Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahra Hanifah
"Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia yang merupakan negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia. Tahun 2023 di DKI Jakarta terjadi peningkatan insiden TBC sebesar 31,75% dibandingkan tahun sebelumnya dan bahkan melebihi target insiden 2023 yang ditetapkan (>54.175 kasus). Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang memanfaatkan data Sistem Informasi Tuberkulosis Komunitas (SITK), dengan tujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TBC paru di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022-2023. Sampel penelitian adalah seluruh kontak terduga TBC di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022-2023 yang memiliki hasil pemeriksaan TBC. Hasil penelitian menunjukkan lansia (PR = 1,56; 95% CI: 1,473–1,653), laki-laki (PR = 1,37; 95% CI: 1,314–1,441), perokok (PR = 1,28; 95% CI: 1,206–1,367), penderita DM (PR = 1,85; 95% CI: 1,585–2,171), dan pengobatan TBC tidak tuntas (PR = 2,24; 95% CI: 2,121–2,365) merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian TBC paru. Sementara itu kontak serumah (PR = 0,6; 95% CI: 0,538–0,678) memiliki hubungan signifikan yang bersifat protektif terhadap kejadian TBC paru. Sosialisasi upaya berhenti/mengurangi rokok, penyuluhan pencegahan TBC kepada lansia dan penderita DM serta pendampingan pengobatan pasien TBC merupakan upaya yang dapat mencegah terjadinya insiden TBC paru di DKI Jakarta.

Tuberculosis is a major public health threat in Indonesia, which is the second-highest TB-burdened country in the world. In 2023, the incidence of TB in Jakarta increased by 31.75% compared to the previous year and even exceeded the 2023 incidence target (>54,175 cases). This study is a cross-sectional study utilizing data from the Community Tuberculosis Information System (SITK), aimed at identifying risk factors associated with pulmonary TB cases in Jakarta Province from 2022 to 2023. The study sample consisted of all suspected TB contacts in Jakarta Province from 2022 to 2023 who had undergone TB testing. The study results showed that older adults (PR = 1.56; 95% CI: 1.473–1.653), males (PR = 1.37; 95% CI: 1.314–1.441), smokers (PR = 1,28; 95% CI: 1,206–1,367), DM patients (PR = 1.85; 95% CI: 1.585–2.171), and incomplete TB treatment (PR = 2.24; 95% CI: 2.121–2.365) were significant risk factors for pulmonary TB incidence. Meanwhile, household contacts (PR = 0.6; 95% CI: 0.538–0.678) have a significant protective association with the occurrence of pulmonary TB. Efforts to promote smoking cessation/reduction, TB prevention education for the elderly and DM patients, and patient accompaniment during TB treatment are measures that can prevent the occurrence of pulmonary TB in Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwel
"TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 400/100.000 penduduk sedangkan hasil Riskesdas 2010 sebesar 725/100.000 penduduk begitupun di Sumatera. Selain adanya sumber penular, kejadian TB paru juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, lantai serta kepadatan hunian rumah). Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda berdasarkan faktor umur, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang dengan sampel penelitian penduduk yang berumur diatas 15 tahun di Sumatera yang berjumlah 38.419 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru di Sumatera adalah ventilasi rumah PR 1,314 (90% CI:1,034-1,670), pencahayaan PR 1,564 (90% CI:1,223-2,000) dan kepadatan hunian PR 1,029 (90% CI:0,798-1,327). Dari model akhir didapatkan bahwa hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda signifikan berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin.

Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the world, including in Indonesia as a country with a high prevalence of pulmonary tuberculosis. According to the basic medical research in 2007 obtained prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia for 400/100.000 population while the results in 2010 for 725/100.000 population as did the population in Sumatera. In addition to the transmitting source, the occurence of pulmonary tuberculosis is also influenced by house environmental factors (ventilation, lighting, flooring and density of residential houses). The low percentage of healthy homes contribute to the transmission of suspected pulmonary tuberculosis in Indonesia.
