Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herni Susanti
"Penguatan Continuum of Care dalam pelayanan kesehatan jiwa berbasis bukti menjadi langkah strategis untuk memstikan semua individu, mulai dari yang sehat hingga yang berada dalam kondisi berisiko atau memiliki gangguan, mendapatkan pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan"
Depok: UI Publishing, 2024
P-PDF
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Susanti
"Buku Pidato ini memadukan konsep, penerapan, dan bukti ilmiah untuk memperkuat layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas yang mencakup pencegahan, deteksi dini, intervensi, hingga pemulihan. Dengan fokus pada intervensi berbasis keluarga, budaya, dan komunitas, serta inovasi terapi psikologis intensitas rendah, buku ini menambah perspektif bagi praktisi, peneliti, dan pembuat kebijakan dalam merancang program kesehatan jiwa yang inklusif dan berkelanjutan. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah investasi untuk masa depan masyarakat yang lebih sehat kejiwaannya.
Continuum of Care terbukti dapat meningkatkan efektivitas layanan melalui koordinasi lintas sektor yang melibatkan berbagai tenaga profesional, seperti dokter, perawat, psikolog dan pekerja sosial. Pendekatan ini membantu mencegah fragmentasi layanan, memastikan pasien mendapatkan perawatan yang konsisten dan sesuai kebutuhan di setiap tahap perjalanan penyakit, mulai dari promosi, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, dan pemulihan. Pentingnya Continuum of Care dalam pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia telah ditegaskan dalam UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023, yang mengatur bahwa pendekatan ini menjadi bagian integral dari upaya meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat"
Depok: UI Publishing, 2024
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Lilin Darmiyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas pelaksanaan model Assertive Community Treatment, faktorfaktor
penghambat dan pendukung serta pelaksanaan di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus.
Sedangkan data dan informasi diperoleh dari informan yang ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Metode pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan,
wawancara mendalam, observasi, serta pengambilan foto. Berdasarkan dari hasil penelitian
didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan model Assertive Community Treatment di Rumah
Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor cukup berhasil, karena didukung oleh berbagai pihak
yaitu Dinas Kesehatan, dokter, perawat, dan kader pelaksanaan model Assertive Community
Treatment di Masyarakat."
2011
T29514
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ari Dwi Aryani
"Inekuitas pelayanan kesehatan masih terjadi setelah pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pemantauan secara berkala Kinerja Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) merupakan kunci untuk menurunkan inekuitas pelayanan kesehatan sebagai tujuan utama JKN. Penerapan Kapitasi Berbasis Kinerja (KBK) dengan tiga indikator sejak tahun 2016, menunjukkan terjadi perbaikan kinerja FKTP dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi di pelayanan tingkat pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model indikator kinerja, kapasitas FKTP dan indikator ekuitas agar dapat mengukur ekuitas pelayanan kesehatan. Desain penelitian menggunakan exploratory sequential-mixed method, dalam tiga tahap. Tahap penelitian secara berturut- turut, 1) Systematic Review (SR) untuk mengidentifikasi indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kapasitas, kinerja FKTP dan ekuitas pelayanan kesehatan. 2) Consensus Decision Making Group (CDMG) untuk menetapkan indikator yang kapasitas, kinerja FKTP dan ekuitas pelayanan kesehatan dengan para pakar, 3) Membuat pengembangan model indikator kinerja FKTP berdasarkan skema kapitasi yang dapat mengukur ekuitas pelayanan kesehatan, menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM) data BPJS Kesehatan tahun 2022. Berdasarkan hasil SR, CDMG dan analisis SEM, indikator terpilih untuk mengukur kapasitas FKTP terdiri dari tiga indikator yaitu rasio dokter umum, sumberdaya sarana dan manusia (skor rekredensialing) dan pembiayaan (persen pembayaran KBK yang diterima). Terpilih sembilan indikator kinerja yaitu angka kontak, proporsi penderita DM diperiksa gula darah, proporsi penderita Hipertensi diperiksa tekanan darah, rasio rujukan non spesialistik, proporsi pasien rujuk balik, proporsi skrining penyakit jantung, DM dan Hipertensi, rasio pasien prolanis terkendali. Ekuitas pelayanan kesehatan dilihat dari rate utilisasi peserta FKTP berdasarkan sosiodemografi (jenis kelamin, usia) dan sosial ekonomi (PBI-Non PBI). Analisis SEM menunjukan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kapasitas dan kinerja FKTP dengan ekuitas pelayanan. Indikator kapasitas, kinerja FKTP dan ekuitas pelayanan disusun dalam Primary Care Performance Indicator (PCPI) JKN Framework. Hasil penelitian ini direkomendasikan digunakan oleh BPJS Kesehatan untuk memantau kinerja FKTP dan ekuitas pelayanan kesehatan serta menyempurnakan kebijakan KBK; Kementerian Kesehatan dapat menyempurnakan kebijakan pelayanan kesehatan primer dan menyusun Indonesia Primary Health Care Performance Indicator (PHCPI) untuk memantau kinerja pelayanan kesehatan primer.

