Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199727 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalishah Putri Amadea
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah umum kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi anak-anak secara global, tidak terkecuali Indonesia. ECC merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang diasosiasikan dengan kejadian ECC adalah praktik kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Mengetahui hubungan antara praktik kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode: Cross-sectional pada 447 anak berusia 6–36 bulan, kuesioner tervalidasi, pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan indeks dmf-t dan pemeriksaan plak menggunakan Silness-Löe Plaque Index oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Hasil: Prevalensi ECC pada 447 anak adalah 53,9%. Terdapat korelasi positif antara waktu membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,2), supervisi orang tua dalam membersihkan gigi (p=0,01; r=0,139), dan usia mulai membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,301) terhadap skor dmf-t. Terdapat korelasi negatif antara alat membersihkan gigi (p=0,001 ; r=-0,156) dan bahan membersihkan gigi (p=0,003 ; r=-0,161) terhadap skor dmf-t. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi membersihkan gigi (p=0,084) dan durasi membersihkan gigi (p=0,689) terhadap kejadian ECC. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status sosioekonomi (p=0,113) terhadap kejadian ECC. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara waktu, alat, bahan, supervisi orang tua, dan usia mulai membersihkan gigi dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a common oral health problem that affects children globally, including Indonesia. ECC is a disease that is influenced by various factors. One of the factors associated with the occurrence of ECC is oral hygiene practices. Objective: The study aimed to determine the relationship between oral hygiene practices and the incidence of Early Childhood Caries (ECC) in Jatinegara, East Jakarta. Method: Cross-sectional in 447 children aged 6–36 months, validated questionnaire, clinical examination of dental caries using the dmf-t index and plaque examination using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Results: The prevalence of ECC in 447 children was 53.9%. There was a positive correlation between the time of brushing teeth (p=0,001; r=0,2), parental supervision in brushing teeth (p=0,01; r=0,139), and the age of starting to brush teeth (p=0,001; r=0,301) with the dmf-t score. There was a negative correlation between the type of cleaning tool used (p=0,001; r=-0,156) and the material used (p=0,003; r=-0,161) with the dmf-t score. There was no significant difference between the frequency of brushing teeth (p=0,084) and the duration of brushing teeth (p=0,689) on the incidence of ECC. There was no significant difference between socioeconomic status (p=0,113) on the incidence of ECC. Conclusion: There is a significant relationship between time, type of cleaning tool, materials, parental supervision, and age of starting to brush teeth with the occurrence of ECC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalishah Putri Amadea
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah umum kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi anak-anak secara global, tidak terkecuali Indonesia. ECC merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang diasosiasikan dengan kejadian ECC adalah praktik kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Mengetahui hubungan antara praktik kebersihan gigi dan mulut dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode: Cross-sectional pada 447 anak berusia 6–36 bulan, kuesioner tervalidasi, pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan indeks dmf-t dan pemeriksaan plak menggunakan Silness-Löe Plaque Index oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Hasil: Prevalensi ECC pada 447 anak adalah 53,9%. Terdapat korelasi positif antara waktu membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,2), supervisi orang tua dalam membersihkan gigi (p=0,01; r=0,139), dan usia mulai membersihkan gigi (p=0,001 ; r=0,301) terhadap skor dmf-t. Terdapat korelasi negatif antara alat membersihkan gigi (p=0,001 ; r=-0,156) dan bahan membersihkan gigi (p=0,003 ; r=-0,161) terhadap skor dmf-t. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi membersihkan gigi (p=0,084) dan durasi membersihkan gigi (p=0,689) terhadap kejadian ECC. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status sosioekonomi (p=0,113) terhadap kejadian ECC. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara waktu, alat, bahan, supervisi orang tua, dan usia mulai membersihkan gigi dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a common oral health problem that affects children globally, including Indonesia. ECC is a disease that is influenced by various factors. One of the factors associated with the occurrence of ECC is oral hygiene practices. Objective: The study aimed to determine the relationship between oral hygiene practices and the incidence of Early Childhood Caries (ECC) in Jatinegara, East Jakarta. Method: Cross-sectional in 447 children aged 6–36 months, validated questionnaire, clinical examination of dental caries using the dmf-t index and plaque examination using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Results: The prevalence of ECC in 447 children was 53.9%. There was a positive correlation between the time of brushing teeth (p=0,001; r=0,2), parental supervision in brushing teeth (p=0,01; r=0,139), and the age of starting to brush teeth (p=0,001; r=0,301) with the dmf-t score. There was a negative correlation between the type of cleaning tool used (p=0,001; r=-0,156) and the material used (p=0,003; r=-0,161) with the dmf-t score. There was no significant difference between the frequency of brushing teeth (p=0,084) and the duration of brushing teeth (p=0,689) on the incidence of ECC. There was no significant difference between socioeconomic status (p=0,113) on the incidence of ECC. Conclusion: There is a significant relationship between time, type of cleaning tool, materials, parental supervision, and age of starting to brush teeth with the occurrence of ECC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faatihah Amani Alfathan
"Latar Belakang : Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi global yang berdampak pada anak-anak di berbagai negara. Di Indonesia, prevalensi ECC pada anak usia 3–4 tahun mencapai 78,3%. Pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta tingkat pengetahuan ibu memiliki peran dalam terjadinya ECC. Tujuan : Mengetahui hubungan pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode : Studi potong lintang pada 447 anak berusia 6–36 bulan. Pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan ICDAS (International Caries Detection and Assessment System) dan indeks plak Silness-Löe dilakukan oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Data pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu diperoleh melalui kuesioner yang tervalidasi. Hasil : Prevalensi ECC pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara sebesar 72,5%. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan manis (p=0,000 ; rs=+0,273), dan frekuensi konsumsi minuman manis (p=0,000 ; rs=+0,234) dengan kejadian ECC. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI (p=0,000), usia anak (p=0,000), tingkat pendidikan ibu (p=0,020) dan tingkat pendidikan ayah (p=0,016) dengan kejadian ECC. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi pemberian ASI (p=0,181), kebiasaan menyusui di malam hari (p=0,471), usia awal MPASI (p=0,262), frekuensi konsumsi MPASI (p=0,382), jenis kelamin anak (p=0,526), tingkat pengetahuan ibu (p=0,209), dan status ekonomi keluarga (p=0,088) dengan kejadian ECC. Kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara frekuensi konsumsi makanan manis dan frekuensi konsumsi minuman manis dengan kejadian ECC. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI, usia anak, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a significant global dental health issue that affects children worldwide. In Indonesia, the prevalence of ECC among children aged 3–4 years reaches 78.3%. Breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge play a role in the occurrence of ECC. Objective: To determine the association of breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge with Early Childhood Caries (ECC) in children aged 6–36 months in Jatinegara, East Jakarta. Methods: A cross-sectional study was conducted on 447 children aged 6–36 months. Clinical dental caries examination was performed using the International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), and plaque assessment was conducted using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Data on breastfeeding patterns, sweet food and beverage intake, and maternal knowledge were obtained through validated questionnaires. Results: The prevalence of ECC among children aged 6–36 months in Jatinegara was 72.5%. There was a significant positive correlation between the frequency of sweet food consumption (p=0.000; rs=+0.273) and the frequency of sweet beverage consumption (p=0.000; rs=+0.234) with the occurrence of ECC. Additionally, significant differences in ECC occurrence were observed based on breastfeeding duration (p=0.000), child's age (p=0.000), maternal education level (p=0.020), and paternal education level (p=0.016). However, no significant differences were found between ECC occurrence and breastfeeding frequency (p=0.181), nighttime breastfeeding habits (p=0.471), age of complementary feeding initiation (p=0.262), frequency of complementary food consumption (p=0.382), child's sex (p=0.526), maternal knowledge level (p=0.209), and family socioeconomic status (p=0.088). Conclusion: There is a significant positive correlation between the frequency of sweet food and beverage consumption with ECC occurrence. Moreover, significant differences in ECC occurrence were observed based on the duration of breastfeeding, child's age, maternal education level, and paternal education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faatihah Amani Alfathan
"Latar Belakang : Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi global yang berdampak pada anak-anak di berbagai negara. Di Indonesia, prevalensi ECC pada anak usia 3–4 tahun mencapai 78,3%. Pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta tingkat pengetahuan ibu memiliki peran dalam terjadinya ECC. Tujuan : Mengetahui hubungan pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu dengan kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Metode : Studi potong lintang pada 447 anak berusia 6–36 bulan. Pemeriksaan klinis karies gigi menggunakan ICDAS (International Caries Detection and Assessment System) dan indeks plak Silness-Löe dilakukan oleh dokter gigi yang telah dikalibrasi. Data pola pemberian ASI, konsumsi makanan dan minuman manis, serta pengetahuan ibu diperoleh melalui kuesioner yang tervalidasi. Hasil : Prevalensi ECC pada anak usia 6–36 bulan di Kecamatan Jatinegara sebesar 72,5%. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan manis (p=0,000 ; rs=+0,273), dan frekuensi konsumsi minuman manis (p=0,000 ; rs=+0,234) dengan kejadian ECC. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI (p=0,000), usia anak (p=0,000), tingkat pendidikan ibu (p=0,020) dan tingkat pendidikan ayah (p=0,016) dengan kejadian ECC. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi pemberian ASI (p=0,181), kebiasaan menyusui di malam hari (p=0,471), usia awal MPASI (p=0,262), frekuensi konsumsi MPASI (p=0,382), jenis kelamin anak (p=0,526), tingkat pengetahuan ibu (p=0,209), dan status ekonomi keluarga (p=0,088) dengan kejadian ECC. Kesimpulan : Terdapat hubungan positif antara frekuensi konsumsi makanan manis dan frekuensi konsumsi minuman manis dengan kejadian ECC. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lama pemberian ASI, usia anak, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian ECC.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is a significant global dental health issue that affects children worldwide. In Indonesia, the prevalence of ECC among children aged 3–4 years reaches 78.3%. Breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge play a role in the occurrence of ECC. Objective: To determine the association of breastfeeding patterns, sweet food and beverage consumption, and maternal knowledge with Early Childhood Caries (ECC) in children aged 6–36 months in Jatinegara, East Jakarta. Methods: A cross-sectional study was conducted on 447 children aged 6–36 months. Clinical dental caries examination was performed using the International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), and