Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deddy Saputra
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buccal advancement flap is one of the many ways of treating oro antral fistula. This technique is frequently used by dentists because it is easier to do and has several advantages compared to othe techniques. This paper reports a case of oro antral fistula caused by complication of a tooth extraction eith discussions about definition ethnics and other therapies of oro antral fistula."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"Flap kulit memegang peranan yang sangat penting dalam bedah rekonstruksi. Nekrosis flap, tentu saja akan menyebabkan gagalnya program rekonstruksi disamping meningkatkan morbiditas penderita, biaya perawatan dan lama perawatan. Berbagai teknik untuk meningkatkan kehidupan flap telah lama dicoba dengan memanipulasi jaringan flap. Salah satu teknik yang terbukti efektif adalah pengondisian dengan prosedur tunda bedah. Prosedur ini menyebabkan terjadinya relatif iskemia yang merangsang perubahan anatomis maupun fisiologis pembuluh darah flap sehingga lebih tahan terhadap kondisi iskemia ketika ditransfer. Walaupun efektifitas prosedur tunda tidak diragukan, teknik ini relatif jarang dilakukan dalam praktek klinis karena beberapa alasan ketidak-praktisan. Pada studi ini dicoba altematif prosedur tunda yang relatif sederhana, yaitu dengan hanya melakukan undermining melalui insisi kecil di salah satu sisi panjang flap yang menyebabkan terputusnya pembuluh darah perforator yang berjalan tegak lurus dari dasar flap, sehingga terjadi iskemia relatif yang mirip dengan fenomena tunda. DiIakukan penelitian pada 51 ekor tikus dengan membuat disain flap berukuran 2 x 7 cm pada punggungnya. Proses tunda dilakukan selama 7 hari, kemudian viabilitas flap diamati setelah 7 hari pasta tunda. Flap yang nekrosis ditandai dan dihitung luasnya dengan Program Auto CAD Map sehingga didapatkan persentasi luas flap yang viabel. Dengan Uji Kruskal-Wallis dapat disimpulkan bahwa prosedur tunda dengan undermining melalui insisi kecil tidak berbeda bermakna dengan prosedur konvensional (p-0,05), namun lebih efektif dan efisien untuk dikerjakan. Prosedur ini sebenarnya tidak asing dilakukan oleh ahli bedah plastik misalnya dalam mempersiapkan suatu pocket implan maupun dalam memasang tissue ekspander, namun belum banyak disadari bahwa tindakan ini dapat dijadikan sebagai alternatif prosedur tunda flap yang cukup efektif dan efisien."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntoro
"Surgical delay is a manuever that designed to improving survival of skin flap. The basic mechanism of the delay procedure is vascular reorientation that produced by the stimulus of ischemia. This study introduces a new method of surgical delay with ligation suture. This ligation interrupt blood flow to the planned skin flap and thereby producing ischemic condition. We investigated wether this method will improve flap survival, compared with survival in "conventional" surgical delay and non-delay group.
Fifty-one McFarlane flaps on rat model were divided in three groups. After 7 days of delay (in the delay group) the flap was elevated. Then, 7 days post elevation, the survival length of the flaps in all groups was measured. Flap survival ii the ligation suture delay group (72,83% ± 3,84%, n=17) was not different from "conventional" surgical delay group (73,34% ± 9,73%, n=17), and significantly greater than in the non-delay group (47,92%± 6,62%, n=17).
This study suggest that, in rat model, this ligation suture delay procedure was effective to produces ischemic condition that stimulus changes of blood patterns and thus increasing the flap survival."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elrica Sapphira
"Latar Belakang: Indocyanine green (ICG) telah banyak digunakan dalam prosedur rekonstruksi, salah satu penggunaanya adalah untuk menentukan ukuran flap dengan memanfaatkan fluoresens ICG yang menandai hotspot. Dalam penelitian ini, penulis menyoroti ICG untuk evaluasi perfusi flap, di mana membutuhkan beberapa kali penggunaan ICG. Akan tetapi, penggunaan ICG dengan konsentrasi standar untuk berkali suntikan mungkin mahal, oleh karena itu studi akan meneliti tentang konsentrasi ICG yang berbeda, yang dapat berguna untuk mengurangi biaya.
