Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Hariri
"The focus thesis is on good faith buyers in the execution auction of mortgage rights confronted unlawful acts involving cancellation land rights transfers before, as seen in verdict No. 11/Pdt.G/2020/PN.DMK. The study employs juridical-normative and descriptive-analytical methods. The topic is urgent because winners of execution auctions of mortgage rights are generally protected; however, protection was denied in Verdict. Court. Article 531 of the KUHPerdata, which protects good faith buyers strengthened by SEMA 7/2012, which protects buyers even if it is later revealed that the seller lacked the authority to sell. SEMA 5/2014, SEMA 4/2016, and Jurisprudence No. 6/Yur/2018 classify good faith buyers, including auction winners. Among 69 documented Kasasi verdicts, 49 protected good-faith buyers. Auction winners are strongest legal basis. 14 Verdict reviewed, only 2 denied protection in cases the buyer was the creditor themselves and collateral value had dropped significantly, or when there were two land certificate claims. Despite the robust legal framework protecting good faith buyers and the tendency of court decisions to uphold this protection, findings from Verdict No. 11/Pdt.G/2020/PN.DMK revealed that the good faith buyer was not protected. This was due to considerations of unlawful acts in the prior transfer of land rights, which rendered the final buyer unprotected. The analysis indicates several factors supporting the judge’s ruling: the invalidity of the sale and purchase agreement, suspected fraud, the invalidity of the obligational title (levering), fulfillment of the criteria for unlawful acts, and deficiencies in the formal aspects of the sale and purchase process.

Fokus masalah skripsi ini yakni pembeli beritikad baik dalam lelang eksekusi hak tanggungan berhadapan dengan perbuatan melawan hukum pembatalan peralihan hak atas tanah, sebagaimana terjadi dalam putusan No. 11/Pdt.G/2020/PN.DMK. Metode yang digunakan yakni yuridis-rormatif dan deskriptif-analitis. Urgensi pembahasan topik skripsi ini yakni pemenang lelang eksekusi hak tanggungan yang umumnya dilindungi, namun dibatalkan putusan pengadilan. Pasal 531 KUHPerdata menyatakan melindungi pembeli beritikad baik, diperkuat SEMA 7/2012 yang melindungi pembeli sekalipun kemudian diketahui bahwa penjual tidak berhak. SEMA 5/2014, SEMA 4/2016, dan Yurisprudensi 6/Yur/2018 merinci klasifikasi pembeli beritikad baik dimana pemenang lelang termasuk. Dari 69 putusan kasasi terdokumentasi, 49 putusan melindungi pembeli beritikad baik. Dasar pemenang lelang paling kuat. Dari 14 putusan, hanya 2 putusan dimana pemenang lelang tidak dilindungi jika pembeli ialah kreditur itu sendiri dengan nilai jaminan anjlok atau jika ada dua alas hak tanah. Meskipun pengaturan pembeli beritikad baik kuat dan putusan cenderung melindungi. Temuan berdasarkan Putusan No. 11/Pdt.G/2020/Pn.Dmk pembeli beritikad baik juga tidak dilindungi dengan pertimbangan perbuatan melawan hukum dalam peralihan hak atas tanah sebelumnya yang berdampak tidak dilindunginya pembeli terakhir (pemenang lelang). Analisis menunjukkan, tidak sahnya perjanjian jual beli bahkan diduga penipuan, tidak sahnya titel obligatoir levering, terpenuhinya perbuatan melawan hukum, dan kurangnya aspek formil jual beli."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Jasmine Syafitri
"Lahirnya sertifikat Hak Tanggungan bertujuan untuk memberikan kepastian hukum serta kedudukan yang istimewa bagi Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, hal ini sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. Hak Tanggungan sendiri memiliki kekuatan hukum setelah dilakukannya pendaftaran ke Kantor Pertanahan yang diawali dengan dibuatkannya APHT dihadapan PPAT, yang kemudian didaftarkan oleh PPAT ke Kantor Pertanahan. Namun, apabila terjadi sengketa terkait objek Hak Tanggungan, seringkali menyebabkan Hak Tanggungan menjadi hapus dan Kreditur kehilangan jaminan piutangnya, sementara pembebanannya sendiri telah dilakukan sesuai dengan aturan dan dibuktikan dengan lahirnya sertifikat Hak Tanggungan. Berdasarkan hal tersebut terdapat rumusan masalah berupa perlindungan hukum bagi Pemegang Hak Tanggungan yang memegang hak jaminan yang kepemilikan jaminan tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berdasarkan Putusan Nomor 423/Pdt.G/2020/PN Jkt. Sel Juncto Putusan Nomor 770/PDT/2022/PT. DKI dan tanggung jawab Notaris atau PPAT yang membuat akta PPJB lunas dengan kuasa menjual, Akta Jual Beli, dan APHT yang dinyatakan batal demi hukum dan menyebabkan hapusnya Hak Tanggungan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian doktrinal dengan tipologi penelitian preskriptif yang didasarkan pada data sekunder yang dianalisis secara kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pemegang Hak Tanggungan yang beritikad baik harus dilindungi hak-haknya, sebagaimana tercantum dalam SEMA Nomor 7 Tahun 2012. Namun, karena pembatalan peralihan hak atas tanah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, akan menyebabkan Hak Tanggungan turut terhapus, sehingga Kreditur kehilangan jaminannya. Tetapi, Kreditur tetap masih mendapatkan perlindungan hukum dengan didasarkan pada Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dalam pemenuhan piutangnya. Adapun mengenai tanggung jawab Notaris atau PPAT yang membuat akta-akta terkait tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya, karena apabila dilihat dari akar permasalahannya yaitu adanya kebohongan materiil dari isi akta PPJB lunas dan bukan pada bentuk formal dari akta-akta tersebut.

