Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124524 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vadia Aisha
"Kesiapan menikah memegang peran penting dalam membentuk kualitas dan stabilitas hubungan pernikahan di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara keterlibatan ayah dan kesiapan menikah pada calon pengantin pria usia dewasa muda. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 127 calon pengantin pria dari lima kecamatan di Jakarta Selatan dipilih dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Data dikumpulkan menggunakan tiga instrumen, yaitu kuesioner data demografi, Reported Father Involvement Scale (RFIS) dan Criteria for Marriage Readiness Questionnaire (CMRQ). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kesiapan menikah (p < 0,05). Temuan ini menegaskan pentingnya peran ayah dalam membentuk kesiapan menikah pada pria dewasa muda sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi program edukasi dan konseling pranikah serta memperkuat peran keluarga, khususnya ayah, dalam mendukung persiapan pernikahan.

Marriage readiness plays an important role in determining the quality and stability of future marital relationships. This study aimed to examine the relationship between father involvement and marriage readiness among young adult prospective grooms. A quantitative cross-sectional design was used. A total of 127 prospective grooms from five sub-districts in South Jakarta were selected through purposive sampling based on predefined inclusion criteria. Data were collected using three instruments: a demographic questionnaire, the Reported Father Involvement Scale (RFIS), and the Criteria for Marriage Readiness Questionnaire (CMRQ). The Spearman correlation test showed a significant positive relationship between father involvement and marriage readiness (p < 0.05). These findings emphasize the important role of fathers in shaping marriage readiness among young adult men and support the development of premarital education and counseling programs that strengthen the role of the family, particularly the father, in preparing individuals for marriage."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Beatric Rosiana
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara keterlibatan ayah dengan autonomy pada remaja akhir. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Father Involvement Scale (FIS) dari Finley dan Schwartz (2004). Sementara instrumen untuk mengukur autonomy adalah Adolescent Autonomy Questionnaire (AAQ) dari Noom, Dekovic dan Meeus (2001). Sampel penelitian ini berjumlah 109 orang yang berusia 17 - 21 tahun dan tinggal bersama dengan orangtua. Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan autonomy pada remaja akhir (r = 0.036, p>0.05; r = 0.025, p>0.05; r = 0.038, p>0.05).

The purpose of this study is to examine and find out whether there is a relationship between father involvement and autonomy in late adolescent. This study used two measurement tools which are Nurturant Fathering Scale (NFS) and Father Involvement Scale (FIS) by Finley and Schwartz (2004) to measure father involvement and Adolescent Autonomy Questionnaire (AAQ) by Noom, Dekovic and Meeus (2001) to measure autonomy. The subject of this research consisted of 109 student with age 17 - 21 years old and live together with their parents. The results of this study showed no significance relationship between father involvement and autonomy in late adolescent (r = 0.036, p>0.05; r = 0.025, p>0.05; r = 0.038, p>0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Josephina Mendota
"Pada masa lampau mengasuh anak hanya dianggap sebagai tugas ibu. Selama abad ke-20, ayah didorong untuk terlibat. Pada akhir tahun 1970 ayah mendapat julukan new nurturant father, yang artinya ayah terlibat secara aktif dalam kehidupan anak. Hal itu juga terlihat dari cukup banyaknya gerakan ayah yang muncul di masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting knowledge dan keterlibatan ayah yang baru pertama kali memiliki anak usia bayi. Parenting knowledge ayah diukur menggunakan alat ukur Knowledge of Infant Inventory KIDI yang disusun oleh MacPhee 1981 dan keterlibatan ayah diukur menggunakan alat ukur The Inventory of Father Involvement IFI yang disusun oleh Hawkins, Palkovitz, Christiansen, dan Call 2002. Data dikumpulkan secara daring dalam jaringan dan luring luar jaringan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 120 orang ayah yang memiliki anak usia 0-24 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting knowledge dan keterlibatan ayah r = 0.082, p > 0.05. Artinya semakin tinggi parenting knowledge tidak diikuti dengan semakin tinggi keterlibatan ayah.

