Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212958 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Adiyarianni
"Latar Belakang :
Kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak yang menyerang wanita di Indonesia, dengan cakupan skrining yang masih rendah dibandingkan target yang ditetapkan oleh WHO. Kader kesehatan berperan penting dalam meningkatkan cakupan skrining, namun peran dan hambatan yang mereka hadapi masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Metode :
Penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, selama September 2023 – Juli 2024. Subjek penelitian melibatkan kader kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan dan perempuan usia subur yang melakukan dan tidak melakukan skrining kanker serviks. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil:
Sebanyak 30 kader kesehatan berpartisipasi dalam penelitian ini, mayoritas berpendidikan SMA, berusia produktif, dan aktif dalam kegiatan PKK. Setelah pelatihan oleh Female Cancer Program (FCP), cakupan skrining kanker serviks meningkat dari 5,28% menjadi 42%. Alasan utama perempuan usia subur bersedia melakukan skrining adalah edukasi dari kader dan dukungan keluarga, sedangkan hambatan utama adalah ketakutan terhadap hasil skrining dan kurangnya informasi.
Kesimpulan:
Kader kesehatan memiliki peran signifikan dalam meningkatkan cakupan skrining kanker serviks di Kelurahan Cipinang Melayu. Pelatihan yang terstruktur dan dukungan yang berkelanjutan sangat penting untuk memaksimalkan peran mereka dalam program pencegahan kanker serviks.

Background:
Cervical cancer ranks as the second most common cancer affecting women in Indonesia, with screening coverage falling below the WHO target. Health cadres play a pivotal role in improving screening coverage, but their contributions and the challenges they face require further investigation.
Methods:
This descriptive cross-sectional study was conducted in Cipinang Melayu, East Jakarta, from September 2023 to July 2024. The study involved trained health cadres and women of reproductive age who underwent or did not undergo cervical cancer screening. Data were collected using questionnaires and analyzed descriptively.
Results:
Thirty health cadres participated, most of whom had a high school education, were of productive age, and were active in PKK (Family Welfare Movement). Following training by the Female Cancer Program (FCP), screening coverage increased from 5.28% to 42%. Key factors influencing women's participation in screening included education from health cadres and family support. Meanwhile, barriers included fear of screening results and a lack of information.
Conclusion:
Health cadres play a significant role in increasing cervical cancer screening coverage in Cipinang Melayu. Structured training and ongoing support are essential to optimize their contribution to cervical cancer prevention programs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Finekri A. Abidin
"Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negaranegara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 400.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia dan 80% Ilya ada di negara-negara berkembang dan minimal 200.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia sampai saat ini insiden kanker belum diketahui, tetapi diperkirakan kejadian kanker kira-kira 90-100 penderita baru per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun dan kanker ginekologik merupakan jumlah terbanyak, sedangkan dari kanker ginekologik tersebut adalah kanker serviks yang paling banyak dijumpai pada wanita. Di RSCM Bari tahun 1986 sampai 1990 ditemukan 1821 penderita kanker serviks dari 2360 kasus kanker ginekologik atau 77%.
Di bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM lebih dari 60% kasus kanker serviks sudah berada dalam stadium lanjut dengan angka ketahanan hidup sangat rendah. Diketahui bahwa pengobatan pada tahap pra kanker seperti displasia dan karsinoma in situ memberi kesembuhan 100%, sedangkan pada kanker serviks stadium I angka ketahanan hidup 5 tahunnya adalah 70-80 %, sedangkan stadium II dan 111 masing-rnasing adafah 50-60 % dan 30-40 %2 Dengan penapisan massal sitologi serviks dijumpai penurunan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks.
Di negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks baik jumlah rnaupun stadiumnya. Pencapaian tersebut berkat adanya program skrining dengan pap smir. Sknining di negara maju sudah dilakukan pada 50% wanita dewasa, sedangkan di negara berkembang hanya 5%. Padahal kematian penderita kanker serviks yang berusia 60 tahun ke alas disebabkan tidak pemahnya penderita melakukan skrining pada 3 tahun terakhir. Di Indonesia penerapan skrining dengan pap smir masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah negara, kurangnya sarana laboratorium dan tenaga ahli patologi anatomi dan ahli ginekologi, serta biaya transportasi yang cukup mahal.
