Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhamitha Humairoh
"Pendahuluan: Kasus Infertilitas 36% disebabkan oleh faktor laki-laki. Pengobatan untuk infertilitas menggunakan hormon namun menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, dibutuhkan obat bahan herbal yang dianggap aman. Akar Saluang balum (Lavanga sarmentosa) dapat meningkatkan aktivitas seksual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak etanol akar saluang balum (Lavanga sarmentosa) pada kualitas dan ketahanan hidup spermatozoa. Metode: Penelitian metode eksperimental untuk menganalisis efek ekstrak etanol akar saluang balum (Lavanga sarmentosa) terhadap kualitas dan ketahanan hidup spermatozoa. Sampel semen normozoospermia dikoleksi. Kemudian, dilakukan preparasi semen melalui pencucian spermatozoa dengan percoll dan diinkubasi dengan ekstrak akar saluang balum (Lavanga sarmentosa). Kinetik sperma diuji CASA, kadar MDA menggunakan metode TBARS, dan analisis fosforilasi tiroisn, aktivitas caspase 3, fosforilasi Akt menggunakan metode Western Blot. Hasil: Terjadi peningkatan motilitas (VAP, VSL, VCL) secara signifikan. Selain itu, motilitas memiliki hubungan positif dengan proses apoptosis dan ketahanan hidup spermatozoa dengan menggunakan caspase 3 (menurun), aktivitas Akt (meningkat) dan fosforilasi tirosin (meningkat) secara signifikan.Kesimpulan: Ekstrak akar saluang balum (Lavanga sarmentosa) dapat meningkatkan kinetik spermatozoa melalui peningkatan aktivitas Akt, peningkatan fosforilasi tirosin dan penurunan ekspresi caspase 3.

Introduction: Infertility affects ± 16% of couples worldwide and from that number, 36% of the cases are caused by male factors. Treatment for male infertility using hormon can cause side effects. Therefore, alternative treatment is needed using safer herbal substance. The root of saluang balum (Lavanga sarmentosa) as supplement to increase sexual activity. The purpose of this study was to analyze the effect of saluang balum root extract (Lavanga sarmentosa) on the quality and survival of human spermatozoa. Methods: The research design is experimental method to analyze the effect of saluang balum root extract (Lavanga sarmentosa) on the quality and survival of human spermatozoa. Semen samples normozoospermia of human spermatozoa were collected. Then, the cement preparation was carried out by washing the spermatozoa with the percoll and incubation with saluang balum root extract (Lavanga sarmentosa). Kinectic parameters were assessed by CASA, MDA were assed by TBARS, detection of protein in the western blot to analyze, phosphorylation of tyrosin, caspase 3 and Akt activity. Results: There was a significantly increase in the motility parameters (VAP,VSL,VCL). Therefore, kinetic were positive relationship on apoptotic and survival effect by using caspase 3 (decrease), akt activation (increase) and phosphorylation of tyrosin (increase) significantly. Conclusion: Saluang balum root extract (Lavanga sarmentosa) can increases kinetic spermatozoa through increase Akt activity, increase phosphorylation of tyrosin and decrease caspse 3."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effionora Anwar
"Terbatasnya bahan penolong/eksipien untuk industri farmasi yang diproduksi di dalam negeri menyebabkan harga obat semakin mahal, sementara bahan baku yang dapat diolah menjadi bahan penolong tersebut berlimpah. Salah satu bahan penolong yang banyak kegunaannya dalam proses pembuatan obat terutama yang berbentuk tablet adalah yang berasal dari jenis pati termodifikasi. Modifikasi pati tersebut dapat dilakukan secara fisik, kimia atau gabungan keduanya.
Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi pati singkong kombinasi seperti tersebut diatas, yaitu secara fisik yang melibatkan panas (suhu 80±5°C) dengan penambahan air sebanyak 55% dari berat kering, sehingga.menghasilkan pati singkong terpregelatinasi (PST), kemudian direaksikan dengan POCL3 dan Na2HP04 yang menghasilkan senyawa ikatan silang pati singkong terpregel fosfat (PSTF). Kedua komponen fosfat tersebut diatas ternyata mempunyai daya rekat, laju alir serbuk yang baik, kompresibilitas yang baik, serta dapat pula meningkatkan viskositas, dan membentuk gel. Sebelum dimodifikasi terhadap 6 jenis pati singkong asli dari pabrik yang berbeda dilakukan karakterisasi terlebih dahulu yaitu, sifat fisiko-kimia dan fungsionalnya. Dari hasil pengamatan diperoleh, pati singkong dari fabrik B (yang berasal dari daerah Lampung) yang memenuhi persyaratan, karena berwarna putih dan mempunyai kekentalan yang tertinggi dari yang lainnya.
Kedua komponen fosfat tersebut diatas digunakan dalam formula tablet yang dicetak dengan cara granulasi basah, cetak langsung, dan sebagai matrik hidrogel pada tablet lepas terkendali. Di samping itu digunakan pula dalam formula suspensi cair dan kering. Setiap sediaan menggunakan bahan aktif obat yang berbeda sebagai model. Dan hasil pengamatan evaluasi produk sesuai dengan ketentuan Farrmakope ed III dan IV diperoleh bahwa, pati singkong terpregelatinasi fosfat (POCL3) dan Na2HPO4 mempunyai keunggulan sebagai bahan pengikat dibandingkan dengan penggunaan mucilago amyli sebesar 5-10% pada tablet yang diproses dengan cara granulasi basah, sedangkan PSTF baik yang dibuat dengan menggunakan POCL3 atau Na2HPO4 dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan pada konsentarsi 3-4% yang dilarutkan dalam air dingin, hal tersebut dapat menghemat energi dan memudahkan proses pembuatan tablet. Untuk tablet yang dibuat dengan proses cetak langsung PSTF dapat digunakan pada konsentrasi 4-6%, jumlah tersebut hampir sama dengan Avicel 5%. Avicel adalah turunan celulosa yang ketersediaannya harus melalui impor, karena belum ada pabrik yang membuatnya dalam negeri.
Keunggulan lainnya dari PSTF adalah dapat digunakan sebagai matrik hidrogel dalam formula obat lepas terkendali, karena dapat melepaskan zat aktif dari matrik dalam jumlah yang konstan. Pada konsentrasi 30-50% sebagai bahan pengikat dan pengisi, disamping menggunakan lactose psry dried sebanyak 11-32%. Pada penelitian digunakan yang menjadi bahan aktif obat adalah teofilin. Sebagai pensuspensi dalam formula sirup kering ampisilin dengan konsentrasi 0,1-0,5% memenuhi persyaratan, sedangkan untuk suspensi cair pada konsentrasi 0,1-0,5 % perlu dilakukan modifikasi formula menggunakan suatu bahan penstabil lain, agar dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama lagi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soegiharto Soebijanto
"ABSTRAK
Program Keluarga Berencana Nasional mencanangkan sebuah tema Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKTBS), dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat. Salah satu nilai kualitas hidup sebuah keluarga adalah keutuhan keluarga tersebut. Sebuah keluarga yang lengkap terdiri atas ayah, ibu dan anak. Kegagalan mempunyai anak pada pasangan suami istri (infertilitas) akan menyebabkan rasa sedih yang dalam, merintangi pencapaian naluri alamiah, membuat perasaan bersalah dan bahkan dapat menyebabkan perceraian. Jadi infertilitas dalam suatu keluarga merupakan masalah yang harus mendapat penanganan yang sebaik-baiknya.
Penduduk Indonesia kurang lebih sebesar 175.300.000 jiwa, dengan jumlah pasangan usia subur 29.976.000. Sumapraja pada penelitiannya menemukan bahwa angka kejadian infertilitas di Indonesia kurang lebih 11%, sedangkan angka kejadian infertilitas di luar negeri antara 10 sampai 15 %. Ini berarti di Indonesia terdapat 3 sampai 4,5 juta pasangan yang memerlukan pertolongan untuk mendapatkan keturunan.