Healthcare inequities still occur after the implementation of the National Health Insurance (JKN). Regular monitoring of the performance of primary healthcare facilities (FKTP) is key to reducing healthcare inequities as the main goal of JKN. The implementation of Performance-Based Capitation (KBK) with three indicators since 2016 has shown improvements in the performance of primary healthcare facilities in improving the quality and efficiency of first-level services. Their capacity influences the performance of primary care facilities and impacts primary care performance outcomes (health service equity). This study objective was to develop a model of performance indicators, FKTP capacity and equity indicators to measure health service equity. The research design utilized an exploratory sequential-mixed method. The study was divided into three phases. Phase one was a systematic review to identify indicators that can be used in measuring capacity, FKTP performance and health service equity. Phase two was carried out by a qualitative approach with the Consensus Decision Making Group (CDMG) technique to determine indicators that can be used in measuring FKTP capacity and performance as well as measuring health service equity with experts. Phase three was the development of a model for FKTP performance indicators based on a capitation scheme that can measure the equity of health service access. This phase was carried out using Structural Equation Modeling (SEM) analysis. The SR, CDMG and SEM analysis show that there are three selected indicators to measure the capacity of primary health care facilities: general practitioner ratio, facility sufficiency(recredentialing score) and financing (percentage of KBK payments received). Nine performance indicators were selected, namely contact rate, proportion of DM patients checked for blood sugar, proportion of Hypertension patients checked for blood pressure, non-specialistic referrals ratio, proportion of patients referred back to primary care providers, proportion of screening for heart disease, diabetes mellitus, and hypertension; and ratio of controlled Prolanis patients. Health service equity was analyzed from the utilization rate of participants based on gender, age and socioeconomic factors(PBI-Non PBI). SEM analysis showed a positive and significant relationship between the capacity and performance of primary health care facilities and equity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bowden, Vicky R.
""Children and Their Families: The Continuum of Nursing Care is a comprehensive textbook about children's health care that can be used by both students and nurses in a variety of clinical practice settings. In developing this textbook, our goal was to provide the student and practicing nurse with the knowledge base that would enable them to make critical assessments and judgments regarding the child and his or her family in a variety of settings across the continuum of care. Today's pediatric nurse must be well versed in the numerous social, psychological, spiritual, and physical challenges facing youth and experts in managing complex acute and chronic conditions unique to children and adolescents"--Provided by publisher."
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins, 2014
618.92 BOW c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Psychologists bring much benefit for the PHC program. Among which are mental health service provision, consultation, support the public health program. They are competent to improve the patients' and their families' behaviour for better health. Also is very useful to support the promotive, preventive, and curative to encourage community for independent better health."
BULHSR 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Puskesmas adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang berada di tingkat kabupaten atau kota yang memberikan pelayanan di suatu wilayah kerja. Kepuasan terhadap pelayanan puskesmas dipengaruhi oleh demografi dan 5 dimensi kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakal terhadap pelayanan kesehatan puskesmas di Kecamatan Beji Depok. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah metode non random accidental sampling. Penelitian dilakukan di Puskesmas Beji. Hasil penelilian menunjukkan bahwa masyarakat Beji puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Beji berdasarkan 5 dimensi kcpuasan, dimensi yang paling tinggi tingkat kepuasannya adalah dimensi empati sebesar 97,2%, dimensi yang paling rendah tingkat kepuasannya adalah dimensi kehandalan sebesar 72,9%. Penelitian ini direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas sehingga status kesehatan masyarakat Beji Iebih baik dari sebelumnya.