plaque assessment was conducted using the Silness-Löe Plaque Index by calibrated dentists. Data on breastfeeding patterns, sweet food and beverage intake, and maternal knowledge were obtained through validated questionnaires. Results: The prevalence of ECC among children aged 6–36 months in Jatinegara was 72.5%. There was a significant positive correlation between the frequency of sweet food consumption (p=0.000; rs=+0.273) and the frequency of sweet beverage consumption (p=0.000; rs=+0.234) with the occurrence of ECC. Additionally, significant differences in ECC occurrence were observed based on breastfeeding duration (p=0.000), child's age (p=0.000), maternal education level (p=0.020), and paternal education level (p=0.016). However, no significant differences were found between ECC occurrence and breastfeeding frequency (p=0.181), nighttime breastfeeding habits (p=0.471), age of complementary feeding initiation (p=0.262), frequency of complementary food consumption (p=0.382), child's sex (p=0.526), maternal knowledge level (p=0.209), and family socioeconomic status (p=0.088). Conclusion: There is a significant positive correlation between the frequency of sweet food and beverage consumption with ECC occurrence. Moreover, significant differences in ECC occurrence were observed based on the duration of breastfeeding, child's age, maternal education level, and paternal education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Khairinisa
"

Latar belakang:ECC merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi, termasuk di Indonesia. Kondisi ini dapat berdampak ke kualitas hidup anak. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi ECC antara lain praktik kebersihan gigi dan mulut serta konsumsi makanan kariogenik. Usia 5 tahun merupakan waktu akhir periode gigi sulung sebelum akhirnya digantikan oleh gigi permanen. Tujuan:Mengetahui hubungan praktik kesehatan gigi dan mulut serta status karies gigi sulung terhadap kualitas hidup anak usia 5 tahun. Metode:Studi Cross-sectionalpada 266 anak berusia 5 tahun pada bulan Agustus-Oktober 2019 yang terpilih dengan metode multistage cluster random sampling dari TK di Jakarta Timuryang memenuhi kriteria inklusi anak berusia 60-71 bulan, kooperatif, dan orangtua bersedia mengisi informed consent. Seluruh orangtua subjek diminta untuk melengkapi kuesioner yang bersisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografik, praktik kesehatan gigi dan mulut, serta kualitas hidup anak persepsi orang tua (SOHO-5p). Pada anak, dilakukan pemeriksaan status karies gigi sulung berupa indeks dmft dan pufa serta diwawancara terkait kualitas hidup anak persepsi sendiri (SOHO-5c). Digunakan uji beda Contuinity Correction, Pearson Chi Square, Mann Whitney, dan Kruskall Wallis serta Uji korelasi spearman untuk analisis statistik. Hasil: prevalensi ECC pada 266 anak adalah 88,7% dan pufa >0 sebanyak 35%. Terdapat hubungan yang bermakna antara praktik kebersihan gigi dan mulut terhadap indeks dmft (r=0,19;p=0,01) dan skor SOHO-5p (r=0,27;p<0,001) serta praktik konsumsi makanan kariogenik terhadap indeks dmft (r=0,14;p<0,01), dan SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). Status karies gigi sulung memiliki hubungan yang bermakna dengan SOHO-5 (p<0,001). Seluruh variabel SOHO-5p memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks dmft dan indeks pufa (p<0,05) kecuali menghindari tersenyum karena penampilan terhadap indeks pufa. Tetapi, hanya skor total SOHO-5c, variabel kesulitan makan, dan kesulitan tidur yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap indeks dmft dan indeks pufa (p<0,001). Secara umum, tidak terdapat perbedaan bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c kecuali pada variabel kesulitan tidur (p=0,001), menghindari tersenyum karena rasa sakit (p=0,002), dan menghindari tersenyum karena penampilan (p=0,042) Kesimpulan:Terdapat hubungan yang bermakna antara status karies gigi sulung dan SOHO-5 tetapi hanya SOHO-5p yang memiliki hubungan bermakna dengan praktik kesehatan gigi dan mulut.. Tidak terdapat perbedaan persepsi yang bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c sehingga orangtua dapat dijadikan penilai proksi dari kualitas hidup anak, tetapi kedua persepsi tetap diperlukan untuk menghindari informasi yang hilang. 