Persentase p enyeb ab infertilitas pasangan suami istri ialah: (1) faktor wanita 45%; (2) faktor pria 40%; dan (3) infertilitas idiopatik (tidak terjelaskan) sebesar 15%. Limapuluh persen dari infertilitas karena faktor wanita, disebabkan kelainan tuba. Falloppii. Dahulu kasus dengan sumbatan kedua tuba Falloppii tidak ada kemungkinan penanganan lain, kecuali dengan operasi rekonstruksi dengan teknik bedah mikro. Teknik tersebut mempunyai persentase keberhasilan antara 30 sampai 60%. Jadi masih ada sekitar 40 sampai 70% kasus yang belum ada penanganannya.
Akhir-akhir ini penanganan wanita infertil dengan sumbatan kedua tuba Falloppii yang gagal dengan operasi rekonstruksi ialah dengan program fertilisasi in vitro (FlV). Akan tetapi tingkat keberhasilan kehamilan tertinggi yang dicapai program Fill di dunia saat ini baru mencapai sekitar 20%. Hal ini masih dikurangi dengan jumlah kehamilan yang mengalami abortus mencapai 20-30%. Sehingga basil akhir (take home baby) dari program F1V kurang lebih 20%. Selain itu biaya pelaksanaan teknik ini cukup tinggi, disertai prosedur pelaksanaan yang rumit. Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut di atas perlu dipikirkan efisiensi penerapan program FIV. Hal ini dicapai dengan mencari indikasi lain dan menerapkannya pada kasus yang tepat. Artinya program FIV tidak dilaksanakan pada kasus yang tidak memerlukan, dan pada kasus yang keberhasilannya diduga nihil.
Saat ini belum ada kejelasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan dugaan keberhasilan program FN (predicting factors). Salah satu syarat untuk mencapai keberhasilan program tersebut ialah jumlah embrio yang ditandurkan (replacement) ke dalam rongga uterus tidak kurang dari 3 buah. Penyebab kegagalan program FN diantaranya ialah kurangnya embrio yang ditandurkan. Hal ini dapat disebabkan gagalnya fertilisasi in vitro atau jumlah oosit yang kurang. Tingkat keberhasilan fertilisasi in. vitro terbaik saat ini (fertilisasi di cawan petri) ialah antara 70 sampai 80%. Jadi walaupun spermatozoa dan oosit ditempatkan di dalam cawan petri seluas 1 Cm3 masih terdapat 20 sampai 30% yang gagal fertilisasi. Deegan demikian perlu dicari faktor-faktor penyebab tidak tercapainya jumlah 3 buah embrio yang akan ditandur-alihkan tersebut.
Dalam upaya untuk lebih memanfaatkan program FN telah dicoba menerapkannya pada kasus-kasus infertil yang bukan disebabkan oleh sumbatan tuba Falloppii, yang selama ini masih sulit untuk ditangani. Ternyata di antara kasus-kasus tersebut ada yang hamil, walaupun frekuensinya masih sangat kecil. Kasus-kasus tersebut antara lain ialah infertilitas dengan endometriosis pelvik istri, perlekatan genitalia interna istri, oligozoospermia dan infertilitas idiopatik.
Mengenai kasus infertilitas dengan endometriosis, Moeloek pada penelitiannya menemukan 32,1% kasus. Susukan (implant) endometriosis tersebut ditemukan 41,4% di peritoneum, 24,2% di ovarium, dan 34,4% pada lebih dari 1 organ. Ditemukan pula bahwa 83,8% mengidap endometriosis derajat sedang sampai berat (pembagian derajat menurut AFS = American Fertility Society). Dalam hubungannya dengan harapan kehamilan, pada penderita endometriosis pelvik, secara optimal kehamilan akan dicapai dalam tahun pertama pasca pengobatan. Kemudian harapan itu terns menurun pada tahun kedua dan seterusnya. Bilamana pengobatan hormonal gagal, atau kehamilan tidak diperoleh dalam tahun pertama setelah dinyatakan sembuh, kasus seperti ini perlu ditangani dengan program FIV.
