Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 239523 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atheeya Raishya Kalzaman
"Pendahuluan:
Prematuritas, yang didefinisikan sebagai kelahiran sebelum 37 minggu masa kehamilan, merupakan penyebab utama komplikasi perkembangan dan kematian anak. Kelahiran prematur, yang sering menyebabkan perkembangan organ yang tidak sempurna, menimbulkan risiko seperti keterlambatan perkembangan saraf dan masalah kesehatan jangka panjang. Studi potong lintang ini bertujuan untuk menilai hasil perkembangan anak- anak prematur di bawah usia dua tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2022.
Metode:
Sebanyak 1.495 anak dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil perkembangan yang dinilai meliputi keterlambatan perkembangan umum, bicara, motorik, dan global. Penelitian ini juga mengeksplorasi hubungan antara keterlambatan perkembangan dengan faktor-faktor seperti usia kehamilan, jenis kelamin, status imunisasi, dan status gizi menggunakan analisis chi-square dan regresi logistik.
Hasil:
Kelahiran prematur tercatat pada 43,1% dari sampel. Di antara anak-anak prematur, 15,8% mengalami keterlambatan perkembangan, termasuk 5% dengan keterlambatan bicara, 10,9% dengan keterlambatan motorik, dan 10,1% dengan keterlambatan perkembangan global. Anehnya, anak-anak cukup bulan memiliki tingkat keterlambatan perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak prematur. Faktor-faktor seperti imunisasi dan status gizi berhubungan signifikan dengan beberapa domain keterlambatan perkembangan, sementara jenis kelamin dan usia kehamilan tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Kesimpulan:
Meskipun anak-anak prematur umumnya dianggap lebih rentan terhadap keterlambatan perkembangan, studi ini menemukan prevalensi keterlambatan yang lebih tinggi pada anak- anak cukup bulan. Temuan ini menekankan pentingnya pemantauan berkelanjutan dan intervensi dini, tanpa memandang status kelahiran. Faktor-faktor seperti imunisasi dan gizi memainkan peran penting dalam mengurangi risiko keterlambatan perkembangan.

.Introduction:
Prematurity, defined as birth before 37 weeks of gestation, is a major contributor to developmental complications and child mortality. Preterm birth, often leading to incomplete organ development, poses risks such as neurodevelopmental delays and long- term health issues. This cross-sectional study aimed to assess the developmental outcomes of preterm children under two years of age at Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM) in 2022.
Methods:
A total of 1,495 children were included in the study. Developmental outcomes, including general, speech, motor, and global delays, were assessed. The study also explored associations between these delays and factors like gestational age, gender, immunization status, and nutritional status using chi-square and logistic regression analysis.
Results:
Preterm births accounted for 43.1% of the sample. Among preterm children, 15.8% exhibited developmental delays, including 5% with speech delays, 10.9% with motor delays, and 10.1% with global developmental delays. Interestingly, full-term children had higher rates of developmental delays compared to preterm children. Factors such as immunization and nutritional status were significantly associated with some developmental delays, while gender and gestational age did not show a significant correlation. Conclusion:
Though preterm children are typically seen as more vulnerable to developmental delays, this study found a higher prevalence of delays in full-term children. These findings highlight the importance of ongoing monitoring and early intervention, regardless of birth status. Factors like immunization and nutrition play a critical role in reducing developmental risks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deswita
"Kelahiran prematur merupakan penyebab terbesar kematian bayi. Perawatan metode kanguru atau PMK merupakan salah satu perawatan yang efektif bagi bayi prematur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh PMK terhadap respon fisiologis bayi prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi di dua rumah sakit di Jakarta. Desain penelitian adalah one-group pre dan post test. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen bayi prematur, dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK. PMK dapat diusulkan menjadi tindakan rutin di ruangan perinatalogi rumah sakit.