The birth of the Mortgage Certificate aims to provide legal assurance and a privilege for the Creditor Holding the Mortgage, this is as stipulated in Law Number 4 of 1996 concerning Mortgage Rights on Land and Objects Related to Land. Mortgage Rights themselves have legal force after registration at the Land Office which begins with the making of APHT before the PPAT, which is then registered by the PPAT at the Land Office. However, if there is a legal action related to the object of Mortgage Rights, it often causes the Mortgage Rights to be revoked and the Creditor loses the guarantee of his receivables, while the burden itself has been carried out in accordance with the rules and is proven by the issuance of a Mortgage Rights certificate. Based on this, there is a formulation of the problem, namely Legal Protection for Mortgage Holders of Debtor's Collateral Objects Whose Ownership Has Been Canceled by the Court (Study of Decision Number 423/Pdt.G/2020/PN Jkt. Sel in conjunction with decision number 770/PDT/2022/PT. DKI) and the responsibility of the Notary or PPAT who made the deed of PPJB paid in full with the power of attorney to sell, the Deed of Sale and Purchase, and the APHT which were declared null and void by law and resulted in the cancellation of the Mortgage Rights. The research method used is doctrinal research with a prescriptive research typology based on secondary data that qualitatively analyzed. The results of the research show that the rights of Mortgage Holders who act in good faith must be protected, as stated in SEMA Number 7 of 2012. However, due to the cancellation of the transfer of land rights by the South Jakarta District Court, will cause the Mortgage Rights to be erased, so that the Creditor lost his collateral. However, creditors still receive legal protection based on Article 1131 and 1132 of the Civil Code in fulfilling their receivables. Regarding the responsibility of the Notary or PPAT who made the related deeds, they cannot be held accountable, because if we look at the root of the problem, it is the existence of material lies in the contents of the PPJB deed of payment and not in the formal form of the deeds."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Rizaldy
"Hak tanggungan sebagai jaminan memberikan kepastian hukum bagi kreditur apabila debitur cidera janji, namun dalam kasus ini terjadi sita jaminan yang dilekatkan oleh pihak ketiga terhadap objek hak tanggungan tersebut yang menyebabkan adanya konflik antara para pihak. Permasalahan dalam tesis ini manakah di antara sita jaminan dan hak tanggungan yang memiliki kekuatan hukum apabila adanya cidera janji oleh debitur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa yuridis normatif dengan tipologi deskriptif analitis, menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen dari berbagai literatur, dengan menggunakan tiga kasus yang saling terikat. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Hak Tanggungan telah terdaftar terlebih dahulu dari Sita Jaminan. Dengan diletakannya Hak Tanggunan terlebih dahulu, maka Sita Jaminan yang diletakan setelahnya tidak mempunyai kekuatan hukum. Prosedur lelang telah mengikuti prosedur yang ditentukan, sehingga pembeli lelang yang beritikad baik haknya harus terlindungi.

