Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tresia Nikita Wanggaria Douw
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi motif gambar cadas di Situs Megalitik Tutari dan mengeksplorasi apakah persebarannya mengindikasikan kekunaan. Penelitian memeriksa motif pada bongkah-bongkah batu untuk memahami keragaman artistik gambar cadas. Metode penelitian melibatkan pengumpulan data melalui studi pustaka dan survei lapangan, termasuk dokumentasi verbal dan visual. Data diproses dengan mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan memetakan motif gambar cadas, serta menganalisis menggunakan statistik deskriptif untuk interpretasi data. Hasil analisis distribusi motif di Situs Megalitik Tutari menunjukkan dominasi motif ikan dan keberagaman motif geometris serta fauna. Pola distribusi yang tidak merata menandakan fokus aktivitas pembuatan gambar cadas. Pahatan motif ikan menonjol dengan variasi yang beragam, mencerminkan simbolisme khusus dalam masyarakat Sentani. Kesimpulan: Gambar cadas di Situs Megalitik Tutari berasal dari beragam periode, menunjukkan kompleksitas budaya. 

This research aims to identify rock art motifs at the Tutari Megalithic Site and explore whether their distribution indicates antiquity. The research examined the motifs on the pieces of rock to understand the artistic diversity of rock art carvings. The research method involves collecting data through literature studies and field surveys, including verbal and visual documentation. Data is processed by identifying, classifying and mapping rock art motifs, as well as analyzing using descriptive statistics for data interpretation. Analysis of the distribution of motifs at the Tutari Megalithic Site shows the dominance of fish motifs and a diversity of geometric and fauna motifs. The uneven distribution pattern indicates the focus of rock art creation activities. The fish motif carvings stand out with diverse variations, reflecting the special symbolism in Sentani society. Conclusion: The rock images at the Tutari Megalithic Site come from various periods, showing cultural complexity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tondi Mirzano
"Gambar pada gua prasejarah atau gambar cadas merupakan salah satu data arkeologi. Skripsi ini membahas mengenai bentuk motif figuratif gambar cadas pada Situs Sasere Oyomo, Kaimana, Papua Barat. Jumlah motif figuratif yang diteliti dalam penelitian ini adalah 72 motif. Komponen analisis yang digunakan dalam tipologi bentuk motif ini adalah atribut yang paling menonjol dari setiap motif. Secara keseluruhan, penelitian ini menghasilkan lima tipe dan 28 varian motif figuratif. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa setiap penggambaran motif figuratif memiliki bentuk dan variasi masing-masing yang menjadi ciri khas dari setiap penggambaran motif.

Pictures on prehistoric cave or rock art is one of the archaeological data. This research discusses the form of figurative motifs on Sasere Oyomo Site, Kaimana, West Papua. The number of figurative motifs which are used in this research are 72 motifs. The components of analysis which are used in this form typology of this motifs is the depiction of the attribute. Overall, this research produced five types and 28 forms from the basic shape of the figurative motifs. Based on the analysis, it can be seen that each depiction of rock art motif has the variety which are become the characteristic of every depiction motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eric Pradana Putra
"Penelitian terbaru di wilayah Sumatra berhasil menemukan gambar cadas pada beberapa gua dan ceruk di
wilayah karst Bukit Bulan, Sarolangun, Jambi. Pada wilayah ini gambar cadas bermotif manusia cukup banyak
ditemukan dalam bentuk dan gaya yang beragam. Penelitian ini membahas variasi motif manusia yang ditemukan
pada sembilan gua di Situs Bukit Bulan melalui analisis atribut-atribut yang melekat. Selanjutnya, motif manusia
dibandingkan dengan motif sejenis dari situs-situs di Sumatra Barat dan Lembah Lenggong, Malaysia. Perbandingan
tersebut dilakukan atas pertimbangan kedekatan lokasi dan latar belakang budaya pada ketiga wilayah tersebut. Selain
itu, bentuk dan warna motif juga relatif serupa, sehingga memunculkan dugaan bahwa kronologi gambar cadas dengan
motif spesifik berupa manusia berasal dari masa yang sama. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan mengenai variasi
bentuk dan karakteristik penggambaran motif manusia di Situs Bukit Bulan, termasuk kronologi relatifnya, sehingga
dapat diletakkan dalam konteks kebudayaan gambar cadas di Indonesia

