Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosalina
"Terdiagnosis kanker membuat seseorang merasa tidak berdaya. Spiritualitas dibutuhkan dalam menangani kanker yang merupakan penyakit terminal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spiritualitas pasien kanker dan meng identifikasi hubungan karakteristik individu serta keparahan penyakit. Sampel penelitian cross sectional ini berjumlah total 171responden dengan menggunakan kuesioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES).
Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dan analisis bivariat korelasi. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagian besar aspek spiritualitas pasien kanker di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah baik dilihat dari hasil nilai mean kumulatif 75,8%. Secara umum keseluruhan variabel karakteristik responden dan karakteristik penyakit tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap skoring spiritualitas, kecuali pada variabel usia (t = -2,80; p= 0,006 < 0,05), tingkat pendidikan (t = -2,26; p= 0,02 < 0,05), status perkawinan (t =-2,1; p= 0,03< 0,05), tinggal bersama pasangan (t = -2,4; p= 0,01 < 0,05), dan suka bersosialisasi (t =2,3; p= 0,02 < 0,05) mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna dari variabel tersebut terhadap skoring spiritualitas.
Hasil penelitian ini akan membantu pengembangan pelayanan khususnya dalam meberian asuhan keperawatan yang holistik. Rekomendasi penelitian selanjutnya dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup pada pasien kanker.

Being diagnosed with cancer makes a person feel helpless. Spirituality is needed in dealing with cancer which is a terminal disease. This study aims to identify the spirituality of cancer patients and identify the relationship between individual characteristics and disease severity. This cross-sectional research sample totaled 171 respondents using the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) questionnaire.
This study applied a non-probability sampling technique and bivariate correlation analysis. This study concludes that most aspects of the spirituality of cancer patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Public Hospital are good, judging from the cumulative mean score of 75.8%. In general, the variables of respondent characteristics and disease characteristics do not have a significant relationship with spirituality scoring, except for the variable age (t = -2,80; p= 0,006 < 0,05), education level (t = -2,26; p= 0,02 < 0,05), marital status (t =-2,1; p= 0,03< 0,05), living with spouse (t = -2,4; p= 0,01 < 0,05), and socializing (t =2,3; p= 0,02 < 0,05) get the results that there is a significant relationship of these variables to spirituality scoring.
The results of this study will assist the development of services, especially in providing holistic nursing care. The further research recommendation from this study is to identify the relationship of spirituality with quality of life in cancer patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novri Andini
"Kanker dan efek dari pengobatan dapat menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup merupakan salah satu parameter keberhasilan intervensi keperawatan pada penyakit kronik seperti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor karakteristik individu dan penyakit dengan kualitas hidup pasien kanker. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 110 pasien kanker yang didapatkan melalui teknik consecutive sampling dan diambil di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah Functional Assessment Of Cancer Therapy-General (FACT-G). Penelitian ini menyimpulkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status penghasilan, stadium kanker dan nyeri dengan kualitas hidup nilai (p < I± = 0.05). Riset ini merekomendasikan perlunya deteksi dini pada penyakit kanker agar dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien kanker.

Cancer and the effects of treatment may cause various effects on the patients daily life and quality of life. The Quality of life is one of the parameters of nursing interventions on chronic diseases, especially cancer. This research aims to determine the relationship between individual and disease characteristics with quality of life in cancer patients. This research used a cross-sectional design involving 110 cancer patients through consecutive sampling at Gatot Soebroto Army Hospital, Jakarta. Instruments used in this research is Functional Assessment Cancer Of Therapy-General (FACT-G). The results showed that there was a significant relationship between age, education, employment, income, cancer stage and pain with quality of life (p < I± = 0.05). This research suggested to take early detection on cancer to improve the quality of life of cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Yanti
"Spiritualitas memberikan konstribusi positif pada pasien kanker. Tujuan penelitian yaitu untuk melihat hubungan tingkat spiritualitas dengan cemas dan depresi pada pasien kanker yang beragama Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien kanker yang berjumlah 120 pasien dengan tekhnik consecutive sampling di rumah sakit Fatmawati Jakarta. Instrument yang digunakan dengan menggunakan instrument kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Beck Depression Inventory II (BDI) Daily Spiritual Experince Scale (DSES). Hasil penelitian ini diperoleh terdapat hubungan yang bermakna pada spiritualitas dengan kecemasan dan depresi (p <0,05). Kesimpulan: spiritualitas yang tinggi mengalami tingkat kecemasan ringan dengan nilai OR: 2,203. Spiritual juga menjadi faktor resiko untuk terjadinya depresi.

