Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216821 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luqmanul Irfan Pratama
"Sistem penghijauan vertikal dapat menjadi bagian dari strategi berkelanjutan rehabilitasi bangunan tetapi, beberapa masalah terkait sistem penghijauan vertikal muncul karena sistemnya yang merupakan penerapan teknologi baru green building, seperti kurangnya data teknis, ketersediaan desainer, pengalaman dan pengetahuan. Kondisi ini membutuhkan penambahan informasi baru untuk meningkatkan proses pemasangan dan pemeliharaan struktur sistem penghijauan secara vertikal. Beberapa negara sudah mengadaptasi konsep sistem penghijauan vertikal seperti Australia, Inggris, dan Singapura. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui rekomendasi metode pelaksanaan dan pemeliharaan sistem penghijauan vertikal untuk dinding bangunan di Indonesia. Strategi penelitian adalah analisis arsip serta survei dengan wawancara dan kuesioner, untuk kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan penerapan di Australia, Inggris, dan Singapura yang diakibatkan oleh perbedaan panduan yang ada. Sementara sistem penghijauan vertikal di Indonesia mayoritas menerapkan tipe desain dinding hijau menerus dengan 5 jenis pemeliharaan yaitu pemeliharaan pembangunan, rutin, bersiklus, reaktif dan preventif, dan renovasi. Berdasarkan hasil kuesioner, metode pelaksanaan dan pemeliharaan sistem penghijauan vertikal di ketiga negara juga dapat direkomendasikan seluruhnya untuk diterapkan pada dinding bangunan di Indonesia.

The vertical greening system can be part of a sustainable strategy for building rehabilitation, however, several problems related to the vertical greening system arise because the system is the application of new green building technologies, such as lack of technical data, availability of designers, experience and knowledge. This condition requires the addition of new information to improve the process of installing and maintaining the vertical greening system structure. Several countries have adopted the concept of a vertical greening system, such as Australia, the UK, and Singapore. This study is intended to determine the recommended methods of implementing and maintaining vertical greening systems for building walls in Indonesia. The research strategy was archival analysis and surveys with interviews and questionnaires, which were then analyzed descriptively and statistically. The results of the study show that there are differences in implementation in Australia, England, and Singapore due to 2 Universitas Indonesia differences in existing guidelines. While the vertical greening system in Indonesia mostly applies continuous green wall design with 5 types of maintenance, namely construction, routine, cyclical, reactive and preventive, and renovation maintenance. Based on the results of the questionnaire, the method of implementing and maintaining vertical greening systems in the three countries can also be recommended entirely to be applied to building walls in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Rina Meilina Francine
"Teknologi taman vertikal (dinding hijau) merupakan suatu konsep penanaman vegetasi alami yang dibangun secara tegak lurus atau vertikal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi potensi taman vertikal sebagai suatu solusi keterbatasan ruang hijau dan pengendali kualitas udara di wilayah Ruang Terbuka Hijau (RTH) terbatas pada wilayah gedung bertingkat tinggi. Penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi komponen biaya dan manfaat serta mengetahui pengetahuan, persepsi dan sikap masyarakat terhadap teknologi taman vertikal ini.
Analisis dilakukan dengan metode perbandingan berdasarkan kondisi eksisting tutupan tanah berdasarkan hasil citra Landsat dan pengukuran kualitas udara, analisis biaya dan manfaat serta analisis frekuensi untuk kuesioner. Proporsi luas tutupan vegetasi pada wilayah penelitian sebesar 21,13%, taman vertikal mampu menjadi RTH pengendali kualitas udara dengan menurunkan konsentrasi CO2 sebesar 4,85%, nilai B/C ratio sebesar 14,63 serta pengelola gedung memiliki tingkat persepsi terhadap manfaat teknologi taman vertikal diatas 75,9%.

Vertical garden technology (green wall) is a concept of natural vegetation constructed perpendicularly or vertically. This study aims to analyze and identify potential vertical garden as a green solution to space limitations and control of air quality in the area of green open space (RTH) is limited to the area of high-rise buildings. This study also aims to identify the components of the costs and benefits as well as knowing knowledge, perceptions and attitudes towards this vertical garden technologies.