Selain itu Moeloek juga menemukan 35,5% dari kasus penelitiannya mengalami perlekatan genitalia interna dan 68,8% di antaranya menderita perlekatan dengan derajat sedang sampai berat. Pada perlekatan genitalia interna yang melibatkan ovarium berakibat volume ovarium berkurang, sehingga jumlah folikel primer berkurang pula. Selain itu aliran darah ke ovarium juga berkurang sehingga perkembangan folikel sering terganggu. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah folikel dan oosit yang akan berkembang sehingga hasil fertilisasi yang akan diperoleh berkurang jumlahnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
D322
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritfa Sari
"Marasi (Curculigo latifolia) merupakan salah satu tanaman dari famili Hypoxidaceae yang terdapat di Indonesia, Semenanjung Malaya hingga Indo-China. Tanaman ini secara tradisional digunakan untuk mengobati kanker, diabetes melitus, demam, infeksi mata, infeksi bakteri. Curculigo latifolia mengandung senyawa curculigine, norlignane, terpenoid, flavonoid, tannin, glikosida fenol dan turunannya yang bersifat antioksidan dan antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk standardisasi dan mengkaji aktivitas antimikroba dari ekstrak terpilih tanaman Curculigo latifolia terhadap bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi, uji zona hambat, uji KHM dan KBM, serta standardisasi ekstrak terpilih. Bagian tanaman yang digunakan antara lain daun, batang dan akar. Masing-masing bagian tanaman diekstraksi secara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% v/v memberikan rendemen tertinggi di semua bagian tanaman, dengan nilai berkisar antara 9,3% hingga 12,64%. Uji zona hambat dari semua ekstrak yang dihasilkan, dilakukan dengan metode difusi cakram. Uji KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi. Berdasarkan hasil uji antibakteri, ekstrak etil asetat dari bagian batang menunjukkan aktivitas antibakteri paling signifikan terhadap S. aureus dan S. epidermidis, sedangkan ekstrak n-heksana dari bagian akar memberikan hasil terbaik terhadap S. epidermidis. Ekstrak terpilih ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat dari daun karena memiliki aktivitas antibakteri pada ketiga bakteri serta menjadi ekstrak dengan aktivitas tertinggi terhadap P. acne. Zona hambat ekstrak terpilih terhadap P. acne sebesar 11±1.4mm, nilai KHM sebesar 2.5%, dan KBM sebesar 5%. Analisis kualitatif menggunakan LC-HRMS menunjukkan terdapat 462 senyawa terdeteksi di dalam ekstrak terpilih Curculigo latifolia, termasuk senyawa kimia ursolic acid. Hasil standardisasi mutu menunjukkan bahwa ekstrak terpilih memenuhi standar keamanan dan kualitas, dengan kadar air kurang dari 10%, kadar abu total yang rendah, dan tidak terdeteksi adanya cemaran logam berat maupun mikroba.

Marasi (Curculigo latifolia) is one of the plants from the family Hypoxidaceae, found in Indonesia, the Malay Peninsula, and Indo-China. Traditionally, this plant is used to treat cancer, diabetes mellitus, fever, eye infections, and bacterial infections. Curculigo latifolia contains compounds such as curculigine, norlignane, terpenoids, flavonoids, tannins, phenolic glycosides, and their derivatives, which have antioxidant and antimicrobial properties. This study aims to standardize and evaluate the antimicrobial activity of the most active extract of Curculigo latifolia against Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, and Staphylococcus epidermidis. The research involved extraction, inhibition zone testing, minimum inhibitory concentration (MIC), minimum bactericidal concentration (MBC), and standardization of the most active extract. The plant parts used include leaves, stems, and roots. Each part of the plant was subjected to multilevel maceration extraction using solvents n-heksanae, ethyl acetate, and 70% ethanol. Extraction with 70% ethanol (v/v) provided the highest yield across all plant parts, with values ranging from 9.3% to 12.64%. The inhibition zone test for all extracts was performed using the disk diffusion method. MIC and MBC tests were conducted using the dilution method. Based on the antibacterial tests, the ethyl acetate extract of the stem showed the most significant antibacterial activity against S. aureus and S. epidermidis, while the n-heksanae extract of