembangan industri pesawat tempur dalam negeri dapat mendukung TNI AL dalam menjaga pertahanan negara di perbatasan maritim. Dalam tahap perencanaan, TNI AL dapat terlibat secara langsung dalam setiap aktivitas seperti: memasang target industri, menyiapkan SDM, menyiapkan anggaran, dan menyediakan bahan baku. Pada tahap pengembangan, TNI AL dapat dilibatkan secara langsung dalam kegiatan seperti penerapan kedisiplinan waktu dan kualitas produk, penanganan masalah selama produksi, dan melakukan pengawasan selama produksi. Temuan kedua, upaya strategi yang perlu dilakukan agar dapat memproduksi pesawat tempur secara mandiri adalah perlu adanya keputusan strategis dari elite, perlu adanya kajian mendalam mengenai jenis pesawat tempur yang akan disasar.

The fighter aircraft industry is a strategic industry to maintain Indonesia's defense as a maritime country. There are obstacles, such as limited technology, low costs, and unclear procurement procedures. So that development based on strategy must be implemented in the fighter aircraft industry strategy so that planning, implementation, and evaluation can be neatly arranged and achieve maximum results for the sake of the independence of the fighter industry. This study aims to explain the development of a fighter aircraft industry strategy to support the Indonesian Navy for national defense on maritime borders. This study is qualitative and employs an explanation model. The first finding is that the planning and development stages of the domestic fighter aircraft industry can support the Indonesian Navy in maintaining national defense on maritime borders. In the planning stage, the TNI AL can be directly involved in every activity such as: setting up target industries, preparing human resources, preparing budgets, and providing raw materials. At the development stage, the Indonesian Navy can be directly involved in activities such as applying time discipline and product quality, handling problems during production, and conducting supervision during production. The second finding, the strategic effort that needs to be carried out in order to be able to produce fighter aircraft independently is the need for strategic decisions from the elite, the need for in-depth studies regarding the type of fighter aircraft to be targeted"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Hidayat
"ABSTRAK
Beban yang terjadi pada main landing gear saat touchdown impact merupakan fungsi dari berat pesawat dikalikan dengan ground reaction load factor. Pada CASR Part 23.473 Ground Load Conditions and Assumptions disebutkan bahwa nilai ground reaction load factor berada antara 2 s/d 2.67 dan harus dibuktikan dengan Landing Gear Drop Test LGDT . Dari simulasi dengan kecepatan jatuh vsink 1.7 m/detik dan beban 22 kN diperoleh gaya kontak/impak yang terjadi pada simulasi menggunakan perangkat lunak MSC ADAMS sebesar 73.65 kN, sedangkan menggunakan perangkat lunak Solidworks Motion Analysis sebesar 74.47 kN. Hasil pengujian eksperimental diperoleh gaya kontak/impak sebesar 73.61 kN. Untuk mendapatkan ground reaction load factor dibawah 3 pada vsink = 3.05 m/detik, maka harus menggunakan rubber damper dengan stiffness antara 2000 - 2100 N/mm dan tekanan roda antara 60 - 65 psi.

ABSTRACT
Loads at main landing gear while touchdown impact is function of aircraft weight and ground reaction load factor. In regulation CASR Part 23.473 states ground reaction load factor at vsink 3.05 m s is between 2 to 2.67 and must be proven by Landing Gear Drop Test LGDT . From simulation with vsink 1.7 m s and load 22 kN obtained contact impact force that ensue in MSC ADAMS is 73.65 kN and Solidworks Motion Analysis is 74.47 kN, while from experimental is 73.61 kN. To obtain ground reaction load factor below 3 in vsink 3.05 m s, rubber damper stiffness have to 2000 2100 N mm and tire pressure between 60 65 psi."
2016
T47938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>