Health care centers (PUSKESMAS) is a unit of health care which located in the district of city to give health service in work area. Satisfaction of health care centers be affected by demography and five level quality of service dimension. This research is aimed to determine the level of community satisfaction towards health care centers (PUSKESMAS) in the District of Beji Depok. The design of this research was used simple description design. The method used by this research is non random sampling method, more specified is accidental sampling. This research was convicted at the health care centers (PUSKESMAS) Beji. The result shows that the civil Community of Beji was satisfied with the health services provided bv health care Centers (PUSKESMAS) Beji based on the five level quality of service dimension, the highest dimension of satisfaction in this research is emphaty dimension 97.2% and the lowest is reliability dimension 72,9%. This research is recommended to improve the health care centers (PUSKESMAS) level quality of services, furthermore the health status of Beji civi community health can be maintained and improved accordingly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
16-24-43472875
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Expansion of public participation in local autonomy is manifestated in government legal permition and support toward community-based services (CBS) in Bogor City. CBS is public services that are provided by individual citizen and non government organization. In fact, CBS in Bogor City faces some obstacles in legal permition fulfillment and less of support for the government. Obstacles and problem solutions in CBS are two things that are answered in this research. Qualitative method with quantitative data using as data support were used to answer the formula problems. After the withdrawal of quantitative data and the interviews were conducted for users, providers and government authorities in Bogor City, it is proved that the providers experienced problems in licensing, provision of facilities, student development and human resources. However, community-based services contribute to the achievement of minimum service standards (SPM), and some other perceived benefits such as low cost for users and the service is fast and precise. This study led to the recommendation in the form of strategic action and solution of the perceived constraints and government users."
JWK 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winanti
"ABSTRAK
Gangguan jiwa pada warga binaan di dalam Lapas merupakan suatu hal yang mungkin terjadi. Pelayanan kesehatan yang kurang baik dan kondisi di dalam Lapas yang penuh dengan tekanan serta adanya pembatasan bergerak dapat memunculkan terjadinya stress dan depresi pada narapidana/tahanan, bahkan pada beberapa kasus muncul gejala psikotik yang perlu penanganan lebih serius. Meskipun masalah kesehatan jiwa merupakan hal yang penting di dalam Lapas/Rutan, namun sampai saat ini belum tertangani dengan baik. Kesehatan jiwa seolah-olah terabaikan, karena yang selama ini menjadi fokus penanganan adalah kesehatan fisik saja. Sebagai sebuah lembaga yang memiliki fungsi melakukan pelayanan terhadap masyarakat, dalam hal ini narapidana/tahanan, tentu saja lapas memiliki tanggung jawab memberikan pelayanan yang optimal kepada warga binaannya. Manajemen yang baik tentu sangat diperlukan, termasuk dalam manajemen pelayanan kesehatan jiwa. Dalam penelitian ini ada dua pertanyaan yang hendak dijawab, Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan jiwa di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta saat ini; serta Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta saat ini. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara menggunakan pedoman wawancara. Informan penelitian terdiri dari: informan penting, terdiri dari 4 orang petugas lapas dan 6 orang warga binaan; informan kunci, adalah Kalapas Narkotika Klas IIA Jakarta; serta informan tambahan, terdiri dari mantan warga binaan, mantan Direktur Jenderal Pemasyarakatan, dan keluarga warga binaan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa manajemen pelayanan kesehatan jiwa di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta belum mendapat perhatian yang serius baik dalam perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Masih ada kendala dalam pelayanan kesehatan jiwa yaitu peran dan komitmen penentu kebijakan, keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasarana, serta belum adanya MoU dengan Rumah Sakit Jiwa.

ABSTRACT
Mental illness of inmates inside the correction is something that possibly can happen. Low health treatment and overcrowd with lots of pressure and limited access could possibly give stress and depression to the inmates/prisoners. Even there are psychotic symptom which need serious treatment occurred in few cases. Although mental health is one of the important things inside the correction/detention house, but it is still not yet treated very well. It is seems to be ignored because, so far, the treatment only focusing on physical health. As an institution which has a function to serve the society, in this case is the inmates/prisoners, correction has an obligation, of course, to give an optimum care to the inmates. Good management is needed, including mental health care. There are two questions to answer in this study, how is the treatment of mental health in Jakarta Class IIA Narcotic Correction at present; and what are the obstacles encountered in the implementation of mental health care management in Jakarta Class IIA Narcotic Correction at present. This is a qualitative study by conducting interview with interview guidelines. The interviewees are important informants consist of 4 correction officers and 6 inmates; key informant is The Head of Jakarta Class IIA Narcotic Correction; also additional informant consist of ex-prisoners, former Director General of Correction and the inmates’ family. Based on the result of study, it is revealed that the mental health care management in Jakarta Class IIA Narcotic Correction is not seriously taken care in terms of planning, organizing, leading and controlling. There is, still, an obstacle in mental health care which is commitment and role of the policy makers, lack of human resources and infrastructures, also there is no Memorandum of Understanding (MoU) with the mental hospital.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>