Mortgage rights as collateral provide legal certainty for the creditor if the debtor is in default, however in this case study, there is a collateral confiscation attached by the third party to the object of the mortgage rights which causes a conflict between parties. This thesis's problem is which between the collateral confiscation and the mortgage rights that has legal rights in the event of a breach of contract by the debtor. This research uses a normative judicial method with a descriptive-analytical typology, using data collection tools in document studies from various works of literature, using three interrelated cases. Based on the research results that the Mortgage Rights have been registered in advance from collateral confiscation. By placing the Mortgage rights first, the Collateral Confiscation which is placed afterwards has no legal right. The auction procedure has followed the prescribed procedure to protect the auction buyer in good faith."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Nur Alyani
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana pandangan hakim dalam putusan-putusan pengadilan mengenai pembeli beritikad baik, terutama tentang ada atau tidaknya kewajiban dari pembeli untuk memeriksa/mengecek objek jual beli terlebih dahulu sebelum dilaksanakannya jual beli. Disusun dengan menggunakan metode yuridis normatif, pembahasan dalam skripsi ini dilakukan dengan menjabarkan teori-teori dasar dari perjanjian jual beli seperti pengertian, objek, saat terjadinya, kewajiban para pihak dalam jual beli serta bagaimana jual beli atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Mengenai itikad baik selanjutnya dibahas dalam lingkup sejarah dan perkembangannya, pengertian, kedudukan itikad baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan fungsinya dalam perjanjian.
Pada penelitian ini, Penulis menganalisis bagaimana para hakim di pengadilan baik tingkat pertama maupun tingkat kasasi menafsirkan seseorang yang dikatakan sebagai pembeli beritikad baik. Hasil dari analisis dimuat dalam tabel yang dikategorikan berdasarkan objek jual beli yaitu benda bergerak berwujud, benda bergerak tidak berwujud, dan benda tidak bergerak. Adapun hasil dari penelitian ini merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk membuat suatu pengaturan atau pedoman yang jelas dan terperinci mengenai asas itikad baik di Indonesia, terutama dalam mengukur pembeli beritikad baik.

This thesis discusses about judge’s standpoint in court verdicts regarding the good faith purchaser, particularly whether there is an obligation of the buyer to check the object first before purchasing or not. Formulated using a normative juridical method, the study is carried out by elaborating the fundamental theories of a sale and purchase agreement such as the definition, objects, time of occurrence, obligations of both parties, and the legal basis of trade of movable and immovable goods. For the good faith principle also discussed from the historical scope, definition, the arrangement of good faith in Indonesian Civil Code, and its function in the agreement.
The author will analyze how the judges at the first level court and the cassation level decipher about people who is being categorized as the good faith purchaser. The result of the analysis will be consisting of tables that are categorized by type of objects, which are tangible movable objects, intangible movable objects, and immovable objects. For the result of this research are to recommend the Indonesian Government to make a clear and detailed arrangement or guideline of the good faith principle in Indonesia, especially in identifying the good faith purchaser.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ghinaa S. Putri
"Penelitian ini membahas mengenai pertanggungjawaban pejabat pembuat akta tanah (PPAT) akta pemberian hak tanggungan (APHT) kepada pembeli terakhir/ pembeli yang beritikad baik (pembeli) dan perlindungan terhadap PPAT atas gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) kepada pembeli tersebut. Tujuan pertanggungjawaban PPAT dan perlindungan kepada pembeli adalah memberikan analisis terkait permasalahan pertanggungjawaban dan perlindungan tersebut. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai pertanggungjawaban PPAT terhadap APHT kepada pembeli yang dibatalkan dan perlindungan hukum terhadap PPAT atas gugatan perbuatan melawan hukum (PMH) kepada pembeli. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan analisis data kualitatif melalui data sekunder. Analisis dilakukan secara eksplanatoris. Analisis berdasarkan literatur dan studi kepustakaan untuk menjawab permasalahan sebelumnya. Hasil analisa yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa PPAT dapat bertanggungjawab secara administratif, yaitu pertanggungjawaban atas akta yang dibuatnya, karena dalam pembuatan APHT tersebut PPAT telah memenuhi sikap ketelitian dan memenuhi prinsip kehati-hatian, maka PPAT dapat mengajukan perlindungan hukum berdasarkan Permen ATR/BPN Nomor 2 tahun 2018 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah serta memberikan hak jawab nya kepada Hakim di tingkat peradilan untuk melindungi Pembeli tersebut dari gugatan PMH.

