Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189766 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arina Cinta Ihlasia
"Penelitian ini menganalisis dampak kebijakan proteksionis terhadap rantai pasok dan daya saing industri tekstil Indonesia dengan pendekatan data panel HS code periode 2005–2023 dan metode regresi Random Effect. Instrumen yang dikaji meliputi BMAD, BMTP, Persetujuan Impor (PI), dan Laporan Surveyor (LS). Hasil menunjukkan bahwa kebijakan proteksionis tidak berdampak signifikan terhadap volume impor barang upstream dan midstream, meski ada kecenderungan negatif. Sebaliknya, variabel makroekonomi seperti harga kapas dunia dan PDB lebih berpengaruh, terutama di segmen midstream dan downstream. Impor barang upstream terbukti berpengaruh positif terhadap ekspor midstream, menandakan pentingnya bahan baku impor untuk sektor menengah. Namun, tidak ditemukan hubungan serupa pada ekspor downstream, menunjukkan terbatasnya transmisi dampak hingga produk akhir. Kesimpulannya, kebijakan proteksionis belum efektif mendukung integrasi supply chain dan daya saing ekspor tekstil. Diperlukan strategi industri yang menyeimbangkan perlindungan domestik dan kebutuhan impor, serta penguatan koordinasi antarsegmen rantai nilai untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan industri tekstil nasional.

This study analyzes the impact of protectionist policies on the supply chain and competitiveness of Indonesia’s textile industry using panel data at the HS code level from 2005 to 2023 and a Random Effect regression method. The instruments examined include Anti-Dumping Duties (BMAD), Safeguard Duties (BMTP), Import Approvals (PI), and Surveyor Reports (LS). The results show that protectionist policies do not have a significant effect on the import volume of upstream and midstream goods, although the coefficient trends are negative. In contrast, macroeconomic variables such as global cotton prices and GDP have a more dominant influence, especially in the midstream and downstream segments. Imports of upstream goods have a positive and significant impact on midstream exports, indicating the importance of imported raw materials for the intermediate sector. However, a similar relationship is not observed between upstream and midstream imports and downstream exports, suggesting limited transmission of policy effects to final products. In conclusion, protectionist policies have not been effective in supporting supply chain integration and export competitiveness in the textile industry. An industrial strategy that balances domestic protection with the need for imported inputs, along with stronger coordination across value chain segments, is necessary to enhance the efficiency and sustainability of the national textile industry. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Maria Lewiayu Vierke
"Tesis ini menganalisis daya saing industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder untuk periode 2002 hingga 2007. Data yang digunakan adalah data dari International Trade Centre (ITC) dengan menggunakan HS 61 dan HS 62 untuk kelompok industri garmen. Penelitian ini dilakukan menggunakan analisisi Trade Performance Index untuk mengetahui kinerja sektor tekstil dan produk tekstil.
Hasil analisa menunjukkan beberapa faktor yang masih memiliki daya saing yang kurang. Berdasarkan analisis pendekatan The Generalized Double Diamond Model dan penjelasan deskriptif, perlunya peningkatan pada faktor tenaga kerja; permesinan; hulu hilir; produk dan pasar; infrastruktur; kebijakan dan perdagangan; serta moneter dan fasilitas keuangan. Perlu juga untuk mengatasi tingginya impor bahan baku kapas untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor. Penjabaran tersebut menunjukkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil Indonesia masih rendah.

This thesis analyzes the competitiveness of the textile industry and textile products in Indonesia. This study utilized secondary data for the period 2002 to 2007. The data used is the data from the International Trade Centre (ITC) using the HS 61 and HS 62 for the garment industry groups. This study was conducted using analisisi Trade Performance Index to determine the performance of the textile and textile products.