The main cause of neonatal mortality is premature birth. Kangaroo mother care is one effective care for preterm infants. The purpose of the study was to identify the effect kangaroo mother care on physiological response of preterm infants and self confidence of mother caring infants in two hospitals in Jakarta. The study design was one-group pre and post test. The result of study was founded that the are significant differencies between before and after kangaroo mother care intervention on physiological infants and self confidence of mother. Based on this study, there were some recomendations including kangaroo mother care usage as a part of routine care in hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29411
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roshinta Sony Anggari
"Perawatan bayi prematur di unit perawatan intensifdapat menimbulkan stimulasi berlebihan bahkan stres fisik pada bayi akibat prosedur invasif yang rutin dilakukan.Studi fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman perawat dalam mengambil keputusan etik untuk pelaksanaan tindakan invasif pada bayi prematur.Partisipan berjumlah 7 orang perawat di ruang perinatologi yang dipilih secara purposive sampling.
Hasil penelitian mengidentifikasi empat tema: (1)masalah etik yang ditemui dalam pelaksanaan prosedur invasif, 2) kebutuhan perawat untuk mampu mengambil keputusan etik, 3) hambatan dalam mengambil keputusan, dan 4) perilaku etis saat pelaksanaan prosedur invasif. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengevaluasi secara kuantitatif kemampuan pengambilan keputusan etik perawat dalam pelaksanaan tindakan invasif selama proses asuhan keperawatan pada bayi prematur.

The treatmentof premature infants at intensive care units may give excessive stimulation even physical stress due toinvasive procedures. The aims of this phenomenological studyis to determine thenurses experiences in ethical decision making for the implementation of invasive procedure. The total of the participants is 7 nurses at perinatology unit which selected by purposive sampling.
The results identified four themes: (1) ethical issues encountered in the implementation of invasive procedures, (2) nursing ability to make ethical decisions, (3) some common barriers in decision making, and (4) ethical behavior during the implemention of invasive procedures. Future studies are expected to evaluate quantitatively the ability of nurse ethical decision making in the implementation of invasive procedures during the nursing processfor premature infants.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T43006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswantriani
"Pendahuluan: Prediksi persalinan preterm penting untuk menunda terjadinya kelahiran preterm dan merujuk ke fasilitas dengan perawatan neonatal intensif. Hal ini penting guna menurunkan mortalitas dan morbiditas neonatal. Beberapa metode untuk memprediksi persalinan preterm adalah menggunakan prediksi klinis yaitu indeks persalinan preterm atau prediksi biofisik dengan mengukur panjang servik.
Tujuan: Membandingkan nilai risiko indeks persalinan preterm dan panjang servik terhadap kejadian kelahiran preterm pada kasus persalinan preterm tanpa ketuban pecah.
Metode: Desain penelitian ini adalah case- control menggunakan data dari rekam medis, dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo sejak Agustus 2013 ? Februari 2014. Semua pasien persalinan preterm tanpa ketuban pecah pada periode tersebut ditelusuri. Dilakukan pengamatan data demografik dan klinis, setelah itu dilakukan penilaian indeks persalinan preterm dan panjang servik. Kemudian selanjutnya pasien ditentukan apakah mengalami kelahiran preterm atau tidak.
Hasil: Dari bulan Agustus 2013 - Februari 2014 terdapat 127 kasus persalinan preterm tanpa ketuban pecah, tetapi hanya 57 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik demografik dan klinis pada kelompok indeks persalinan preterm dan panjang servik tidak berbeda bermakna saat dibandingkan. Duapuluh dari 57 subjek mengalami kelahiran preterm (35.1%). Dari hasil analisis bivariat, variabel yang bermakna mempengaruhi kejadian kelahiran pretem adalah indeks persalinan preterm dan panjang servik. Pasien dengan indeks persalinan preterm ≥ 4 memiliki kemungkinan 4 kali lipat (OR = 4,024) untuk mengalami kelahiran preterm. Sementara itu, pasien dengan panjang serviks ≤ 25 mm memiliki kemungkinan hingga 38 kali lipat (OR = 38,00) untuk mengalami kelahiran preterm.
Kesimpulan: Indeks persalinan preterm dan panjang servik merupakan variabel yang baik untuk menilai risiko terjadinya kelahiran preterm pada persalinan preterm tanpa ketuban pecah.

