Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoga Himawan
"Perkembangan teknologi memungkinkan musisi untuk memproduksi dan mendistribusikan karya mereka menjadi lebih mudah. Kemunculan agregator musik sebagai distributor karya rekam musik juga turut memudahkan musisi untuk mempublikasikan karya mereka. Akan tetapi, kemudahan dalam melakukan produksi dan mendistribusikan musik justru menyebabkan Perpustakaan Nasional mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengidentifikasi publikasi karya rekam musik Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Perpustakaan Nasional perlu untuk menghimpun karya rekam yang dipublikasikan melalui agregator musik dan strategi apa yang diperlukan untuk menghimpun karya rekam musik di tengah perubahan lanskap industri musik. Penelitian dilakukan dengan metode tinjauan literatur integratif, dimana penulis dapat mengambil perspektif dari bidang ilmu lain yang dapat membawa khazanah baru dalam bidang ilmu yang digeluti. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa banyak musisi nasional yang menggunakan layanan agregator musik, khususnya para musisi dari label independen dan musisi mandiri. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara perpustakaan dengan agregator musik dengan tujuan untuk saling berbagi metadata musik yang dihasilkan para musisi Indonesia.

Technology enables musicians to produce and distribute their works more easily. As the result of technological developments, music aggregators, have increased the number of independent musicians. However, by working independently, their work becomes difficult to be identified and obtained by the National Library of Indonesia in the context of implementing the Legal Deposit Acts. The emergence of music aggregators as distributors of recorded music also makes it easier for musicians to publish their works. However, the ease of producing and distributing music has made it difficult for the National Library to obtain and find publications of Indonesian music records. The purpose of this research is to find out whether the National Library needs to collect works collected through music aggregators and what strategies are needed to collect recorded music amid the changing landscape of the music industry. This research is carried out through integrative literature review, this method usually used to combine perspectives and insight from different fields. The results of this study indicate that many national musicians use music aggregator services, especially independent musicians. Therefore, a collaboration between libraries and music aggregators is needed to share music metadata produced by Indonesian musicians."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Putra Prawira
"Perkembangan teknologi yang pesat melahirkan banyak ide dan kreatifitas ke dalam sebuah proses produksi musik. Lirik lagu tidak lagi dibutuhkan untuk menikmati sebuah lagu. Melainkan, harmonisasi sebuah melodilah yang menciptakan emosi yang membentuk sebuah karakter atau identitas dari sebuah lagu. Sampling adalah sebuah teknik yang sangat penting dalam sebuah produksi musik, yang merupakan sebuah proses menggabungkan beberapa suara dari sumber eksternal ke dalam sebuah lagu baru. Sumber eksternal yang dimaksud dalam hal ini beberapa diantaranya adalah: ketukan drum, petikan chorus, ataupun cuplikan-cuplikan suara yang diambil dari beberapa media seperti lagu dari seniman lain.
Akan tetapi, sampling juga memicu beberapa permasalahan ke dalam industri musik, khususnya dalam hal etis dan hukum. Beberapa orang menganggap bahwa sampling adalah sebuah bentuk pencurian, namun sebagian besar lainnya menganggap bahwa sampling adalah sebuah bentuk untuk menghormati akan karya seniman lain. Terlepas dari hal ini, sampling masih menjadi sebuah hal yang lumrah di kalangan pencipta lagu karena teknik ini membantu para seniman untuk menggabungkan genre musik yang berbeda ke dalam satu wadah untuk menciptakan suara yang unik dan berkarakter ke dalam karyanya. Masalah dalam hukum seolah-olah terlupakan, karena wadah seperti TikTok maupung WhoSampled mendorong dan memudahkan penggunanya untuk melakukan teknik sampling, sehingga membuka transparansi dan aksesibilitas. Akibatnya, sampling menjadi sebuah alat yang sangat penting dalam menciptakan sebuah inovasi, terlepas dari segala kontroversinya dalam hal memicu perdebatan dan hak cipta dalam industri musik.

