Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95447 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evin Novianti
"Latar belakang: Tingginya kasus COVID-19 di dunia mengakibatkan 13,3-16,6 juta kematian di kawasan Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia lonjakan kematian mencapai 158.429, terbayak usia dewasa. Dampak kematian orang tua menimbulkan stress, cemas berisiko pada masalah kesehatan jiwa remaja yang lebih berat. Tujuan: menganalisis model mekanisme koping remaja yang menghadapi kehilangan orang tuaakibat COVID-19 terhadap tanda gejala stress, cemas. Metode: Penelitian tahap 1 survei pada 516 sample remaja di DKI Jakarta, dianalisa dengan SEM-PLS. Penelitian tahap 2, desain quasy eksperiment with control group menguji keefektifan model dengan sample kelompok intervensi, kontrol masing-masing 52. KuisionerZung Self Rating Anxiety Scale (SAS), Perceived Stress Scale (PSS). Analisa data mancova repeated. Hasil:Koefisien determinasi kuat (R2>0,67), stimulus fokal, stimulus kontekstual, penilaian stressor, sumber koping membentuk mekanisme koping (p-value<0,05). Terdapat perubahan tanda gejala stress, cemas pada remaja sebelum dan sesudah diterapkan model mekanisme koping pada kelompok intervensi. Simpulan: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua efektif menurunkan tanda gejala stress, cemas. Saran: Model mekanisme koping remaja yang mengalami kehilangan orang tua dapat diimplementasikan kepada remaja dalam upaya pencegahan masalah psikososial yang lebih berat lagi, dan dapat diimplementasikan oleh guru dan perawat setingkat ahli Madya.

Background: The high number of COVID-19 cases worldwide has resulted in 13.3-16.6 million deaths across Southeast Asia, Europe, and the Americas. In Indonesia, the death toll surged to 158,429, with the majority being adults. The loss of parents has led to stress and anxiety, increasing the risk of more severe mental health issues among adolescents. Objective: To analyze the coping mechanism model for adolescents dealing with the loss of parents due to COVID-19 in relation to symptoms of stress and anxiety. Methods: The study consisted of two phases. Phase 1 was a survey involving 516 adolescent samples in Jakarta, analyzed using SEM-PLS. Phase 2 used a quasi-experimental design with a control group to test the effectiveness of the model, involving intervention and control groups of 52 participants each. The Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) and Perceived Stress Scale (PSS) were used. Data were analyzed using repeated measures MANOVA. Results: The model showed a strong coefficient of determination (R² > 0.67). Focal stimuli, contextual stimuli, stressor appraisal, and coping resources significantly shaped the coping mechanism (p-value < 0.05). Changes in stress and anxiety symptoms were observed in adolescents before and after applying the coping mechanism model in the intervention group. Conclusion: The coping mechanism model for adolescents experiencing parental loss effectively reduced stress and anxiety symptoms. Recommendations: The coping mechanism model for adolescents dealing with parental loss can be implemented to prevent more severe psychosocial issues and can be applied by teachers and nurses at the associate expert level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Alwi
"Masa remaja adalah tahap perkembangan penting yang melibatkan perubahan  besar pada aspek fisik, psikologis, dan sosial. Remaja sering menghadapi tekanan tinggi dari tuntutan sekolah, keluarga, dan teman-teman, sehingga mereka rentan terhadap stres psikologis. Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental. Individu tidak pasif ketika mengalami stres, akan tetapi mencoba untuk mengatasi kondisi tersebut dengan melakukan perilaku coping. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku coping adaptif pada remaja di DKI Jakarta beserta determinannya. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional pada 314 remaja yang dipilih dengan cluster sampling dari wilayah administrasi di DKI Jakarta. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku coping adaptif pada remaja cenderung baik dengan nilai rata-rata 1,95 (skala 0-3). Perilaku coping adaptif yang paling banyak digunakan yaitu active coping dan positive reframe, sedangkan yang paling jarang digunakan yaitu emotional support dan venting. School connectedness, literasi kesehatan mental, dan ketahanan keluarga memiliki hubungan dengan school connectedness (p<0,001). Penelitian ini juga menemukan  school connectedness merupakan faktor paling dominan untuk membangun perilaku coping adaptif pada remaja (p=<0,001; ꞵ= 0,022). Penguatan school connectedness, literasi kesehatan jiwa dan ketahanan keluarga perlu dilakukan untuk mendorong perilaku coping yang lebih adaptif pada remaja.