This research discusses the accountability of official leand dead maker (PPAT) deed of granting dependent rights (APHT) to the last buyer / buyer in good faith (buyer) and protection against PPAT for lawsuits against the law (PMH) to the buyer. The purpose of PPAT accountability and protection to buyers is to provide analysis related to the issue of accountability and protection. The issues raised in this study are about ppat liability to canceled buyers and legal protection against PPAT for lawsuits against the law (PMH) to buyers. This study uses normative juridical research method with qualitative data analysis through secondary data. The analysis is carried out explantically. Analysis based on literature and literature studies to answer previous problems. The results of the analysis obtained in this study stated that PPAT can be administratively responsible, namely accountability for the deed it makes, because in the manufacture of the APHT PPAT has fulfilled the attitude of thoroughness and meets the principle of prudence, then PPAT can apply for legal protection based on Permen ATR / BPN No. 2 of 2018 on The Construction and Supervision of the Land Deed Officials and give their right to answer to the Judge at the judicial level to protect the Buyer from pmh lawsuit."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Aprilia E.P
"ABSTRAK Tesis ini mengenai peraturan yang mengatur tentang eksekusi atas objek hak tanggungan melalui Parate Eksekusi, yang merupakan eksekusi langsung yang dilakukan oleh kreditur atau pemegang hak tanggungan atas objek hak tanggungan tanpa adanya fiat atau izin dari pengadilan. Sehingga terdapatlah permasalahan bagaimana prosedur tentang parate eksekusi yang berkaitan dengan objek Hak Tanggungan serta pelaksanaannya di dalam praktek perbankan, dan dimana hal tersebut telah diatur. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitan yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Bahan hukum yang digunakan yaitu bahan hukum primer, skunder dan tertier. Kemudian bahan hukum itu dideskriptikan dan dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Sehingga menghasilkan data deskriptip analitis dan diperoleh data yang lebih terstruktur guna menjawab pemasalahan yang telah dirumuskan untuk kemudian didapatkan kesimpulan dan saran apabila masih ada yang perlu diperbaiki. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa parate eksekusi sudah diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan pasal 6, dan juga tercantum dalam dan di APHT (Akta Pembebanan Hak Tanggungan), sehingga lembaga parate eksekusi akan lebih mengikat. Prosedur dan pelaksanaan parate eksekusi itu sendiri harus dengan pelelangan umum yang pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, dalam hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Dan untuk menyelesaikan konflik-konflik tersebut, undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan hal tersebut haruslah menjadi acuan pertama sebagai dasar dari penyelesaian permasalahan yang sedang terjadi.

ABSTRACT This thesis deals with the rules governing the execution of objects of mortgages through Parate Execution, which is a direct execution carried out by the creditor or the holder of mortgage rights on the object of mortgages without the existence of fiat or permission from the court. So that there are problems how the procedure regarding the execution of parate relating to the object of Underwriting Rights and its implementation in banking practice, and where it has been regulated. The research method used is normative juridical research using the legal approach and case approach. Legal materials used are primary, secondary and tertiary legal materials. Then the legal material is described and analyzed with a qualitative approach. So as to produce analytical descriptive data and obtain more structured data in order to answer the problems that have been formulated for conclusions and suggestions to be obtained if there are still things that need to be corrected. Based on the results of the study, it can be concluded that the execution parate is regulated in Article 6 of the Underwriting Rights Act, and is also listed in and in the APHT (Underwriting Deed), so that the parate execution institution will be more binding. The procedure and implementation of the parate execution itself must be carried out in a public auction in accordance with applicable regulations, in this case regulated in the Minister of Finance Regulation (PMK) number 27 / PMK.06 / 2016 concerning the Auction Implementation Guidelines. And to resolve these conflicts, the laws and regulations relating to them must be the first reference as a basis for resolving the ongoing problems.