Untuk itu dibutuhkan alternatif skrining yang lebih sederhana, marnpu laksana, murah dan cakupan Iuas serta dapat dilakukan tenaga kesehatan lain seperti bidan sehingga diharapkan temuan lesi prakanker serviks secara dini lebih banyak, hal tersebut ada pada pemeriksaan dengan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). IVA dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan yang sederhana. Sayangnya walaupun pemeriksaan ini sensitif tetapi spesifisitasnya rendah hanya 64,1% ,sehingga menyebabkan wanita tanpa adanya lesi prakanker akan mendapat terapi yang tak perlu. Upaya untuk mempertahankan keungguln yang ada pada WA ini dalam deteksi dini Iesi prakanker adalah melakukan penapisan dengan 2 tahap secara serial, dengan menggabungkan pemeriksaan WA dengan hasil positif dilanjutkan pemeriksaan Servikografi, sehingga didapatkan spesifitas yang tinggi. Dan penelitian di Afrika Selatan, didapat penapisan dua tahap tersebut lebih efektif dari pada hanya dilakukan satu tahap pemeriksaan. Penggabungan kedua pemeriksaan ini dapat mengurangi pengeluaran biaya secara keseluruhan dalam penapisan kanker servik di daerah-daerah terpencil.
Rumusan masalah: Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti melalui penelitian ini adalah : Belum diketahuinya sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan Servikografi pada wanita dengan WA positif sebagai usaha penapisan dua tahap dala.in deteksi dini lesi prakanker di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syarif
"Kanker serviks masih merupakan permasalahan kesehatan perempuan di dunia, terutama dinegara berkembang. WHO melaporkan terdapat sekitar 500.000 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling sering pada perempuan. Lebih dari separuh penderita kanker serviks datang sudah dalam stadium lanjut, yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan. Disamping mahal, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut juga memberikan basil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang kurang dari 35%.' Meningkatnya stadium kanker memperburuk ketahanan hidup lima tahun penderitanya. Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, angka kesembuhan, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, maka perlu program penapisan yang efektif dalam deteksi dini kanker serviks memang sangat diperlukan.
Penapisan kanker serviks di negara maju sudah dilakukan pada 50% perempuan dewasa, sedangkan di negara berkembang hanya 5%.' Padahal kematian penderita kanker serviks yang berusia 60 tahun ke atas disebabkan tidak pemahnya penderita melakukan penapis pada 3 tahun terakhir. Di Indonesia penerapan penapis dengan pap smir masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah negara, kurangnya sarana laboratorium dan tenaga ahli patologi anatomi/sitologi serta biaya yang cukup mahal yang masih harus ditanggung sendiri oleh mereka yang ingin melakukan penapis dengan metode pap smir. Hal yang sama juga dialami oleh negara-negara lain yang sedang berkembang.
Karena itu dibutuhkan altematif penapis yang lebih sederhana, mampu laksana, murah sehingga memungkinkan tercapainya cakupan yang Iebih luas serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter seperti bidan atau perawat. Dengan demikian dapat diharapkan Iebih banyak kasus ditemukan masih dalam tahap lesi prakanker serviks. Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) merupakan salah satu metode penapisan yang teiah cukup banyak diteliti dan menunjukkan akurasi pemeriksaan yang cukup baik untuk mendeteksi lesi prakanker serviks. IVA dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan yang sederhana. Sayangnya walaupun pemeriksaan ini cukup sensitif namun temyata angka positif palsunya cukup tinggi yang berdampak pada nilai spesifrsitas serta nilai duga positifnya. Hal ini dapat menyebabkan cukup banyak kasus dengan WA positif yang sebenamya normal namun harus dikirirn untuk pemeriksaan lanjutan seperti kolposkopi atau mendapatkan terapi. Salah satu upaya menurunkan angka kejadian positifpalsu ini adalah melakukan penapisan dengan 2 tahap secara serial. Dengan metode ini dilakukan suatu pemeriksaan lain yang lebih spesifik sebagai penapis lanjutan apabila ditemukan kasus dengan WA positif. Salah satu metode pemeriksaan yang sudah direkomendasikan pada banyak penelitian sebagai triase pada