Spirituality makes a positive contribution to cancer patients. The aim of the research is to see the relationship between the level of spirituality and anxiety and depression in Muslim cancer patients. This research is a quantitative research with a cross sectional design. The research population was 120 cancer patients with a consecutive sampling technique at Fatmawati Hospital, Jakarta. The instruments used were the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Beck Depression Inventory II (BDI) and Daily Spiritual Experience Scale (DSES).. The conclusion was that high levels of spirituality experienced mild levels of anxiety, whereas patients with low levels of spirituality experienced severe levels of anxiety with OR: 2.203. Spirituality is also risk factor for depression.."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heltty
"ABSTRAK
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel akibat adanya kerusakan gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Kanker dapat menyebabkan kematian.
Kemoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan kanker yang dapat menimbulkan
berbagai efek samping, diantaranya adalah anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
Penelitian- penelitian yang sudah ada menyebutkan bahwa kacang hijau dapat mengatasi
anemia, dimana kacang hijau mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukkan dan maturasi sel-sel darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
jus kacang hijau terhadap kadar hemoglobin dan jumlah sel darah (eritrosis, leukosit,
dan trombosit) dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan kemoterapi di
RSUP Fatmawati Jakarta. Disain penelitian ini adalah kuasi- eksperimen dengan tipe
nonequivalent control group design pre dan post test. Jumlah sampel sebanyak 56
responden (28 responden kelompok intervensi yang mendapat jus kacang hijau selama
tujuh hari dengan pemberian dua cangkir perhari, setiap cangkir berisi 250 cc dan 28
responden kelompok kontrol yang tidak mendapat jus kacang hijau). Sampel diperoleh
dengan menggunakan simple random sampling. Evaluasi kadar hemoglobin dan jumlah
sel darah dilakukan setelah pemberian jus kacang hijau yaitu di hari kedelapan baik pada
kelompok intervensi maupun kontrol. Hasil penelitian diperoleh adanya peningkatan
kadar hemoglobin dan sel darah pada kelompok intervensi (p=0,000), artinya bahwa
pemberian jus kacang hijau pada pasien kanker dengan kemoterapi berpengaruh
terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah. Penelitian ini dapat
memperkaya keilmuan keperawatan dimana dapat dijadikan sebagai intervensi
keperawatan dalam penatalaksanaan pasien kanker dengan kemoterapi. Rekomendasi
hasil penelitian ini perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar, berbagai derajat keganasan, memperhatikan adanya penyakit penyerta, dosis obat
kemoterapi, dan perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap pengambilan serta analisa
sampel darah.

ABSTRACT
Cancer is abnormal growth of cells due to destruction of genes that control growth and
differentiation of cells. Cancer is a leading disease, cause of death. Chemotherapy is one
of the cancer treatment that could provide many side effects, such as anemia, leucopenia,
and thrombocytopenia. The purpose of this study is to explore the effect of mung bean
juice on the level of hemoglobin and the number of blood cells (erythrocyte, leukocyte,
and platelet) in cancer patients who got chemotherapy treatment at Fatmawati General
Hospital, Jakarta. The design was a quasi experimental using a non equivalent control
group with pre and post test approach. A simple random sampling was employed and 56
subjects were obtained in this study, divided into two groups (the intervention group got
mung bean juice for seven days; and, the control group did not mung bean juice). The
level of hemoglobin and blood cells counts were evaluated on the eighth day.The finding
showed that there were an increasing the level of hemoglobin and blood cells in
intervention group (p= 0,000), meaning that mung bean juice has an effect in increasing
level of hemoglobin and blood cells counts in cancer patients with chemotherapy. This
study can enrich nursing science and can be used as an nursing intervention in
management of cancer patients with chemotherapy. It is recommended to conduct
further research using more samples, various of ferocity level, accompanying disease,
chemotherapy dose, and strict controlling in test and analysis blood sample."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Syari
"Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terapi rivaroxabanmemiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan terapi kombinasi UFH warfarin untuk pengobatan trombosis vena dalam deep vein thrombosis/DVT . Akan tetapi,masih sedikit dokter di RS Kanker Dharmais yang memberikan terapi rivaroxabanuntuk pengobatan DVT. Penelitian evaluasi ekonomi parsial ini bertujuan untukmenganalisis efektivitas/outcome dan besarnya biaya yang dibutuhkan dari perspektifrumah sakit antara pemberian terapi rivaroxaban dan terapi kombinasi UFH warfarin untuk pengobatan DVT pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun2016 -; 2018.