The analysis was performed by the method of comparison based on the existing condition of land cover based on Landsat imagery and measurement of air quality, cost-benefit analysis and frequency analysis to the questionnaires. Proportion of vegetation covered in the study area by 21,13%, vertical gardens could become RTH controlling air quality by reducing CO2 concentration of 4,89% , the value of B/C ratio of 14,63 and building management have a certain level of perceptions of the benefits of vertical garden technologies above 75,9%.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butler, Robert Brown
New York: McGraw-Hill, 2002
624BUTA002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Butler, Robert Brown
New York: McGraw-Hill, 2002
624BUTA003
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Ando Fahda Aulia
"Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi yang biasa digunakan oleh banyak perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Struktur pasar merupakan suatu prakondisi yang akan menentukan perilaku perusahaan dalam menjalankan usahanya di suatu industri. Salah satu yang menentukan struktur pasar adalah tingkat konsentrasi pasar dari suatu industri. Stigler (1951) mengajukan 3 (tiga) hipotesis yang berhubungan dengan integrasi vertikal. Stigler berpendapat bahwa tingkat konsentrasi pasar berkorelasi positif dengan integrasi vertikal, sebagaimana dengan tingkat pertumbuhan permintaan di suatu industri. Selain itu, Stigler menyatakan bahwa ukuran rata-rata perusahaan disuatu industri berhubungan negatif dengan integrasi vertikal.
Sehubungan dengan hal diatas; tesis ini berusaha untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh dari tingkat konsentrasi pasar terhadap kebijakan integrasi vertikal di dalam industri manufaktur (pengolahan) berdasarkan hipotesis Stigler tersebut. Industri manufaktur dipilih karena didalam sektor ini dapat memperlihatkan hubungan antara tahapan-tahapan produksi.
Berdasarkan model yang dikembangkan oleh Levy (1984), diestimasi dengan menggunakan data panel terhadap 40 industri di dalam industri manufaktur yang dipilih secara acak dengan rentang waktu 1990 sampai 1999. Hasil analisisnya memberikan kesimpulan sesuai dengan prediksi Stigler bahwa tingkat konsentrasi pasar mendorong integrasi vertikal dengan tingkat signifikansi yang tinggi. Sedangkan ukuran rata-rata menunjukkan hasil sebaliknya terhadap hipotesis Stigler. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor tingginya biaya transaksi di Indonesia. Faktor lainnya, tingkat pertumbuhan permintaan memberikan hasil yang tidak signifikan secara statistik.

Vertical integration is a business strategy which is commonly used by many firms. Furthermore, market structure is a precondition that determine the firm behavior in the industry. One factor of market structure is the market concentration in the industry. Stigler (1951) proposes three hypotheses related to vertical integration. Stigler argues that market concentration is positively correlated to vertical integration as well as the growth of demand in the industry. On the other hand, Stigler suggests that the average size of firms in the industry is expected to be negative to vertical integration.
Based on the above exposition, this thesis attempts to explain the correlation and effect of market concentration to vertical integration policy in the manufacturing sector. This sector is chosen because it can depict the stages of the production process.