metode penapisan dengan pap smir adalah tes HPV (Human Papiloma Virus) dengan metode Hybrid Capture H (HC II). Tes HPV dianjurkan sebagai prosedur tingkat kedua bagi kasus dengan basil pap smir borderline atau abnormal. Penggunaan tes ini dikaitkan bahwa perkembangan yang ada menunjukkan HPV saat ini merupakan penyebab utama kanker serviks. Karena efektifitas tes HPV sebagai penapis pada kasus dengan WA positif belum diketahui, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui data mengenai hal tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah : Belum diketahuinya akurasi tes HPV dengan Hybrid Capture II sebagai penapis pada kasus WA positif dalam upaya deteksi dini lesi prakanker serviks di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Fitra Hara
"Skrining secara dini dalam mendeteksi kanker serviks dalam meningkatkan perilaku sehat pada masyarakat, agar terjadi penurunan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit kanker leher rahim atau serviks, Capaian deteksi dini dengan IVA dilihat secara kumulatif setiap tahunnya, banyaknya tantangan dalam mencapai target IVA sehingga perlunya manajemen pelayanan untuk mencapai hasil yang diinginkan, dari unsur sistem dinilai input - proses – output. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA Test) di Puskesmas Tajur tahun 2022. Metode penelitian ini menggunakan studi deskriptif observasional dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada unsur input terjadi masalah pada sumberdaya, dana, sarana dan prasana dan sistem pelayanan. Pada unsur proses masih terjadi masalah pada advokasi dan sosialisasi. Ouput dari evaluasi program yaitu input, proses dan output didapatkan cakupan pemeriksaan IVA bertambah setiap tahunnya 1-3 % WUS yang diperiksa IVA. Input yang dinilai sangat baik belum tentu menghasilkan output yang sangat baik. Proses yang baik belum tentu menghasilkan output yang baik. Saran meningkatkan perannya dalam pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA.

Early screening in detecting cervical cancer in improving healthy behavior in the community, so that there is a reduction in morbidity, disability and death due to neck or cervical cancer. The achievements of early detection with IVA are seen cumulatively every year, the amount of swelling in achieving the IVA target so that management is needed services to achieve the desired results, from system elements that are assessed as input - process - output. The purpose of this study was to determine the evaluation of the implementation of the cervical cancer early detection program using the acetic acid visual inspection method (IVA Test) at the Tajur Health Center in 2022. This research method uses a descriptive observation study with a qualitative approach. Data collection techniques using in-depth interviews, observation and document review. The results of the research show that in the input element there are problems with resources, funds, facilities and infrastructure and service systems. In an uncertain process, there are still problems with advocacy and outreach. The outputs of the evaluation program are input, process and output for the acquisition of VIA inspection coverage increasing annually by 1-3% of WUS examined IVA. Input that is considered very good does not necessarily produce very good output. A good process does not necessarily produce a good output. Suggestions to increase recognition in cervical cancer early recognition programs with IVA examinations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Liona Agusdin
"Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang dialami, wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 440.000 kasus baru setiap tahunnya dan sekitar 80% terjadi di negara berkembang. Negara - negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, dan Amerika Latin, tercatat sebagai negara dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi. Contohnya di India, kasus baru kanker serviks setiap tahunnya adalah 90.000, sementara di Zimbabwe antara tahun 1990-1992 insiders kanker serviks mencapai 47.6 per 100.000. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 39,5% penderita kanker adalah kanker serviks. Di negara industri maju kanker serviks relatif lebih jarang, dibandingkan dengan kejadian kanker -payudara, paru-paru, kolon, rektum, dan prostat.