The analysis shows that several factors still have a lack of competitiveness. The approach is based on the analysis of the Generalized Double Diamond Model and descriptive explanations, the need to increase the labor factor; machining; upstream downstream; products and markets; infrastructure; and trade policies; and monetary and financial facilities. It is also necessary to overcome the high raw material imports of cotton to reduce dependence on imported raw materials. Translation of the show that textiles and textile products Indonesia is still low.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T42834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramon Bangun
"Paper ini bertujuan untuk mengetahui struktur daya saing dan pola tata kelola rantai nilai industri aparel Indonesia dalam rantai nilai global serta mengembangkan strategi industri aparel Indonesia masa depan. Penelitian ini merupakan studi kasus untuk meneliti faktor-faktor yang menyebabkan industri aparel Indonesia mampu bertahan ditengah persaingan global meskipun diterpa berbagai permasalahan. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan industri aparel Indonesia melambat. Untuk memahami lebih jauh mengapa industri aparel Indonesia mengalami stagnasi, dilakukan analisis rantai nilai dan melihat faktor pembatas dengan model sistem dinamis.Struktur daya saing unik telah terbentuk pada industri aparel Indonesia, dimana temuan penelitian menunjukkan bahwa yang menyebabkan industri aparel Indonesia mampu bertahan ditengah persaingan global adalah keberhasilan memproduksi barang medium-up, yang utamanya ditentukan oleh 2 faktor dari Cho, yaitu: 1 wirausaha dan 2 peluang serta satu faktor baru, yaitu 3 hubungan historis berdasarkan trust. Akibat dari keberhasilan memproduksi barang medium-up, dua faktor yaitu: 4 tenaga kerja serta 5 manajer dan insinyur professional, yang tadinya merupakan penghambat merubah menjadi pendorong peningkatan daya saing industri aparel Indonesia.Penyebab adanya stagnasi pada ekspor produk aparel adalah karena industri aparel Indonesia hanya melakukan aktivitas yang bernilai tambah rendah, dimana tingkatan keterlibatan pada rantai nilai adalah original equipment manufacturing OEM . Meskipun sudah memproduksi produk yang medium-up, pada umumnya industri aparel Indonesia belum siap untuk memasuki ODM dan OBM karena keterbatasan sumber daya. Pola tata kelola adalah relational. Disamping itu, penyebab lain adalah kurangnya kapasitas produksi. Jadi, strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan share ekspor adalah dengan membuat kebijakan yang membuat entrepreneurs berminat untuk melakukan investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM serta kapasitas mesin dan peralatan.

This paper aims to identify the competitiveness structure and the value chain governance pattern of Indonesia apparel industries in global value chain and also develop future strategy of Indonesia apparel industry. The research is a case study to determine the factors that enable Indonesian apparel industry to survive in global competition even hit by several problems using Cho rsquo s Nine Factor model. Although Indonesia apparel industry can survive in global competition, the growth gets slower. In order to analyze why Indonesia apparel industry is stagnant, an analysis on Gereffi rsquo s value chain model is conducted, and restricting factors are analyzed by using a system dynamics model.Unique competitiveness structure has been developing in Indonesia apparel industry, where the research shows that Indonesia apparel industry rsquo s competitiveness is caused by the movement to medium up products. The drivers are only two out of nine Cho rsquo s factors, namely 1 entrepreneurs and 2 opportunities. There is one new factor that makes the movement become successful, which is 3 historical relationship based on trust. As the result of the product upgrading to medium up goods successfully, there are two other factors that support the enhancement of the Indonesia apparel industry competitiveness, namely 4 workers and 5 professional. While, three factors hindering competitiveness, which are 6 business environment, 7 supporting and related industry, and 8 politicians and bureaucrats, could be solved even by increasing cost. And 9 domestic demand, even though it does not hinder, it does not support the competitiveness.The reason that the export is stagnant is that Indonesia apparel industry only involves in lower value added activity, where the stage of involvement in value chain is original equipment manufacturing OEM . In grneral, Indonesia apparel industry is not ready to perform functional upgrading to original design manufacturing ODM and or original brand name manufacturing OBM , due to the limitation of resources. The workers and professionals are enough for OEM, but have to increase to perform funcrional upgrading to ODM and or OBM. The value chain governance pattern is relational.The strategies that can be done in order to promote Indonesia apparel industry are to encourage entrepreneurs to invest in order 1 to increase the capacity of workers and professionals, both quality and quantity 2 to increase the production capacity."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2308
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhlun Adzim
"Pemrosesan ulang kembali sebuah produk adalah hal yang biasa dilakukan didalam industri proses. Hal tersebut merupakan enabler untuk reverse supply chain di industri proses. Namun penelitian mengenai reverse supply chain di industri proses masih terbatas. Penelitian sebelumnya mengelola risiko reverse supply chain di industri proses secara terpisah yang dapat menyebabkan munculnya permasalahan baru.