Adolescence is a critical developmental stage involving significant changes in physical, psychological, and social aspects. Teenagers often face high pressure from school, family, and friends, making them vulnerable to psychological stress. Poorly managed stress can lead to mental health problems. Individuals are not passive when experiencing stress; they try to cope with the condition through coping behaviors. This study aims to analyze adaptive coping behaviors in adolescents in DKI Jakarta and their determinants. The research uses a quantitative method with a cross-sectional design involving 314 adolescents selected through cluster sampling from administrative areas in DKI Jakarta. Data were collected through self-administered questionnaires. The results show that adaptive coping behaviors in adolescents tend to be good, with an average score of 1.95 (scale 0-3). The most frequently used adaptive coping behaviors are active coping and positive reframing, while the least used are emotional support and venting. School connectedness, mental health literacy, and family resilience are associated with school connectedness (p<0.001). The study also found that school connectedness is the most dominant factor in building adaptive coping behaviors in adolescents (p=<0.001; ꞵ= 0.022). Strengthening school connectedness, mental health literacy, and family resilience needs to be done to encourage more adaptive coping behaviors in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwita Laksmi Sentari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Erna Hartatik
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres terhadap kebiasaan merokok pada remaja di SMU Muhammadiyah 15 Slipi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan jumlah responden 56 orang. AIat pengumpul data berupa kuisioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara stres dengan kebiasaan merokok pada remaja di SMU Muhammadiyah 15. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan stres terhadap kebiasaan merokok pada remaja dengan meneliti seluruh aspek yang mempengaruhi stres pada remaja, meliputi lingkungan sosial, keadaan, dan tumbang remaja.

This study aims to determine the relationship between stress on the smoking habits of teenagers in SMU Muhammadiyah 15 Slipi. Design research is used descriptive korelasional number of respondents with 56 people. Tools such as data collectors kuisioner. Analysis of the data used is bivariat analysis using the test statistics chi-square.
Results of research concluded that no meaningfill relationship between stress with smoking habits in SMU Muhamrnadiyah 15 Slipi. This study recommends to do further research on the relationship of stress on adolescent smoking behavior with examining all aspects that affect the stress on youth, including social environment, circumstances, and upset teenager.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5653
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vinesia Febrianti
"Saat duduk di kelas 12 SMA, siswa akan mendapatkan banyak tuntutan akademis yang dapat menyebabkan stres. Untuk mengatasi stres tersebut, diperlukan penggunaan coping yang tepat. Salah satu hal yang berhubungan dengan penggunaan coping adalah goal orientation yang dimiliki individu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara jenis goal orientation dengan gaya coping adaptif terhadap stres terkait sekolah pada siswa kelas 12 SMA. Adapun partisipan ini berjumlah 284 partisipan yang berasal dari SMA di Jabodetabek. Pengukuran dilakukan dengan Achievement Goal Questionnaire-Revised dan Coping Across Situation Questionnaire-Revised. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mastery-approach goal r=0,219.