Using the model developed by Levy (1984), the panel data is estimated to 40 industries in manufacturing sector which is selected randomly from 1990 to 1999 period. The regression result is accordance with Stigler prediction that market concentration implies positive and significant effect on vertical integration as well as the growth of demand in the industry. However, the average firms' size shows inconsistency with Stigler hypothesis. This finding is due to the high transaction cost. Another factor, the growth of demand in the industry is not statistically significant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fauzia
"Integrasi vertikal dapat dijadikan salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing Indonesia yang saat ini berada dalam posisi rendah. Untuk dapat menjalankan strategi integrasi vertikal perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Stigler (1984) terdapat 3 (tiga) hipotesis yang berhubungan dengan integrasi vertikal yaitu rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar (CR4) dan pertumbuhan permintaan (growth) berpengaruh positif, sedangkan ukuran rata-rata perusahaan berpengaruh (avsize) negatif terhadap tingkat integrasi vertikal. Penelitian ini melibatkan 5 industri dari beragam sektor yakni industri kendaraan bermotor roda empat, industri pengolahan tembakau, industri pengolahan minyak goreng sawit, industri kertas, dan industri tekstil serta produknya untuk periode 2001-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR4 industri pengolahan minyak goreng sawit dan industri kertas berpengaruh signifikan, pertumbuhan permintaan pada semua industri tidak berpengaruh signifikan, dan Avsize pada industri kertas dan tekstil dan produk tekstil berpengaruh signifikan terhadap tingkat integrasi vertikal dan sesuai dengan hipotesis Stigler.

Vertical integration may be one of strategy to improve the competitivenes Indonesia which is currently in a low position. Before we implement the strategy, we need to know the factors that related on it. According to Stigler (1984), there are three (3) hypothesis associated with vertical integration: the concentration ratio of 4 biggest companies (CR4) and the growth of demand (growth) has positive effect, while the average of firm size (avsize) has negative affect to the level of vertical integration. This research wants to verify the hypothesis using panel data on five industries namely four-wheeled motor vehicle industry, the tobacco processing industry, palm oil processing industry, paper industry, and textile industry in the period from 2001 to 2011. The result showed that CR4 cooking palm oil processing industry and paper industries have a positive and significant effect. Meanwhile the growth of all industries haven't significant effect, and Avsize on paper and textile industries have a negative and significant effect on the level of vertical integration.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wood, Antony
"This technical guide offers an extensive overview of the use of vertical vegetation in high-rise buildings, an in-depth analysis of green walls, definitions and typology, including standards, policies and incentives. It features comprehensive case studies, along with architectural theories of the public and private benefits of green walls. The book delves into architect-design considerations and limitations, the effects of green walls on energy efficiencies and includes recommendations and future research.--website"
Mulgrave, Victoria: The Images Publishing Group Pty Ltd, 2014
635.967 WOO g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Butler, Robert Brown
New York: McGraw-Hill, 2002
620.004 4 BUT s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaliyah Mutiara Hadi
"Memperkuat value-chain MNE (Multinational Enterprises) membutuhkan ketahanan dari perusahaan cabang mereka yang terus menghadapi tantangan atas ketersinambungannya secara global. Peneliti sebelumnya telah mengemukakan bahwa flexibilitas dalam memasuki, mengubah, dan meninggalkan aliansi di host-country, bisa mengangkat masalah yang timbul di sana, sehingga memudahkan subsidiary mengambil pilihan-pilihan strategis yang diinginkan. Namun, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum flexibilitas strategi dilakukan. Studi empiris secara quantitatif yang berlandaskan pada teori "Resource-Based View" dalam konteks manajemen strategi internasional ini, maka, akan mengambil makna dari penemuan atas aspek strategi flexibilitas dari latar belakang tersebut. Berfokus pada hubungan antara aliansi strategis dan faktor penentu dan integrasi vertikal dengan perusahaan induk, penelitian ini pun menguji bahasan tersebut menggunakan regresi OLS. Pengaruh moderasi dari risiko politik host-country juga kemampuan internal perusahaan cabang untuk networking melalui manajer berlatar belakang asing bagi host-country, diselidiki melalui survei terhadap manajer operational di level menengah dalam perusahaan kecil hingga besar yang mendiami berbagai negara berisiko politik. Dari sampel ini, ditemukan implikasi manajerial yang membuktikan bahwa keterikatan ke perusahaan induk mendukung pengambilan keputusan mengenai aliansi di host-country karena desentralisasi yang ada dalam perusahaan cabang, namun, dapat terganggu oleh risiko politik dan kemampuan manajer asing dalam membangun hubungan dengan partner. Penelitian ini membantu mengklarifikasi koneksi bentuk integrasi vertikal antara perusahaan cabang dan induk yang ada, dengan pilihan-pilihan aliansi strategis, di dalam situasi politik yang mengancam serta komposisi manajer asing yang telah ditetapkan.