Karena keterbatasan jumlah pasien yang mendapatkan terapi rivaroxabanselama 3 - 6 bulan, studi ini menganalisis biaya dan efektivitas/outcome dari pasienyang mendapatkan terapi selama 1 bulan. Efektivitas/outcome yang diukur adalahintermediate outcome, yang meliputi lama hari rawat, kesembuhan, dan kejadianperdarahan. Biaya dihitung berdasarkan biaya yang dibebankan kepada pasien charge ,yang meliputi biaya obat, pemeriksaan penunjang, tindakan, serta administrasi danakomodasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk efektivitas/outcome terapi rivaroxaban, sebagian besar pasien tidak mendapatkan perawatan rawat inap, 40 pasien dinyatakan sembuh dari DVT, dan tidak ada pasien yang mengalami kejadian perdarahan. Rata-rata biaya terapi rivaroxaban hingga mencapai outcome yang diharapkan adalah Rp 8.824.791,00. Untuk efektivitas/outcome terapi kombinasi UFH warfarin, sebagian besar pasien memiliki lama hari rawat antara 8 -; 14 hari, 46 pasien dinyatakan sembuh dari DVT, dan tidak ada pasien yang mengalami kejadian perdarahan. Rata-rata biaya terapi kombinasi UFH warfarin hingga mencapai outcome yang diharapkan adalah Rp 13.201.698,00.

Based on previous studies, rivaroxaban therapy has several advantages compared to combination therapy UFH warfarin for the treatment of deep vein thrombosis DVT. However, the use of rivaroxaban in Dharmais Cancer Hospital is still low. This partial economic evaluation study aims to analyze cost and consequence of rivaroxaban therapy and combination therapy UFH warfarin for DVT treatment in cancer patients at the Dharmais Cancer Hospital during 2016 - 2018. Data collection was done using cohort retrospective and individual unit of analysis.
Due to limited number ofpatient treated with rivaroxaban therapy within 3 - 6 months, we estimated the cost and consequence related to patients who were successfully treated in one month. The consequence was the intermediate outcome, i.e length of stay, recovery, and the occurrence of bleeding. The cost was calculated based on hospital perspective including drugs, laboratory tests, procedures, as well as the administrative and accommodation costs.
The results showed that patients with rivaroxaban therapy were not admitted to inpatient care, 40 of patients were recovered from DVT, and none of the patients experienced bleeding. The average cost of rivaroxaban therapy to reach the expected outcome was Rp 8,824,791.00. The study also showed that the outcome of combination therapy UFH warfarin were length of stay between 8 to 14 days, 46 of patients were recovered from DVT, and none of the patients experienced bleeding. The average cost of combination therapy UFH warfarin to reach the expected outcome was Rp 13,201,698.00.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Kodrat
"Pendahuluan: Pada penderita kanker selalu terjadi stres oksidatif yang ditandai dengan kadar MDA (malondialdehyde) yang tinggi dan aktivitas katalase yang rendah. Kanker terjadi karena ketidakseimbangan antara proses proliferasi sel dengan apoptosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara apoptosis dengan kadar MDA dan aktivitas antioksidan enzimatik katalase pada pasien kanker leher rahim stadium lokal lanjut.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross sectional terhadap 16 pasien kanker leher rahim stadium lokal lanjut yang memenuhi kriteria inklusi dari Juli sampai Agustus 2013. Pengambilan darah pasien dilakukan sebelum radiasi dimulai. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas katalase dilakukan dengan metode spektrofotometri. Indeks apoptosis dilakukan dengan motode TUNEL.
Hasil: Didapatkan rerata indeks apoptosis sebesar 11,1 ± 0,59 sel; rerata kadar MDA serum sebesar 7,97 ± 0,26 nmol/mL dan rerata aktivitas katalase serum sebesar 0,98 ± 0,04 U/mL. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna (r=+0,51; p=0,043) antara indeks apoptosis dengan kadar MDA dan korelasi negatif lemah yang tidak bermakna (r=-0,02; p=0,94) dengan aktivitas katalase.
Kesimpulan: Pada penderita kanker leher rahim stadium lokal lanjut terjadi stres oksidatif yang ditandai dengan kadar MDA serum yang tinggi dan aktivitas katalase serum yang rendah dan terjadi peningkatan indeks apoptosis. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna antara indeks apoptosis dengan kadar MDA dan korelasi negatif lemah yang tidak bermakna dengan aktivitas katalase.