Introduction: Prediction of preterm labor is important to delay the incident of preterm birth and refers to the facility with a neonatal intensive care. It is important to reduce neonatal mortality and morbidity. Several methods for predicting preterm labor are using clinical prediction : preterm labor index or biophysical prediction with measurement cervical length.
Objectives: comparing risk value of preterm labor index to cervical length on preterm birth incident in preterm labor without rupture of membrane cases.
Methods: the research was a case control study using data from medical records in Dr. Cipto Mangunkusumo hospital since August 2013 ? February 2014. All preterm labor without rupture of membrane cases were traced. Demographic and clinical data were observed. After that preterm labor index and cervical length were assessed. Then patients were determined whether they had experienced preterm birth or not.
Results: From August 2013 - February 2014 there were 127 cases of preterm labor without rupture of membrane, but only 57 research subjects who meet the inclusion and exclusion criteria. The demographic and clinical characteristics of the index group of preterm labor and cervical length did not differ significantly when compared. Twenty from 57 subjects were experience preterm birth (35.1%). From the results of the bivariate analysis, the variables that significantly affect the incidence of preterm birth are preterm labor index and cervical length Patients with preterm labor index ≥ 4 has a possibility of 4-fold (OR = 4.024) to experience preterm birth. Meanwhile, patients with a cervical length ≤ 25 mm have the possibility of up to 38-fold (OR = 38.00) to experience preterm birth.
Conclusions: Preterm labor index and cervical length is a good variable for assessing the risk of preterm birth in preterm labor without rupture of membrane cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Multazam
"Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeteksi awal keterlambatan bahasa dan bicara menggunakan early language milestone scale 2 (ELMS2) pada anak usia 18-36 bulan dengan faktor yang memengaruhi dan hubungannya dengan riwayat lahir prematur. Jumlah subjek penelitian sebesar 96 subjek, dengan 48 subjek anak lahir prematur (kelompok studi) dan 48 subjek anak lahir cukup bulan (kelompok kontrol). Sebanyak 22 subjek (68,8%) anak dengan riwayat lahir prematur mengalami keterlambatan bahasa dan bicara dibandingkan anak cukup bulan, p = 0,017; OR 3,2 (1,3-7,9). Faktor riwayat perawatan NICU, p < 0,001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), riwayat kuning (jaundice), p = 0,046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), riwayat kelurga dengan gangguan bahasa dan bicara, p = 0,003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), jumlah screen time ³ 2 jam, p= 0, 030; OR 2.6 (1.0 – 6.5), status ekonomi, p= 0,017, dan pendidikan ibu, p<0,001 merupakan faktor yang memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara, sedangkan jumlah anak, p = 0,378 dan bilingualisme, p= 0,204, tidak memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara.

This study aims to detect early language and speech delays using the early language milestone scale 2 (ELMS2) in children aged 18-36 months with influencing factors and their relationship with a history of premature birth. The number of study subjects was 96 subjects, with 48 subjects born prematurely (study group) and 48 subjects born at term (control group). A total of 22 subjects (68.8%) of children with a history of preterm birth had language and speech delays compared to full-term children, p = 0.017; OR 3.2 (1.3-7.9). Factors such as history of NICU care, p < 0.001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), history of jaundice, p = 0.046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), family history of language and speech disorders, p = 0.003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), screen time ≥ 2 hours, p = 0, 030; OR 2.6 (1.0 - 6. 5), economic status, p = 0.017, and maternal education, p < 0.001 were factors that influenced the incidence of language and speech delay, while the number of children, p = 0.378 and bilingualism, p = 0.204, did not influence the incidence of language and speech delay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmukaromatis Saleha
"[ABSTRAK
Persalinan prematur merupakan masalah utama penyebab kesakitan dan kematian
perinatal di seluruh dunia. Identifikasi terhadap faktor risiko sangat penting untuk
mendapatkan intervensi yang efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan kualitas tidur ibu hamil dengan kejadian prematur. Kami mengkaji
kualitas tidur saat ibu hamil pada 62 orang ibu yang bersalin prematur (< 37
minggu kehamian) dan 90 orang ibu yang bersalin aterm (≥ 37 minggu
kehamilan). Hasil penelitian adalah setelah dianalisis dengan preeeklamsia
sebagai faktor perancu, didapatkan kualitas tidur ibu hamil tidak berhubungan
signifikan dengan kejadian prematur (p= 0,073; OR= 2,909; 95% CI= 0,907-
9,333). Kesimpulan hasil studi kasus kontrol ini menunjukkan kualitas tidur ibu
yang buruk mungkin merupakan faktor risiko persalinan prematur. Petugas
kesehatan diharapkan dapat memberikan perhatian terhadap kualitas tidur ibu
hamil serta intervensi yang strategis sebagai upaya menurunkan kejadian
prematur.