The progressive improvement in technology breathes new ideas and creativity in music production. Lyrics are no longer mandatory to enjoy a song. Instead it is the harmonisation where it creates significant emotions in shaping the song’s identity. Sampling is one of the fundamental techniques in music production, which involves incorporating audio sections from external sources into a new song. These external sources might include drum beats, choruses, or snippets from a variety of media, such as songs by another artist.
However, sampling also introduces new complications to the industry, such as ethical and legal issues. Some might argue that sampling is a form of theft, while others may see this as a form of paying homage to a more incredible artist. Regardless, sampling is still thriving as it helps songmakers merge various music genres, creating unique sounds and characters for the tracks. Legal challenges seem to be ignored, as platforms such as TikTok and WhoSampled are dramatizing their users on the sampling practices, which makes it more accessible and transparent. As a result, sampling becomes a tool for music innovation, despite its controversies in creating debates and legal disputes within the industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Arindya Laksmidewi Marghaputra
"Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk menjaga jarak menjadi tantangan bagi industri hiburan musik. Konser tur antar negara, temu penggemar dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh brand industri musik untuk membentuk pengalaman audiens terpaksa harus ditiadakan. Dalam menghadapi kondisi ini, para pemasar industri hiburan musik memanfaatkan teknologi dan membuat konser virtual sebagai bentuk strategi experiential marketing. Tulisan ini akan menganalisis apakah konser virtual telah memenuhi pilar keberhasilan strategi experiential marketing dibandingkan dengan konser offline. Terdapat sebelas pilar keberhasilan experiential marketing yakni remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable dan believable. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus komparatif dengan membandingkan satu variabel pada dua sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda. Dalam pengaplikasiannya, konser virtual maupun konser offline memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Teknologi augmented reality dan grafis 3D dalam konser virtual menciptakan pengalaman unik melalui efek panggung seolah-olah visual tersebut nyata, sehingga tercipta pengalaman mendalam yang dimana secara psikologis audiens merasa menjadi bagian dari lingkungan virtual tersebut sehingga timbul perasaan nyata ‘berada disana’. Namun, teknologi tidak dapat menggantikan pengalaman yang didapat melalui interaksi tatap muka. Teknologi justru menciptakan cara interaksi baru dan pengalaman unik yang berbeda dari interaksi langsung.

Covid-19 pandemic forces us to practice physical distancing. This condition leads to a new challenge, especially for the music entertainment industry. Many activities that build the audience's experience such as world tour concerts and fan meetings had to be eliminated. In facing this challenge, music industry marketers take advantage of technology and create virtual concerts as a form of experiential marketing strategy. This study aims to analyze whether virtual concerts have met the pillars of successful experiential marketing strategy compared to offline concerts. There are eleven pillars of experiential marketing such as remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable, and believable. The research method used is a comparative case study, comparing one variable in two different samples or at different times. Study results revealed that both virtual concerts and offline concerts have their respective advantages and disadvantages. Augmented reality technology and 3D graphics used in virtual concerts create a unique experience through stage effects as if the visuals are real, this visualization creating an immersive experience where the audience psychologically become one with the virtual environment and a sense of "being there" arises. However, technology cannot replace the experiences gained through face-to-face interactions. Instead, technology creates a new way of interacting and a unique audience experience. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Giantra Rizky Barata
"Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memunculkan media internet yang mengubah dunia. Media digital ini telah mengubah sebagian besar sistem dalam perindustrian, termasuk industri musik. Fitur dan teknologi yang dimiliki media baru ini memberikan kemudahan bagi masyarakat, tetapi juga menjadi ancaman bagi industri beserta pelaku di dalamnya. Tidak hanya di negara-negara asing, kemudahan yang didapatkan oleh masyarakat juga membuat pengunduhan ilegal menjadi fenomena yang marak di Indonesia. Namun saat ini perkembangan teknologi sekali lagi telah menciptakan sebuah sistem baru untuk masyarakat dapat menikmati produk musik secara legal dalam bentuk layanan streaming musik berlangganan. Walaupun sebagian masyarakat menganggap sistem yang masih baru ini masih memiliki banyak kekurangan, legalitas dan keefisienan biaya menjadi aspek-aspek penting yang membuat layanan ini dianggap dapat menjadi solusi bagi pembajakan musik digital.

