Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6726 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarti Andayani
"Photocatalytic Degradation of Pentachlorphenol in Aqueous Solution using TIO2 Supported on Titanium Metal : Evolution of Intermediet CompoundStudy on degradation of pentachlorphenol in aqueous solution by UV black light over TiO2 supported on titanium metal have been conducted. TiO2 catalyst was made from calcination of sol-gel film from titanium (IV) bis (ethyl acetoacetato)-diisopropoxide precursor at 525 °C. Characterisation of TiO2 by XRD and SEM showed that structures of crystal were anatase, and the thichness of the film was 24,7 pm. The surface of film was homogen and porous. Amount of two catalysts sheets with size 5x5 cm2, were put in batch reactor (25 x 11x 7cm3). During Irradiation the solution of PCP was homogenized with magnetic stirrer. The effects of pH were studied by irradiation of solution for 4 hours at various pH (4,5,6 and 8) using phosphat buffer. Further experiments were conducted at pH ( pH 6), and irradiation was done for 15 min, 30 min, 1 hour up to 16 hours. The determined parameters were pH, conductivity of the solution, chloride ion by ferri thiosianat method, the absorption spectrum in the UV-VIS region, PCP residue and degradation products as organic acids by mean HPLC. The existance of degradation was indicated by decreasing of pH, increasing of conductivity, and formation of chloride ion. The degradation of pentachlorphenol solely by UV light (photolysis) was observed due to dechlorination of pentachlorphenol molecules, and aromatic intermediate were remained. The 'aromatic intermediate could be further degraded in the presence of TiO2 and UVlight (photocatalysis). The measurement of degraded products by HPLC revealed that oxalic acid was detected consistenly. The complete mineralisation of PCP was observed after irradiation for 16 hours.

Telah dilakukan degradasi pentaklorfenol (PCP) dalam air oleh sinar UV black light, dengan bantuan katalis TiO2 yang diimobilisasikan pada logam titanium. Katalis TiO2 dibuat dari kalsinasi lapisan sol-gel dan prekursor titanium (IV) diisopropoksi bis asetil-asetonat pada suhu 525 °C. Karakterisasi TiO2 dengan XRD dan SEM menunjukkan, bahwa kristal TiO2 mempunyai struktur anatase, dengan ketebalan lapisan 24,7 p.m. Permukaan lapisan relatif rata, seragam dan berpori. Sebanyak 2 (dua) buah lempengan katalis TiO2 berukuran 5 x 5 cm2 diletakkan di dalam reaktor curah berukuran 25 x 11 x 7 cm3 . Selama iradiasi larutan PCP diaduk dengan batang pengaduk magnet. Untuk mempelajari pengaruh pH, maka larutan PCP diiradiasi selama 4 jam dengan variasi pH, yaitu pada pH 4, 5, 6, dan 8 menggunakan bufer fosfat. Iradiasi selanjutnya dilakukan pada pH optimum, yaitu pH 6 selama 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2, 4, 6, 8, 10, 13, dan 16 jam. Parameter yang diukur adalah pH, daya hantar listrik, konsentrasi ion klor dengan metode feri tiosianat, serapan denganspektrofotometer UV-VIS, sisa PCP dengan HPLC, dan produk-produk asam organik dengan cara HPLC. Adanya Degradasi ditunjukkan dengan terjadinya penurunan pH, kenaikan nilai daya hantar listrik dan terbentuknya klor dalam larutan. Pada larutan PCP yang diiradiasi dengan UV, degradasi terjadi karena deklorinasi dan terbentuk intermediet berupa senyawa aromatis dengan substitusi klor yang lebih rendah. Pada larutan PCP yang diiradiasi dengan UV/ TiO2, degradasi juga terjadi karena deklorinasi, namun senyawa intermediet aromatis yang terbentuk dapat didegradasi lebih lanjut menjadi asam oksalat. Mineralisasi pentaklorfenol secara sempurna terjadi setelah 16 jam iradiasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhammad Amin