Metode: Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan pada 25 ekor tikus Wistar. Subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok, dibedakan berdasarkan konsentrasi ICG yang disuntikkan; 1) larutan ICG standar (konsentrasi 100%); 2) 75% larutan standar; 3) 50% larutan standar; 4) 25% larutan standar, dan 5) 10% larutan standar. Flap abdomen pada tikus dielevasi dan vitalitasnya dievaluasi. Kemudian subjek akan disuntikkan larutan ICG dalam berbagai konsentrasi dan dinilai dengan menggunakan kamera dekat inframerah. Studi ini dilakukan sesuai dengan standar etik dan telah disetujui oleh komisi etik hewan di institusi kami. Analisis data menggunakan SPSS versi 20.0.
Hasil: Para penilai tidak mengetahui intervensi yang diberikan pada saat mengulas video dari fluoresens ICG. Penilai pertama menemukan bahwa 1 fluoresens pada kelompok larutan dengan konsentrasi 25% tidak memberikan gambaran fluoresens yang adekuat, dan penilai kedua menilai seluruh gambaran fluoresens ICG adekuat. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok yang didapatkan dari hasil penghitungan ANOVA 1 arah (F = 1.00, p = 0.431).
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa berbagai konsentrasi ICG yang diteliti dapat memberikan gambaran flap dalam keadaan vital. Kami menemukan dengan menggunakan konsentrasi serendah 10% dari larutan standar dapat memberikan gambaran fluoresens yang adekuat. Studi ini menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk penggunaan ICG lebih lanjut dalam praktik sehari-hari dengan biaya yang lebih rendah.
Kata kunci: indocyanine green, ICG, fluoresens, perfusi flap, tikus, pengenceran

Background: Indocyanine green (ICG) has been used in many reconstructive procedures, one of them is for determining flap size by utilizing fluorescence of ICG marking the hotspot. In this study, author highlights the use of ICG for flaps with perfusion issues, at which the ICG is used in sequences. The use of the standard concentration for multiple injections, however, might be costly, therefore study on different concentrations might be useful to reduce the cost.
Methods: This was an experimental study on 25 Wistar rats. Subjects were divided into 5 groups based on the concentrations of injected ICG; 1) Standard ICG solution (100% concentration); 2) 75% of standard solution; 3) 50% of standard solution; 4) 25% of standard solution, and 5) 10% of standard solution. The epigastric flap was raised and evaluated for its vitality. Then, subjects were injected using various concentrations of ICG and the perfusion of the flap was evaluated using modified Near Infrared Camera (NIR) system. The study was conducted in accordance with the ethical standards and approved by our institutional animal research ethics board. Data analysis was performed by using SPPS version 20.0.
Results: Appointed assessors were blinded from the intervention given reviewed the videos of ICG fluorescence. The first assessor evaluated that 1 the ICG fluorescence in the 25% concentration was not adequate for depicting vital flap while the second assessor evaluated all ICG fluorescence was adequate. There was not a statistically significant difference between groups as demonstrated by one-way ANOVA (F = 1.00, p = 0.431).
Conclusions: This study concluded that using various concentrations of ICG provided adequate fluorescence to depict vital flap. We found that as low as 10% concentration of standard ICG solution was able to depict adequate fluorescence. This study shows promising results for further usage of ICG in daily practice at a lower cost.