For a long time, parenting seemed to be a maternal task. Throughout the 20th century, fathers were urged to be involved. In the late 1970s fathers called as lsquo lsquo new nurturant father, rsquo rsquo who played an active role in his childrens lives. Moreover, nowadays many father movements appear in society. This research was conducted to find the relationship between parenting knowledge and the involvement of first time fathers of an infant. Father 39 s parenting knowledge was measured with Knowledge of Infant Inventory KIDI, which was created by MacPhee 1981 and father rsquo s involvement was measured with The Inventory of Father Involvement, which was created by Hawkins, Palkovitz, Christiansen, and Call 2002. The number of participants in this research was 120 first time fathers who have an infant aged between 0 24 months. The result of this research showed that there is no significant correlation between parenting knowledge and father involvement r 0.082, p 0.05 . Thus, the higher the level of parenting knowledge of the father, not followed by the high level of father involvement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsa Dhiya M
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi ayah-orang dewasa keterikatan dengan orang dewasa baru yang berada dalam hubungan romantis. Keterlibatan Ayah memiliki dua aspek yaitu aspek afektif dan aspek perilaku. Aspek afektif dari interaksi ayah menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS), sedangkan aspek perilaku Interaksi ayah diukur menggunakan Skala Keterlibatan Ayah (FIS). Keduanya adalah alat ukur dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Kemelekatan orang dewasa memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kecemasan dan penghindaran. Untuk mengukur kedua dimensi orang dewasa attachment, digunakan untuk mengukur Experience dalam bentuk Close-Short Relations (ECR-S) Milik Wei, Russell, Mallinckrodt, dan Vogel (2007). Sebanyak 551 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek afektif Interaksi ayah memiliki hubungan dengan kecemasan lampiran (r = -0,129, p <0,01, dua sisi) tetapi tidak memiliki hubungan dengan menghindari keterikatan. Kemudian Ditemukan bahwa perilaku interaksi ayah tidak berhubungan kecemasan atau menghindari keterikatan.

This study aims to examine the relationship between father-adult interactions with new adults who are in romantic relationships. Father's involvement has two aspects, namely affective aspects and behavioral aspects. The affective aspect of the father's interaction uses the Nurturant Fathering Scale (NFS), while the behavioral aspects of the father's interaction are measured using the Father's Involvement Scale (FIS). Both are measuring tools developed by Finley and Schwartz (2004). Adult attachment has two dimensions, namely the dimensions of anxiety and avoidance. To measure both dimensions of adult attachment, it is used to measure Experience in the form of Close-Short Relations (ECR-S) by Wei, Russell, Mallinckrodt, and Vogel (2007). A total of 551 respondents in this study. The results of this study indicated that the affective aspect of the father's interaction had a relationship with attachment anxiety (r = -0.129, p <0.01, both sides) but had no relationship with attachment avoidance. Later it was found that the father's interaction behavior was not related to anxiety or attachment avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa Zulkifli
"Pola asuh ayah dan ibu dalam mengasuh anak menjadi salah satu faktor yang berperan penting dalam membangun kesiapan menikah sang anak saat di usia dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pola asuh ayah dan ibu yang berperan secara signifikan dalam memprediksi kesiapan menikah pada dewasa awal. Sejumlah 483 partisipan berusia 19-29 tahun diuji dengan Parental Authority Questionnaire (PAQ) dan Inventori Kesiapan Menikah untuk melihat nilai persepsi pola asuh orang tua dan kesiapan menikah. Analisis multiple regression menunjukkan bahwa pola asuh ayah otoriter dan permisif serta pola asuh ibu demokratis secara signifikan memprediksi kesiapan menikah dewasa awal. Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa semakin cenderung pola asuh otoriter dan permisif pada ayah, semakin rendah tingkat kesiapan menikah pada dewasa awal. Sementara, semakin cenderung pola asuh demokratis pada ibu, semakin tinggi tingkat kesiapan menikah pada dewasa awal.