 

Keywords : Parate Execution, Execution of Mortgage Rights, Mortgage Rights

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T52153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsi Retna Utami
"Sistem publikasi negatif tidak dipergunakan seutuhnya dalam pendaftaran tanah di Indonesia, akan tetapi sengketa tanah seringkali timbul dari kelemahan sistem itu, termasuk dalam hal untuk pemindahan hak melalui jual beli. Sebagian daft permasalahan itu adalah keabsahan jual beli tanah dengan dokumen lengkap dan memenuhi persyaratan formal sesuai peraturan tetapi kemudian terbukti dilakukan secara melawan hukum, perlindungan bagi pembeli seperti halnya dalam sengketa pada putusan Mahkamah Agung Nomor 1588/K/Pdt/2001 vide Pengadilan Tinggi Bandung dan Pengadilan Negeri Bale Bandung. Penelitian hukum normatif dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap pustaka hukum sebagai data sekunder yang dirancang dengan Case Study Design, data dihimpun melalui studi dokumen.
Penelitian telah menghasilkan kesimpulan bahwa jual beli adalah sah apabila memenuhi persyaratan formil dan materiil. Jual bell tanah yang telah sesuai hukum tetapi kemudian terbukti bahwa pada pendaftaran pertama kali mengandung cacat hukum maka seluruh bukti kepemilikan yang timbul kemudian adalah batal demi hukum. Perlindungan hukum terhadap pembeli tanah atas gugatan pihak ketiga diatur dalam Pasal 19 ayat (2) c UUPA; PP No. 24 Tahun 1997 mengenai sertifikat sebagai alat bukti yang kuat (Pasal 32 ayat (1); kewajiban PPAT untuk menolak membuat akta dengan fakta yang mengakibatkan cacat hukum; pembuktian hak atas tanah; pembukuan data fisik dan data yuridis tanah di Kantor Pertanahan dan juga PP No.37 Tahun 1998 dalam kewajiban PPAT untuk lebih cermat memeriksa keabsahan dokumen. Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung yang dikuatkan Mahkamah Agung lebih memberikan perlindungan hukum terhadap pemilik asal karena pemindahan hak oleh para tergugat tidak memenuhi syarat materiil dan telah sesuai dengan Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997. Putusan Pengadilan Tinggi Bandung memberikan perlindungan terhadap pembeli tanah karena dianggap sesuai dengan ketentuan hukum pemindahan hak atas tanah. Saran disampaikan untuk adanya Lembaga Peradilan yang khusus menangani sengketa tanah serta bagi para pembeli tanah agar menelusuri riwayat kepemilikan tanah sebelum melakukan jual bell tanah.

Negative Publicizing system is not utilized as intact as in land registry in Indonesia, however land dispute often arise from that system feebleness, included in matter for conveyancing through sales agreement. Some of that problems that the land sales authenticity with complete document and fulfill formal conditions according to regulation but later proven to be conducted by illegal process and also protection for buyer just as in dispute in decision Appellate Court Number 1588/K/Pdt/2001 vide High Court of Bandung and District Court of Bale Bandung. This research as normative law is used to analyze the books of law sciences as secondary facts designed by a Case Study Design, data mustered by document study application.
Result of the research is able to conclude that sales should be validity if fulfilling formal and material conditions. The buying agreement have been processed according to land regularity and then later proven that the first registration contain handicap punish hence all evidence of it's ownership of arising out later is cancellation for the shake of law. The law protection to buyer of land for suing of third party arranged in Section 19 sentence (2) c Code of Number 5/1960; The Government Regulation (PP) Number 24/1997 hitting certificate as a means of the strong evidence Section 32 sentence (1); obligation of The Official of Land Levering (PPAT) to refuse to make act with fact resulting handicap; land right verification; book of notes of physical and regulity facts in Office of Land Affairs (BPN) as well as PP No.37 of Year 1998 in obligation of PPAT to more careful verifying document authenticity.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlia
"ABSTRAK
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu negara, khususnya
untuk pembiayaan pembangunan karena pajak merupakan sumber penerimaan
negara. Berdasarkan hal tersebut, pemenuhan piutang pajak harus didahulukan
dari piutang-piutang lain, sebagaimana ditentukan dalam undang-undang
perpajakan Indonesia dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pembagian
hasil lelang eksekusi pajak, dimana obyek lelang tersebut dibebani Hak
Tanggungan. Penelitian tesis ini difokuskan untuk menganalisis apakah hasil
lelang akan dipergunakan untuk melunasi utang pajak atau akan dipergunakan
untuk melunasi utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan. Bentuk penelitian
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu penelitian
yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma
dalam hukum positif, diantaranya melakukan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan perpajakan, Hak Tanggungan dan lelang serta menggunakan pendekatan kasus. Dalam penelitian, diketahui bahwa lelang yang dilaksanakan pada kasus ini adalah lelang eksekusi pajak, bukan lelang eksekusi Hak Tanggungan. Walaupun peraturan telah menentukan bahwa hasil lelang seharusnya digunakan terlebih dahulu untuk melunasi utang pajak, namun pada prakteknya hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk melunasi utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan

ABSTRACT
Taxes have a very important role in a state, particularly in financing the state
development, since taxes are the primary source of the state revenue. Based on this explanation, the fulfillment of tax receivables shall take precedence over other receivables, as stipulated by the Indonesian tax laws and the Indonesian Civil Code. Therefore, the problem statement to be examined in this theses is how is the distribution of auction proceeds of a tax foreclosure auction where the auction object is secured by Mortgage Right The theses focused on the analysis whether the proceeds of the auction be used to pay off the taxes or the mortgage. The research method used herein is a juridical normative method, i.e. research that is focused on reviewing the implementation of rules or norms in law, including to conduct studies on any prevailing regulation relating to taxation, Mortgage Right and auction, and by using a case approach. The research found that the auction applicable to this case was the tax foreclosure auction, not the mortgage auction.
Although the regulations has determined that the auction proceeds be used to pay off the taxes first, in practice, the auction proceeds were used to pay off the debt secured by Mortgage Rights first"
2016
T45905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fortra Noviar
"Akta Notaris seharusnya mempunyai kekuatan pembuktian istimewa sebagai alat bukti yang kuat karena merupakan akta autentik, namun dengan catatan apabila dibuat sesuai ketentuan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Penelitian tesis ini mengangkat perkara berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Singaraja No. 680/Pdt.G/2019/PN.Sgr. Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian tesis: 1. Dampak terhadap Akta Kuasa Untuk Menjual dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat tidak memenuhi ketentuan; dan 2. Penjualan jaminan hak tanggungan tidak dapat dilaksanakan karena tidak memenuhi prosedur. Adapun metode penelitian berbentuk yuridis normatif, dengan bahan utamanya adalah data sekunder. Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini yakni: 1. Dampak terhadap Akta batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan mengikat karena adanya penyimpangan dalam penjualan jaminan karena belum terjadi kesepakatan, Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan. Pemberian kuasa sebagai bagian atau accesoir dari perjanjian timbal balik, maka sahnya pemberian kuasa ditentukan oleh sahnya perjanjian timbal balik. 2. Penjualan jaminan tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak memenuhi prosedur pelaksanaannya dengan menggunakan kuasa mutlak dan Kuasa Untuk Menjual tidak diperkenankan lebih dari 1 (satu) tahun apabila Bank melakukan objek penjualan dibawah tangan, sesuai Pasal 12A ayat (1) Undang-Undang Perbankan. Peralihan dengan Akta Kuasa Untuk Menjual dilakukan dengan baik apabila tidak terikat jaminan hak tanggungan. Bank seharusnya dapat menunjuk pembeli langsung dan mendaftar atas nama pembeli jika melalui prosedur pelelangan yang dimenangkan oleh Bank tersebut berdasarkan Pasal 110 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria no. 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.