Perbedaan yang sangat jelas antara negara berkembang dengan negara maju ini adalah karena adanya skrining kanker serviks yang telah dilaksanakan secara luas di negara maju tersebut. Sekitar 50% wanita di negara maju telah menjalani tes pap paling sedikit 1 kali dalam periode 5 tahun, namun di negara berkembang hanya 5% wanita. Di beberapa negara seperti Amerika, Kanada, dan hampir seluruh negara di Eropa, 85% wanitanya telah menjalani Tes pap paling sedikit satu kali. Shining kanker serviks telah menurunkan insidens kanker serviks yang invasif. Penurunan insidens ini sangat berkaitan dengan jumlah populasi yang menjalani skrining dan jangka waktu antara dua skrining (skrining interval). Pada populasi dengan cakupan skrining yang luas, insidens kanker serviks turutl sampai 70-90%, sementara pada populasi yang tidak menjalani skrining, insidens kanker serviks terus berada pada kondisi awal seperti saat skrining belum diberlakukan di negara maju. Indonesia yang merupakan negara berkembang, telah diterapkan tes pap sebagai shining kanker serviks namun seperti yang juga dialami oleh negara berkembang lainnya penerapan tes pap sebagai skrining kanker serviks masih mendapat berbagai kendala, antara lain luasnya wilayah, dan juga masih kurangnya tenaga ahli sitologi.
Alternatif yang lebih sederhana serta mampu laksana dengan cakupan yang luas sehingga diharapkan temuan Iasi prakanker serviks lebih banyak adalah dengan tes IVA (WA). Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sensitif, namun spesifisitasnya rendah. Spesifisitas yang rendah berarti bahwa positif palsu tes WA masih tinggi. Sebuah penelitian mendapati bahwa 40% pasien yang dirujuk untuk kolposkopi karena hasil WA positif, temyata hasil kolposkopinya normal. Ini berarti masih banyak pasien dengan hasil WA positif yang kemudian harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut dimana sebenarnya pasien tersebut tidak perlu menjalani pemeriksaan tersebut atau tidak perlu mengeluarkan biaya lebih apabila spesifisitas tes WA ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan spesifisitas WA dalam skrining Iasi prakanker adalah dengan melakukan penapisan dua tahap. Penapisan tahap kedua setelah didapatkan hasil WA yang positif, dapat menggunakan berbagai Cara, seperti dengan tes pap, dengan Servikografi, maupun dengan tes DNA HPV Dengan penapisan dua tahap ini, diharapkan spesifisitas WA dapat lebih baik.
Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa Tes pap dapat dijadikan pemeriksaan tahap kedua dalam upaya meningkatkan-spesifisitas tes WA dalam skrining Iasi prakanker serviks. Saat ini telah dikembangkan metode tes pap yang baru yang dikenal dengan Thin prep pap test. Latar belakang dikembangkannya metode ini adalah karena tes pap konvensional memiliki negatif palsu berkisar antara 6-55% dan meningkat jika pembuatan slide atau sediaan tidak baik. Dengan menggunakan Thin Prep kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk jika dibandingkan dengan preparat tes pap konvensional. Prep meningkatkan kualitas spesimen dengan cam mengurangi darah, mukus, inflamasi, dan artifak lainnya yang dapat menggangu pembacaan sediaan. Karena kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk, maka Thin Prep lebih efektf juga dalam mendeteksi lesi intraepitelial skuamosa derajat rendah dan juga lesi-lesi yang lebih beat pada berbagai populasi pasien dibandingkan dengan Tes pap konvensional. Thin prep pap test meningkatkan deteksi Iasi prakanker 65% pada populasi skrining dan 6% pada populasi risiko tinggi jika dibandingkan dengan Tes pap konvensional.
Tes WA dengan kelebihannya yang mudah untuk dilakukan , murah, dan mempunyai sensitivitas yang tinggi, namun memiliki positif palsu yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan tes pap dimana sensitivitas dan spesifisitasnya cukup baik maka diharapkan sistem skrining dua tahap ini dapat diberlakukan sebagai sistem skrining kanker serviks di Indonesia.