The advancement of Information and Communication Technology (ICT) has emerged the internet media which changed the world. This digital media has changed most of the industrial system, including the music industry. The features and technology owned by this new media provides convenience for the community, but also doubles as a threat for the industry as well as actors inside. Not only in countries abroad, the convenience available for the people leads to illegal downloading has become a massive phenomenon in Indonesia. But once again the technological advancement now has created a new system for the people, to be able to enjoy music legally in the form of subscription-based music streaming service. Although some people think this new system still has its inadequacy, legality and cost efficiency has become important aspects which makes the service considered to be the solution for digital music piracy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Mandira Sugandi
"Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah mendorong perubahan strategi dan model bisnis di industri musik Indonesia. Internet of Things mengubah industri secara lebih dinamis dengan munculnya perkembangan teknologi dalam produksi, distribusi, dan konsumsi produk musik. Layanan streaming digital dan jejaring media sosial sangat memengaruhi semua aspek dalam bisnis. Meskipun penjualan produk musik fisik telah jatuh dan label rekaman sedang berjuang mengadaptasi bisnis mereka dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak peluang terbuka bagi artis independen untuk tumbuh dengan perubahan teknologi. Artis independen sekarang direkomendasikan untuk mendiversifikasi kegiatan bisnis secara independen dari fokus utama tradisional mereka pada kreativitas dan komposisi musik. Tantangan ini perlu dipahami secara integral, sehingga diperlukan pengembangan model konseptual untuk menjelaskan tantangan tersebut akibat model bisnis musik artis independen di industri musik Indonesia. Pendekatan sistem dinamis dilakukan untuk menentukan kompleksitas sistem dalam model. Kerangka model konseptual dibuat dalam bentuk diagram lingkaran kausal, untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dalam menemukan titik ungkit bagi pelaku industri untuk beradaptasi.

Rapid development of information technology has driven changes in strategy and business model in Indonesian music industry. The Internet of Things transformed the industry more dynamically by the emergence of technological development in production, distribution and consumption of music products. Digital streaming services and social media networking are heavily affecting all of the aspects in the business. Although physical music product sales have been falling and record labels are struggling adapting their business in recent years, more opportunities are opened for independent artists to grow with the technological changes. Independent artists are now enabled and recommended to diversify business activities independently from their traditional main focus on creativity and music composition. This challenge needs to be understood integrally, so the development of a conceptual model is needed to explain the challenge due to the music business model of independent artist in Indonesian music industry. System dynamics approach is conducted to specify the complexity of the system in the model. The framework of the conceptual model is created in the form of a causal loop diagram, in order to give better understanding in finding the leverage point for the industry actors to adapt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limisgy Ramadhina Febirautami
"Industri musik di Indonesia merupakan salah satu prioritas utama oleh Badan Ekonomi Kreatif BEKRAF untuk ditingkatkan daya saingnya. Dalam meningkatkan daya saingnya, industri musik dihadapi dengan tantangan utama yaitu sumber daya manusia yang kurang memadai serta pemanfaatan pasar yang belum optimal. Oleh karena itu, industri musik di Indonesia perlu mengembangkan strategi terbaru untuk menghadapi tantangan tersebut. Seiring berkembangnya teknologi di industri musik, data terkait musik seperti tangga lagu, fitur audio, serta lirik lagu semakin mudah didapatkan. Data tersebut berpotensi memberikan informasi penting dan karakteristik terkait lagu yang sedang tren dan diminati oleh masyarakat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lagu yang populer atau diminati oleh masyarakat Indonesia menggunakan music mining. Penentuan karakteristik dilakukan dengan mengklasifikasikan lagu keseluruhan, lagu lokal, dan lagu internasional yang populer di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini, algoritme pohon keputusan C5.0 mampu memberikan karakteristik yang detail dan optimal untuk lagu keseluruhan, lagu lokal, dan lagu internasional dengan akurasi yang baik. Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan karakteristik yang dimiliki antara lagu secara keseluruhan, lagu lokal, dan lagu internasional yang berkaitan satu sama lain. Keterkaitan tersebut dapat digunakan menjadi strategi dan rekomendasi pelaku industri musik dalam memproduksi lagu yang sesuai dengan preferensi masyarakat.