Penelitian ini mengintegrasikan semua risiko sehingga proses manajemen risiko dilakukan secara menyeluruh. Untuk mengembangkannya, dibutuhkan daftar risiko dari aktivitas reverse supply chain secara menyeluruh di industri proses, dibutuhkan juga kriteria untuk risiko tersebut. Data yang didapat diolah dengan menggunakan AHP (Analytic Hierarchy Process) - PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation) berdasarkan preferensi dari ahli.
Telah dikumpulkan 8 kriteria dari penelitian sebelumnya, dengan bobot berdasarkan penilaian ahli sebagai berikut: biaya atau investasi tambahan (0.064), pengelolaan volume barang atau produk (0.040), kerugian karena gangguan (0.047), kecepatan recovery bisnis jika terjadi gangguan (0.111), keunggulan daya saing (0.088), lingkungan (0.241), tanggung jawab sosial (0.097), hukum dan undang-undang (0.312). Selanjutnya, penelitian ini melakukan prioritasisasi risiko dengan pendapat ahli dengan menggunakan PROMETHEE.
Penelitian menemukan urutan risiko dari yang paling tinggi ke rendah dimulai dari risiko regulasi, risiko lingkungan, risiko reputasi dan branding, risiko kualitas dan stabilitas, risiko pemindahan dan penanganan, risiko teknis, risiko informasi, risiko penjadwalan dan kapasitas, risiko kuantitas, risiko persediaan dan risiko perlawanan. Dari hasil analisis sensitivitas didapat bahwa 3 kriteria yang paling mempengaruhi hasil akhir PROMETHEE adalah kriteria biaya atau investasi tambahan, kriteria hukum dan undang-undang dan kriteria keunggulan daya saing.

Reprocessing a product is a common practice in the process industry. This is an enabler for the reverse supply chain in the process industry. But research on the reverse supply chain in the process industry is still limited. Previous research managed the risk of reverse supply chain in the process industry separately which could lead to new problems.
This research integrates all risks so that the risk management process is carried out thoroughly. To develop it, it requires a list of risks from the overall reverse supply chain activities in the process industry, and also the criteria for these risks. The data obtained is processed using AHP (Analytic Hierarchy Process) - PROMETHEE (Preference Ranking of Organization Method for Enrichment Evaluation) based on expert preferences.
8 criteria have been collected from previous studies, with weights based on expert judgment as follows: investment cost (0.064), volume management (0.040), business interruption value (0.047), business recovery time after interruption (0.111), competitive advantage (0.088), environment (0.241), social responsibility (0.097), legislation (0.312). Furthermore, this study prioritizes risk with expert opinion using PROMETHEE.
