Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi apakah peningkatan kesadaran mengenai masalah lingkungan telah mendorong organisasi untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan dan menggunakan akuntansi manajemen lingkungan (EMA) mendorong inovasi lingkungan, dan meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. Namun demikian, ada sedikit bukti untuk mengkonsolidasi klaim ini dan dengan demikian makalah ini bertujuan untuk menyelidiki masalah ini. PT X adalah salah satu perusahaan baja terbesar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi kasus dan pendekatan kualitatif dan menggunakan sistem manajemen lingkungan dalam menganalisis masalah penelitian. Penelitian ini juga menguji pentingnya menggunakan akuntansi manajemen lingkungan dalam penerapan sistem manajemen lingkungan dalam perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sistem manajemen lingkungan telah dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan (yaitu, dalam bentuk debu besi), namun, perusahaan belum menerapkan Akuntansi Manajemen Lingkungan dan Pelaporan Manajemen Lingkungan (yaitu, dalam bentuk Analisis Biaya & Manfaat) dalam mengatasi masalah. Perusahaan melakukan sistem manajemen lingkungan dengan hukum dan peraturan yang berlaku bukan sebagai bentuk strategi lingkungan dan inovasi untuk keberlangsungan bisnis di masa depan.
This study aims to analyze and evaluate whether increased awareness regarding environmental issues has encouraged organisations to apply environmental management system and use environmental management accounting (EMA) drives environmental innovations, and enhance company’s environmental performance. There is, however, little evidence to consubstantiate this claim and thus this paper aims to investigate the issue. PT X is one of the largest steel company in Indonesia. This research applies case study and qualitative approaches and uses environmental management system in analyzing the research problems. This research also examines the importance of using environmental management accounting in the implementation of environmental management system within the company. This research shows that though environmental management system has been performed by the company to elude the impact of environmental pollution (i.e., in the form of iron dust), however, the company has not implemented Environmental Management Accounting and Environmental Management Reporting (i.e., in the form of Cost & Benefit Analysis) in addressing the problems. The Company undertakes environmental management system by the prevailing laws and regulations not as a form of environmental strategy and innovation for the sustainability of the business in the future.
"Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki sistem pengendalian internal Lembaga Perkreditan Desa (LPD) X dalam proses pemberian kredit. Salah satu risiko di LPD X adalah risiko kredit. Dengan proses kredit yang dijalankan saat ini nilai non-performing loan (NPL) LPD X pada 3 tahun terakhir yang memiliki kecenderungan terus meningkat, yaitu 10,69%, 24,38%, dan 26.64% (LPD X, 2017). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah accountability theory untuk melihat pertanggungjawaban LPD X pada paruman desa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus untuk dapat meneliti fenomena NPL pada LPD X secara lebih dalam dan dapat memberikan evaluasi untuk manajemen LPD X. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, studi dokumen, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan dalam menangani pengumpulan kredit yang dilakukan oleh LPD X belum efektif seperti yang dinyatakan dalam teori perbandingan dan perusahaan. LPD X belum melakukan fungsi pengingat untuk pinjaman yang akan jatuh tempo, tidak memiliki SOP penagihan kredit, periode pemberian surat peringatan pertama terlalu jauh dengan batas kredit jatuh tempo, dan LPD X tidak memiliki prosedur untuk ketentuan akun tidak tertagih. Penelitian selanjutnya dapat menganalisis fungsi kredit lainnya dan menggunakan semua elemen kontrol internal.
This research is conducted to improve the internal control system of rural credit institution (Lembaga Perkreditan Desa, hereinafter referred to as LPD X) in the credit process. One of the risks in LPD X is the fact of credit. With the credit process carried out at present the non-performing loan (NPL) value of LPD X in the last 3 years are 10.69%, 24.38% and 26.64% (LPD X, 2017). The theory in this study is the theory of accountability to see the accountability of LPD X in the paruman. The method in this study is a case study to be able to examine the NPL phenomenon in LPD X more deeply and can provide an evaluation for LPD X management. Data collection is done by observation, document study, and interview methods. The result of this study indicates that the efforts made in handling credit collection conducted by LPD X has not been effective as stated in the comparison theory and company. LPD X has not performed a reminder function for loans that will be due, does not have a credit billing SOP, the period of granting the first warning letter is too far with the credit limit due, and LPD X does not has a procedure for the provision uncollectible accounts. Subsequent research can analyze other credit functions and use all elements of internal control.
"