Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66610 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khansa Dhia Rabbani
"Artikel ini membahas usaha mekanisme pertahanan diri tokoh Zain, tokoh utama dalam film Capernaum karya Nadine Labaki. Film ini menceritakan kisah seorang anak laki-laki Lebanon berusia 12 tahun yang menggugat orang tuanya sendiri karena melahirkannya meskipun tahu tentang kehidupan menyedihkan yang akan dijalani. Zain menuntut orang tuanya atas "kejahatan" memberinya kehidupan. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi usaha-usaha melalui mekanisme pertahanan diri ego di tengah gempuran tekanan dan norma dari superego masyarakat kelas bawah. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah teori film Boggs dan Petrie (2022) dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud (2018) dalam struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan superego untuk mengkaji keputusan-keputusan yang diambil oleh Zain. Struktur naratif dan sinematografis menunjukkan kondisi keluarga yang disfungsional serta dampak kemiskinan. Hasil analisis artikel menunjukkan ego Zain yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan id tanpa mempertimbangkan keputusan atau melemahkan peran superego yang seharusnya mengatur norma moral. Film Capernaum, yang mengangkat isu perempuan, imigran, dan anak-anak di Timur Tengah, memperlihatkan kejahatan pada anak-anak di bawah umur, khususnya dalam bentuk eksploitasi anak. Kesulitan yang dihadapi oleh pengungsi dan anak-anak mereka, masalah pernikahan dini, serta isu perdagangan manusia menjadi fokus utama dalam film ini. Tekanan yang begitu besar dari superego berdampak pada kegagalan pertahanan diri tokoh untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya.

This article discusses the self-defense mechanisms employed by Zain, the main character in Nadine Labaki's film Capernaum. The film tells the story of a 12-year-old Lebanese boy who sues his own parents for giving birth to him, despite knowing the miserable life he would endure. Zain accuses his parents of the "crime" of bringing him into existence. The article aims to identify the ego's defense mechanisms amidst the pressures and norms imposed by the superego of the lower-class society. The research method used in this analysis is based on Boggs and Petrie's (2022) film theory, combined with Sigmund Freud's (2018) psychoanalytic approach, focusing on the structure of personality comprising the id, ego, and superego, to examine Zain's decision-making processes. The narrative and cinematic structure reveal the dysfunctional family conditions and the impact of poverty. The article's findings highlight Zain's ego prioritizing the fulfillment of the id's needs while disregarding or weakening the superego's role in upholding moral norms. Capernaum, which raises issues concerning women, immigrants, and children in the Middle East, exposes crimes against minors, particularly child exploitation. The film focuses on the challenges faced by refugees and their children, early marriage issues, and human trafficking. The immense pressure from the superego results in the failure of Zain's defense mechanisms to take responsibility for his family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Dhia Rabbani
"Artikel ini membahas usaha mekanisme pertahanan diri tokoh Zain, tokoh utama dalam film Capernaum karya Nadine Labaki. Film ini menceritakan kisah seorang anak laki-laki Lebanon berusia 12 tahun yang menggugat orang tuanya sendiri karena melahirkannya meskipun tahu tentang kehidupan menyedihkan yang akan dijalani. Zain menuntut orang tuanya atas "kejahatan" memberinya kehidupan. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi usaha-usaha melalui mekanisme pertahanan diri ego di tengah gempuran tekanan dan norma dari superego masyarakat kelas bawah. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah teori film Boggs dan Petrie (2022) dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud (2018) dalam struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan superego untuk mengkaji keputusan-keputusan yang diambil oleh Zain. Struktur naratif dan sinematografis menunjukkan kondisi keluarga yang disfungsional serta dampak kemiskinan. Hasil analisis artikel menunjukkan ego Zain yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan id tanpa mempertimbangkan keputusan atau melemahkan peran superego yang seharusnya mengatur norma moral. Film Capernaum, yang mengangkat isu perempuan, imigran, dan anak-anak di Timur Tengah, memperlihatkan kejahatan pada anak-anak di bawah umur, khususnya dalam bentuk eksploitasi anak. Kesulitan yang dihadapi oleh pengungsi dan anak-anak mereka, masalah pernikahan dini, serta isu perdagangan manusia menjadi fokus utama dalam film ini. Tekanan yang begitu besar dari superego berdampak pada kegagalan pertahanan diri tokoh untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya.