The research found the order of risk from the highest to the lowest starting from regulatory risk, environmental risk, reputation and branding risk, quality and stability risk, transfer and handling risk, technical risk, information risk, scheduling and capacity risk, quantity risk, inventory risk and risk of resistance. From the results of the sensitivity analysis, it was found that the 3 criteria that most affected the final results of PROMETHEE were the criteria for additional costs or investments, legal and legal criteria and criteria for competitive advantage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
George Willcox Samuel
"Perkembangan teknologi informasi menyebabkan timbulnya disrupsi teknologi dalam rantai pasokan yang berakibat pada ketidakpastian kondisi pasar dan memicu munculnya biaya tambahan sehingga pelaku usaha mengalami kesulitan dalam menentukan penetapan harga. UMKM dalam praktiknya belum menerapkan strategi penetapan harga berdasarkan perubahan-perubahan dinamis secara pesat yang terjadi saat ini. Hal ini dapat berpengaruh pada penurunan jumlah volume penjualan, menyebabkan banyak perusahaan mengalami kerugian serta tidak mampu mempertahankan keberlanjutan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi disrupsi dalam rantai pasokan yang terjadi karena adanya disrupsi teknologi yang berdampak pada ketidakakuratan dalam penentuan harga. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai strategi penelitian di mana analisis konten dan analisis tematik diterapkan untuk menganalisis instrumen penelitian dalam bentuk analisis dokumen dan wawancara semi terstruktur. Dalam hal ini, peneliti menemukan bahwa terdapat tiga disrupsi teknologi dominan yang terjadi dalam rantai pasokan UMKM perdagangan tekstil. Disrupsi tersebut adalah disrupsi distribusi, disrupsi transportasi, dan disrupsi pada sistem perdagangan elektronik. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa hambatan dalam menentukan atau menerapkan strategi penetapan harga adalah ketidaksiapan bisnis itu sendiri untuk menarik loyalitas pelanggan melalui penawaran seperti harga khusus anggota. Hal ini dapat menimbulkan pengambilan keputusan yang salah oleh pelaku bisnis dalam menetapkan harga produknya dan juga hilangnya permintaan konsumen yang tidak dapat diakomodir. Sesuai dengan yang diuraikan oleh Boundy (2019), strategi dynamic atau penetration pricing merupakan alternatif yang dapat diambil oleh UMKM dalam menghadapi situasi disrupsi teknologi yang terjadi secara dinamis seperti sekarang ini. Implementasi strategi ini dilakukan melalui metode market pricing yaitu dengan menetapkan harga jual yang rendah yang dapat bersaing di pasaran untuk mengganggu para kompetitor lainnya khususnya dalam menjalankan kegiatan perdagangan secara online di era disrupsi teknologi saat ini yang sejalan dengan yang dikemukakan oleh Khare et al. (2016). Pangsa pasar yang semakin luas akan mempengaruhi volume penjualan sehingga UMKM dapat menetapkan harga meskipun dengan profit margin yang rendah. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki penetapan harga yang selama ini dilakukan oleh UMKM Perdagangan Tekstil agar terhindar dari risiko hilangnya daya tarik dari para konsumennya dari segi harga.

The development of information technology rapidly that occurs causes disruption of technology in the supply chain which results in uncertainty of market conditions and triggers additional costs so that companies having difficulties in price determination. In practice, MSMEs have not yet implemented a pricing strategy based on the dynamic changes that are happening right now. This can trigger a decrease in sales volume, causing many companies to suffer losses and be unable to maintain the sustainability of their businesses. This study aims to analyze and evaluate in order to problem solving based on disruption in the supply chain that occurs due to disruptive technology and the impact on inaccuracies in price determination. This study applies case studies as a research strategy in which content and thematic analysis is applied to analyze research instruments in the form of document analysis and semi structured interviews. In this case, we found that there were three dominant disruptions technology occurring in the textile trade MSME supply chain. These disruptions include distribution, transportation and ecommerce system disruptions. Also, the author found that the obstacle in determining or implementing pricing strategies is the unpreparedness of the business itself to attract customer loyalty through offers like membership special prices. This could create an incorrect decision making by business actors in setting the price of their products and also the loss of consumer demand that cannot be accommodated. This is in line with Boundy (2019), the dynamic or penetration pricing strategy is an alternative that can be taken by MSMEs in the current technological and dynamic disruption situation. The implementation of this strategy is carried out through market pricing methods, namely by setting low prices that can compete in the market to disrupt other competitors, especially in carrying out online trading activities in the current era of technological disruption in line with what was stated by Khare et al. (2016). Increasing market share will affect sales volume so that MSMEs can set prices even with a low profit margin. This is done to improve the price fixing that has been carried out by the Textile Trade SMEs to avoid the risk of losing the attractiveness of consumers in terms of price."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Salahuddin Gumay