12th graders can have academic demands that will result in stress. A suitable coping style is needed to manage that stress. One of the factors that relate to an individuals coping style is their goal orientation. This study aims to find the relationship between type of goal orientation and adaptive coping style related to school related stress among 12 th graders. The participants of this study were 284 students from high schools in Greater Jakarta Area. The measurements used were Achievement Goal Questionnaire Revised and Coping Across Situation Questionnaire Revised. Based on this study, a significant relationship was found between mastery approach goal r 0,219, p 0,05 and performance approach goal r 0,147, p 0,05 with active coping. Thus, no relationship was found between mastery avoidance goal r 0,036, ns and performance avoidance goal r 0,092, ns with active coping, as well as between mastery approach goal r 0,046, ns , mastery avoidance goal r 0,010, ns , performance approach goal r 0,031, ns , and performance avoidance goal r 0,081, ns with internal coping. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Niman
"Banjir musiman menjadi stressor yang dialami oleh remaja yang tinggal di daerah rawan bencana banjir. Remaja merasakan ansietas sebagai dampak psikologis akibat banjir. Self efficacy dibutuhkan oleh remaja dalam menghadapi banjir musiman. Disertasi ini membahas pengembangan model koping untuk meningkatkan self efficacy dan mengatasi ansietas yang selanjutnya diimplementasikan pada remaja usia 13 – 18 tahun di daerah rawan bencana banjir Kabupaten Bandung Jawa Barat. Tujuan penelitian menganalisis model koping untuk meningkatkan Self efficacy dan mengatasi ansietas pada remaja di daerah rawan bencana banjir. Metode penelitian exploratory sequential mixed methods dengan dua tahap. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi dan pengembangan model. Partisipan pada penelitian kualitatif berjumlah 15 remaja usia 13-18 tahun. Kriteria sampel tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi dan pernah mengalami banjir. Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design. Sampel penelitian masing – masing kelompok 104 responden yang dipilih secara purposive sampling. Kriteria inklusi usia 13-18 tahun, tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR/Pramuka, bersedia mengikuti kegiatan secara lengkap. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dan alat ukur yang digunakan menggunakan instrumen coping self efficacy dan Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Analisa data dilakukan menggunakan uji bivariat dan multivariat. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 5 tema utama dan hasil tahap 2 terdapat perubahan self efficacy dan ansietas pada kelompok yang mendapatkan intervensi model koping dukungan remaja.Penelitian menyarankan bahwa model koping dukungan remaja dapat diaplikasikan oleh dinas kesehatan, badan penanggulangan bencana daerah, perawat puskesmas, guru bimbingan konseling, orang tua dan remaja; Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menguji model dukungan remaja pada kondisi bencana alam yang lain.

Seasonal floods are a stressor experienced by adolescents who live in flood-prone areas. Adolescents feel anxiety as a psychological impact due to flooding. Adolescents need self-efficacy in dealing with seasonal floods. This dissertation discusses the development of coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety which will then be implemented in adolescents aged 13-18 years in flood-prone areas, Bandung Regency, West Java. The research objective is to analyze coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety in adolescents in flood-prone areas. The exploratory sequential mixed methods research method with two stages. Phase 1 qualitative research with phenomenological design and model development. The participants in the qualitative study were 15 adolescents aged 13-18 years. The criteria for the sample live in flood-prone areas with medium-high criteria and have experienced flooding. Phase 2 is a quantitative study with a quasi-experimental design with pre and post-test control group design. The research sample for each group is 104 respondents selected by purposive sampling. Inclusion criteria are 13-18 years old, living in a flood-prone area with medium-high criteria, participating in PMR/Scout extracurricular activities, and being willing to participate in the full activity. The research activity was carried out for one month, and the measurement tools used were coping self-efficacy instruments and the Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Data analysis was performed using bivariate and multivariate tests. The results of the first phase of the research found five main themes. The results of the second stage showed changes in self-efficacy and anxiety in the group that received the intervention of the adolescent support coping model. Research suggests that health offices can apply the coping model for youth support, regional disaster management agencies, primary health nurses, guidance and counselling teachers, parents and adolescents; Further research is needed to test the model of youth support in other natural disaster conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia Rahadyani
"Siswa yang berada di tingkat akhir sebuah jenjang, seperti siswa kelas 12 SMA, memiliki kecenderungan stres akademik yang tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa di tingkat akhir menerima frekuensi ujian lebih tinggi dan mencemaskan masa depan yang jauh lebih dekat, sehingga permasalahan stres akademik menjadi permasalahan penelitian. Di samping permasalahan tersebut, peneliti menemukan
manfaat mindfulness untuk para siswa, seperti membantu meningkatkan resiliensi dan membantu regulasi emosi, sehingga peneliti juga ingin mencari tahu cara untuk membantu para siswa memiliki kondisi mindfulness. Expressive writing
adalah cara untuk menurunkan stres akademik dan berpeluang menciptakan kondisi mindfulness. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh expressive writing terhadap stres akademik dan mindfulness pada siswa kelas 12 SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tipe pre-experimental design berjenis one-group pre-test post-test design serta dilaksanakan secara luring. Pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner dari alat ukur Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA) dan Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ). Total partisipan adalah 27 siswa kelas 12 SMA yang berumur 17 dan 18 tahun (M = 17.22). Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh expressive writing terhadap penurunan stres akademik (t(26) = 7.26, p < 0.05) dan tidak berpengaruh pada kenaikan mindfulness.