ABSTRACT
Preterm birth continues to be a main problem the cause of perinatal morbidity and
mortality globally. Identification of risk factors very important to reduce
premature rate occurrence. The objective of study was to determine the
relationship of pregnancy sleep quality with preterm birth. We used case control
study to examined the relationship between maternal sleep to 62 women who a
preterm birth (< 37 weeks gestation) and 90 term controls who birth at term (≥ 37
weeks gestation).The results of study of found after adjusting with preeclamsia for
confounders, we found that pregnancy sleep quality was not significantly
associated with preterm birth (p=0,141; OR=2,909; 95% CI=0,907-9,333). The
conclusions was the study suggest maternal sleep quality may be risk factors for
preterm birth. The clinical should give, Preterm birth continues to be a main problem the cause of perinatal morbidity and
mortality globally. Identification of risk factors very important to reduce
premature rate occurrence. The objective of study was to determine the
relationship of pregnancy sleep quality with preterm birth. We used case control
study to examined the relationship between maternal sleep to 62 women who a
preterm birth (< 37 weeks gestation) and 90 term controls who birth at term (≥ 37
weeks gestation).The results of study of found after adjusting with preeclamsia for
confounders, we found that pregnancy sleep quality was not significantly
associated with preterm birth (p=0,141; OR=2,909; 95% CI=0,907-9,333). The
conclusions was the study suggest maternal sleep quality may be risk factors for
preterm birth. The clinical should give]"
2015
T43675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Risandi Priatama
"Kelahiran preterm sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas yang utama pada neonatus memiliki prevalensi kejadian yang tinggi khususnya di Indonesia yang mencapai 15,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelahiran preterm dan keputihan pada kehamilan.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Subjek penelitian yaitu ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011 yang memenuhi kriteria pemilihan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kelahiran preterm di RSCM pada tahun 2011 sebesar 26,4% dan prevalensi keputihan pada ibu hamil di RSCM tahun 2011 sebesar 29,9%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berbeda bermakna antara kelahiran preterm dengan keputihan pada kehamilan di RSCM tahun 2011 dengan nilai p<0,001 dan keputihan pada kehamilan merupakan risiko terjadinya kelahiran preterm dengan nilai rasio prevalens lebih dari 1 (1,5) serta interval kepercayaan 0,40-0,60.

Preterm birth as causes of morbidity and mortality in neonates have a major high prevalence, especially in Indonesia, which reached 15.5%. This study aims to determine the relationship between preterm birth and vaginal discharge in pregnancy.
The study design used is cross-sectional. Subject of research is the mother who gave birth in the RSCM in 2011 that meets the selection criteria for the study. Results from this study showed that the prevalence of preterm births in the RSCM in 2011 amounted to 26.4% and the prevalence of vaginal discharge in pregnant women in the RSCM in 2011 amounted to 29.9%.
From the results of this study concluded that there is a significant difference in the relationship between preterm birth with vaginal discharge in pregnancy in the RSCM in 2011 with a value of p <0.001 and vaginal discharge in pregnancy is a risk of preterm birth prevalence ratio with a value of more than 1 (1.5) as well as the confidence interval 0.40 to 0.60."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Sulistiawati
"Masalah pemberian nutrisi merupakan salah satu yang sering terjadi pada bayi prematur disebabkan imaturitas sistem gastrontestinal dan menimbulkan peningkatan volume residual lambung. Memposisikan bayi pada posisi prone diketahui mempercepat penyerapan lambung, namun posisi prone mempunyai dampak negative meningkatkan abnormalitas postur, dan risiko sindrom kematian bayi mendadak. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah posisi quarter prone karena memiliki efektifitas yang sama dengan posisi prone tanpa efek samping yang merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh posisi quarter prone terhadap volume residual lambung bayi prematur. Penelitian ini menggunakan Randomized Control Trial RCT crossover design dengan 18 responden. Pemilihan sampel dengan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh posisi quarter prone terhadap volume residual lambung bayi prematur dibandingkan dengan posisi supinasi p value 0,0001 . Pemberian posisi quarter prone efektif menurunkan volume residual lambung pada bayi prematur. Pemberian posisi ini dapat diterapkan sebagai salah satu tindakan keperawatan mandiri dalam mengoptimalkan pemberian nutrisi pada bayi prematur.