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dampak penerapan kebijakan bea keluar biji kakao terhadap kinerja industri pengolahan kakao dan daya saing produk olahan kakao Indonesia. Dari hasil penelitian, didapati bahwa sejak penerapan bea keluar terhadap biji kakao, industri pengolahan kakao Indonesia mengalami peningkatan kinerja, yang ditunjukkan lewat peningkatan nilai output, jumlah tenaga kerja, dan volume ekspor produk kakao olahan. Selain itu, berdasarkan hasil estimasi dengan metode Ordinary Least Square, didapati bahwa sejak penerapan kebijakan bea keluar, daya saing produk olahan kakao Indonesia di pasar dunia mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya hubungan positif antara bea keluar dan nilai RCA sebagai variabel yang melambangkan daya saing. Namun demikian, ditemukan pula bahwa terjadi penurunan produksi biji kakao sejak bea keluar diberlakukan. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penulis memberikan dua saran yaitu menjalankan kembali kebijakan gernas kakao untuk meningkatkan produksi kakao nasional serta melakukan penelitian lebih lanjut mengenai biaya dan manfaat dari penerapan bea keluar terhadap biji kakao.

The purpose of this study is to analyze the impact of cocoa beans export tax policy on Indonesian cocoa processing industry performance and processed cocoa product competitiveness. The result shows that since the implementation of the export tax, the Indonesian cocoa processing industry performance is getting better. This is shown by the growth of industrial consumption on cocoa beans, output value, labour and processed cocoa export volume. On the other side, based on the estimation using Ordinary Least Square method, it is found that since the implementation of the tax, the Indonesian processed cocoa product competitiveness is higher than before. This was proved by the strong, positive correlation between the export tax and the RCA as a proxy for product competitiveness. Nevertheless, it is also found that since the implementation of the tax, Indonesian cocoa beans production is declining. Based on these findings, the author suggested that the goverment needs re-implement the "gernas kakao" policy to boost the national cocoa beans production and to conduct a further research to analyze the coca beans export tax policy cost and benefit."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Nur Pajriyah Raharja
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur posisi daya saing kakao Indonesia sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan bea keluar, menganalisis pengaruh kebijakan bea keluar terhadap kinerja ekspor biji kakao Indonesia, dan menentukan variabel lain yang mempengaruhi kinerja ekspor biji kakao Indonesia di pasar dunia. Penelitian ini menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur daya saing dan regresi panel data untuk menganalisis pengaruh bea keluar dan variabel lain terhadap kinerja ekspor biji kakao Indonesia, dengan data tahunan dari tahun 2001 sampai dengan 2013.
Hasil perhitungan RCA yang dilakukan pada produk biji kakao dan kakao olahan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing pada kedua jenis produk dan target pemerintah dalam penerapan kebijakan bea keluar telah terpenuhi karena telah terjadi shifting ekspor dari biji kakao ke kakao olahan. Hasil penelitian lain dengan random effect model menunjukkan bahwa kebijakan bea keluar secara signifikan berdampak negatif terhadap kinerja ekspor biji kakao Indonesia. Variabel lain yang mempengaruhi kinerja ekspor biji kakao Indonesia secara signifikan adalah ekspor dunia, nilai tukar, dan harga internasional biji kakao.

The objectives of this study is to measure competitiveness of Indonesia's cocoa products before and after export tax policy is implemented, analyzing the impact of Indonesia's export tax on cocoa beans exports performance, and assessing factors responsible for cocoa beans export in global market. This study used Revealed Comparative Advantage (RCA) method to measure competitiveness and panel data regression to analyze the impact of export tax on Indonesia's cocoa beans exports performance, using annually data from 2001 until 2013.