Recent research in Sumatra has succeeded in finding rock art in several caves and niches in the Bukit Bulan
karst area, Sarolangun, Jambi. In this region, rock art with human motifs is present in many shapes and styles. This
research discusses the variation of human motifs found in nine caves at the Bukit Bulan region through an analysis of
the inherent attributes. Furthermore, the human motif were compared with similar motifs from West Sumatra and
Lenggong Valley, Malaysia. The comparisons are made based on the consideration of the proximity of the locations
and cultural backgrounds. In addition, the shape and color of the motifs of these three regions are relatively similar,
leading to the supposition that the chronology of rock art with specific motifs of humans comes from the same period.
This research resulted in conclusions about the shape variation and characteristics of human motifs representation at
the Bukit Bulan Region, including relative chronology, to associate their context in Indonesian rock art
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sabri
"Gambar cadas motif perahu merupakan salah satu bukti yang dapat merepresentasikan kehidupan masyarakat pada masa lampau terutama masyarakat berorientasi maritim. Gambar tersebut telah ditemukan di sejumlah wilayah di Indonesia, tak terkecuali di wilayah Pegunungan Karst Matarombeo, Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini berupaya melihat bagaimana representasi dimensi sosial yang ditampilkan dalam konteks motif perahu di wilayah tersebut. Penelitian ini menerapkan teori ideologi yang diungkapkan oleh Althusser serta menggunakan model analisis yang diungkapkan oleh Johan Ling. Penelitian ini menggunakan empat tahapan sebagaimana yang diungkapkan Sharer dan Ashmore yang terdiri atas: pengumpulan data, pengolahan data, analisis data serta interpretasi data. Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 9 situs gua dengan jumlah panel perahu sebanyak 64 panel yang menggambarkan 168 motif perahu. Dari keseluruhan panel, 16 panel ditemukan Gua Ladori, dua panel di Gua Watu Tinuda, dua panel di Gua Songkonuai, dua panel di Gua Tengkorak 5, 17 panel di Gua Tengkorak 6, 10 panel di Gua Wonuampue 2, enam panel di Gua Wita Teresa, lima panel di Gua Komapo Wulu 2 dan empat panel ditemukan di Gua Pondoa. Dari klasifikasi bentuk perahu, ditemukan enam tipe motif perahu yakni: Tipe A, berupa motif perahu sederhana tanpa linggi bercabang dan hiasan (35 motif), Tipe B, perahu dengan salah satu linggi bercabang (60 motif), Tipe C, perahu dengan salah satu linggi bercabang dan linggi lainnya berhias (60 motif), Tipe D, perahu bercadik (enam motif), Tipe E, perahu dengan layar (satu motif) dan Tipe F, perahu yang mengalami kerusakan (enam motif). Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa gambar cadas perahu di wilayah tersebut menggambarkan tiga jenis dimensi sosial yakni penggambaran lingkungan dan tindakan sosial, posisi sosial, dan fitur ikonik. Adapun ketiga bentuk gambar tersebut cenderung ditemukan secara bersamaan dalam sebuah panel gambar perahu. Diketahui pula bahwa panel yang menggambarkan ketiga dimensi sosial dalam sebuah panel secara umum menggambarkan perahu Tipe C dan B yang cenderung lebih raya dan bervariasi. Dengan demikian, gambar-gambar yang ditemukan dapat dianggap menggambarkan realitas yang nyata serta imajiner dari ideologi dari pembuatnya.