Rumusan Masalah: Apakah tes pap digabungkan dengan tes WA positif dapat meningkatkan spesifisitas dan menurunkan positif palsu tes WA ?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinuhaji, Immanuel
"ABSTRAK
Latar belakang. Karsinoma serviks merupakan tumor ganas tersering di Indonesia dan kedua di dunia. Human papilloma virus (HPV) dianggap sebagai faktor etiologik. Diperlukan waktu lama dari mulai terinfeksi menjadi karsinoma serviks sekitar 10-20 tahun. Insiden karsinoma serviks usia muda meningkat diduga karena perubahan perilaku seksual. Proses integrasi virus dirangsang oleh terbukanya genom virus pada regio open reading frame E1/E2 sehingga terjadi gangguan fungsi E2 menyebabkan ekspresi onkoprotein E6 dan E7 berlebih sehingga terjadi inaktifasi p53 dan pRb menyebabkan faktor transkripsi E2F terlepas, dan sel masuk ke fase S. Inaktifasi pRb atau aktifasi E2F menyebabkan ekspresi p16INK4A berlebih. Deteksi antibodi p16INK4A menunjukkan positifitas yang selektif pada sel yang terinfeksi HPV risiko tinggi.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah karsinoma serviks pada usia muda berhubungan dengan infeksi HPV yang dapat dilihat dengan peningkatan ekspresi p16INK4A.
Bahan dan cara. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, menggunakan studi analitik deskriptif potong lintang, dengan mengumpulkan kasus-kasus Karsinoma sel skuamosa berusia muda (≤ 30 tahun), dan pembanding usia tua (45-55 tahun) masing-masing 30 kasus. Dilakukan pulasan imunohistokimia p16INK4A terhadap semua kasus.
Hasil. Indeks ekspresi p16INK4A pada kedua kelompok menunjukkan hasil sedang-kuat pada sebagian besar kasus. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi p16INK4A kelompok usia muda dan ekspresi p16INK4A usia tua (uji Mann-Whitney p=0,591).
Kesimpulan.Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi p16INK4A pada usia tua dan muda.

ABSTRACT
Background. Cervical carcinoma is the most common malignant tumor in Indonesia and the second in the world. Human papilloma virus is considered as etiologic factor. It takes a long time from HPV exposure to cervical carcinoma about 10-15 years. The incidence of cervical carcinoma in young age increases due to changes in sexual behavior. The integration process is stimulated by the opening of the virus genome in the region of the viral E1/E2 open reading frame resulting impaired function of E2 led to E6 and E7 oncoprotein overexpression, inactivation of p53 and pRb, detachement transcription factor E2F, and cell entry into S-phase. pRb inactivation or E2F activation cause p16INK4A overexpression. The detection of p16INK4A showed selective positifitas in cells infected with high-risk HPV.
Objective: To determine whether the carcinoma of the cervix at a young age associated with HPV infection that can be seen by the increased expression of p16INK4A.
Materials and method. This is cross-sectional descriptive analytic study, with the collected cases of squamous cell carcinoma young age (≤ 30 years), compare with old age (45-55 years) 30 cases respectively. The immunohistochemical staining was conducted againts p16INK4A protein.
Results. There were no statistical significant between the expression of p16INK4A in young age groups and old age (Mann-Whitney test p=0.591).
Conclusion. Expression p16INK4A in young and old age there was no statistical significant difference."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahakbauw, Erwin
"Latar Belakang: Insiden kanker serviks di RSCM masih tinggi, sebagian besar datang pada stadium lanjut, dan angka harapan hidup yang masih rendah. Jika respon radiasi komplit dan eradikasi tumor lokoregional dapat tercapai pada pasien kanker serviks, diperkirakan dapat meningkatkan kesintasan. Oleh karena itu, kami bermaksud mengadakan penelitian terhadap respon terapi radiasi dan karakteristik klinis serta patologi yang berhubungan pada pasien kanker serviks di RSCM.
Metode: Penelitian kohort ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder terhadap 123 pasien kanker serviks stadium IIA-IIIB yang menjalani radiasi kuratif definitif sesuai protokol standard bulan Januari 2014-Des 2015 di RSUPN CiptoMangunkusumo. Dilakukan pencatatan karakteristik klinis dan patologis sebelum radiasi, Dicatat juga efek samping akut gastrointestinal, traktus genitourinaria, dan hematologis selama menjalani protokol radiasi sampai 3 bulan pasca radiasi. Data respon tiga bulan pasca radiasi lengkap berdasarkan klinis dan pemeriksaan ultrasonografi transrektal/transvaginal dicatat dan diklasifikasikan sesuai Response Evaluation Criteria in Solid Tumors RECIST.