Music industry is one of main priority to improve its competitiveness by BEKRAF. Music industry is faced by main challenges such as insufficient human resources and unoptimized market utilization. Thus, music industry in Indonesia needs to develop new strategy to handle the challenges. Nowadays, the developing of technology in music industry data related to music, e.g. top charts, audio features, and song lyric are easily obtained. Those data are potential to give important information and characteristics related to trending songs and songs preferred in Indonesia.
This study aims to know the characteristics of popular or preferred songs in Indonesia using music mining. Determining the characteristic was done by classifying overall songs, local songs, and international songs that are popular. Based on this study, C5.0 decision tree is able to give detail and optimal characteristics of overall songs, local songs, and international songs. There are some similarities and differences among them that are related to each other. Those relations among characteristics can be used to be the strategy and recommendation for music industry in producing songs that are preferred in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesilia Astri
"Industri musik Indonesia saat ini sangat berkembang pesat. Musisi~musisi dan band-band baru bermuneulan mewamai belantika musik Indonesia. Padahal jika kita mclihat I0 tahun ke belakang, lagu-lagu barat masih menguasai pasar musik Nasional. Namun keadaan sekarang berubah dimana saat ini musik Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Industri musik negeri kita tidak lagi didominasi oleh musisi yang itu-itu saja, saat ini banyak sekali musisi dan band-band baru yang ikut bersaing merebut hati para pendengar dengan menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan keinginan pasar.
Fenomena yang terjadi di industri musik Indonesia ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik dari industri musik sendiri, para musisi, pengamat bahkan para pendengar musik. Perkembangan yang pesat ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Terlebih dengan bermunculannya musisi dan band-band yang membawakan lagu-lagu yang bernuansa pop melayu dan mendayu-dayu clengan Iirik yang sangat lugas dan apa adanya. Puitis sudah tidak diminati Iagi oleh para musisi dan band-band baru ini. Notasi lagu pun sangat ringan dengan penggunaan kunci-kunci yang sederhana. Scbagian orang menganggap bahwa ini adalah kernunduran musik Indonesia, namun sebagian lagi menganggap bahwa ini adalah variasi bermusik, musik bersitat universal sehingga apapun warna musiknya itu sah-sah saja selama ilu diminati.
Namun bagaimanakah proses hingga akhirnya musik pop melayu dan mendayu berhasil mendominasi pasar musik Indonesia saat ini dan berhasil menelurkan banyak musisi dan band-band yang ikut memeriahkan kancah musik Indonesia?, make. penelitian ini mengangkat tentang fenomena dalam Industri musik Indonesia. Bagaimana musik-musik pop melayu, bertema ringan dan mendayu-dayu dapat menjadi raja di hati masyarakat negeri, padahal kontroversi yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Ujung tombak dari keberhasilan musisi dan band-band tentu tidak terlepas dari proses publikasi dan promosi yang diterapkan. Dengan promosi yang gencar maka masyarakat dapat mengetahui lagu-lagu yang saat ini bam dinlis dan dapat dengan cepat akrab di telinga pendengar. Faktor yang paling penting adalah media massa yang menyebarkan lagu-lagu tersebut kepada pemirsa. Dcnganjangkauan yang luas di masyarakat dan frekuensi pemutaran yang berulang-ulang akan mernbangun awareness masyarakat akan lagu-lagu baru yang kemudian mcmbentuk selera masyarakat dan menciptakan trend. Dari sinilah popularitas sang musisi dan band-band terbentuk, basil akhimya adalah peningkatan penjualan terhadap produk musik dan mcmbuka peluang lebih besar dalam dunia entertainment.