the root showed the best results against S. epidermidis. The most active extract was identified as the ethyl acetate extract of the leaves, as it exhibited antibacterial activity against all three bacteria and showed the highest activity against P. acnes. The inhibition zone of the most active extract against P. acnes was 11±1.4mm, with an MIC value of 2.5%, and an MBC value of 5%. Qualitative analysis using LC-HRMS detected 462 compounds in the most active extract of Curculigo latifolia, including the chemical compound ursolic acid. The quality standardization results indicated that the most active extract met safety and quality standards, with a moisture content of less than 10%, low total ash content, and no detectable contamination from heavy metals or microbes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Samsul Mustofa
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kesuburan pria Salah satu kendala yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan proses fertilisasi adalah rendahnya motilitas spermatozoa. Mekanisme gerakan aksonema yang menghasilkan motilitas spermatozoa, ditentukan oleh energi yang dihasilkan dari hidrolisa ATP oleh aktivitas enzim ATPase pada lengan dinein. Oleh karena itu aktivitas ATPase dinein merupakan kunci 'itama dalama penyelenggaraan motilitas spermatozoa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pentoksifilin terhadap kualitas spermatozoa dan aktivitas dinein ATPase pada semen normozoospermia dan astenozoospermia. Untuk ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap 60 sampel semen dari pasangan infertil. 30 sampel semen memenuhi kriteria normozoospermia dan 30 sampel semen memenuhi kriteria astenozoospermia Setelah dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan Hank, setiap sampel dibagi menjadi dua bagian, satu bagian diberi perlakuan dengan inkubasi salaam 60 merit dalam 1 mg/ml pentoksifiiin dan satu bagian tanpa pentoksiflin. Parameter yang diukur meliputi persentase spermatozoa meta, kecepatan gerak progresif daya tembus ke dalam getah servik sapi dan aktivitas ATPase baik pada dinein maupun pada membran spermatozoa.
Hasil dan kesimpulan : Persentae sperma motil, meningkat pada normozoospermia dari 48,83 % (Nk) menjadi .55,5 % (Np), pada astenozoospermia dari 29,5 % (Ak) menjadi 39,33 % (Ap). Kecepatan gerak progresif meningkat pada normozoospermia, dan 40,3 μ/detik (Nk) menjadi 44,8 μ/detik (Nk); pada astenozoospermia dari 28,3 μ /detik (Ak) menjadi 36,5 μ /detik (Ap). Kemampuan menembus getah serviks sapi ada kecenderungan peningkatan tetapi tidak selalu berbeda bermakna Aktivitas ATPase dinein menunjukkan peningkatan dari 0,709 U/mL (Nk) menjadi 0,849 U/mL (Np); pada astenozoospennia meningkat dari 0,439 U/mL (Ak) menjadi 0,635 U/mL (Ap). Aktivitas ATPase pada membran menunjukkan penurunan pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol dengan perbedaan sangat bermakna (P<0,01). Pemberian pentosifilin terbukti meningkatkan kualitas dan aktivitas ATPase spermatozoa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evie Kurniawati
"Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk meningkatkan kemampuan motilitas spermatozoa manusia golongan astenozospermia dengan pemberian senyawa digoksin in vitro dengan konsentrasi 10 pangkat -6 M, 10 pangkat -8M, dan 10 pangkat -10M. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari ketiga konsentrasi digoksin yang digunakan. Sampel semen astenozoospermia sebanyak 6 buah diperoleh dari pria pasangan infertil yang memeriksakan diri ke Laboratorium Biologi FK-UI. Sampel-sampel tersebut dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok eksperimen1(K1) yaitu semen yang ditambahkan larutan digoksin 10 pangkat -6 M, K2 yaitu semen ditambah larutan digoksin 10 pangkat -8M yaitu semen ditambah larutan digoksin 10"10 M10 pangkat -10M dan kelompok kontrol (K) yaitu semen ditambah larutan Hanks. Sampel yang telah diberi perlakuan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 20, 40 dan 60 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa digoksin berpengaruh terhadap persentase motilitas, viabilitas dan hasil uji HOS. Berdasarkan hasil uji statistik parametrik (ANAVA faktorial) dengan taraf nyata 0,05 menunjukkan bahwa hanya digoksin 10 pangkat -8M yang diinkubasi selama 40 menit yang mampu meningkatkan motilitas spermatozoa manusia golongan astenozoospermia secara maksimal.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Herman
"lnfeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk mengutasi penyakit tersebut Bahan alami dari kunyit banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. Penelitian ini membahas pengaruh penambahan ekstrak etanol kunyit dan kurkumin standar pada sel yang terinreksi virus dengue serotipe 3 in vitro. Pada penelitian ini efek kurkumin dan ekstrak kunyit dilalrukan pada sel sebelum dan setelah terinrekai virus. Titer virus basil uji dihitung dengan plaque assay. Hasil penelitian menemukan adanya penurunan titer virus pada kultur yang ditambahkan ekatrak etanol kunyit 10 ppm dan kurkumin standar 5 ppm bila dibandingkan dengan kontrol positif. Perbadaan titer ini secara statistik bermakna (p<0,05). Hal yang sama juga ditemukan pada kultur virus yang selnya terlebih dahulu terpapar ekstrak kunyit dan kurkumin standar. Penelitian ini menunjukkan bahwa kurkumin dan ekstrak kunyit dapat menjadi kandidat antiviral untuk virus dengue dimasa mendatang.

Dengue virus infection has emerged of health problem, and there is no specific treatment People have been used the natural extract of Curcuma longa as traditional drug. This study to analyze the effect of ethanol extract of C.longa and Curcumin lD the titer of dengue virus serotype 3 in the culture medium. Extract of C. longa and curcumin were added before and after infection. The titer of viruses were counted by plaque assay. The result showed that virus titer after treated with C. longa and curcumin lower fuan positive control. Mean of virus titer significant different (p<0,05) when we increased the concentration of extract of C.longa (10 ppm) and curcumin (5 ppm). Addition of ethanol extract of C.longa and Curcumin to the cells before infection, showed decreased the virus titer. The significantly different (p<0,05) was observed when we increased the concentration of ethanol extract of C.longa and curcumin. Based on this study, C.longa and Curcumin could be dengue antiviral in the future."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T31974
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Belatrix, Beta
"ABSTRAK
C. albicans merupakan mikroba komensal yang ada di rongga mulut namun pada keadaan tertentu dapat berubah menjadi suatu pathogen opurtunis. Temulawak adalah tanaman obat khas Indonesia yang dilaporkan memiliki banyak efek medis salah satunya yaitu efek antifungal. Tujuan: Melihat efek eradikasi ekstrak etanol temulawak terhadap berbagai fase perkembangan biofilm C. albicans. Ekstrak etanol temulawak dengan konsentrasi 1-45 dipaparkan pada biofilm C. albicans selama satu jam. Metode: Uji dilakukan dengan MTT assay kemudian dibaca dengan panjang gelombang 570 nm sehingga didapat nilai optical density. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan nilai Konsentrasi Eradikasi Biofilm Minimal KEBM50 ekstrak etanol temulawak terhadap C. albicans pada fase awal 30 , fase menengah 20 , dan fase maturasi 25 . Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak memiliki potensi dalam mengeradikasi biofilm C. albicans pada berbagai fase perkembangan.

ABSTRAK
Background C. albicans is a commensal microbe in the oral cavity but in certain circumstances may turn out to be an opportunistic pathogen. Java turmeric is a medicinal plant native to Indonesia were reported to have many medical effects one of which is the effect of antifungal. Objective to observe the effect of eradication of java turmeric ethanol extract to the various phases of the development of C. albicans biofilm. Java turmeric ethanol extract at a concentration 1 45 were exposed to C. albicans biofilm for one hour. Methods Test conducted by MTT assay and then read with a wavelength of 570 nm so that the optical density values obtained. Results The results showed the value of Minimal Biofilm Eradication Concentration MBEC50 in the early phase is 30 , intermediate phase 20 and maturation phase 25 . Conclusion The java turmeric ethanol extract has the potential to eradicate the C. albicans biofilm in various phases of development."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinon, Ramon
California: University Science Books, 2002
612.6 PIN b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>