Keywords: indocyanine green, ICG, fluorescence, flap perfusion, rats, dilution"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Utama Abdi
"Pendahuluan : Compromised flap merupakan komplikasi yang sering didapatkan dari operasi-operasi elevasi flap. Penanganan jaringan yang kurang baik, tehnik operasi, kadang mengakibatkan cedera pada pembuluh darah yang berujung pada compromised flap yang bila tidak ditangani dengan baik, dapat menjadikan kematian sebagian bahkan seluruh flap. Hampir semua cedera pada pembuluh utama dapat diatasi dengan tindakan reoperasi untuk mengatasi gangguannya. Tetapi bila gangguan yang terjadi di microsirkulasi, therapi farmakologi merupakan pilihan. Disamping itu, compromised flap memberikan tampilan klinis yang berbeda, tergantung gangguan yang terjadi pada pembuluh vena atau arteri. Banyak pilihan sediaan farmakologi untuk mengatasi compromised flap oleh karena gangguan mikrosirkulasi. Diantaranya yang sering dipakai oleh karena mudah cara pakainya, murah, tersedia dan diketahui cara kerjanya adalah heparin topikal dan nitrogliserin topikal. Metode: Suatu studi eksperimental dilakukan terhadap 18 ekor tikus Sprague-Dawley betina yang terbagi secara acak ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok yang deri penangan dengan heparin topikal. Setelah dilakukan elevasi groin island flap, dilakukan oklusi pada vena femoralis sirkumjleksa lateralis selama 6 jarn hingga terbentuk compromised jlap. Kemudian oklusi dilepas dan dioleskan heparin topikal selama 7 hari. Dinilai perubahan warn a yang terjadi hari pertama dan hari ke tujuh. Pada kelompok kedua, dengan tehnik yang sarna tetapi perlakuan yang diberikan dengan nitrogliserin topikal. Perubahan warna yang terjadi didokwnentasikan dengan mempergunakan kamera dan tehnik pemotretan yang sarna Kemudian perubahan wama yang terjadi hari 1 dan hari ke 7 dinilai dengan pengukuran persentase grayscale foto dengan memakai adobe photoshop CS4. Hasil : Perubahan warna yang terjadi dimana wama flap yang sebelumnya gelap menjadi lebih terang dan akhirnya menjadikan flap viabel, tid8.k menunjukkan perbedaan bermakna baik yang diperlakukan dengan heparin maupun dengan nitrogliserin (p>O,05). Demikian juga waktu yang diperlukan untuk menjadikan flap tersebut lebih viabel, tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara heparin maupun nitrogliserin. Simpulan : Compromised vena dapat diatasi dengan heparin dan nitrogliserin topikal, akan tetapi tidak menunjukkan sedian yang satu lebih superior dibanding dengan sediaan lainnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2009
T59067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suyadnya
"Hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi pada 1 per 300 kelahiran dan 20% dari keseluruhan kasus adalah hipospadia proksimal. Faktor yang menentukan jenis teknik operasi yang akan digunakan diantaranya yaitu letak meatus, ada tidaknya chordee, ketersediaan prepusium, kualitas lempeng uretra, dan pengalaman operator. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan Teknik Tubularized Incised Plate(TIP), Duckett, dan Onlay Island Flap (OIF) sesuai dengan pengalaman di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian retrospektif analitik ini melihat data rekam medis dan status khusus urologi dari pasien hipospadia proksimal dengan letak meatus uretra di penis proksimal, penoskrotal, dan skrotal yang menjalani tindakan release chordeedan uretroplasti di RSCM dari tahun April 2002 sampai Mei 2014. Terdapat 119 pasien yang terdiri dari 33 pasien dengan teknik TIP, 50 pasien dengan teknik Duckett, dan 36 pasien dengan teknik OIF. Rata-rata umur kelompokTIP 4,87±3,05 tahun, kelompok Duckett 6,33±6,02 tahun, dan kelompok OIF 4,68±3,27 tahun. Lokasi meatus uretra terbanyak di penoskrotal pada TIP 24/33 (72,7%), Duckett 37/50 (74.0%), dan OIF30/36 (83,3%). Ukuran penis kecil ditemukan pada TIP, Duckett dan OIF yaitu 4/33 (12,1%), 10/50 (20,0%), dan 6/36 (16,7%). Kelompok TIP 21/33 (63,6%) memiliki lempeng uretra yang cukup lebar, sedangkan pada Duckett dan OIF lebih banyak memiliki lempeng uretra yang sempit yaitu 26/50 (52%) dan 20/36 (55,6%). Angka komplikasi total TIP 15/33 (45,5%), Duckett 15/50 (30%) dan OIF 5/36 (13,9%), dan menunjukkan hasil signifikan secara statistik p<0,05. Teknik OIF lebih superior dibandingkan TIP dan Duckett dalam hal menurunkan komplikasi secara kumulatif serta memiliki angka kejadian fistula yang rendah pasca rekonstruksi hipospadia proksimal primer.