Rock art with boat motifs is one of the evidences that can represent the life of society in the past, especially maritime-oriented society. The image has been found in several regions in Indonesia, including in the Matarombeo Karst Mountains, North Konawe Regency. This study attempts to see how the representation of the social dimension is displayed in the context of boat motifs in the region. This study applies the ideology theory expressed by Althusser and uses the analysis model expressed by Johan Ling. This study uses four stages method expressed by Sharer and Ashmore, consisting of: data collection, data processing, data analysis and data interpretation. This study found 9 cave sites with a total of 64 boat panels depicting 168 boat motifs. Of the total panels, 16 panels were found in Ladori Cave, two panels in Watu Tinuda Cave, two panels in Songkonuai Cave, two panels in Tengkorak 5 Cave, 17 panels in Tengkorak 6 Cave 6, 10 panels in Wonuampue Cave 2, six panels in Wita Teresa Cave, five panels in Komapo Wulu Cave 2 and four panels were found in Pondoa Cave. From the classification of boat shapes, six types of boat motifs were found, namely: Type A, in the form of simple boat motif without branching linggi and decoration (35 motifs), Type B, boat with one branching linggi (60 motifs), Type C, boat with one branching linggi and the other decorated (60 motifs), Type D, an outrigger boat (six motifs), Type E, a boat with sails (one motif) and Type F, damaged boat (six motifs). Furthermore, this study found that the rock art of boats in the area depict three types of social dimensions, namely depictions of the environment and social actions, social positions, and iconic features. The three forms of images tend to be found together in a boat image panel. It is also known that panels depicting the three social dimensions in a panel generally depict boat Types C and B which tend to be more extensive and varied. Thus, the images found can be considered to depict the real and imaginary reality of the ideology of the maker."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leihitu, Irsyad
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena banyaknya variasi gambar cadas di Leang Uhallie. Penelitian
ini berusaha untuk mengetahui hubungan antara bentuk-bentuk dan keletakan gambar cadas
di Leang Uhallie sehingga diketahui pola penggambaran dan perilaku manusia masa lalu
dalam menggambar gambar cadas. Berdasarkan analisis bentuk diketahui bahwa terdapat 21
varian motif tangan dan enam varian motif hewan. Dari analisis keletakkan diketahui bahwa
gambar-gambar cadas digambarkan secara berdekatan pada dinding dan langit-langit gua.
Melalui analisis bentuk dan kontekstual diketahui pola dari tiap motif, yaitu motif tangan
digambarkan dengan pola acak dan motif hewan digambarkan dengan pola individu dan
berpasangan. Sementara itu, motif tangan dan motif hewan memiliki pola yang saling
beriringan.

ABSTRACT
This research was conducted because of the large variety of the rock art in Leang Uhallie.
This study is trying to determine the relationship between form and its locations in Leang
Uhallie to determine the pattern and human behavior in the past in depictions of rock art.
Based on the form analysis is known that there are 21 variants motif hand and six variants
animal motif and from contextual analysis is known that the rock art was depicted on the
walls and ceiling of the cave. With the form and contextual analysis it can be seem that handstencil
was depicted with a random pattern and animal motif was depicted in individuals and
pairs. Meanwhile, both of hand-stencil and animal motif was depicted contiguously."
2016
S65403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raimond Sato
"