"Pengaruh Temperatur Sintering dan Komposisi Bahan Baku Terhadap Sifat Karateristik Material Cordereite (2MgO.2Al2O3.5SiO2) Pasca Sarjana, 2000 Cordierite [2MgO.2A12O3.5SiO21 adalah merupakan material yang tahan temperatur tinggi sampai dengan 1365 ° C, disamping itu material tersebut memiliki termal ekspansi yang rendah yaitu ג= 2 x 10'° s/d ג = 3 x 10-° dan kekuatan mekanik yang tinggi. Penelitian dan pengembangan keramik cordierite telah dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian, diawali dengan penelitian tentang pembuatan serbuk cordierite dari berbagai macam bahan baku alam seperti Kaolin (AI2 03 2SiO 2H2O), Kuarsa (Si02), Talk (3MgO4SiO2H2O) Sian Bauxit (AI203) . Setelah dilakukan pencampuran dari bahan baku tersebut, kemudian dilakukan penganalisaan dengan DTA untuk mengetahui suhu sintering. Selanjutnya campuran tersebut dicetak dan dibakar (sintering) pada berbagai suhu. Karakterisasi yang dilakukan adalah analisa fasa dengan XRD, pengukuran sifat-sifat fisis (densitas, porositas dan water absorbsion), termal ekspansi, kekerasan Vickers serta pengukuran kekuatan patah (bending strength). Dari hasil karakterisasi beberapa sampel ternyata sampel 3 dengan komposisi Kaolin 41.99 %,Talk 36.96 %, Alumina 21.05 % dengan suhu sintering 1350 ° C mempunyai sifat fisis yang paling balk yaitu bending strength 423,255 Kg/cm2, porositas 0.5257 %,densitas 3.7049 g/cm water absorbsion 7.4145%, serta kekuatan vickers 788,46 Kgf/mm2. Dad hasil karakterisasi tersebut maka komposisi dari sampel 3 dapat dipergunakan dan memenuhi syarat untuk aplikasi sebagai refraktori, Kiln Furniture, selubung termokopel,dan sebagai bahan untuk komponen alat penyaring gas pada mobil (Exhaust gas filter/catalys gas carrier).

Cordierite [2MgO.2A1203.5SiO2] are promising refractory materials for high temperature ceramic application up to 1365 ° C. beside that these materials have a low thermal ג= 2 x 10'° s/d ג = 3 x 10-° and high mechanical strength. Research and development of cordierite ceramics have been done in some stages of researches, first is the preparation of cordierite powders with variation of nature raw materials like Kaulin (AI2 03 2SiO 2H2O), Kuarsa (Si 02), Talk (3MgO4 SiO2 H2O) and Bauxit (AIZ 03 ). After mixing of raw materials, the mixed powders were analyzed by using of DTA, then those powders were formed and fired (sintered) at various temperatures. The characterization consist phase analysis with XRD, measurement of physical properties (density, porosity, water absorpsion), thermal expansion, vickers hardness and bending strength. The physical and mechanical characterization indicated that, the sample with the composition of 41,99 % Kaolin, 36,96 % Talk, 21,05 % Alumina and sintering temperature of 1350 °C have the best physical and mechanical properties. The porosity,density,water absorbsion, bending strength, and vickers hardness are 0,5357 %,3.7049 glcm 3, 7.4145 %, 423,255 Kg/cm2, 788.46 Kgf/mm2 respectively. It is concluded that the sample have fulfiled enough to aplicable as refractories, Kiln Furniture, thermocouple tube and otomotif component (exhaust gas filter/catalys gas carrier)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Astuti
"Studi Keankaragaman Hayati Di Situs Song Keplek Punung Pegunungan Sewu, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur
Pasca Sarjana Biologi-FMIPAUI,2000
Penelitian fosil polen dan spora di Danau Wuyang Warak dan Kerta Gebang Kawasan karst Pegunungan Sewu, Jawa Timur, dilakukan pada 3 periode, yaitu : 20 - 23 Desember 1997, 26 28 April 1998, dan tanggal 7 - 8 Maret 1999. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan teknik pengeboran sampai kedalaman ± 6 m. Di setiap lokasi diambil masing-masing dua contoh tanah. Pengamatan polen dan spora menggunakan mikroskop binokuler transmisi merek Leits dengan perbesaran 1.250 kali. Determinasi dilakukan pada foto polen menggunakan buku- buku acuan ; Erdtman (1943 & 1986), Hyde & Adams (1958), Kapp (1969), Huang (1972), Moore & Webb (1978), Morley (1977), Murillo & Bless (1978) dan foto-foto koleksi laboratorium eksploitasi LEMIGAS, Jakarta serta preparat dan slide yang telah teridentifikasi.
Hasil identifikasi fosil polen dan spora mengindikasikan bahwa di daerah penelitian pernah menjadi habitat bagi tumbuhan mangrove, back mangrove, hutan rawa air tawar, hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan atas dan bawah, serta riparian.