Today musics industries in Indonesia are rapidly developed. Newly-formed bands and musicians showed to flourish the world’s of Indonesian musics. Whereas. back to 10 years ago, westem songs were controlled the market of national musics. However, the time has changed where Indonesian music has become the master in its own territory. The industry of our domestic musics are no longer dominated by common musicians, currently there are a vast majority of new bands and musicians that tightly competing for their audiences in producing marketable and reasonable songs.
The current phenomenon in Indonesian music industry has been paid huge attention by music industry itselfi musicians, observers and even music listeners. This highly rapid development is causing pros and cons in the population. Moreover, with emerging of musicians and bands on slow and Pop-Malay musics with simple and to the point lyrics. Poetical is no longer interested by new bands and musicians. Song notation is very light with using simple keys. Partly, people think that this is a setback for Indonesian musics, however, the remaining are thinks that this is a variety of musics, music as a universal language, and it is very acceptable that this kind of music is intriguing.
However, what is the process for slow and Pop-Malay musics can dominating current Indonesian musics and has succeeded to produce many musicians and bands to enliven Indonesian music industry ? So, this study is to review the phenomenon in Indonesian music industry. How can slow, Pop-Malay musics become the king in the heart of Indonesian people, whereas there are so many controversies in this kind of musics.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sevirandizka Sawitri
"Music Tourism, or the act of visiting other cities or even other countries to see live music performances, has now become a more common thing to do. Yet, it rsquo;s effect on tourism industry is not many scholars rsquo; concern. Hence, this study attempts to analyze the effect of international music concerts and music festivals on tourism industry in Indonesia by conducting an empirical study on Jakarta rsquo;s inbound tourism data from 2015 to 2017. Using Random Effect Model regression, this study shows an interesting finding. The result shows that economic factors affecting inbound tourism demand don 39;t significantly affect inbound tourism. On the other hand, the non-economic factors proved to be statistically significant, including the variables of interest. However, further studies with better quality of data are needed to give a stronger evidence on the relationship between music and tourism industry.

Music Tourism, atau kegiatan mengunjungi kota negara lain untuk melihat pertunjukan musik, dewasa ini sudah menjadi hal yang marak dilakukan. Akan tetapi, studi terhadap dampak dari kegiatan ini terhadap industri pariwisata belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk menganalisa efek konser musik konser festival di Indonesia dengan melakukan studi empiris terhadap data jumlah wisatawan mancanegara di Jakarta dari tahun 2015 ndash 2017. Dengan menggunakan regresi Random Effect Model, studi ini menunjukan hasil yang menarik. Faktor ekonomi penentu permintaan pariwisata terbukti tidak memiliki efek signifikan terhadap industri pariwisata. Sebaliknya, faktor non ekonomi memiliki efek yang signifikan. Kendatipun begitu, masih perlu dilakukan studi lebih lanjut menggunakan data dengan kualitas yang lebih baik untuk memberikan bukti yang lebih kuat terkait hubungan antara industri musik dan industri pariwisata."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellarini
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan utuk memetakan industri jasa promotor musik di Indonesia dengan menggunakan pendekatan S-C-P secara kualitatif dengan metode deskriptif-analitis. Dalam penelitian ini, dilakukan juga pemetaan dari industri jasa promotor musik sehingga ekosistem dari industri dan pemangku kepentingan di industri bisa diidentifikasi.
Pada industri jasa promotor musik, diketahui bahwa struktur pasarnya adalah pasar persaingan monopolistik, dengan produk yang terdiferensiasi serta adanya kompetisi harga dan non-harga. Kinerja industri jasa promotor musik juga meningkat setiap tahunnya dan kinerja mempengaruhi struktur dan perilaku, sehingga analisa S-C-P yang digunakan dalam industri ini adalah analisa S-C-P yang dinamis.

ABSTRACT
The purpose of this research if to scheming the music promoter industry in Indonesia with S-C-P analyses approach with qualitavie, descrptive-analysis method. The ecosystem of the industry is being captured and researcher can identify who is the stakeholders of the industry.
In the music promoter industry, the market structure is a monopolistic competition with product differentiation and price or non-price competition among firm. The performance in the industry is growing rapidly every year. The performance of this industry is affecting the structure and conduct, therefore the best S-C-P analysis to analyze this industry is the dynamic S-C-P analysis."
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>