Hasil: Dari 123 kasus, 84 kasus 68,29 diperoleh respon komplit, 30 kasus 24,39 respon parsial, 6 kasus 4,88 respon stabil, dan 3 kasus 2,44 respon progresif. Berdasarkan efek samping akut gastrointestinal, tidak didapatkan efek samping derajat 0 pada 99 kasus 80,49, derajat 1 pada 20 kasus 16,26, derajat 2 pada 4 kasus 3,25, derajat 3 pada 0 kasus 0. Berdasarkan efek samping akut genitourinaria, tidak didapatkan efek samping derajat 0 pada 105 kasus 85,37, derajat 1 pada 17 kasus 13,82, derajat 2 pada 1 kasus 0,81, dan derajat 3 pada 0 kasus 0. Berdasarkan efek samping akut hematologis, tidak didapatkan efek samping derajat 0 pada 108 kasus 87,80, derajat 1 pada 15 kasus 12,20, derajat 2 pada 0 kasus 0, dan derajat 3 pada 0 kasus 0. Dengan membandingkan kelompok respon komplit dan tidak respon parsial, stabil, progresif didapatkan faktor usia dengan p=0,266 RR 0,87;IK95 0,67-1,12, klasifikasi tekanan darah dengan p=0,882 RR 0,98; IK95 0,76-1,27, Indeks Masa Tubuh dengan p= 0,397 RR 1,06;IK95 0,83-1,34, kadar hemoglobin dengan p= 0,193 RR 0,71;IK95 0,40-1,27, jumlah leukosit darah dengan p=0,969 RR=1,00; IK95 0,78-1,29, kadar albumin darah dengan p= 0,198 RR 0,73;IK95 0,44-1,20, stadium FIGO dengan p=0,526 RR 1,08; IK95 0,85-1,38, diameter tumor terbesar dengan p=0,034 RR 1,30; IK95 1,03-1,63, jenis histopatologis dengan p=0,159 RR 1,18;IK95 0,90-1,55, dan derajat diferensiasi dengan p=0,469. Pada analisa multivariat, didapatkan hubungan bermakna antara diameter tumor p=0,036;RR 2,64; IK95 1,07-6,56 dengan respon radiasi komplit.
Kesimpulan: Gambaran respon radiasi kuratif definitif pada kanker serviks stadium IIA-IIIB di RSCM adalah 68,29 respon komplit, 24,39 respon parsial, 4,88 respon stabil, dan 2,44 progresif. Efek samping akut gastrointestinal, genitourinaria, dan hematologis pada umumnya tidak terjadi selama dan sampai 3 bulan pasca radiasi, yaitu 80,49 tidak mengalami efek samping akut gastrointestinal, 85,37 tidak mengalami efek samping akut genitourinaria, dan 87,80 tidak terjadi efek samping akut hematologi. Sebagian besar efek samping akut yang terjadi berderajat rendah yaitu grade 1 dan 2 traktus gastrointestinal, masing-masing 16,26 dan 3,25, grade 1 dan 2 traktus genitourinaria, yaitu masing-masing 13,82 dan 0,81, dan grade 1 hematologi, yaitu 12,20. Terdapat hubungan bermakna antara diameter tumor terbesar dengan respon komplit radiasi. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, Indeks Masa Tubuh, kadar hemoglobin, jumlah leukosit darah, kadar albumin serum, stadium FIGO, jenis histopatologis, dan derajat diferensiasi dengan respon terapi radiasi.

Background: The incidence of cervical cancer was still high in RSCM, whom most of them was found in advanced stage. The issue that still become a problem related to radiotherapy on those patients was non satisfying local tumor control, which range 20 50. If we can reach complete response and eradication of locoregional tumor on cervical cancer patients, it is estimated that the survival rate will increase. Therefore, we conducted a research to find out response of radiotherapy and related clinic pathologic characterictics on cervical cancer patients in our hospital.
Methods: This cohort study used secondary data on 123 patients of cervical cancer stage IIA IIIB who had undergone radiation therapy based on standard protocol in our hospital, during Januari 2014 to Dec 2015. The clinical factors of those patients, such as age, Body Mass Index, blood pressure, hemoglobin level, blood leucocyte count, serum albumin, largest tumor diameter FIGO staging and pathologic characteristic, i.e histopathology and grading were recorded. During radiation protocol until 3 months post radiation, we also noted any side effects of gastrointestinal tract, genitourinary tract, and hematologic. Evaluation of radiotherapy response was based on Response Evaluation Criteria in Solid Tumors RECIST.