Strengthening MNEs (Multinational Enterprises) value-chain requires their subsidiaries' sustainability that are constantly challenged due to being globally interconnected. Previous researcheshave posited that flexibility in entering, modifying, and exiting alliances in the host-country, could alleviate the issue, enabling subsidiaries to pursue desired strategic choices. Several considerable aspects, nevertheless, should be weighed prior to its execution. This quantitative empirical study upon the reource-based view foundation, thus derives from that finding and focus on strategic alliance's relationship with a detrimentally affecting factor, vertical integration with the parent company, as tested using OLS regression. Moderating influences from the host-country's political risk and their internal ability to form networking in the host-country through foreign managers are surveyed on middle-level operational managers from small to large companies residing in various politically risky countries. From there, the managerial implications draw that integratedness to parent companies promotes alliance decision-making due to decentralization in subsidiaries but can be hampered by host-country's political risk and foreign managers' established bond with partners. This research helps clarify the connection between settled vertical integration to strategic alliances choices, with given political threats and prospective foreign manager composition. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fabio Raihan
"Perkerasan jalan di wilayah perkotaan di Indonesia pada umumnya menggunakan jenis perkerasan konvensional dimana memungkinkan terjadinya genangan air jika terjadi hujan. Perkerasan beton berpori menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kejadian ini, dimana jenis perkerasan ini terdiri dari area terbuka yang membiarkan air menembus menuju ke tanah. Perkerasan beton berpori sudah digunakan di beberapa negara di dunia seperti USA dan Kanada. USA bahkan telah membentuk komite beton berpori dalam ACI 522R, sementara Kanada telah menjadikan 3 kota di negara ini sebagai kota percontohan penerapan beton berpori. Di Indonesia sendirisudah terdapat beberapa proyek yang mengaplikasikan perkerasan beton berpori, tetapi belum adanya standar yang berlaku dan sedikitnya standar internasional yangditerbitkan dalam pelaksanaan serta pemeliharaan perkerasan beton berpori. Maka dari itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi dalam metode pelaksanaan dan pemeliharaan perkerasan beton berpori yang tepat untuk digunakan di Indonesia berdasarkan pengalaman negara USA dan Kanada. Metodologi yang digunakan adalah analisis arsip/dokumen, survei dengan wawancara dan kuesioner. Darihasil pengumpulan dan analisis data didapatkan aktivitas dan detail pelaksanaan dan pemeliharaan baru untuk diterapkan di Indonesia sehingga dihasilkan rekomendasi metode pelaksanaan dan pemeliharaan perkerasan beton berpori untuk diterapkan di Indonesia berdasarkan negara USA dan Kanada. Dengan adanya penelitian ini diharapkan penggunaan perkerasan beton berpori di Indonesia dapat ditingkatkan.

Road pavement in urban areas in Indonesia generally use conventional pavement which causing puddles if rain comes. Porous concrete pavement to be one solution in dealing with this incident, where the pavement consists of open areas that allow water to penetrate to the ground. Porous concrete pavement is already used in several countries around the world, like in USA and Canada. USA has established a committee of porous concrete in ACI 522R, while Canada has made 3 cities in this country as pilot cities of porous concrete implementation. In Indonesia it self has severalproject applying porous concrete pavement. However, lack of standards and international standard published at least in the construction and maintenance of porous concrete pavement. Therefore, this research is intended to provide recommendations for construction methods and maintenance of porous concrete pavement that is suitable for use in Indonesia based on the experiences of the USA and Canada. The methodology used is archived/documnet analysis, surveys with interviews and questionnaires. From the results of data collection and analysis, new activities and details of construction and maintenance is found to be implemented in Indonesia resulted in recommendations for the construction and maintenance methods of porous concrete pavement to be applied inIndonesia based on the USA and Canada. With this research, the use of porous concrete pavement in Indonesia is expected to grow."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>