Background:ECC is a dental health problem with high prevalence and severity, including in Indonesia. This condition will affect child’s Oral-Health Related Quality of Life (OHRQoL). Factors that cause ECC are multifactorial, one of which is oral hygiene practice and comsumption of cariogenic meals. 5 years old is the late period of primary dentition before it’ll changed to permanent dentition Objective: To analyze relationship between oral health practice and early childhood caries with 5 years old children’s quality of life in Jakarta Timur. Method: Cross-sectional study in 266 5 years old children during August-October 2019 that chosen with multistage cluster random sampling from preschools in Jakarta Timur that fulfilled inclusion criteria child aged 60-71 month, cooperate, and parents had signed informed consent. All parents completed questionnaire about sociodemographic characteristic, oral health practice, and parent perception of child quality of life (SOHO-5p). Children were examined with dmft and pufa index and also interviewed about their perception of self quality of life (SOHO-5c). Result: Prevalence of ECC for 266 children is 88,7% with 35% have pufa index >0. There’s a significant relationship between oral hygiene practice with dmft index (r=0,19;p=0,001) and SOHO-5p(r=0,27;p<0,001) so does cariogenic meals consumption with dmft index (r=0,14;p<0,001) and SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). ECC has significant relationship with SOHO-5 (p<0,05). All variables in SOHO-5p has significant relationship with dmft dan pufa index(p<0,05) except avoid smiling because of appearance towards pufa index. But, only total score of SOHO-5c,‘difficult eat’ and ‘difficult sleep’ variables have significant relationship with dmft and pufa index (p<0,001). In general, there’s no statistically difference between mother-child perception in SOHO-5p and SOHO-5c except in ‘difficult sleep’ (p=0,001), ‘avoid smiling because of pain’ (p=0,002) and ‘avoid smiling because of appearance’(p=0,042). Conclusion:There’s significant relationship between ECC and SOHO-5 but only the parental version has significant relationship with oral health practice. There’s no significant difference between SOHO-5p and SOHO-5c thus parents could be the proxy rater for their child but both perception still needed to avoid missing information.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Setiawati
"Latar belakang: ECC adalah masalah kesehatan penting di Indonesia. Prevalensi dan keparahan usia dibawah tiga tahun meningkat, pencegahan harus dilakukan saat gigi erupsi. Gigi sulung berperan dalam proses tumbuh kembang anak, pemeliharaannya melibatkan peran ibu, antara lain pada pola pemberian ASI. Tujuan: Diketahuinya hubungan pola pemberian ASI dan berbagai faktor risiko kejadian ECC dan ditemukannya model pencegahan yang sesuai di DKI Jakarta. Metode: Cross-sectional pada 424 anak usia 6-24 bulan, wawancara, pemeriksaan klinis dan laboratorium.Hasil:Faktor prediktor ECC:plak, usia anak, cara pemberian, lama kontak ASI, dan kapasitas buffer saliva. Kesimpulan: Model menjelaskan 52,5% variasi ECC dengan akurasi prediksi 82%. Dihasilkan soft ware dan kartu sebagai alat bantu pencegahan ECC.
Background: ECC is an important health problem in Indonesia. Under 3-yr-old prevalence and severity tend to increase, prevention must start since teeth eruption. Primary teeth plays role in the child development, oral care mainly involves the mother?s role, among others, breastfeeding pattern. Purpose: To determine relationship between breastfeeding patterns and ECC risk factors to find a prevention model in Jakarta. Methods: Cross-sectional study on 424 children aged 6-24 months, interviews, clinical and laboratory examinations. Result: ECC predictor factors: dental plaque, age, breastfeeding pattern, salivary buffer capacity. Summary:Model explained 52.5% variation in ECC with 82% accuracy prediction. Soft ware and card were developed as prevention model."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
D1301
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bhekti Setya Ningrum
"Anak usia dini perlu mendapat asupan nutrisi yang baik dan adekuat untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu upaya pemenuhan asupan nutrisi adalah melalui sarapan. Kebiasaan sarapan yang ditanamkan sejak anak dalam usia dini dapat mendukung pola pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kebiasaan sarapan pada anak usia dini yang berada di Pendidikan Anak Usia Dini Kelurahan Cijantung, Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah deskriptive dengan menggunakan sampel anak usia dini yang berada di Pendidikan Anak Usia Dini Cijantung Jakarta Timur dan berusia 3-5 tahun. Responden berjumlah 103 anak yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen untuk menggambarkan kebiasaan sarapan pada anak usia dini yang dikembangkan sendiri. Hasil penelitian ini menggambarkan sebagian besar responden memiliki frekuensi sarapan 6-7 kali dalam seminggu, 62,1% responden menyatakan malas untuk sarapan, dan 82,5% waktu sarapan pada saat sebelum berangkat sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya yang memiliki fokus kebiasaan sarapan anak usia dini.