Results: Among 123 cases, 84 cases or 68.29 was complete response, 30 cases or 24.39 was partial response, 6 cases or 4.88 was stabile response, and 3 cases or 2.44 was progressive. Based on gastrointestinal side effect, there was no side effect or grade 0 on 99 cases 80.49, grade 1 on 20 cases 16.26, grade 2 on 4 cases 3.25, grade 3 on 0 case 0. Based on side effect of genitourinary, there was no side effect or grade 0 on 105 cases 85,37, grade 1 on 17 cases 13.82, grade 2 on 1 case 0.81, grade 3 on 0 case 0. Based on hematologic side effects, there was no side effect on 108 cases 87.80, grade 1 on 15 cases 12.20, grade 2 on 0 case 0, grade 3 on 0 case 0. On bivariate analysis, p of each factors were age p 0.266 RR 0.87 0.67 1.12, Body Mass Index p 0.397, blood pressure classification p 0.658 RR 0.98 0.76 1.27, largest tumor diameter p 0.034 RR 1.30 1.03 1.63, haemoglobin level p 0.193 RR 0.98 0.76 1.27, blood leucocyte count p 0.969 RR 1.00 0.78 1.29, FIGO staging II vs III p 0.526 RR 1.08 0.85 1.38, histopathology result squamous cell carcinoma vs nonsquamous cell carcinoma p 0.159 RR 1.18 0.90 1.55, and grading p 0.469. on multivariate analysis, tumor diameter was statistically significant, with p 0.036 RR 2.64 1.07 6.56.
Conclusion: Most of definitive curative radiotherapy response on cervical cancer stage IIA IIIB was complete 68.29. Partial response was 24.49, stable response was 4.88, and progressive was 2.44. The Acute side effect of gastrointestinal tract, genitourinary tract, and hematologic were commonly can be tolerable during and 3 months post radiation therapy. Clinico pathologic characteristic that significantly related to complete response of radiotherapy were largest tumor diameter.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikada Septi Arimurti
"ABSTRAK
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku DeteksiDini Kanker Serviks Pada Wanita di KelurahanKebon Kalapa Kota Bogor Analisis Data StudiKohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular 2011 xvi 73 halaman, 12 tabel, 3 gambar, lampiranPendahuluan: Data menurut Kemenkes RI didapatkan cakupan hasil kegiatanprogram deteksi dini dari tahun 2007 sampai 2014 baru sekitar 904.099perempuan 2,45 yang telah melakukan deteksi dini kanker serviks.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan denganperilaku deteksi dini kanker serviks pada wanita di Kelurahan Kebon Kalapa KotaBogor.Metode: Analisis data sekunder dari Survei data studi kohor faktor risiko penyakittidak menular tahun 2011 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian yaitusemua wanita usia 25-65 tahun yang mengikuti survei sebanyak 1226 wanita.Analisis menggunakan regresi logistik.Hasil: wanita yang pernah melakukan deteksi dini kanker serviks di KelurahanKebon Kalapa Kota Bogor hanya 6,3 saja dan ada hubungan antara pengetahuandengan perilaku deteksi dini kanker serviks. Wanita yang pengetahuannya baiktentang kanker serviks berpeluang 2,0 kali untuk melakukan deteksi dinidibandingkan dengan wanita yang pengetahuannya kurang baik 0R 2,0 , 95 CI:1,2-3,3 .Kesimpulan: wanita yang pengetahuannya baik menegenai kanker serviks lebihberpeluang untuk melakukan deteksi dini kanker serviks setelah dikontrol denganvariabel confounding pendidikan.