The results of RCA on cocoa beans and cocoa processing products indicate that Indonesia has competitiveness on both of the products and government target from implementing export tax have been achieved, since there was exports shifting from cocoa beans to cocoa processing products. Another estimation result using random effect model indicates that export tax has a negative and significant effect on Indonesian export performance. This study also revealed that world export, exchange rate, and international cocoa prices are significantly determined export performances.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhilis Syakur
"Lockdown dan pembatasan mobilitas selama wabah COVID-19 mengakibatkan penurunan permintaan hingga aliran barang dalam rantai pasok global. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengeksplorasi praktik Supply Chain Risk Management (SCRM) dalam dampak gangguan akibat pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan prinsip dasar dari resource based view serta wawasan mengenai status manajemen risiko rantai pasokan saat ini dan hubungan antara supply chain resilience dan robustness. Diawali dengan tinjauan literatur yang ada untuk mendapatkan hipotesis dan menentukan indicator untuk masing-masing konstruksi. Model penelitian yang telah dirumuskan kemudian divalidasi dengan menerapkan PLS-SEM pada data survei dari perusahaan Manufaktur Otomotif di Indonesia. Dengan 83 responden yang berpusat di Jawa Barat telah dikumpulkan. Survei dilakukan dengan menyebarkan instrument melalui internet untuk mengisi form yang diberikan. Studi ini dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh pandemi COVID-19 terhadap performa rantai pasok mereka berdasarkan status manajemen risiko rantai pasokan mereka. Hasilnya mengindikasikan bahwa faktor manajemen risiko seperti identifikasi, penilaian, mitigasi dan kontrol secara positif memiliki kontribusi terhadap efektivitas rantai pasokan mereka. Hasilnya juga menunjukkan ada nya hubungan positif yang signifikan dengan rantai pasokan ketahanan dan ketangguhan rantai pasokan. Perlunya organisasi untuk lebih menilai kerangka kerja SCRM yang komprehensif dan berkontribusi untuk memperluas saran untuk penelitian lebih lanjut.

Lockdowns and restrictions on mobility during the COVID-19 outbreak have resulted in reduced demand and the flow of goods in global supply chains. The purpose of this paper is to explore the practice of Supply Chain Risk Management (SCRM) in the impact of disruption due to the COVID-19 pandemic. This study uses the basic principles of a resource based view-dynamic capabilities as well as insights into the current status of supply chain risk management and the relationship between supply chain resilience and robustness. It begins with a review of the existing literature to obtain hypotheses and determine indicators for each construction. The research model that has been formulated is then validated by applying PLS-SEM to survey data from Automotive Manufacturing companies in Indonesia. With 83 respondents based in West Java has been collected. The survey was conducted by distributing the instrument via the internet to fill out the form provided. This study is intended to study the effect of the COVID-19 pandemic on their supply chain performance based on their supply chain risk management status. The results indicate that risk management factors such as identification, assessment, mitigation and control positively contribute to the effectiveness of their supply chains. The results also show that there is a significant positive relationship with supply chain resilience and supply chain robustness. The need for organizations to better assess the comprehensive of theirs SCRM framework and contribute to extending suggestions for further research.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joviana Henza
"Adanya pertumbuhan signifikan dalam sektor industri tekstil – kain dan pakaian
jadi di Indonesia yang sangat pesat memengaruhi impor dan ekspor nasional.
Kemudian, terjadi lonjakan impor dalam sektor industri tekstil – kain dan pakaian
jadi menyebabkan adanya kerugian serius dan/atau ancaman kerugian serius.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menganalisis pengaturan tindakan
pengamanan (safeguards) sesuai dengan ketentuan WTO. Selain itu, penelitian ini
juga menganalisis penyelidikan dalam pemberitahuan G/SG/N/8/IDN/23-
G/SG/N/10/IDN/23 dan G/SG/N/6/IDN/36 mengenai tindakan pengamanan yang
akan diambil oleh Pemerintah Indonesia. Selanjutnya, analisis ini menggunakan
metode yuridis tindak dengan menganalisis data sekunder. Indonesia sebagai salah
anggota negara dalam WTO telah menandatangani Perjanjian WTO yang di
dalamnya termasuk mengenai Perjanjian Tindakan Pengamanan (Safeguards).