The purpose of this study was to determine whether the association of physical environmental conditions of the house with the occurence of pulmonary tuberculosis different by factors age, sex and area of residence in Sumatera. This study uses a cross-sectional study design with a sample of the study population over the age of 15 years in Sumatera, which amounted to 38,419 respondents. Patients with pulmonary tuberculosis diagnosis obtained by health professionals through the examination of sputum or lung rongten.
From the research found that the factor of the physical environment the home is at risk on the occurence of pulmonary tuberculosis in Sumatera is ventilated house PR 1.314 (90% CI :1.034,1.670), lighting PR 1.564 (90% CI :1.223,2.000) and the density of residential PR 1.029 (90% CI :0.798,1.327). From the final model was found that the relationship of the physical environment house with pulmonary tuberculosis occurence in Sumatera different significantly by age and gender.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T30431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Rohie
"Jawa Barat merupakan provinsi dengan persentase rumah layak huni paling rendah nomor dua di Pulau Jawa pada tahun 2020 dan posisi kelima terbawah dari 38 provinsi di Indonesia pada tahun 2023 (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2023; Kesuma & Purwoto, 2022). Selain itu, Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki capaian tertinggi penemuan kasus tuberkulosis anak (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan rumah layak huni pada kejadian tuberkulosis anak usia 5 – 14 tahun di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2023 dengan melakukan analisis data SKI 2023. Desain penelitian ini menggunakan studi case-control. Sampel pada penelitian ini berjumlah 9.376 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik rumah layak huni dengan kejadian tuberkulosis anak usia 5-14 tahun. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan metode dan sumber data yang berbeda, misalnya studi kohort retrospektif dan/atau data primer, serta penggunaan faktor pendukung lainnya, misalnya pengetahuan orang tua tentang tuberkulosis dan pola hidup bersih dan sehat keluarga.

West Java is the province with the second lowest percentage of livable houses in Java Island in 2020 and the fifth lowest position out of 38 provinces in Indonesia in 2023 (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2023; Kesuma & Purwoto, 2022). In addition, West Java is the province in Indonesia that has the highest achievement in finding cases of childhood tuberculosis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022). This study aims to identify the relationship between habitable houses and the incidence of tuberculosis in children aged 5–14 in West Java Province in 2023 by analyzing SKI 2023 data. This study design uses a case-control study. The sample in this study amounted to 9,376 respondents. The results of the study prove that there is no significant relationship between the characteristics of habitable houses and the incidence of tuberculosis in children aged 5-14 years. Further research is recommended to examine with different methods and data sources, for example, retrospective cohort studies and/or primary data, as well as the use of other supporting factors, for example, parental knowledge about tuberculosis and the family's clean and healthy lifestyle. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Nur Aeni
"Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia berada di peringkat kedua di dunia sebagai negara dengan jumlah angka kasus TBC terbanyak secara global. Berdasarkan laporan Puskesmas Cileungsi, angka kasus TBC pada tahun 2022 sebanyak 98 kasus dan meningkat pada tahun 2023 menjadi sebanyak 140 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Cileungsi tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel sebanyak 83 responden. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat (chi square). Angka prevalensi kejadian TBC pada penelitian ini sebesar 33,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian TBC di wilayah kerja Puskesmas Cileungsi yaitu, jenis kelamin (OR=4), status ekonomi (OR=3), riwayat penularan (OR=4,43), dan suhu (OR=6,94). Oleh karena itu, kepada pihak Puskesmas Cileungsi disarankan untuk memberikan edukasi terkait rumah sehat, meningkatkan investigasi kontak serumah, dan menjalankan bantuan program rumah sehat dengan pihak terkait. Masyarakat juga disarankan untuk rajin melakukan hidup bersih dan sehat, membuka jendela di pagi hari, dan memakai masker, khususnya bagi penderita TBC aktif untuk meminimalkan penularan.