Abstrak

Paradigma desa membangun merupakan gagasan yang memposisikan desa mandiri dalam menggerakan pembangunan dari bawah, dengan prakarsa lokal atau ide yang digagas melalui adanya  interaksi masyarakat yang berskala lokal di kampung.  Kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa maka setiap kegiatan pembangunan berskala lokal yang ditujukan di kampung merupakan bagian dari desa membangun atau desa menggerakan pembangunan. Upaya pembangunan lokal di kampung Muris Kecil yang ditujukan oleh pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten nampak pada pemberian alokasi dana yang besar setiap tahunnya, namun dalam Indeks Desa Membangun 2015,  kampung Muris Kecil masuk dalam  dalam kategori tertinggal atau kampung tertinggal. Menarik untuk dilihat bagaimana implementasi kewenangan lokal yang dimiliki kampung dalam mengelola pembangunan dikampung muris kecil menuju desa mandiri, melalui transparasi, akuntabilitas dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan Musrenbang melalui alur perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan setiap kegiatan pembangunan yang lakukan di kampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik wawancara mendalam serta observasi langsung di kampung Muris Kecil. Dari hasil penelitian terlihat bahwa implementasi kewenangan lokal dalam pelaksanaan pembangunan belum mampu diwujudkan sebagaimana mestinya dan penerapannya masih terhambat karena beberapa hal antara lain kurangnya sumber daya manusia yang kompeten, akses masyarakat terhadap informasi untuk memahami informasi–informasi yang penting terkait pengelolaan pembangunan dikampung masih sangat kurang, lemahnya peranan institusi lokal yang ada dikampung untuk menunjang adanya keterlibatan masyarakat dalam setiapkegiatan pembangunan dan lemahnya peran institusi lokal kemasyarkatan dalam mengelola isu politik lokal yang sangat kental dengan monopoli dan kesewenang-wenangan dari pemerintah kampung sebagai penyelenggara pembangunan dikampung, selain itu juga belum ada skala prioritas dan komitmen dalam menetapkan program, kemudian juga tantangan yang ada juga seperti kekuatan birokrasi politik lokal yang berpengaruh terhadap pengelolaan kewenangan di kampung dan seringkali menghadirkan praktek - praktek politik praktis dalam pelaksanaan program yang diasistensi oleh dinas atau organisasi perangkat daerah kabupaten sampai dengan proses pembuatan laporan pertanggungjawaban atas program kegiatan yang dilakukan dikampung, dan yang terakhir adalah terbentuknya pengelompokan masyarakat sebagai bagian dari protes masyarakat dimana pemerintahan kampung tidak mengedepankan asas demokrasi juga buruknya tatakelola pemerintah kampung yang berbasis akuntabilitas, transparansi, dan partisipatif sehingga pembangunan menuju kemandirian kampung tidak dapat diwujudkan.


Issues of local authority in the implementation of village development

In Kampung Muris Kecil, Jayapura Regency, Papua Province

 

Abstract

The village building paradigm is an idea that positions independent villages in moving development from below, with local initiatives or ideas initiated through local community interaction in the village. Authority based on origin rights and village-scale local authority then any local scale development activities aimed at villages are part of the building village or the village moves development. Local development efforts in the village of Muris Kecil addressed by the Central, Provincial and District governments appear in the provision of large funds every year, but in the 2015 Village Development Index, the village of Muris Kecil falls into the category of lagging or disadvantaged villages. It is interesting to see how the implementation of local authority possessed by the village in managing development in the village of small muris to independent villages, through transparency, accountability and involvement of the community in Musrenbang activities through the planning, implementation, and reporting of each development activity carried out in the village. This study used a qualitative approach and in-depth interview techniques and direct observation in the village of Muris Kecil. The results of the study show that the implementation of local authority in the implementation of development has not been able to be properly realized and its implementation is still hampered because several things include lack of competent human resources, public access to information to understand important information related to village development management is still very lacking the weak role of local institutions in the village to support community involvement in all development activities and the weak role of local institutions in managing local political issues that are very thick with monopoly and arbitrariness from the village government as organizers of development in the village. priorities and commitments in establishing programs, then also the challenges that exist as well as the strength of local political bureaucracy that influences management of authority in the village and often presents practice - Practical political practices in the implementation of programs that are supported by the district offices or organizations up to the process of making accountability reports on activities carried out in the village, and finally the formation of community groupings as part of community protests where village governments do not put forward the principles of democracy and poor governance village government based on accountability, transparency and participation so that development towards village independence cannot be realized.