Introduction: Oxidative stress always occurs in cancer patient, which characterized with high level of Malondialdehyde (MDA) and low activity of catalase enzymatic antioxidant. Cancer occurs due to imbalance between cell proliferation and cell death due to apoptosis. The purpose of this study to determine the correlation between apoptosis with MDA level and catalase enzymatic antioxidant activity in patients with locally advanced cervical cancer.
Methods: This is a cross sectional study to 16 locally advanced cervical cancer patients who meet the inclusion criteria from July to August 2013. Blood sampling was done before patients began radiation. MDA level and catalase activity was measured by spectrophotometry. Apoptotic index was conducted by TUNEL method.
Results: The mean of apoptotic index is 11,1 ± 0,59 cell, the mean of serum MDA levels is 7.97 ± 0.26 2 nmol /mL, and the mean of serum catalase activity is 0.98 ± 0.04 U /mL. There was a significant moderate positive correlation (r = +0.51, p = 0.043) between the apoptotic index with serum MDA levels and a non-significant weak negative correlation (r = -0.02, p = 0.94) between the apoptotic index with serum catalase activity.
Conclusion: This study showed that oxidative stress occurs in patients with locally advanced cervical cancer, which characterized with high level of serum MDA and low activity of serum catalase. There is an increase in apoptotic index in patients with locally advanced cervical cancer. There was a significant moderate positive correlation between apoptotic index with MDA levels and a non-significant weak negative correlation with catalase activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Syabri Albana
"Tujuan: Untuk mengetahui gambaran tingkat Toksisitas Finansial dan kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga pada pasein kanker yang berobat menggunakan asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Instalasi Radioterapi pada Rumah Sakit pusat rujukan nasional di Indonesia.
Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan metode potong lintang, dilakukan wawancara pada pasien kanker yang telah selesai menjalani terapi radiasi dengan menggunakan kuesioner COST-FACIT untuk menilai Toksisitas Finansial, serta pengambilan data demografi, sosial ekonomi, status penyakit, serta pengaruh Toksisitas Finansial terhadap kebutuhan dasar rumah tangga dengan menggunakan formulir dan data sekunder rekam medis.
Hasil: Totat terdapat 105 pasien yang menyelesaikan pengisian kuesioner COST- FACIT. Delapan puluh tiga pasien (79%) mengalami Toksisitas Finansial, dimana 40 pasien (38,1%) mengalami Toksisitas Finansial Grade 1, 41 pasien (39%) Grade 2, dan 2 pasien (1,9%) pasien dengan Grade 3. Pada analisa univariat didapatkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, moda transportasi, indikasi radiasi, status covid, dan overall treatment times menjadi tujuh kategori yang secara signifikan berhubungan dengan Toksisitas Finansial, namun hanya jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang berhubungan signifikan pada analisa Multivariat. Pasien yang mengalami Toksisitas Finansial secara signifikan berhubungan dengan kesulitan dalam pembayaran energi, pembayaran perumahan, dan pembiayaan transportasi.
Kesimpulan: Pasien laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami Toksisitas Finansial dibandingkan dengan perempuan, dimana faktor pendidikan yang lebih rendah menjadi faktor yang bersama-sama dengan jenis kelamin menjadi prediktor terhadap nilai COST FACIT dalam menilai Toksisitas Finansial. Pasien- pasien yang mengalami Toksisitas Finansial juga akan mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga.

Purpose: To determine the level of Financial Toxicity and the ability to fulfill basic household needs in cancer patients seeking treatment using National Health Insurance (JKN) in Radiotherapy Installations at National Referral Center Hospitals in Indonesia.
Method: Descriptive analytical research using a cross-sectional method, interviews were conducted with cancer patients who had completed radiation therapy using the COST-FACIT questionnaire to assess Financial Toxicity, as well as collecting demographic, socio-economic data, disease status, and the influence of Financial Toxicity on basic needs household using forms and medical records.
Results: A total of 105 patients completed the COST-FACIT questionnaire. Eighty- three patients (79%) experienced Financial Toxicity, of which 40 patients (38.1%) experienced Grade 1 Financial Toxicity, 41 patients (39%) Grade 2, and 2 patients (1.9%) had Grade 3. In the univariate analysis, it was found that gender, education level, income level, mode of transportation, radiation indication, covid status, and overall treatment times were seven categories that were significantly related to Financial Toxicity, but only gender and education level were significantly related in the Multivariate analysis. . Patients experiencing Financial Toxicity were significantly associated with difficulties with energy payments, housing payments, and transportation financing.