Masyarakat di kawasan karst Kecamatan Punung Pegunungan Sewu mengupas lapisan kapur pada lahan yang datar dan setengah miring untuk dijadikan sawah dan kebun serta menanam jenis tanaman yang dianggap mempunyai nilai ekonomi tinggi tanpa mernperdulikan kemampuan medium tumbuh. Pola eksploitasi pertanian tradisional yang ada yaitu pola pertanian di Pulau Jawa yang intensif dan pola di luar Pulau Jawa dengan cara tebas bakar dan masa kosong.
Pola pertanian di kawasan karst Pegunungan Sewu berkembang akibat adanya pertambahan penduduk, pemekaran pemukiman dan daerah pertanian yang menggunakan pola bertani intensif dengan memanfaatkan daerah-daerah marginal atau hutan lindung.

Situs Song Keplek is one of the pre-historic sites which is located at Kecamatan Punung apart the Sewu mountain limestone formation right in the border of Central and East Java provinces.
The limestone formation of the Sewu mountain had undergone several physiographic transformations since the Pleistocene time or from two million years ago up to the present.
This study is intended to describe past ecosystem Situs Song Keplek based on fossilized pollens and spores escavated from the sites and present floral composition of the situs.
The research was carried (conducted) out in three different visits on December 20 - 23, 1997; April 26 - 28 1998, and March 7 - 8 1999.
The fossil samples were taken from the bottom or the sediment of Wuyang Warak lake which is still watered up until today and Kerta Gebang lake which is only seasonally watered. The study identified 53 species of 29 families of plants. In Wuyang Warak lake, it was found 29 species of angiosperms and 9 species of pteridophytes with high frequency of Monoprites annulatus (83 pollens), followed by Cyatides sp. (50 spores), Blechnum fraxineum (46 spores), Lycopodium elavatum (28 spores), Podocarpus amaurus (28 pollens), and Lycopodium microphyllum (27 spores). In Kerta Gebang lake, there were 17 species of angiosperms and 18 species of pteridophytes with high frequency of Monoprites annulatus (210 pollens), followed by Podocarpus amaurus (163 pollens), Pteris ensiformis (17 spores), Selaginella sp. (11 spores), and Mimosa sp. (10 pollens).
Sorensen similarity indeks reveals an index of 24% similarity of pollens and spores between two lakes.This figure indicates that the two locations were different in term of their floral compositions which were probably due to their different physiographic environment altitude during the past.
Approximately about 10000 years ago, the sites probably composed of the mangrove back mangrove fresh water tropical rain forest and riparian ecosystems.
The incontinuity of the vegetation pattern in the area could be related to the change of the climate as well as by the presence of human being in the environment since long time.
The findings of Wuyang Warak and Kerta Gebang lakes show a similarity with those of Julianto (1994) who conducted a research in Nampol formation, Jaten formation, and Andjarwati (2000) who conducted a research in Situs Kali Banjar and Situs Gua Tabuhan. The pollen and spore fossils found in Jaten formation concisted of 53 species and 5 families of plants, while in Jaten formation concisted of 32 species and 5 families of plants, in Situs Kali Banjar, the pollen and spore fossils were from 21 familiesof plants and in Situs Gua Tabuhan were from 16 families of plants.
Karst vegetation of the Sewu mountain is not various and mostly composed of wild bushes grows covering the slope of the hill. This is because the people replace the formely existing forest with vegetation of economic value.
Our record on the Baduy practice of agriculture, indicates that traditional wisdom contribute to the conservation of the environment as well as the variety of the local plants and forest. The slash and burn practice of agriculture does not disturb the soil surface, hence proverigation of the soil is prevented.
"
2000
T550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Gahral Adian
"Metafisika bisa dibilang merupakan disiplin filsafat yang terumit. Disiplin ini berkembang seiring dengan tumbuhnya kesadaran tentang perbedaan antara penampakan dan realitas sesungguhnya; antara opini dan pengetahuan, Disiplin ini berkembang menjadi sebuah tradisi yang kokoh dengan empat asumsi dasar: (a) dikotomi adafpenampakan (b) dikotomi adalperubahan (c) dikotomi ada/seharusnya ada dan (d) dikotomi adalpikiran. Singkatnya, tradisi metafisika selalu berpihak pada ada yang sesungguhnya berlawanan dengan penampakan yang selalu berubah dan semu sebagai fokus konsentrasi para metafisikus.