The Notary Deed should have special authentication power as an evidence because it is an authentic deed, but provided that it is made in accordance with the stipulation of Article 1868 of the Civil Code. This thesis case based on Singaraja District Court No. 680/Pdt.G/2019/PN.Sgr that: 1. Impact about PPJB Deed and the Power of Attorney to Sell Deed that is made do not meet the requirements; and 2. The sale of collateral for the object of mortgage rights cannot be carried out. The research method has the form of a juridical normative, with the main material is secondary data. Data analysis used a qualitative approach. The results of this research are: 1. the impact on the deed is null and void and has no binding force due to irregularities in the sale of collateral because there has not been an agreement, Article 20 paragraph 2 of the mortgage rights act. Grant power of attorney as part or accesoir of a reciprocal agreement, then the validity of the grant power of attorney is determined by the validity of the reciprocal agreement. 2. The sale of collateral for the object of mortgage rights cannot be carried out because it does not fulfill the implementation procedure by using absolute power and Power for to Sell is not allowed for more than 1 (one) year if the Bank conducts the sale object, in accordance with Article 12A paragraph (1) of the Banking Law. The transfer with the Deed of Power to Sell goes well if it does not tie guarantee mortgage rights. Banks could should be able to appoint buyers directly and register on behalf of buyers if they go through the auction procedure won by the Bank based on Article 110 paragraph (1) Regulation of the State Minister of Agrarian Affairs no. 3 of 1997 concerning Provisions for the Implementation of Government Regulation no. 24 of 1997 on land registration."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Adelia Sukma
"Penguasaan objek lelang oleh pembeli semestinya tidak dapat dihalangi oleh adanya gugatan apabila pelaksanaan lelang telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku. Akan tetapi dalam kasus yang ditemukan pada Putusan Perdata di Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 493/PDT/2021/PT BDG ada upaya gugatan yang dinyatakan ne bis in idem untuk menghambat proses penguasaan objek Hak Tanggungan yang telah dilelang. Dalam kasus tersebut, tidak saja pembeli lelang yang dirugikan karena objek lelang belum bisa dikuasainya meskipun harga yang telah disepakati sudah dibayarkan. Namun pemohon (penjual lelang) juga dirugikan karena proses yang harus dilaluinya untuk melepaskan objek lelang menjadi lebih panjang, terlebih apabila pembeli lelang menggugat pemohon selaku penjual lelang karena objek lelang yang tidak dapat dikuasai. Terkait hal tersebut maka permasalahan yang diteliti adalah penguasaan objek Hak Tanggungan dalam pelelangan yang terhalang oleh gugatan dan perlindungan hukum bagi pembeli dan pemohon terkait penguasaan objek lelang yang terhalang oleh gugatan yang dinyatakan ne bis in idem. Penelitian hukum doktrinal ini mengkaji hukum dalam konsepnya sebagai peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Bahan-bahan hukum yang dikaji, dikumpulkan melalui studi dokumen atau kepustakaan. Dari hasil analisis dapat dinyatakan bahwa walaupun proses eksekusi Hak Tanggungan telah dilelang sesuai prosedur namun objek dalam perkara a quo tidak dapat dikuasai oleh pembeli baik secara yuridis (proses balik nama sertipikat) maupun secara fisik (proses pengosongan objek). Selain itu, perlindungan hukum dalam pelelangan adalah perlindungan hukum yang bersifat preventif yakni melalui pembuatan Akta Risalah Lelang yang dapat dijadikan alat bukti sempurna serta perlindungan hukum secara represif, yang diberikan melalui putusan pengadilan.

Mastery of the auction object by the buyer should not be hindered by a lawsuit if the implementation of the auction is in accordance with the procedures regulated in the applicable legal provisions. However, in the case found in Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 493/PDT/2021/PT BDG, it was found that there was an attempt to sue which was declared ne bis in idem to obstruct the process of controlling the Mortgage object that has been auctioned off. In this case, it is not only the auction buyer who is selling because the auction object has not been able to control it even though the agreed price is included. However, the applicant (auction seller) is also at a disadvantage because the process he has to go through to release the auction object becomes longer, especially if the auction buyer sues the auction applicant in full because of the auction object which the auction buyer cannot control. Related to this, the problems studied are the ownership of the Mortgage object in an auction which is hindered by persuasion and legal protection for the buyer and the dedication related to the ownership of the auction object which is hindered by seduction which is stated as ne bis in idem. This doctrinal legal research examines law in its concept as statutory regulations and court decisions. The legal materials reviewed were collected through document or literature studies. From the results of the analysis it can be stated that although the process of executing the Mortgage has been auctioned according to the procedure, the object in the a quo case still cannot be controlled by the buyer both legally (the process of transferring the name of the certificate) and physically (the process of emptying the object). In addition, legal protection in auctions is preventive legal protection, one of which is through the Deed of Minutes of Auction which can be used as perfect evidence and repressive legal protection, in this case through court decisions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>