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. Indonesia is ranked second in the world as the country with the highest number of TB cases globally. Based on the Cileungsi Health Center report, the number of TB cases in 2022 will be 98 cases and will increase in 2023 to 140 cases. This study aims to analyze factors related to the incidence of positive smear TB in the Cileungsi Community Health Center work area in 2024. This study used a cross-sectional study design with a sample of 83 respondents. The analysis carried out included univariate and bivariate analysis (chi square). The prevalence rate of TB in this study was 33.7%. The results of the study showed that the risk factors that had a significant relationship to the incidence of TB in the Cileungsi Community Health Center working area were, gender (OR=4), economic status (OR=3), history of transmission (OR=4.43), and temperature (OR =6.94). Therefore, it is recommended that the Cileungsi Community Health Center provide education regarding healthy homes, increase household contact investigations, and carry out healthy home program assistance with related parties. The public is also advised to diligently practice clean and healthy living, open windows in the morning, and wear masks, especially for active TB sufferers to minimize transmission. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anette Yongki Wijaya
"Latar Belakang: TB hingga saat ini masih termasuk dalam sepuluh besar penyebab kematian di dunia. Dalam penatalaksanaannya terdapat beberapa tantangan seperti infeksi HIV/AIDS, diabetes melitus, dan beban resistensi obat. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2019, di Indonesia terdapat 9.118 kasus TB RO dengan 46% di antaranya memulai pengobatan. Dan pada Global Tuberculosis Report 2020, terdapat kenaikan sekitar 2,345 kasus menjadi 11.463 kasus dengan kenaikkan cakupan memulai pengobatan hanya 2%. Selain itu, munculnya pandemi COVID-19 membuat deteksi, konfirmasi, dan pengobatan TB dan TB MDR menurun. Hal ini dapat meningkatkan risiko lebih jauh beban resistensi obat, khususnya TB MDR.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observatif dengan data kuantitatif. Sumber data berasal dari data sekunder berupa rekam medik RSUP Persahabatan tahun 2020. Dengan desain studi kasus kontrol, 50 sampel dalam kelompok kasus dan 100 sampel dalam kelompok kontrol dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi square, OR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel, dan p<0,05 sebagai batas kemaknaan.
Hasil: Usia ≤30 tahun (OR=0,30; p=0,019) dan kepatuhan minum obat (OR=6,64; p=0,000) memiliki hubungan statistik yang signifikan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020.
Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kasus TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2020 adalah usia dan kepatuhan minum obat. Diperlukan pengawasan lebih di masa pandemi COVID-19 ini terhadap kepatuhan minum obat pada kelompok usia >30 tahun. Serta diperlukan penelitian mengenai hubungan COVID-19 dengan TB MDR.

Background: Tuberculosis is still one of the top ten diseases causing death globally. Several challenges could not be omitted in TB treatment, for instance HIV/AIDS infection, diabetes mellitus, dan drug resistant burden. According to Global Tuberculosis Report 2019, in Indonesia there were 9,118 drug resistant TB cases which around 46% were on treatment. However, in Global Tuberculosis Report 2020, the case increased about 2,345 cases to 11,463 cases, yet the treatment enrollment only raised about 2%. The emerging of COVID-19 pandemic causing TB and MDR-TB’s notification, confirmation, and treatment decrease significantly. Due to this situation, the burden of drug resistant TB would be uncontrollable and causing more serious damage in the future.
Aim: The aim of this study is to identify factors associated with MDR-TB in Persahabatan Hospital year 2020.
Methods: This is a quantitative analytic-observational study using secondary data from Persahabatan Hospital’s medical records. With case control as the study design, 50 cases and 100 controls were analyzed with SPSS. Chi square analysis, OR to understand the association degree between variables, and P-Value <0,05 as significance level are used in this study.