Parenting styles from father and mother in growing children up are one of the factors that has an important role to develop marriage readiness when their children be an adult. Therefore, this study aims to determine whether there are differences between parenting styless of father and mother that has a significant role in predicting marriage readiness in early adulthood. 483 participants aged 19-29 years were tested using Parental Authority Questionnaire (PAQ) and Inventori Kesiapan Menikah to see perceived parenting styles and marriage readinessscore. Multiple regression analysis shows that authoritarian and permissive parenting style of father and authoritative parenting style of mother significantly predict readiness for early adulthood. Based on these findings, it can be concluded that the more authoritarian and permissive parenting styles of fathers, the lower level of marriage readiness in early adulthood. Meanwhile, the more authoritative parenting style of mother, the higher level of marriage readiness in early adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abshari Nabilah Fiqi
"Guna membangun hubungan dengan pasangan yang bertahan lama melalui pernikahan, dewasa muda Indonesia perlu memiliki kesiapan menikah. Secara teoritis, terdapat hubungan antara agama khususnya religiusitas dan kesiapan menikah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas Islam dan kesiapan menikah pada dewasa muda. Partisipan penelitian ini adalah 566 dewasa muda muslim berusia 20-30 tahun dan belum menikah se-Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online. Alat ukur yang digunakan adalah The Revised Muslim Religiosity-Personality Inventory (R-MRPI) (untuk mengukur religiusitas Islam) dan Adaptasi Alat Ukur Kesiapan Perkawinan California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) (untuk mengukur kesiapan menikah). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara religiusitas Islam dan kesiapan menikah pada dewasa muda, r=+.650, N=566, p<0,01. Artinya semakin tinggi religiusitas Islam seseorang maka semakin tinggi kesiapan menikahnya.

In order to build the relationship with romantic partner which lasts forever through marriage, young adults in Indonesia need readiness for marriage. Theoritically, there is relationship between religion espescially religiosity and readiness for marriage. This study examined the relationship between Islamic religiosity and readiness for marriage among young adults. Participants of this study were 566 Moslem young adults in the age range of 20 to 30 years old and have not married yet from Indonesia. This study used online questionnaire method to gather the data. The instruments of this study were The Revised Muslim Religiosity-Personality Inventory (R-MRPI) (to measure Islamic religiosity) and Adaptasi Alat Ukur Kesiapan Perkawinan California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) (to measure readiness for marriage). The result showed that there is a positive significant relationship between Islamic religiosity and readiness for marriage among young adults, r=+.650, N=566, p<0,01. This finding suggests that individu who have higher Islamic religiosity will also have higher readiness for marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Felinda Putri
"Dalam melewati masa transisi, dewasa muda di Indonesia mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan tahap perkembangannya. Untuk dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik, dewasa muda membutuhkan religiusitas. Religiusitas terbagi ke dalam dua orientasi, yaitu orientasi intrinsik dan ekstrinsik. Diketahui bahwa religiusitas salah satunya dipengaruhi oleh keterlibatan ayah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dengan orientasi religiusitas intrinsik dan orientasi religiusitas ekstrinsik pada dewasa muda. Terdapat 193 orang, laki-laki (N=79) dan perempuan (N= 114) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Keterlibatan ayah diukur dengan menggunakan alat ukur Father Involvement Scale (FIS) dan religiusitas dengan menggunakan alat ukur Religious Orientation Scale-Revised(ROR-R). Uji korelasi dilakukan dengan teknik korelasi Spearman, dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dengan orientasi religiusitas intrinsik ( (193)= 0,160, p<0,05, one-tailed) dan orientasi religiusitas ekstrinsik ( (193)= 0,274, p<0,05, one-tailed). Artinya, peningkatan skor keterlibatan ayah disertai dengan peningkatan orientasi religiusitas intrinsik dan orientasi religiusitas ekstrinsik pada individu. Untuk itu, untuk meningkatkan orientasi religiusitas, ayah perlu meningkatkan keterlibatannya dalam pengasuhan.