Hypospadias is a congenital disorder that occurs in 1 per 300 births with 20% of cases are proximal hypospadias. The location of meatus, presence of chordee, availability prepuce, quality of the urethral plate, and operator experience are factors that determine in selecting operative technique. This study aimed to compare the use of Tubularized Incised Plate (TIP), Duckett, and Onlay Island Flap (OIF) following the experience at Cipto Mangunkusumo Hosptal (RSCM). Data gathered from patients medical records and urological status of proximal hypospadias with proximal, penoscrotal, and scrotal urethral meatus who underwent chordee released procedure and urethroplasty at RSCM from April 2002 to May 2014. There were 119 patients consisting of 33 patients with TIP techniques, 50 patients with Duckett, and 36 patients with OIF techniques. The mean age of patients underwent TIP was 4.87±3.05 years old, Duckett was 6.33±6.02 years old, and OIF was 4.68±3.27 years old. Urethral meatus was mostly found at penoscrotal with a total of 24/33 (72.7%), 37/50 (74.0%), and 30/36 (83.3%) cases, respectively. Small penis was found in TIP, Duckett, and OIF with a total of 4/33 (12.1%), 10/50 (20.0%), and 6/36 (16,7%) cases, respectively. In TIP group, 21/33 (63.3%) cases had a fairly wide urethral plate, whereas in Duckett and OIF were mostly of the cases have narrow urethral plate, with a total of 26/50 (52%) and 20/36 (55.6%) cases, respectively. Complications were found at 15/33 (45.5%) cases of TIP, 15/50 (30%) cases of Duckett, and 5/36 (45,5%) cases of OIF with statically significant results p <0.05. The OIF technique was found to be superior to TIP and Duckett in terms of reducing complications and having a low incidence of fistula after primary proximal hypospadias reconstruction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Fabian Sofyan
"Latar Belakang:Kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah tertinggi pada perempuan di dunia. Meningkatnya angka ketahanan hidup pasien kanker payudara, membuat meningkatnya insiden terjadinya limfedema diakibatkan komplikasi dari Modified Radical Mastectomy(MRM). Belum diketahui apakah ada pengaruh dilakukannya flap jaringan di daerah diseksi kelenjar getah bening pada kanker payudara dengan perbaikan aliran limfe pada daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya regenerasi limfatik pada flap jaringan pasien kanker payudara pasca mastektomi dan diseksi aksila.
Metode Penelitian: dilakukan penelitian menggunakan desain kuasi eksperimen pada semua pasien kanker payudara yang dilakukan Modified Radical Mastectomy (MRM) dan diseksi aksila dengan menggunakan flap untuk mengurangi kejadian limfedema pasca operasi. Data diambil pada periode januari 2018 sampai Mei 2019
Hasil : Terdapat 32 pasien kanker payudara pasca tindakan MRM dan diseksi aksila (16 pasien dengan flap dan 16 pasien tanpa flap). Dari 16 pasien yang dilakukannya flap, terdapat 14 pasien yang mengalami regenerasi limfatik (87,5%) dan 2 pasien yang tidak mengalami regenerasi limfatik (12,5%) pasca pemasangan flap jaringan pada pasien MRM. Terdapat hubungan antara penggunaan flap (p = 0,049 dengan OR 95%CI 5,43 (2,22-32,2)) dan usia (p = 0.042 dengan OR 95%CI0,2 (0,03-0,95))terhadap regenerasi limfatik.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang berbeda bermakna antara flap jaringan dengan tanpa flap pada daerah diseksi kelenjar limfe dengan regenerasi limfatik pada daerah tersebut. Tidak terdapat hubungan berbeda bermakna antara komorbid, riwayat radiasi, indeks masa tubuh, stadium TNM, terhadap regenerasi limfatik.