Result: Age ≤30 years (OR=0,30; p=0,019) and treatment adherence (OR=6,64 p=0,000) have significant statistical association with MDR-TB cases in Persahabatan Hospital year 2020.
Conclusion: Age and treatment adherence are the risk factors associated with MDR-TB cases in Persahabatan Hospital year 2020. Further treatment supervision needed in COVID-19 pandemic era among patients age of >30 years. And furthermore, studies about association between COVID-19 and MDR-TB are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadi
"TB Paru menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmet global dalam SDGs. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TBC adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu Jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden). Kementerian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2021 sebesar 85%. Pencapaian Cakupan Treatment (TC) Provinsi Jambi pada tahun 2021 sebesar 26,91% angka ini belum memenuhi target minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 85%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian TB paru di RSUD Raden Mattaher. Desain penelitian menggunakan Cross sectional, dengan jumlah sampel sebanuak 116 sampel. Hasil penelitian diperoleh faktor determinan terhadap kejadian TB di RSUD Raden Mattaher adalah status gizi dan status diabetes militus. Diperoleh status gizi (OR=3,12 ; 1,07 – 9,04) dan Status DM (OR=3,63 ; 1,17 – 11,27)

Pulmonary Tuberculosis (TB) has become one of the diseases whose control is a global commitment within the SDGs (Sustainable Development Goals). One of the indicators used in TB control is the Case Detection Rate (CDR), which is the number of all treated and reported TB cases among the estimated number of all TB cases (incidence). The Ministry of Health has set a minimum CDR target of 85% in 2021. The achievement of the Treatment Coverage (TC) in Jambi Province in 2021 was only 26.91%, which did not meet the set minimum target of 85%. This research aims to analyze the risk factors for pulmonary TB incidents at RSUD Raden Mattaher. The research design used in this study is Cross-sectional, with a sample size of 116. The research results revealed that the determinants for TB incidents at RSUD Raden Mattaher are nutritional status and diabetes mellitus status. The obtained odds ratio for nutritional status was 3.12 (confidence interval: 1.07 - 9.04), while for diabetes mellitus status, it was 3.63 (confidence interval: 1.17 - 11.27)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahmawati Pebriani
"Saat ini bakteri Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sekitar seperempat populasi dunia yang menyebar melalui udara dan Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban tuberkulosis yang tinggi. 4 dari 6 provinsi di Pulau Jawa masuk dalam 10 provinsi dengan prevalensi TB paru tertinggi, yaitu Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah dengan prevalensi TB paru di atas 0,4 yang merupakan rata-rata Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dan kondisi lingkungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Pulau Jawa tahun 2018. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Jumlah sampel yang digunakan adalah 216.098 responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan kejadian tuberkulosis paru yaitu jenis kelamin, status gizi, tingkat Pendidikan, merokok, jumlah anggota keluarga, pencahayaan kamar utama, pencahayaan dapur, pencahayaan ruang keluarga, keberadaan jendela kamar utama, keberadaan jendela dapur, ventilasi kamar utama, dan ventilasi dapur. Penting untuk dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat terkait dengan penularan dan pencegahan tuberkulosis paru, termasuk pemberian edukasi tentang kriteria rumah sehat, serta meningkatkan surveilans penemuan kasus melalui peningkatan pemberdayaan kader kesehatan.