Conclusion: Male patients have a higher risk of experiencing Financial Toxicity compared to women, where lower education is a factor that together with gender is a predictor of the COST FACIT value in assessing Financial Toxicity. Patients who experience Financial Toxicity will also experience difficulty in meeting basic household needs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Wirawan
"ABSTRAK
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat kompleks sehingga memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam diagnostik maupun terapi. Durasi penegakkan diagnosis dan terapi pada pasien kanker mempengaruhi hasil akhir pasien tersebut. Keterlambatan terapi dapat disebabkan oleh keterlambatan dokter dalam merujuk pada pelayanan kesehatan primer dan keterlambatan sistem pelayanan kesehatan pada proses penegakkan diagnosis dan dimulainya terapi definitif pada kanker. Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui data insidens keterlambatan terapi pada pasien kanker yang dirujuk ke Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo pada bulan Mei - Agustus 2015 serta mengevaluasi faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut. Terdapat 294 orang pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan tertulis. Pada keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter, dari 62 pasien yang dirujuk dari pelayanan kesehatan primer didapatkan 18 pasien (29%) mengalami keterlambatan rujukan. Keterlambatan diagnosis terjadi pada 78 pasien (26,5%). Sedangkan pada keterlambatan tindakan pengobatan terjadi pada 172 pasien (58,5%). Dari seluruh pasien didapatkan 132 pasien (45%) mengalami keterlambatan dokter dan sistem. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan adanyan hubungan yang signifikan antara keterlambatan rujukan (p<0,01), keterlambatan diagnosis (p<0,01) dan keterlambatan tindakan pengobatan (p<0,01) dengan keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan.

ABSTRACT
Cancer is a very complex disease that requires a multidisciplinary approach both in diagnostics and therapy. The duration of the diagnosis and treatment of cancer patients affect the outcome of these patients. Delay in treatment may be caused by the delay in referring physicians in primary health care and health care system delay in the commencement of the process of diagnosis and definitive therapy in cancer. This study was a descriptive analytical study using a mix of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of therapy delays in cancer patients who were referred to the Department of Radiotherapy RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo in May to August for 2015 and evaluate the factors that influence the delay. There were 294 patients included in this study after obtaining written consent. Doctor's delay due to delayed treatment, from 62 patients referred from primary health care is obtained for 18 patients (29%) experienced a delay in referral. Delay in diagnosis occurred in 78 patients (26.5%). While the delay in treatment action occurred in 172 patients (58.5%). From all patients had 132 patients (45%) experienced doctor and system delay. Statistical analysis showed a significant correlation between the reference delay (p <0.01), late diagnosis (p <0.01) and delays in treatment measures (p <0.01) with a delay due to delayed therapy and doctor system. The high number of delays in cancer therapy in this study was found as a result of delays doctor and systems, in particular on the delay in diagnosis and treatment.eterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Elisnawati
"Kelelahan (fatigue) kanker didefinisikan sebagai perasaan subjektif pasien kanker yang membuat stres akibat dari kelelahan yang terjadi berbeda dari rasa lelah biasa yang dialami oleh individu yang sehat. Sedangkan, mekanisme koping merupakan suatu cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi dan beradaptasi pada stresor yang ada. Hasil penelitian pada 96 pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kelelahan (fatigue) kanker dengan mekanisme koping pada pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais (p = 0,584, α = 0,05). Pengaruh budaya masyarakat Indonesia dalam mengahadapi stresor yang ada serta tidak seimbangnya perbedaan jenis kelamin responden dalam penelitian ini, pada akhirnya berdampak pada penggunaan koping ketika mengalami kelelahan (fatigue) kanker. Rumah Sakit Dharmais sebaiknya segera memberikan arahan kepada para perawat mengintervensi pasien kanker terkait dengan mekanisme koping dan kelelahan (fatigue).