This article discusses the self-defense mechanisms employed by Zain, the main character in Nadine Labaki's film Capernaum. The film tells the story of a 12-year-old Lebanese boy who sues his own parents for giving birth to him, despite knowing the miserable life he would endure. Zain accuses his parents of the "crime" of bringing him into existence. The article aims to identify the ego's defense mechanisms amidst the pressures and norms imposed by the superego of the lower-class society. The research method used in this analysis is based on Boggs and Petrie's (2022) film theory, combined with Sigmund Freud's (2018) psychoanalytic approach, focusing on the structure of personality comprising the id, ego, and superego, to examine Zain's decision-making processes. The narrative and cinematic structure reveal the dysfunctional family conditions and the impact of poverty. The article's findings highlight Zain's ego prioritizing the fulfillment of the id's needs while disregarding or weakening the superego's role in upholding moral norms. Capernaum, which raises issues concerning women, immigrants, and children in the Middle East, exposes crimes against minors, particularly child exploitation. The film focuses on the challenges faced by refugees and their children, early marriage issues, and human trafficking. The immense pressure from the superego results in the failure of Zain's defense mechanisms to take responsibility for his family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindyawati Octavianny
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan bagaimana mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Unsent Letters karya Elsa Fakhirah Nasution atau biasa dikenal dengan Elcessa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan psikologi sastra. Teori yang digunakan merupakan teori mekanisme pertahanan diri yang disampaikan oleh Sigmund Freud. Mekanisme Pertahanan diri merupakan strategi perlindungan yang dilakukan oleh manusia dalam menghadapi ansietas atau kecemasan. Freud menyampaikan munculnya perasaan ansietas atau kecemasan disebabkan oleh keinginankeinginan yang tidak tercapai atau saling bertentangan sehingga mekanisme pertahanan diri ini dilakukan untuk menghilangkan ansietas atau kecemasan yang dirasa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Unsent Letters karya Elsa Fakhirah Nasution atau biasa dikenal dengan Elcessa berupa regresi, represi, proyeksi, reaksi formasi, rasionalisasi, agresi dan apatis, pengalihan, fantasi dan stereotip, dan terakhir sublimasi. 

This study aims to describe how the defense mechanism is carried out by the characters in the novel Unsent Letters by Elsa Fakhirah Nasution or commonly known as Elcessa. The research method used is descriptive qualitative with a study of literature psychology. The theory used is defense mechanisms presented by Sigmund Freud. Defense Mechanisms are protective strategies carried out by humans in dealing with anxiety. Freud conveyed that the emergence of feelings of anxiety is caused by desires that are not achieved or conflict with each other so that this defense mechanism is carried out to eliminate anxiety. The results of this study indicate that there are defense mechanisms carried out by the characters in the novel Unsent Letters by Elsa Fakhirah Nasution or commonly known as Elcessa in the form of regression, repression, projection, reaction formation, rationalization, aggression and apathy, diversion, fantasy and stereotypes, and sublimation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azarra Nayla Kirana Prasetyo
"The Artful Dodger (2023) is a spin-off from the novel Oliver Twist (1838) by Charles Dickens. The series reimagines the Dodger’s life 15 years after the events in the novel. The main character, Jack Dawkins, leads a double life, which blurs the lines between good and bad. This article applies Sigmund Freud’s psychoanalytic approach to investigate how Freud’s anxiety and defense mechanisms are reflected in Jack’s behavior. This article uses a descriptive qualitative method by analyzing the dialogue and scenes that reflect anxiety and defense mechanisms. The findings of this research show that Jack dominantly experiences realistic anxiety and moral anxiety and uses denial, projection, displacement, rationalization, and regression as his defense mechanisms. It is hoped that the results of this research will provide a deeper understanding of the psychological complexity of characters in films as well as provide a basis for further research in the fields of psychoanalysis and the series The Artful Dodger (2023).