Currently, Mycobacterium tuberculosis bacteria have infected about a quarter of the world's population that spreads through the air and Indonesia is one of the countries with a high burden of tuberculosis. 4 out of 6 provinces in Java are included in the 10 provinces with the highest prevalence of pulmonary TB, namely Banten, West Java, DKI Jakarta, and Central Java with the prevalence of pulmonary TB above 0.4 which is the Indonesian average. The purpose of this study was to determine the relationship between individual characteristics and environmental conditions with the incidence of pulmonary tuberculosis in the population aged 15 years in Java Island in 2018. The study design used was cross-sectional using Riskesdas 2018 data. used are 216,098 respondents. Data analysis used univariate and bivariate with chi-square test. The results of the bivariate analysis showed that the variables that had a statistically significant relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis were gender, nutritional status, education level, smoking, number of family members, main room lighting, kitchen lighting, living room lighting, presence of main bedroom window, presence of kitchen windows, main bedroom ventilation, and kitchen. It is important to increase public knowledge related to the transmission and prevention of pulmonary tuberculosis, including providing education about the criteria for healthy homes, as well as increasing case finding surveillance by increasing the empowerment of health cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesya Syahira
"Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan utamanya menyerang paru-paru yang dikenal sebagai TB paru. Kota Bogor mengalami peningkatan kasus TB sejak 2020 dan di tahun 2022, TB menduduki peringkat ke-7 dalam data 10 penyakit terbesar di Puskesmas Cipaku Kecamatan Bogor Selatan. Tingginya kejadian TB di Puskesmas Cipaku dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan masyarakatnya yang 68% tinggal di daerah padat hunian karena dapat memperbesar risiko penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor risiko rumah sehat, karakteristik individu, dan perilaku hidup sehat terhadap kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Cipaku Kota Bogor tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan total sampel 84 responden kasus dan kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran lingkungan. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian TB paru adalah usia, jenis kelamin, status gizi, riwayat kontak dengan penderita TB paru, etika batuk dan bersin, status merokok, kebiasaan membuka jendela, kepadatan hunian, ventilasi, suhu, kelembapan, dan pencahayaan. Selain itu, diketahui 77,4% tempat tinggal responden merupakan rumah tidak sehat, sehingga status rumah sehat menunjukkan hubungan signifikan terhadap kejadian TB paru.

Tuberculosis is an infectious disease caused by a bacterial infection of Mycobacterium tuberculosis and primarily attacks the lungs, known as pulmonary TB. Bogor City has experienced an increasing in TB cases since 2020, and in 2022, TB ranked seventh among the top 10 diseases at Cipaku Health Center South Bogor District. The high incidence of TB in Puskesmas Cipaku may be influenced by the environmental conditions of the community, 68% of whom live in densely populated areas, which can increase the risk of transmission. This study aims to analyze the effect of healthy home factors, individual characteristics, and health behaviors on the incidence of pulmonary TB in the working area of Cipaku Health Center, Bogor City, in 2024. This study used a case-control study design with a total sample of 84 case and control respondents. Data were collected by interview and environmental measurement. Data analysis included univariate analysis, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using the multiple logistic regression risk factor model. The results showed that the variables significantly associated with the incidence of pulmonary TB were age, gender, nutritional status, history of contact with people with pulmonary TB, coughing and sneezing etiquette, smoking status, habit of opening windows, occupancy density, ventilation, temperature, humidity, and lighting. In addition, healthy housing status showed a significant association with the incidence of pulmonary TB. In addition, it was found that 77.4% of respondents residences were unhealthy homes, so that healthy home status showed a significant association with the incidence of pulmonary TB."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Ayudiasari
"Tren angka putus berobat pada pasien TBC RO cenderung fluktuatif. Angka putus berobat TBC RO pada tahun 2020 sebesar 19%, angka ini menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 22% dan 2018 sebesar 27%. Angka putus berobat ini memberikan dampak yang besar bagi indikator program tuberkulosis nasional yang secara tidak langsung memengaruhi keberhasilan pengobatan TBC RO yang belum mencapai target 80%. Penelitian terdahulu menyebutkan kejadian putus berobat ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Akan tetapi, penyebab pasti dari kejadian putus berobat pasien TBC RO di Indonesia belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian putus berobat pada pasien TBC RO di Indonesia Tahun 2022-2023. Sampel penelitian ini adalah semua kasus pasien TBC RO di Indonesia yang memulai pengobatan pada tahun 2022-2023 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan dinyatakan sembuh, pengobatan lengkap, dan putus berobat pada Mei 2024. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11,04% paseien TBC RO mengalami putus berobat. Terdapat hubungan antara faktor umur, jenis kelamin, status HIV, status DM, jenis resistansi, kategori panduan OAT, dan jenis fasyankes terhadap kejadian putus berobat pada pasien TBC RO. Sedangkan faktor riwayat pengobatan dan wilayah fasyankes tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian putus berobat. Perluasan fasyankes pelaksana layanan TBC RO dan kolaborasi antara fasyankes dan komunitas TB dalam melakukan pendampingan dan memberikan dukungan psikososial dapat membantu mencegah terjadinya kejadian putus berobat pada pasien TBC RO di Indonesia.