"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023
340.115 GEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faisal Chair
"Penelitian ini berfokus pada analisis gambar cadas di Gua Basurek, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Metode analisis yang digunakan adalah psikoanalisis dengan pendekatan autoetnografi terhadap motif antropomorfis, zoomorfis, geometris, agraris, dan stilasi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa konsep psikoanalisis Sigmund Freud dapat diaplikasikan secara efektif dalam menganalisis gambar cadas di Gua Basurek. Dengan memahami tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar, serta struktur mental atau kepribadian das Es, das Ich, dan das Über-Ich, sehingga dapat melihat bagaimana dorongan, konflik, dan nilai-nilai moral terinternalisasi dalam karya gambar cadas tersebut. Gambar cadas di Gua Basurek mencerminkan dinamika psikologis dan budaya seniman pembuatnya yang selaras dengan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau. Dorongan primitif (das Es) yang dilambangkan dalam motif kesuburan dan pertanian menunjukkan pengaruh naluri dasar, sementara gambar yang berkaitan dengan upacara adat dan metafora filsafat memperlihatkan peran das Über-Ich. Das Ich bertindak sebagai mediator, memungkinkan para seniman untuk menyeimbangkan dorongan-dorongan ini dalam gambar cadas. Pendekatan autoetnografi memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana identitas budaya dan pengalaman pribadi seniman berperan dalam penciptaan gambar cadas. Seniman terkait dengan kebudayaan Minangkabau tidak hanya mengekspresikan diri mereka melalui gambar cadas, tetapi juga memproses konflik internal dan ketegangan psikologis mereka, menjadikan gambar cadas sebagai media untuk mengeksternalisasi nilai-nilai sosial dan moral komunitas mereka. Proses penciptaan gambar cadas yang seringkali terkait dengan ritual menunjukkan adanya hubungan erat antara seni dan spiritualitas. Gua Basurek, yang digunakan sebagai tempat meditasi dan spiritualisme, berfungsi sebagai ruang di mana individu dapat mengakses elemen-elemen tak sadar dan menguatkan pengaruh das Über-Ich dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggabungkan psikoanalisis dan autoetnografi, penelitian ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana gambar cadas merefleksikan dan memperkuat identitas budaya Minangkabau, menyeimbangkan antara dorongan dasar, adaptasi sosial, dan nilai-nilai moral.