The problem of nutritional management often occurs in preterm infants due to gastrointestinal immaturity lead increased residual volume. Positioning preterm infants on prone position considered to influence gastric emptying but prone position has a negative effect of increasing postural abnormalities, and risk of sudden infant death syndrome. An alternative can be done is quarter prone position because it has the same effectiveness with prone without adverse side effects. This study aims to identify the effect of quarter prone position on gastric residual. This research used Randomized Control Trial RCT crossover design simple random sampling with 18 respondents. The results showed the effect of quarter prone position on the gastric residual compared with supine position p 0.0001 . Positioned in quarter prone effective decreases gastric residual in preterm infants. It is suggested positioned in the quarter prone can be applied as one of independent nursing intervention in optimizing Nutritional management of the preterm infant."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Kemampuan menghisap bayi prematur dapat ditingkatkan dengan pemberian stimulasi non nutritive sucking (NNS) dengan menggunakan empeng. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh stimulasi NNS menggunakan empeng terhadap lama penggunaan sonde dalam pemberian minum bayi prematur.
Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan post test only with control group design denan sampel 20 responden untuk 2 kelompok yang dipilih secara purposive sampling di salah satu rumah sakit daerah di Tangerang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen lembar observasi indikator pelepasan sonde dan dianalisis dengan independent t test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh stimulasi NNS dengan menggunakan empeng terhadap lama penggunaan sonde dalam pemberian minum bayi prematur (p=0,379, α=0,05), namun, masa penggunaan sonde lebih pendek. Peneliti merekomendasikan agar stimulasi NNS dengan menggunakan empeng tetap dijadikan prosedur alternatif untuk meningkatkan refleks menghisap pada bayi prematur.

An adequate sucking can be improved a premature infant's sucking reflex with non nutritive sucking stimulation (NNS) with pacifier. The purpose of this research was to identify the influence of NNS stimulation with pacifier towards the duration of gastric tube usage during premature infant feeding.
The design of this research was quasi experimental with post test only control group design with 20 respondents for two groups, then were chosen by purposive sampling in one of Tangerang District Hospital. The data were collected using a questionnaire and an observation form. Data were analized using independent t test.
The result of this research showed that there was no influence of NNS with pacifier towards the duration of gastric tube usage (p=0,379; α=0,05), however the duration of gastric tube usage was shortened. This research recommends that non nutritive sucking stimulation with pacifier is an alternative procedures to improve a premature infant's sucking reflex.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biancha Andardi
"Latar belakang: Angka kematian neonatal di Indonesia masih berada pada tingkat
yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2015, disebutkan terdapat 14 kematian neonatal per
1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian tertinggi kematian neonatal adalah
kelahiran preterm. Defisiensi vitamin D dipercaya sebagai salah satu penyebab
kelahiran preterm. Sayangnya, belum terdapat penelitian mengenai pengaruh vitamin D
pada wanita terhadap kehamilan preterm di Indonesia
Tujuan: Mengetahui perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1-
Hidroksilase (CYP27B1) dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) serum dan
plasenta pada wanita hamil aterm dan preterm
Metode: Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang dilakukan
dengan subjek ibu hamil yang datang ke RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk
persalinan aterm dan preterm pada Januari 2017 hingga Agustus 2017. Pasien dengan
kehamilan multipel, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, pecah ketuban
dini, preeklampsia atau memiliki penyulit lainnya dieksklusi dari penelitian. Kadar 25-
Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1), dan 1,25
Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) pada plasenta dan serum maternal diambil pada
seluruh subjek.
Hasil: Didapatkan sebanyak 60 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dengan rincian 30 subjek preterm dan 30 subjek aterm. Tidak terdapat perbedaan status
25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada serum persalinan preterm dan serum
persalinan aterm (p>0,05). Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada
plasenta yang lebih rendah pada persalinan preterm dibandingkan plasenta persalinan
aterm (p=0,001). Tidak terdapat perbedaan status 1,25 Dihidroksivitamin D3
(1,25(OH)2D3) pada serum dan plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan
aterm, namun didapatkan kadar yang lebih rendah pada persalinan preterm. (pada serum
dengan median 62,9 pg/mL pada hamil preterm, sedangkan median hamil aterm 75,5
pg/mL; dan pada plasenta dengan median 4,57 pg/g pada preterm dan 5,15 pg/g pada
aterm, p>0,05) Tidak terdapat perbedaan status enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1)
pada plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan aterm (p>0,05).
Kesimpulan: Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) plasenta yang
lebih rendah pada subjek dengan kelahiran preterm dibandingkan aterm. Tidak terdapat
perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) serum, enzim 1-Hidroksilase
(CYP27B1) plasenta, dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) plasenta dan serum
antara wanita dengan kehamilan preterm dengan aterm

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>