The trend of treatment loss to follow up (LTFU) rates in DR-TB patients tends to fluctuate. The DR-TB treatment LTFU 2020 was 19%, this number decreased compared to 2019 of 22% and 2018 of 27%. LTFU have a major impact on national TB programme indicators, which indirectly affect the success of DR-TB treatment, which has not yet reached the 80% target. Previous studies have found that LTFU is influenced by individual characteristics, behavioural factors, and environmental factors. However, the exact causes of LTFU among DR-TB patients in Indonesia are still unknown. This study aims to find out what factors are associated with the incidence of LTFU in patients with DR-TB in Indonesia in 2022-2023. The sample of this study was all DR-TB patients in Indonesia who started treatment in 2022-2023 and had the final results of treatment declared cured, complete treatment, and LTFU in May 2024. The results showed that 11.04% of patients with DR-TB had loss to follow up of TB treatment. There was an association between age, gender, HIV status, DM status, type of resistance, OAT guideline category, and type of health facility with LTFU in patients with DR-TB. Meanwhile, the treatment history and health facility region did not show a significant association with LTFU. Expansion of health facilities providing DR-TB treatment and collaboration between health facilities and TB communities in assisting and providing psychosocial support can help prevent LTFU among patients with DR-TB in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Hasan
"Indonesia menduduki urutan nomor tiga dunia untuk penyakit TB setelah India dan Cina, sementara untuk merokok, Indonesia menduduki urutan nomor lima dunia. Di Indonesia hampir 300 orang meninggal setiap hari akibat penyakit TB. sedangkan sekitar 141,44 juta jiwa (70% jumlah penduduk Indonesia) adalah perokok. Tujuan peneIitian irii: teridentifikasi kebiasaan merokok (lamanya merokok, jumlah konsumsi rokok, frekuensi merokok), teridentifikasi angka kejadian TB, hubungan kebiasaan merokok dengan angka kejadian TB. Desain penelitian deskriptif korelatif Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Beji dengan responden sebanyak 37 orang, dengan uji Chi square. Hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok (frekuensi merokok, lamaya merokok, jumlah rokok yang dihisap) dengan angka penyakit TB paru dengan P value 0,402. Rekomendasi penelitian ini adaIah agar dapat dilakukan penelitian Iebih dalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian penyakit TBC paru dengan memperbanyak responden.

Indonesia sit on sequence for TB number three in the world for TR desease after india and china, while for smoke, Indonesia sit on sequence number five in the world. In indonesia almost 300 people death everyday caused by TB desease, while almost 141,44 million people, (715% amount indonesian people ) is smoker, Jakarta, Depok and Bogor, there is 11.809 people with TB desease Objective this research is: to identifcation responden smoke habit ( term smoking, amount smoke consumption, smoke frequency ), the identification number of case TB, relationship smoke habit with number case TB, this research is doing in Puskesmas ( community health center ) Beji with responden almost 37 people. The statistic test with using Chi square test the result is there no significant relation smoke habits (smoke frequency, term of smoking, number of smoke consumption) with TB disease with P value 0,402. Recommendation this research in order to be able continue more seurious to find influence factors number of case lung TB desease with get more responden."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5797
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>