In passing through the transition period, emerging adults in Indonesia experience various problems related to their stage of development. To be able to live their lives better, emerging adults need religiosity. Religiosity is divided into two orientations, namely intrinsic and extrinsic orientations. It is known that religiosity is influenced by father involvement. This study aims to see if there is a relationship between father involvement with intrinsic religiosity orientation and extrinsic religiosity orientation in emerging adults. There were 193 people, male (N=79) and female (N=114) who participated in this study. Father involvement was measured using the Father Involvement Scale (FIS) and religiosity using the Religious Orientation Scale-Revised (ROR-R). Correlation tests were conducted using the Spearman correlation technique, and showed that there was a positive and significant relationship between father involvement and intrinsic religiosity orientation (r_s(193)= 0.160, p<0.05, one-tailed) and extrinsic religiosity orientation (r_s(193)= 0.274, p<0.05, one-tailed). This means that an increase in father involvement score is accompanied by an increase in intrinsic religiosity orientation and extrinsic religiosity orientation in individuals. Therefore, to improve religiosity orientation, fathers need to increase their involvement in parenting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1986
306.874 FAT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Aulia Rahma
"Kepuasan pernikahan merupakan faktor penting dalam keberfungsian keluarga dan perkembangan anak. Akan tetapi, banyak penelitian menemukan bahwa terutama pada ibu, kepuasan pernikahan menurun drastis pada awal menjadi orangtua ketika anak berusia 0-5 tahun. Salah satu penyebab penurunan ini adalah stres pengasuhan yang diakibatkan oleh bertambahnya peran serta beban pengasuhan anak usia 0-5 tahun yang berat dan intens.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan pernikahan dan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak berusia 0-5 tahun yang dalam pengasuhannya ikut melibatkan kakek nenek. Kepuasan pernikahan diukur menggunakan ENRICH Marital Satisfaction scale dan stres pengasuhan diukur menggunakan PSI-SF. Sebanyak 154 data partisipan di Jabodetabek telah terkumpul dengan rata-rata usia 27 tahun dan usia anak 15 bulan.
Menggunakan teknik analisa statistik korelasi Pearson didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel kepuasan pernikahan dan variabel stres pengasuhan r = -.615, p < 0.01 di mana semakin rendah kepuasan pernikahan maka semakin tinggi stres pengasuhan, dan sebaliknya. Selain itu, didapatkan pula perbedaan stres pengasuhan yang signifikan antara ibu bekerja dan tidak bekerja berdasarkan hasil analisis menggunakan independent t-test. Alasan dari temuan penelitian didiskusikan lebih lanjut berkaitan dengan keterlibatan kakek nenek dalam pengasuhan.

Marital satisfaction is one of important factors that can affect family functioning and child development. Studies found that parenting stress is one of important factors affecting individuals marital satisfaction. The current study aims to examine the correlation between marital satisfaction and parenting stress of mothers whose first childs age ranging from 0-5 years old that coresident with grandparents.
In this study, the marital satisfaction variable was measured using ENRICH Marital Satisfaction scale and parenting stress variable was measured using PSI SF. Pearson correlation was done to analyze data of 154 participants age mean 27 years old, childs age mean 15 months.
The result shows that there are negatively significant correlation between marital satisfaction and parenting stress r .615, p 0.01, which means that mothers high marital satisfaction is associated with low parenting stress, and vice versa. This study also found that employed mother scored lower in parenting stress in comparison to stay at home mother using independent test technique. Explanations of current result related with grandparenting were discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Farahmia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan intimasi pada emerging adult yang sedang menjalani hubungan romantis. Sejumlah 441 emerging adult yang sedang terlibat dalam hubungan romantis seperti berpacaran menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Reported Father Involvement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku dan Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif Finley dan Schwartz. 2004. Sementara itu, intimasi diukur mengggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS yang dikembangkan oleh Miller dan Lefcourt 1982.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain perilaku r=0,35, n=441, p>.01, two-tail maupun afektif r=0,13,n=441, p>.01, two-tail, dengan intimasi pada emerging adult yang menjalani hubungan romantis.

The aim of this study is to examine the relationship between father involvement and intimacy among emerging adult involves in romantic relationship. Total of 441 emerging adults involve in romantic relationship such as dating relationship became participant in this study.
This study is a quantitative non experimental research with corellational design. Reported Father Involvement Scale used to measure behavioral domain of father involvement and Nurturant Fathering Scale used to measure affective domain of father involvement Finley dan Schwartz. 2004 . Meanwhile, Miller Social Intimacy Scale MSIS developed by Miller and Lefcourt 1982 used to measure intimacy.
Result showed that there is no significant relationship between father involvement, both in behavioral domain r 0,35, n 441, p .01, two tail and affective domain r 0,13,n 441, p .01, two tail, with intimacy among emerging adult involves in romantic relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>