The Artful Dodger (2023) merupakan spin-off dari novel Oliver Twist (1838) karya Charles Dickens. Serial ini menggambarkan kembali kehidupan Dodger 15 tahun setelah kejadian di dalam novel tersebut. Jack Dawkins, selaku karakter utama, menjalani kehidupan ganda yang mengaburkan batas antara kebaikan dan keburukan. Artikel ini menerapkan pendekatan psikoanalitik Sigmund Freud untuk menyelidiki bagaimana kecemasan dan mekanisme pertahanan Freud tercermin dalam perilaku Jack. Artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisis dialog dan adegan yang di dalamnya mencerminkan kecemasan dan mekanisme pertahanan diri. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Jack dominan mengalami kecemasan realistik dan kecemasan moral serta menggunakan penyangkalan, proyeksi, pemindahan, rasionalisasi, dan regresi sebagai mekanisme pertahanannya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kompleksitas psikologis karakter dalam film serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut di bidang psikoanalisis dan The Artful Dodger (2023)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Dyah Ayu Puspita Loka
"Penelitian ini mengkaji mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Ganjil Genap. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra yang menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Pendekatan tersebut digunakan untuk menganalisis bentuk mekanisme yang dilakukan para tokoh, yaitu Gala, Bara, dan Aiman. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tekanan yang dialami oleh para tokoh, bentuk mekanisme pertahanan diri, dan dampak yang dialami para tokoh. Hasil analisis menunjukkan adanya kecemasan yang berkaitan dengan masalah percintaan. Selain itu, bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan para tokoh adalah sublimasi, apatis, represi, dan reaksi formasi. Tokoh Gala merasakan dampak dari mekanisme pertahanan diri, yaitu penerimaan diri tokoh tersebut sebagai perempuan lajang. Sementara itu, tokoh Bara dan Aiman mendapatkan rasa kehilangan.

This research examines the character's self-defense mechanism in the novel Ganjil Genap. The method used in the research is a qualitative method with a literary psychology approach that uses Sigmund Freud's psychoanalysis theory. The approach is used to analyze the form of mechanisms carried out by the characters, namely Gala, Bara, and Aiman. This research aims to explain the pressure experienced by the characters, the form of self-defense mechanisms, and the impact experienced by the characters. The results of the analysis show that there is anxiety related to romance problems. In addition, the forms of self-defense mechanisms used by the characters are sublimation, apathy, repression, and formation reactions. The character Gala feels the impact of the self-defense mechanism, namely the character's self-acceptance as a single woman. Meanwhile, Bara and Aiman get a sense of loss."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Kiara Triheningtyas
"Film Capernaum karya Nadine Labaki menunjukkan isu sosial yang dialami oleh masyarakat kelas bawah di Beirut, Lebanon. Artikel ini bertujuan untuk melihat tingkat ketangguhan diri tokoh atau resiliensi dengan latar belakang berbeda yakni dari sudut pandang anak, imigran gelap serta komunitasnya dalam bertahan hidup dan menghadapi ancaman sekitar demi mencapai kebebasan dalam menentukan pilihan serta kebahagian baik secara materiel maupun morel. Dalam mencapai tujuan, digunakan metode kualitatif dengan menganalisis unsur naratif dan sinematografis menggunakan teori kajian film menurut Boggs dan Petrie yang kemudian diperdalam dengan konsep resiliensi sosial menurut Patrick dan Saldaporak. Hasil menunjukkan bahwa perkembangan resiliensi dicerminkan secara signifikan oleh tokoh Zain. Penjenjangan tersebut tidak selalu berjalan berurutan, terdapat pula sikap resisten dalam prosesnya, namun sebagai satu kesatuan, komunitas Beirut memiliki tingkat resiliensi rendah karena didominasi oleh sikap penerimaan sebagai mekanisme pertahanan. Selain itu, ancaman utama yang menjadi penyebab adalah kondisi ekonomi dan malafungsi lembaga sosial khususnya keluarga sebagai institusi pertama bagi setiap anak. Lain halnya dengan keluarga, terlepas dari ketidakterturan yang ada, institusi sosial yakni pengadilan berhasil berjalan sesuai fungsinya