Children in early childhood phase need a good and adequate intake of nutrition to support their growth and development. One way to fulfill the intake of nutrition is by giving them breakfast. Breakfast habits that is planted since early childhood phase can support the next pattern of children's growth and development. This study aimed to describe the breakfast habits of children in early childhood phase in Early Childhood Education at Cijantung District, East Jakarta. The design of this study was simple descriptive research design. The sample was children in early childhood phase in Early Childhood Education at Cijantung district East Jakarta whose aged 3 until 5 years old. The respondents used were chosen by stratified random sampling technique, were 103 in number. Instrument which developed by researcher was used to describe breakfast habits of early childhood. The result of this study showed that the majority respondents had breakfast 6-7 times in a week, 62,1% respondent did not have breakfast because of feeling lazy, and 82,5% respondent had breakfast before go to school. The result of this study can be used as a reference for the next study focusing on breakfast habits of children in early childhood phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Dzikriya Rahman
"

Latar belakang: Early Childhood Caries (ECC) atau karies anak usia dini masih merupakan masalah kesehatan yang serius terutama di kalangan anak-anak. Streptococcus mutans diketahui sebagai penyebab utama dari ECC. Sementara bakteri lain seperti jamur, yaitu, Candida albicans, dianggap terlibat dalam proses perkembangan ECC. Resistensi atau kerentanan terhadap karies juga dipercaya dapat berkorelasi secara signifikan dengan perubahan komponen protein saliva. Beberapa mikroorganisme oral dan protein saliva tersebut dapat berfungsi sebagai biomarker untuk memprediksi risiko dan prognosis karies. Tujuan: Mengetahui kuantitas dari antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada saliva pasien ECC serta menganalisis hubungan keduanya yang dikaitkan dengan OHI-S dan skor dmf-t. Metode: S. mutans serotype c dan Candida albicans yang diisolasi dari sampel saliva pasien ECC dan caries free diuji menggunakan Indirect ELISA untuk memperoleh kuantitas antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans, yang selanjutnya dikorelasikan dengan OHI-S dan skor dmf-t pasien ECC dan caries free. Hasil: Kuantitas antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans paling tinggi ditemukan pada pasien caries-free. Kuantitas antigen S. mutans serotype c paling tinggi ditemukan pada pasien dengan OHI-S sangat baik, sebaliknya pada Candida albicans kuantitas paling tinggi ditemukan pada pasien dengan OHI-S sedang. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kuantitas antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans pada pasien ECC dan caries-free. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara kuantitas antigen Candida albicans pada kelompok OHI-S baik dan sedang, namun tidak pada antigen S. mutans serotype c. Pada pasien ECC dan caries free, antigen S. mutans serotype c dan Candida albicans memiliki arah dan bentuk korelasi yang positif. Kesimpulan: Peningkatan kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans tidak mencerminkan kondisi mulut pasien ECC maupun caries free. Peningkatan kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans dapat mencerminkan kondisi OHI-S pasien. Streptococcus mutans serotype c dan Candida albicans pada pasien ECC berkorelasi sementara pada pasien caries-free tidak.