This research focuses on analyzing rock art in Gua Basurek, Solok Regency, West Sumatra. The analysis method used is psychoanalysis with an autoethnographic approach to anthropomorphic, zoomorphic, geometric, agrarian, and stylized motifs. This study reveals that Sigmund Freud's psychoanalysis concepts can be effectively applied in analyzing the rock art in Gua Basurek. By understanding the three levels of consciousness: conscious, preconscious, and unconscious, as well as the mental structure or personality of the Id, Ego, and Superego, the author can see how drives, conflicts, and moral values are internalized in the rock art works in Gua Basurek. The rock art in Gua Basurek reflects the psychological and cultural dynamics of the artists, aligning with the social and cultural context of the Minangkabau community. Primitive drives (the Id) symbolized in fertility and agricultural motifs show the influence of basic instincts, while images related to traditional ceremonies and philosophical metaphors illustrate the role of the Superego. The Ego acts as a mediator, allowing artists to balance these drives in the rock art. The autoethnographic approach provides deep insights into how cultural identity and personal experiences of the artists play a role in the creation of rock art. Artists associated with Minangkabau culture not only express themselves through rock art but also process their internal conflicts and psychological tensions, using the rock art as a medium to externalize the social and moral values of their community. The creation process of rock art, often linked to rituals, indicates a close relationship between art and spirituality. Gua Basurek, used as a place for meditation and spirituality, serves as a space where individuals can access unconscious elements and reinforce the influence of the Superego in daily life. By combining psychoanalysis and autoethnography, this study provides a comprehensive view of how rock art reflects and strengthens the cultural identity of the Minangkabau people, balancing basic drives, social adaptation, and moral values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Lea Awoitauw
"Malaria masih menjadi ancaman kesehatan bagi setengah populasi dunia termasuk di Indonesia dimana pada tahun 2020 jumlah kasus malaria mencapai 226.364 kasus dan 96% kasus tersebut berasal dari Provinsi Papua. Kabupaten Jayapura sendiri menduduki peringkat ke empat penyumbang kasus malaria terbanyak di Provinsi Papua pada tahun 2016 sebanyak 29.044 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura pada tahun 2021. Penelitian menggunakan metode penelitian jenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang dilakukan pada informan terpilih meliputi kepala dinas kesehatan, kepala bidang P2P, kepala bidang SDMK, kepala sub bagian umum, program, dan informasi, pengelola program malaria di dinas kesehatan, kepala puskesmas dan pengelola program malaria puskesmas di wilayah Kabupaten Jayapura. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari - Maret 2022 dengan menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai sumber data primer dan telaah dokumen sebagai sumber data sekunder. Peneliti menggunakan pendekatan sistem dalam menilai input yang terdiri dari sumber daya manusia, dana, sarana, dan perundangan. Pada proses adalah bagaimana penemuan dan tatalaksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan peningkatan sumber daya manusia serta untuk output yaitu angka API, SPR, dan ABER di Kabupaten Jayapura. Ditemukan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria tidak berhasil mencapai target pada tahap Intensifikasi pengendalian yang telah ditetapkan didalam Pedoman Pengendalian Malaria Menuju Eliminasi Tahun 2030 di Kabupaten Jayapura yang tertuang dalam Peraturan Bupati Jayapura nomor 44 Tahun 2017 dengan angka API adalah 100‰, SPR 24% dan ABER dibawah 10%. Hal-hal yang menjadi hambatan adalah kompetensi SDM yang belum memenuhi standar, ketersediaan dana yang belum memadai, dan manajemen sarana yang belum optimal. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura telah dilaksanakan namun belum optimal. Disarankan agar pemerintah daerah Kabupaten Jayapura dapat menjadikan program eliminasi malaria sebagai prioritas anggaran dalam APBD Kabupaten Jayapura. Selain itu kerjasama lintas sektor yang tergabung dalam Malaria Center perlu digiatkan kembali dan merumuskan Rencana Aksi Daerah (RAD) serta bermitra dengan global fund, Unicef, LSM, TNI, Polri, Organisasi profesi dan tokoh masyarakat.

Malaria is still a health threat to half the world's population, including in Indonesia where in 2020 the number of malaria cases reached 226,364 cases and 96% of these cases came from Papua Province. Jayapura Regency itself was ranked the fourth most malaria case in Papua Province in 2016 with 29,044 cases. This study aims to evaluate the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency in 2021. The study used a qualitative type of research method with a study case approach, conducted on selected informants including the Head of the Health Office, Head of the P2P Division, Head of HHR Division, Head of the General, Program and Information Sub-Section, Program Manager of Malaria in Health Office, Head of Puskesmas and Program Manager of Malaria in Puskesmas in Jayapura Regency. Data collection was carried out in February - March 2022 using in-depth interviews as the primary data source and document study as a secondary data source. Researchers use a systems approach in assessing inputs consisting of human resources, funds, facilities, and legislation. The process is how to find and treat patients, prevention and control of risk factors, epidemiological surveillance and outbreak control, improving information and education communication (IEC) and increasing human resources as well as for output, namely the number of API, SPR, and ABER in Jayapura Regency. It was found that the implementation of the malaria elimination program did not succeed in achieving the target of the control intensification stage that had been set out in the Guidelines for Malaria Control towards Elimination in 2030 in Jayapura Regency in Jayapura Regency Regulation number 44 year 2017 with API number is 100‰, SPR 24% and ABER below 10%. The things that become obstacles are human resources competencies that do not meet the standards, inadequate funding availability, and non-optimal management of facilities. It can be concluded that the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency has been implemented but has not been optimal. It is recommended that the regional government of Jayapura Regency can make the malaria elimination program a budget priority in the Jayapura Regency RREB. In addition, cross-sectoral collaboration that is incorporated in the Malaria Center needs to be reactivated and formulate Regional Action Plans (RAP) and and partnering with global funds, Unicef, NGOs, TNI, Polri, professional organizations and community leaders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>