Capernaum by Nadine Labaki exhibits social issues that prevails amongst the lower class in Beirut, Lebanon. This article aims to showcase the actors’ resilience from different backgrounds, which vary from the point of view of children, illegal immigrants as well as their communities in hope to face and survive the threats that surrounds them. In achieving the objective, a qualitative method by Boggs and Petrie is used by analyzing its narrative and cinematographic elements. This is then supported by social resilience theory by Patrick and Saldaporak. The results show that the development of resilience is significantly reflected by a character named, Zain. The progression is not always sequential, as there are also some resistant attitudes. However, as a unity, the Beirut community has a low level of resilience which can be attributed to their high coping capacities. Additionally, the main threats that caused their low level of resilience are the poor economic conditions and the malfunction of social institutions in the country, especially the family as the first institution for every child. Despite the existing disorganization, the social institution, namely the court, has succeeded in functioning properly according to its obligations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Friska
"Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan transformasi karakter yang membawa kepada perubahan kepribadian tokoh utama dari novel Norwegian Wood (2005) ke film dan menampilkan kaitan tiga perempuan sebagai pembentuk struktur kepribadian Watanabe Toru dalam film Norwegian Wood (2010). Metode deskriptif analisis dengan teori psikoanalisis sastra dan analisis film melalui aspek narasi dan sinematografi digunakan untuk melihat bagaimana tokoh Watanabe Toru mengalami transformasi karakter sehingga tercipta kecemasan dan metode pertahanan diri yang diikuti dengan kaitan tiga perempuan sebagai struktur kepribadian Watanabe Toru. Dari hasil analisis tampak bahwa transformasi karakter terjadi untuk memberikan tempat bagi ketiga perempuan untuk menjadi visualisasi dari Id, Ego dan Superego (konflik batin) dari tokoh Watanabe Toru.

This analysis aims to show the transformation character that lead to personality changes of Watnabe Toru, the main character from novel Norwegian Wood (2005) into film. The changes show the connection between three women as the personality structure of Watanabe Toru in the film of Norwegian Wood (2010). Descriptive analytical method and theory of pshycoanalysis from Sigmund Freud as well as movie analysis through narrative and cinematic techniques from Joseph M Boggs is used to reveal that the characterization of Watanabe Toru in the film is based on the anxieties and self-defense methods. This analysis shows that the film adaptation gives role the three women to become a visualization of Id, Ego and Superego of the Watanabe Toru character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Katheina Anastasya
"Setiap manusia secara tidak sadar, sering menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk melawan kecemasan di dalam hidupnya. Hal itu sangat penting, karena dengan mengetahui mekanisme pertahanan diri ini dapat membantu manusia bertahan dan menghadapi dunia. Jurnal ini membahas terkait mekanisme pertahanan diri yang dimunculkan oleh tokoh utama dalam film Die Wand (2012). Pembahasan dalam jurnal ini dilakukan dengan analisis teknik sinematografi, surrealisme dan teori mekanisme pertahanan diri Sigmund Freud. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama wanita banyak memunculkan mekanisme pertahanan diri penyangkalan dan pengalihan lewat berbagai metafor dalam ceritanya.

Every human being, unconsciously, often uses self defense mechanisms to fight anxiety in his life. This is very important, because knowing self-defense mechanism can help humans survive and face the world. This journal discusses the self-defense mechanism raised by the main character in the film Die Wand (2012). The discussion in this journal is carried out by analyzing cinematographic techniques, surrealism and Sigmund Freuds theory of self defense mechanisms. After being analyzed, it can be concluded that the main female characters have raised many self-defense mechanisms of denial and diversion through various metaphors in the story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Salsabila
"Secara umum, psikoanalisis memegang peranan penting dalam pengkajian film karena komposisi narasi dan tokoh dalam sebuah film tidak dapat terlepas dari aspek psikologis. Maka dari itu, psikoanalisis menjadi salah satu cara untuk memahami lebih dalam kompleksitas dari kepribadian tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam film. Hal ini dapat ditemukan dalam film C’est pas moi, je le jure ! (2008) karya Philippe Falardeau yang menggambarkan bagaimana lingkungan keluarga dapat memengaruhi kepribadian anak, khususnya melalui tokoh utamanya, Leon Dore. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh dari id, ego, dan superego, serta kaitannya dengan prinsip kenikmatan dan prinsip kematian terhadap kebebasan bertindak tokoh Leon sebagaimana ditunjukkan dalam film. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif yang berlandaskan studi kajian sinema menurut Joseph M. Boggs dan Dennis W. Petrie (2018), didukung dengan kerangka teori psikoanalisis Sigmund Freud, yaitu struktur kepribadian (2018) serta dorongan Eros dan Thanatos (2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebebasan bertindak Leon dapat dimaknai sebagai ketidakseimbangan ego akibat adanya pertentangan antara id dan tekanan superego dari struktur kepribadiannya yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Selain itu, kebebasan bertindak yang juga berakar dari prinsip kenikmatan dan prinsip kematian menjadi cara bagi Leon untuk menyalurkan dorongan id yang mendominasi kepribadiannya.