Ketentuan Tindakan Pengamanan sesuai dengan Perjanjian Pengamanan
menyebutkann adanya beberapa syarat untuk pengenaan Tindakan Pengamanan
yang tertera pada Pasal 4.2(b) Perjanjian Pengamanan. Indonesia telah
mengundangkan Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2002 tentang Tindakan
Pengamanan Industri dalam Negeri dari Akibat Kebijakan Impor.Tindakan
pengamanan didefinisikan sebagai tindakan “darurat” sehubungan dengan
peningkatan impor produk tertentu. Dalam kedua pemberitahuan tersebut dapat
dipahami bahwa tindakan pengamanan sementara yang diambil adalah untuk
mengatasi kerugian serius yang dideritas industri dalam negeri.
Kata kunci: impor, tindakan pengamanan, tekstil, WTO

A significant growth in the textile-fabric and apparel industry sector in Indonesia
rapidly affecting national imports and exports. Thus, when there was a surge in
imports in the textile industry sector - fabrics and apparel, which causing serious
losses and / or the threat of serious losses. Hence, this study analyzes safeguards in
accordance with WTO provisions. In addition, this study also analyzes the
investigations in the notification of G / SG / N / 8 / IDN / 23-G / SG / N / 10 / IDN
/ 23 and G / SG / N / 6 / IDN / 36 regarding the security measures that will be taken
by the Government of Indonesia. Furthermore, this analysis uses the follow-up
juridical method by analyzing secondary data. Indonesia as a member of the WTO
has signed a WTO Agreement which includes the Safeguards Agreement.
Safeguard provisions in accordance with the Safeguard Agreement states that there
are several conditions for the imposition of Safeguard Measures as stated in Article
4.2 (b) of the Security Agreement. Indonesia has promulgated Presidential Decree
No. 84 of 2002 concerning Domestic Industry Safeguards from the Impact of
Import Policies. Safeguards are defined as an "emergency" measures in connection
with the increase in imports of certain products. In both notifications it is
understood that the temporary safeguards are being taken to overcome serious
losses suffered by the domestic industry.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Somad
"Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekspor TPT Indonesia di pasar dunia dan mengetahui posisi daya saing TPT Indonesia di pasar dunia dengan menggunakan pendekatan Constant Market Share (CMS) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Data statistik menunjukan bahwa pertumbuhan ekspot TPT Indonesia pada tahun 2002-2004 berada di bawah pertumbuhan ekspor TPT dunia. Hal ini terjadi karena adanya kuota, dengan adanya kuota maka Indonesia tidak dapat melakukan ekspor TPT melebihi kuota yang telah ditentukan sehingga pertumbuhan ekspor TPT Indonesia dibawah pertumbuhan ekspor dunia. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor TPT Indonesia, diperluka upaya untuk meningkatkan komposisi produk TPT melalui peningkatan ekspor TPT Indonesia dalam bentuk produk-produk menengah (midstream) dan hilir (downstream). Selain itu, diperluka upaya untuk meningkatkan pengaruh distribusi pasar. Pada aspek daya saing, posisis daya saing TPT Indonesia tahun 2002 dan 2004 lebih lemah dibandingkan negara-negara produsen TPT lainnya.
This research aim to know growth of Indonesian TPT export at world market and to know the competitiveness of Indonesian TPT (Textile Product Textile) in the world market using Constant Market Share (CMS) approach and Trade Specialization Index (TSI). Statistic show that in year 2002-2004 export growth of Indonesian TPT under world export growth for TPT. This happen because quota, that make Indonesian can't export more TPT to the world market. In order to increase export growth for Indonesian TPT, the TPT composition must be improve trough export midstream and downstream product. Beside that, influence of market distribution has to be increasing. For competitiveness aspect, in year 2002 and 2004 Indonesian position for competitiveness weaker compare with other TPT producer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27709
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>