Background : Breast cancer is the most common cancer in women in the world. Increased survival rates of breast cancer patients, making the increased incidence of lymphedema caused by complications from Modified Radical Mastectomy (MRM). It is not known yet whether there is an effect of doing tissue flap in the area of ​​lymph node dissection in breast cancer with improved lymph flow in the area. The purpose of this study was to determine the presence of lymphatic regeneration in tissue flap of breast cancer patients after mastectomy and axillary dissection.
Research Method : Conducted a study using quasi-experimental design in breast cancer patients with MRM and axillary dissection alone or by using a flap to reduce the incidence of postoperative lymphedema. Data is taken from January 2018 to Mei 2019.
Results : There were 32 breast cancer patients after MRM and axillary dissection (16 patients with flaps and 16 patients without flap). Of the 16 patients who were replaced by flaps, 14 patients needed lymphatic regeneration (87,5%) and 2 patients who did not need lymphatic regeneration (12,5%) after tissue flaps procedure in MRM patients. There is a relationship between the use of flap (p = 0.049 with OR 95% CI 5,43 (2,22-32,2)) and age (p = 0.042 with OR 95% CI 0,2 (0,03-0,95)) to lymphatic regeneration.
Conclusions : There is a significantly different relationship between tissue flaps and without flaps in the area of ​​lymph node dissection with lymphatic regeneration in the area. There is no significant difference between comorbidities, radiation history, body mass index, TNM stage, and lymphatic regeneration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Parintosa Atmodiwirjo
"Risiko kegagalan dapat terjadi pada rekonstruksi dengan flap bebas karena mengandalkan vaskularisasi kecil. Pemeriksaan klinis yang merupakan baku emas dalam evaluasi sirkulasi flap masih bersifat subjektif dan sulit untuk mendeteksi gangguan vaskularisasi secara dini. Indocyanine green (ICG) merupakan instrumen pemeriksaan objektif yang dapat digunakan untuk evaluasi sirkulasi flap, tetapi belum ada konsensus mengenai dosis ICG dan kekuatan fluoresensi bersifat dose-dependent. Pada penelitian awal model in vitro dan hewan coba didapatkan konsentrasi 0,5 mg/mL menghasilkan fluoresensi yang setara dengan konsentrasi standar (5 mg/mL). Analisis dosis titrasi ICG dilakukan pada penelitian ini untuk mengevaluasi (sirkulasi) flap bebas menggunakan kamera near-infrared radiation standar serta korelasinya terhadap pemeriksaan suhu flap, TcPCO2, TcPO2, kadar HIF-1α, dan gambaran histopatologi flap untuk menunjang bedah mikro rekonstruksi. Penelitian menggunakan desain eksperimental uji klinis acak tersamar ganda di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Persahabatan (RSP) pada bulan September 2022 hingga Januari 2024. Sebanyak 63 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dari kuesioner skrining dilakukan randomisasi menjadi 3 kelompok konsentrasi ICG, yaitu 5 mg/mL, 2,5 mg/mL, dan 0,5 mg/mL yang diberikan ICG secara intravena, dengan jumlah masing-masing 21 flap. Data diambil segera pasca-operasi, 24 jam, 72 jam, serta 120 jam pasca-operasi. Ketiga kelompok menunjukkan peningkatan fluoresensi ICG dari waktu ke waktu, dengan intensitas fluoresensi pada konsentrasi 2,5 mg/mL serupa dengan konsentrasi standar (p = 0,792), tetapi intensitas konsentrasi 0,5 mg/mL lebih lemah (p = 0,006 dan p = 0,041). Intensitas fluoresensi tidak berkorelasi dengan pemeriksaan objektif lainnya. Disimpulkan besar dosis ICG memengaruhi intensitas fluoresensi karena fenomena quenching effect dan keseimbangan ikatan ICG dengan protein plasma. Analisis konsentrasi 5 mg/mL dan 2,5 mg/mL menghasilkan intensitas serupa sehingga penggunaan dosis 2,5 mg/mL dapat menggantikan dosis standar pada praktik klinis. Pemeriksaan objektif lainnya belum dapat menggantikan pemeriksaan ICG untuk evaluasi sirkulasi flap bebas.