 


Background: Early Childhood Caries (ECC) or early childhood caries is still considered as serious health problem, especially among children. Streptococcus mutans is known as a major cause of ECC. While other bacteria such as fungi, that is, Candida albicans, are considered to be involved in the ECC progression. Resistance or susceptibility to caries is also believed to be significantly correlated with changes in salivary protein components. Some of these oral microorganisms and salivary proteins can be functioned as biomarkers to predict caries risk and prognosis. Objective: To determine the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the saliva of ECC patients and analyze the relationship between the two antigens and associated with OHI-S and dmf-t scores. Methods: S. mutans serotype c and Candida albicans were isolated from saliva samples of ECC and caries free patients were tested using Indirect ELISA to obtain the quantity of S. mutans serotype c and Candida albicans antigen, which were correlated further with OHI-S and dmf-t scores of ECC and caries free patients. Results: The highest quantity of S. mutans serotype c and Candida albicans antigens was found in caries-free patients. The highest quantity of S. mutans serotype c antigen was found in patients with very good OHI-S, whereas the highest quantity of Candida albicans was found in patients with moderate OHI-S. There was no statistically significant difference between the quantity of S. mutans serotype c antigens and Candida albicans in ECC and caries-free patients. There is a significant difference statistically between the quantity of Candida albicans antigen in the good and moderate OHI-S group, but not in the S. mutans serotype antigen c. In patients with ECC and caries free, S. mutans serotype c antigens and Candida albicans have a positive direction and form of correlation. Conclusion: Increasing the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens did not reflect the oral condition of ECC or caries free patients. The increase in the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans can reflect the patient's OHI-S condition. Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans in ECC patients correlated but in caries-free patients they did not correlate.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pindobilowo
"Latar belakang : Salah satu tindakan pencegahan Early Childhood Caries (ECC) adalah perbaikan status gizi anak karena dengan perbaikan status gizi anak maka gigi tahan terhadap karies serta didukung oleh pola konsumsi kariogenik dan peran ibu dalam mencukupi gizi selama masa kehamilan.
Tujuan : Untuk menganalisis hubungan status gizi anak terhadap terjadinya ECC.
Metode : Cross-sectional pada 287 anak usia 6-48 bulan, wawancara, dan pemeriksaan intraoral.
Hasil : Status gizi anak adalah variabel yang sesuai dalam pencegehan ECC karena merupakan salah satu variabel prediktor yang baik terhadap terjadinya ECC.
Kesimpulan : Terdapat hubungan status gizi anak terhadap terjadinya ECC.

Background : One prevention ECC is improving thr nutritional status of children from the womb due to the improvement of the nutritional status of the children's teeth are resistant to caries and is supported by the pattern of consumption of cariogenic and role of adequate nutrition in the mother during pregnancy.
Purpose : To see the relationship to the nutritional status of children Early Childhood Caries (ECC).
Methods : Cross-sectional study on 287 children aged 6-48 months, interview, and examination intraoral.
Results : Nutritional status of children is appropriate variables in the prevention of ECC because it is one of the predictor variables were either against the ECC.
Summary : There is a relationship to the nutritional status of ECC
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Allan Karunia Sakti
"Tesis ini membahas perancangan sistem informasi konseling kesehatan gigi dan mulut siswa penyandang disabilitas intelektual (tunagrahita) sebagai tools menghasilkan informasi status kesehatan gigi dan mulut untuk kebutuhan dan memfasilitasi upaya pencegahan dan intervensi permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain pendekatan pengembangan sistem model prototyping. Hasil penelitian diperoleh analisa kebutuhan sistem informasi, desain model terstruktur dan antarmuka untuk kemudahan penerapan sistem informasi oleh pengguna. Sistem informasi yang dikembangkan dapat memberikan kemudahan mengakses informasi akurat, relevan dan terkini; menghemat kebutuhan biaya; terjamin pengendalian penyimpanan dan keamanan data; serta fleksibel, mudah dan nyaman digunakan oleh pengguna untuk layanan konseling kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunagrahita. Sistem informasi memberikan solusi dalam mengidentifikasi informasi status kesehatan gigi dan mulut siswa tunagrahita di SLB Dharma Asih Kraksaan.

The focus of this study is the design of dental and oral health counseling information system for students with intellectual disabilities as tools to produce information on dental and oral health status for needs and facilitate efforts to prevent and intervene in dental and oral health problems. This research is qualitative research with the design of prototyping model system development approach. The results obtained analysis of information system needs, structured model design and interface for ease of application of information system by users. Developed information systems can provide easy access to accurate, relevant and up-to-date information; save cost needs; guaranteed storage control and data security; and flexible, easy and convenient to use by users for dental and oral health counseling services. The information system provides solutions in identifying information on the health status of dental and oral students with intellectual disabilities at SLB Dharma Asih Kraksaan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>