Students who are in the final year of a level, such as 12th grade high school students, have a tendency to be high academic stress. This is because students in their final year receive higher frequency of exams and worried about a much closer future, so the academic stress is the research problem. In addition to these research problem, researcher found the benefit mindfulness for tudents, such as helping increase resilience, helping emotion regulation, so researcher want to
looking for the way for helping student have a state of mindfulness. Expressive writing is a way to reduce academic stress and have the opportunity to create a state of mindfulness. This study aimed to look at the effect of expressive writing on academic stress and mindfulness in grade 12th high school students. This research is a quantitative research with a type of pre-experimental design type one-group pre-test post-test design and carried out offline. Research data collection using questionnaires from Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA) and Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) measuring instruments. The total participants were 27 grade 12th high school students aged 17 and 18 years (M = 17.22). The results showed that there was an effect of expressive writing on reducing academic stress (t (26) = 7.26, p < 0.05) and no effect on increasing mindfulness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Astri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi hubungan antara stres dan religiusitas pada dewasa muda beragama Islam. Hipotesis pada penelitian ini adalah akan ada korelasi negatif antara stres dan religiusitas. Ada 101 dewasa muda beragama Islam yang berpartisipasi dan mengisi kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sesuai dengan hipotesis, terdapat korelasi negatif yang signifikan antara stres dan religiusitas. Ditinjau dari dimensi-dimensi religiusitas, stres juga berkorelasi positif dengan dimensi ritualistic. Beberapa asumsi telah dimunculkan untuk memberikan penjelasan mengenai penemuan dalam penelitian. Pertama, religiusitas dapat menjadi suatu faktor pelindung terhadap stres, sehingga mengurangi risiko munculnya stres. Kedua, religiusitas mungkin telah digunakan sebagai suatu strategi coping yang efektif sehingga membantu individu dalam menanggulangi stres. Ketiga, ritual keagamaan yang dapat memberikan efek relaks (relaxing effect) pada tubuh diasumsikan sebagai suatu sumber dari ketenangan dan kenyamanan yang lebih nyata dibandingkan dengan dimensi lainnya.