ABSTRACT
Relationship between Knowledge with EarlyDetection of Cervical Cancer Behavior on Womenin Kelurahan Kebon Kalapa Kota Bogor DataAnalysis of Kohor Study of Non CommunicableDisease Risk Factors 2011 xvi 73 pages, 12 tables, 3 pictures, attachmentsBackground Data obtained by the ministry of health RI, there were only 904.099women who had cervical cancer screening 2,45 from year 2007 2014.Objective This study aimed to analyze the relationship between knowledge withearly detection of cervical cancer behavior on woman in Kelurahan Kebon KalapaKota Bogor.Methods An analysis of secondary data from data of kohor study of noncommunicabledisease risk factors 2011 with cross sectional design study. Asample of 1226 women qualified into criteria were women aged 25 65 years whoparticipate at the survey. Analysis using logistic regression.Results The results showed only 6,3 of women in Kelurahan Kebon KalapaKota Bogor did screening for cervical cancer and there was a relationship betweenknowledge with early detection of cervical cancer behavior. Women with goodknowledge of cervical cancer were 2,0 more likely to do cervical cancer screening OR 2,0, 95 CI 1,2 3,3 .Conclusion Women with good knowledge of cervical cancer were more likely todo cervical cancer screening after being controlled by education as a confoundingvariable.Keyword Cervical Cancer, Early Detection of Cervical Cancer, Knowledge"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nabila
"Rendahnya kesadaran melakukan deteksi dini kanker payudara dan serviks adalah penyebab tingginya angka pasien kanker yang datang dengan stadium parah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kesadaran melakukan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan usia subur. Studi survei-deskriptif kepada 400 perempuan usia subur berusia 26 sampai 50 tahun di Jakarta Timur secara online dengan menggunakan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner African Women Awareness of Cancer (AWACAN) breast and cervical cancer tool. Hasil penelitian dengan analisis univariat didapatkan pengetahuan yang baik, sikap yang positif, dan praktikyang baik dalam deteksi dini kanker payudara dan serviks. Diharapkan bahwa pemberi asuhan keperawatan melakukan program edukasi dan sosialisasi melibatkan suami, serta perempuan usia subur yang belum menikah untuk meningkatkan kesadaran melakukan praktik deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks.

The low awareness of early detection of breast and cervical cancer is the cause of the high number of cancer patients who come with a severe stage. This study aims to get a picture of awareness of early detection of breast cancer and cervical cancer in women of childbearing age. An online survey-descriptive study of 400 women of Fertile age aged 26 to 50 years in East Jakarta using a convenience sampling technique. The measuring instrument used was the African Women Awareness of Cancer (AWACAN) questionnaire, breast and cervical cancer tool. The results of the study with univariate analysis obtained good knowledge, positive attitudes, and good practice in early detection of breast and cervical cancer. It is hoped that nursing care providers carry out educational and socialization programs involving husbands and women of childbearing age who are not married to raise awareness of early detection practices for breast cancer and cervical cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasanah
"ABSTRAK
Deteksi dini kanker serviks merupakan salah satu upaya dalam menurunkan prevalensi kasus baru dan kematian karena kanker serviks yang setiap tahunnya terus meningkat. Namun, di Negara berkembang seperti Indonesia, partisipasi perempuan dalam menggunakan layanan deteksi dini kanker serviks masih sangat rendah.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 176 perempuan usia 20-60 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Srensgseng Sawah Jakarta Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan (p = 0,000), sikap (p=0,026), hambatan (p=0,000) dengan perilaku pemeriksaan deteksi dini kanker serviks metode IVA. Untuk meningkatkan penggunaan layanan deteksi dini kanker serviks, dibutuhkan pendidikan kesehatan dan kebijakan yang mendorong serta menjamin keterjangkauan penggunaan layanan deteksi dini kanker serviks bagi seluruh perempuan di Indonesia.

ABSTRACT
Cervical cancer screening is one way to reduce the prevalence of new cases and deaths caused by cervical cancer which every year increasing. However, in developing countries such as Indonesia, participation womens to uptake cervical cancer screening services is still very low.
The purpose of this study is to identify correlation between the factors related to the behavior of cervical cancer screening with VIA. This study used cross sectional method with 176 womans aged 20-60 years as respondent who lived in Kelurahan Srengeng Sawah South Jakarta.
The results of this study showed that there is a statistically significant relationship between knowledge (p = 0,000), attitude (p=0,026), barriers (p=0,000) with behavior of cervical cancer screening by IVA method. To increase uptake of cervical cancer screening service needs health education and policies that encourage and ensure accesibility cervical cancer screening for all Indonesian women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>