Cancer-related fatigue is a subjective symptom experienced by patients that create stress as a result of the fatigue, which is different with other fatigue among healthy individuals. In another hand, coping mechanisms is used by individuals to confront and adapt the stressors. The result of the study in 96 cancer patients at "Rumah Sakit Dharmais" shows that there is no significant relationship between cancer-related fatigue with coping mechanisms (p = 0.584, α = 0.05). The influence of Indonesian culture to encountering stressors and imbalance of gender differences in this research, ultimately impact to coping which are used by respondents who are experiencing cancer-related fatigue. "Rumah Sakit Dharmais" should immediately provide nurses to intervene coping mechanisms and cancer-related fatigue among cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S62868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nur Komarudin
"Latar Belakang
Kanker ginekologi dan infeksi COVID-19 memiliki tingkat insidensi dan mortalitas yang tinggi di Indonesia serta berdampak pada aspek kesehatan, sosial, dan budaya. Kanker ginekologi dan infeksi COVID-19 memicu inflamasi yang dapat mengakibatkan ganguan multi-organ. Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan sebagai indikator keparahan untuk menilai inflamasi dan kerusakan organ. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas mengenai analisis kakteristik klinis dan hasil laboratorium pasien kanker ginekologi dengan COVID-19.
Metode
Metode yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah deskritif dan analitik dengan pendekatan potong lintang retrospektif.
Hasil
Tingkat insidensi pasien kanker ginekologi dengan COVID-19 2020-2022 sebesar 154 per 100.000. Kanker serviks (54,3%) menjadi diagnosis terbanyak diikuti dengan kanker ovarium (28,7%), kanker rahim (14,9%), kanker vulva (1,1%), dan kanker vagina (1,1%). Stadium III (37,2%) menjadi yang terbanyak diikuti stadium IV (26,6%), stadium I (20,2%), stadium II (16%). Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang memiliki hubungan signifikan dengan stadium kanker adalah obesitas (OR 0,321; CI 0,125-0,826; P value 0,018), neutrofil absolut tinggi (OR 5,006; Cl 95%, 1,307 – 19,176; P value 0,019), ureum tinggi (OR 3,977; Cl 95%, 1,112 – 14,224; P value 0,034), dan platelet to leucocyte ratio (PLR) tinggi (OR 7,379; 95% CI 2,067-26,466; P value 0,002). Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang memiliki hubungan signifikan dengan derajat keparahan COVID-19 adalah sesak napas (OR 12,364; Cl 95%, 4,148 – 36,848; P value <0.001) dan PLR tinggi (OR 6,787; 95% CI 1,103 - 41,774; P value 0,039).
Kesimpulan
Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang dapat dikaitkan sebagai indikator keparahan berdasarkan stadium kanker ginekologi adalah obesitas, neutrofil absolut tingg, ureum dan PLR tinggi. Karakteristik klinis dan hasil laboratorium yang dapat dikaitkan dengan indikator keparahan berdasarkan derajat keparahan COVID-19 adalah sesak napas dan PLR tinggi.

Introduction
Gynecologic cancer and COVID-19 infection have high incidence and mortality rates in Indonesia and impact health, social and cultural aspects. Gynecological cancers and COVID-19 infections trigger inflammation that can lead to multi-organ disorders. Laboratory tests can be used as an indicator of severity to assess inflammation and organ damage. Therefore, this study will discuss the analysis of clinical characteristics and laboratory results of gynecological cancer patients with COVID-19.
Method
The method used in this study is descriptive and analytic with a retrospective cross- sectional approach.
Results
The incidence rate of gynecologic cancer patients with COVID-19 2020-2022 was 154 per 100,000. Cervical cancer (54.3%) was the most common diagnosis followed by ovarian cancer (28.7%), uterine cancer (14.9%), vulvar cancer (1.1%), and vaginal cancer (1.1%). Stage III (37.2%) was the most common followed by stage IV (26.6%), stage I (20.2%), stage II (16%). Clinical characteristics and laboratory results that had a significant association with cancer stage were obesity (OR 0,321; CI 0,125-0,826; P value 0,018), high absolute neutrophils (OR 5.006; 95% CI, 1.307-19.176; P value 0.019), high high ureum level (OR 3.977; 95% CI, 1.112-14.224; P value 0.034), and high PLR (OR 7.379; 95% CI 2.067-26.466; P value 0.002). Clinical characteristics and laboratory results that had a significant association with COVID-19 severity were shortness of breath (OR 12.364; Cl 95%, 4.148 - 36.848; P value <0.001) and high PLR (OR 6.787; 95% CI 1.103 - 41.774; P value 0.039).
Conclusion Clinical characteristics and laboratory results associated with gynecologic cancer stage were obesity, high absolute neutrophils, high ureum level, and high PLR. Clinical characteristics and laboratory results associated with COVID-19 severity were shortness of breath and high PLR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>