This aim of the currentewsearch was to examine the relationship between stress and religiosity. In the research, it was hypotesized that there would be a negative correlation between stress and religosity within muslim young adults. There were 101 muslim young adults who participated and completed the questionnaires.
The results revealed that, supporting the hypotesis, there was a significant negative correlation between stress and reigiosity. Investigating the religiosity dimensions, it was also foun that there was a significant negative correlation between stress and ritualisticdimesnsions. several assumption have been derrived in order to explain the findings. Firstly, religiosity could be a protective factor towards stress, and thus decreases the liklihood of stress to occur. Secondly, religiosity might be used as an effective coping strategy and it helps individuals to cope with stress. Thirdly, religious rituals that have their relaxing effect to the body, might act as a real source of comfort compared to the other dimensions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.904 2 KRE h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sari Putri
"Remaja merupakan populasi yang berisiko mengalami berbagai permasalahan kesehatan, salah satunya gejala dispepsia fungsional. Stres menjadi salah satu penyebab munculnya permasalahan kesehatan pada remaja seiring perubahan dalam perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara stres dan gejala dispepsia fungsional pada remaja SMA. Desain penelitian ini yaitu cross-sectional dengan 360 responden dipilih melalui metode purposive sampling dan stratified-cluster sampling dari SMA di Kota Bekasi. Instrumen penelitian ini yaitu the shortened version of the adolescent stress questionnaire dengan hasil r = 0.378-0.658 untuk uji validitasnya dan nilai cronbachs alpha sebesar 0.916 untuk reliabilitasnya, serta dyspepsia symptom severity index dengan hasil r = 0.368-0.750 untuk uji validitasnya dan nilai cronbachs alpha sebesar 0.931 untuk reliabilitasnya. Hasil penelitian menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara stres dan gejala dispepsia fungsional pada remaja (p=0.0001), dengan hubungan yang positif (searah) dan kuat (r = 0.588). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi stres maka semakin tinggi gejala dispepsia fungsional pada remaja SMA. Pelaksanaan pendidikan keterampilan hidup sehat dan pelayanan kesehatan mental berbasis sekolah diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi stres pada remaja. Selain itu, diperlukan upaya kesehatan sekolah terkait nutrisi pada remaja.

The population of adolescent is at risk of experiencing various health problems, one of the problems is the functional dyspepsia symptom. One of the causes of this health problem is stress, which changes in their development. The research aims to identify the relationship between stress and functional dyspepsia symptoms in high school adolescents. The research design used is cross-sectional with 360 respondents selected through purposive sampling method and stratified-cluster sampling taken from A High School in Bekasi City. The research instruments used were the shortened version of the adolescent stress questionnaire with validity test values of 0.378-0.658 and Cronbachs alpha values of 0.916 for reliability, with dyspepsia severity index symptoms with validity test values of 0.368-0.750 and Cronbachs alpha value is 0.931 for reliability. The results of the study were analyzed using the Spearman correlation test showed that there was a significant relationship between stress and functional dyspepsia symptoms in adolescents (p value = 0.0001), with a positive (direct) and strong relationship (r = 0.588). Based on the results of the study, it can be concluded that the higher the stress, the higher the symptoms of functional dyspepsia in high school adolescents. The implementation of healthy life skills education and school-based mental health services are needed as an effort to reduce stress in adolescents. In addition, a school health program related to nutrition is needed in adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veva Mutiarasari Antriska
"Remaja mengalami berbagai perubahan perkembangan yang pesat. Hal ini membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan akibat berbagai stressor yang dihadapi, salah satunya stres akademik. Kelekatan remaja dengan teman sebaya yang baik dapat mendorong remaja untuk terbuka satu sama lain sehingga dapat mengkomunikasikan permasalahan yang dialami satu sama lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan kelekatan teman sebaya dengan stres akademik pada remaja SMA. Penelitian menggunakan desain deskriptif analisis dengan pendekatan cross-sectional pada 208 siswa SMA kelas 12 dipilih dengan teknik convenience sampling. Kelekatan teman sebaya diidentifikasi menggunakan instrumen Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) bagian peer version dan stres akademik menggunakan instrumen Education Stres Scale for Adolescence (ESSA). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan kelekatan teman sebaya dengan stres akademik pada remaja SMA (p < 0.001). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan dengan faktor lain yang memengaruhi kelekatan teman sebaya dan/atau stres akademik pada remaja.

The developments in adolescence change rapidly. It makes adolescents vulnerable to health problems due to various stressors, one of them is academic stress. The good peer attachment of adolescents can encourage adolescents to be overt with each other so they can communicate their problems experienced to each other. This study is aimed to determine the relationship between peer attachment and academic stress in high school adolescents. This study was using a descriptive analysis with a cross-sectional design with 208 high school students grade 12th selected by convenience sampling technique. Peer attachments were identified using the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) peer version instrument and academic stress using the Education Stress Scale for Adolescence (ESSA) instrument. The results showed that there was a significant relationship between peer attachment and academic stress in high school adolescents (p <0.001). This study recommends that further research can be linking with other factors that affect peer attachment and/or academic stress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>