The risk of failure in free flap reconstruction may occur due to small vascularization. Clinical examination, which is the gold standard for free flap evaluation, is subjective and difficult to detect early vascularization problems. Indocyanine green (ICG) is an objective instrument to evaluate flap circulation, but there is no ICG consensus and the fluorescence emitted is dose-dependent. In the preliminary studies conducted in vitro followed by in vivo with animal models, we found that 0.5 mg/mL concentration produced equivalent fluorescence to the standard concentration (5 mg/mL). This study aimed to analyze the titration dose of ICG to evaluate free flaps using a standard near-infrared radiation camera and its correlation with the examination of flap temperature, TcPCO2, TcPO2, HIF-1α levels, and histopathological to support reconstructive microsurgery procedure. This was a randomized, double-blind clinical trial at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and Persahabatan Hospital from September 2022 to January 2024. A total of 63 patients that met the inclusion criteria through screening questionnaire were randomized into 3 ICG concentration groups: 5 mg/mL, 2.5 mg/mL, and 0.5 mg/mL. The ICG was given intravenously to each group which consist of 21 subjects. The data were obtained immediately postoperative, 24 hours, 72 hours, and 120 hours post-operative. There were 63 flaps divided into three groups with 21 flaps each. All three groups showed an increase in ICG fluorescence over time, with fluorescence intensity emitted by 2.5 mg/mL concentration is equivalent to the standard concentration (p = 0.792), but the fluorescence from 0.5 mg/mL concentration emitted weaker intensity (p = 0.006 and p = 0.041). Fluorescence intensity did not correlate with other objective examinations. It was concluded that the titration dose of ICG influenced the fluorescence intensity due to quenching effect and ICG and plasma protein bond equilibrium. Analysis of 5 mg/mL and 2.5 mg/mL concentration groups produced similar intensities, leading to the feasibility of 2.5 mg/mL concentration to replace the standard dose in clinical practice. Other objective examinations can not replace ICG examination for free flap perfusion evaluation."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Insan Kamil
"Menurut Epley, Waytz, Cacioppo 2007 , manusia memiliki kecenderungan untuk mengatribusikan sifat dan representasi manusia pada seekor binatang. Penelitian antropomorfisme pada binatang sayangnya belum lengkap menjelaskan sifat dan representasi manusia seperti apa yang kemudian memiliki dampak tertentu pada bagaimana manusia memperlakukan binatang. Penelitian dalam tesis ini mengujikan pengaruh jenis binatang dan jenis antropomorfisme ndash; menggunakan arketip innocent dan trouble maker terhadap intensi partisipan untuk memakan, menyarankan eradikasi pemusnahan, dan memelihara binatang. Penelitian ini dilakukan dalam dua studi, studi yang pertama dilakukan pada kelompok petani di Flores, dan kedua pada mahasiswa di Depok. Secara umum, manipulasi jenis binatang tidak mempengaruhi intensi partisipan untuk melakukan hal tertentu pada binatang, namun jenis antropomorfisme yang lebih memiliki peran dalam tiga intensi tersebut.

Epley, Waytz, Cacioppo 2007 argued that humans tend to attribute human's trait or representation to non human animal. However, researches in anthropomorphism have not yet comprehensively explained which traits or representations that lead to specific human behavior towards animal. This research examined the effect of animal and anthropomorphism types ndash using innocent and trouble maker archetypes to participant intention's in eating, suggesting eradication, and pet an animal.Conducted in two separated studies ndash to farmers community in Flores and college students in Depok, the two studies proved that animal types hold no effect on participants intention towards specific animal, and it is anthropomorphic types which has effect on the three intentions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>