In general, psychoanalysis takes a significant role in film studies because the composition of narrative and characters in a film cannot be separated from psychological aspects. Therefore, psychoanalysis is a way to understand more deeply the complexities of characters’ personalities presented in films. This can be found in the film C’est pas moi, je le jure ! (2008) by Philippe Falardeau which describes how family environment can influence a child's personality, especially through its main character, Leon Dore. This research aims to reveal the influence of the id, ego, and superego, and their relation to the pleasure principle and the death principle on Leon's freedom of action as shown in the film. The method used in this research is qualitative methodology based on film studies according to Joseph M. Boggs and Dennis W. Petrie (2018), supported by Sigmund Freud's psychoanalytic theoretical framework, which consists of the personality structure (2018) and the drive theory of Eros and Thanatos (2014). The results of this study indicate that Leon's freedom of action can be interpreted as an imbalanced ego due to the conflict between the id and the superego from his personality structure that was strongly influenced by his family environment. In addition, freedom of action, which is also rooted in the pleasure principle and the death principle, is a way for Leon to channel the drives of the id that dominate his personality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ichsan Andi
"Sebagai salah satu unsur yang membangun cerita pada karya sastra anak, tokoh melakukan berbagai tindakan. Sama halnya dengan manusia, motif tindakan tokoh dipengaruhi oleh aspek psikologis atau kejiwaannya, baik secara sadar, prasadar, maupun tidak sadar. Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memfokuskan bahasan terhadap motif tidak sadar tindakan melarikan diri tokoh Matara yang ada di dalam Mata dan Rahasia Pulau Gapi  atau MDRPG (2018) karya Okky Madasari. MDRPG menceritakan seorang tokoh bernama Matara yang berusaha menjaga benteng tua di Pulau Gapi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan teori psikoanalisis Sigmund Freud, terutama id, ego, dan superego. Penelitian dilakukan untuk menelaah motif tidak sadar tindakan melarikan diri tokoh Matara. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menghasilkan temuan motif tidak sadar kedua tindakan melarikan diri Matara yang dilatari oleh instansi psikis id, ego, dan superego. Motif tidak sadar tindakan melarikan diri pertama adalah adanya dorongan instansi psikis id untuk memenuhi kepuasan rasa senang pada diri Matara dengan cara memunculkan rasa kebosanan. Selain itu, ego mengaktifkan mekanisme pertahanan represi, pengalihan, dan fiksasi. Juga, superego menilai bahwa Matara mendapatkan hukuman (punishment) tanpa pernah mendapatkan penghargaan (reward) atas usaha-usaha yang dilakukannya. Sementara itu, motif tidak sadar melarikan diri kedua adalah id dan ego menilai bahwa eksistensi ayah memiliki peranan yang penting. Dalam hal itu, ego mengaktifkan juga mekanisme pertahanan represi dan pembentukan reaksi.

As one of the intrinsic element that builds stories in children's literature, the character takes various actions. As well as human, the motive of the character's actions are influenced by psychological aspects of preconscious, conscious, and unconscious. In this research, the researcher focuses the discussion on the unconscious psychological motive of Matara`s flee action in Okky Madasari`s Mata dan Rahasia Pulau Gapi or MDRPG (2018). MDRPG tells of a character named Matara who tried to protect the old fort on Gapi Island. This qualitative research uses the approach of Sigmund Freud's psychoanalysis theory, especially on the id, ego, and superego. The study was conducted to examine the unconscious psychological motive of the Matara`s flee action. As the conclusion, this research resulted the discovery of the unconscious motive of two Matara`s flee actions which were based on the id, ego, and superego. The unconscious motive of the first act was the encouragement of the psychic aspect of the id to fulfill the satisfaction of Matara`s pleasure by giving rise to a feeling of boredom. In addition, the ego activates the defense mechanisms of repression, displacement, and fixation. Also, the superego considered that Matara received punishment without ever being rewarded for her efforts. Meanwhile, the unconscious motive of the second act is the id and ego assesses that the existence of her father has an important role. In that case, the ego also activates the defense mechanism of repression and reaction formation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>