Tradisi metafisika juga disertai oleh reaksi-reaksi anti metafisika. Reaksi anti metafisika pertama muncul dari murid tercerdas Plato, Aristoteles. Aristoteles menolak metafisika Plato karena terlalu abstrak dan mengabaikan realitas kongkrit. Aristoteles menolak keberpihakan metafisika Plato pada yang universal, transendental, dan ideal menggantinya dengan keberpihakan pada yang individual, kongkret dan indrawi.
Metafisika Yunani Kuno menghasilkan suatu asumsi epistemologis yang mengklaim bahwa pengetahuan manusia mampu memahami realitas sesungguhnya (esensi) sehingga realitas secara total terpahami. Asumsi epistemologis tersebut ditentang oleh Hume yang kemudian mengajukan tesisinya bahwa pengetahuan manusia terbatas pada pengetahuan inderawi.
Kritik Hume diadopsi Kant untuk mereformasi metafisika. Metafisika di tangan Kant dirombak menjadi filsafat antropologi. Artinya metafisika tidak lagi berkutat dengan realitas sesungguhnya (das-Ding-an-sich) melainkan justru pada penelitian pada keterbatasan human faculties dalam memahami realitas sesungguhnya. Benak manusia menurut Kant tidak pasif menerima informasi dari obyek eksternal melainkan aktif memaksakan kategori-kategori-nya pada obyek sehingga menjadi terpahami. Kategori-kategori bisa diibaratkan sebagai kacamata yang selalu kita pakai mempersepsi obyek. Pertanyaan tentang realitas sesungguhnya menjadi tidak relevan lagi.
K1aim metafisika Yunani tentang realitas sesungguhnya memang telah runtuh di tangan Kant, namun hal itu belum cukup karena seperti halnya para filosof sebelumnya, Kant-pun belum bisa secara total melepaskan diri dari tradisi metafisika. Kelemahan Kant adalah ia tetap mempertahankan ego transendental yaitu ego yang terlepas dari konteks keberadaanya dan memutlakkan sudut pandangnya. Dalam hal ini sudut Pandang Kant adalah perspektif Newtonian yang memandang realitas sebagai realitas mekanis - teratur oleh hukum kausalitas. Kelemahan Kant tersebut menjadi titik tolak Heidegger untuk meruntuhkan tradisi metafisika sekali untuk selamanya. Ego transendental Kant dikongkretisasi oleh Heidegger menjadi dasein yang tak pernah berstatus transendental karena selalu berada dalam dunia eksistensial `dimana' ia `hidup', Dasein oleh Heidegger dimaksudkan sebagai kritik terhadap tradisi metafisika kehadiran yaitu metafisika yang memandang obyek sebagai ekstemal-berjarak dari subyek yang berkat status transendentalnya mampu memperoleh pemahaman total-menyeluruh tentang obyek.
Seperti halnya pemikiran filosofis lainnya, pemikiran Heidegger khususnya tentang anti metafisika tak lepas dari kelemahan. Kelemahan Heidegger tersebut terungkap dalam kritik Hannah Arendt dalam bukunya Essays in Understanding (1994) yang kemudian diperkuat oleh pemikiran Richard Rorty. Arendt dan Rorty melihat terdapatnya kecenderungan anti dunia publik dalam pemikiran sederet filosof termasuk Heidegger yang diwarisi dari Plato. Dunia publik oleh pars filosof tersebut dilihat sebagai sesuatu yang mengaburkan, menyembunyikan, dan ilusif sehingga seorang filosof dituntut mengambil jarak darinya demi kebenaran sejati. Keberadaan pemikiran Heidegger dalam tradisi anti dunia publik warisan Plato menunjukkan bahwa ia belum berhasil mengatasi secara tuntas tradisi metafisika Barat karena ia sendiri masih menganut salah satu asumsi dasarnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agnes
"Paparan debu keramik yang mengandung silika bebas di lingkungan kerja pabrik keramik Inerupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit pare akibat kerja. Untuk mencegah timbulnya penyakit pneumokoniosis perlu dilakukan upaya pemantauan secara khusus dan berkelanjutan terhadap para pekerja melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala dan pemantauan terhadap lingkungan kerja. Penelitian terhadap tenaga kerja pabrik kerami; di Cikarang dilakukan pada 66 pekerja laki-laki, dengan metode krosseksional., terdiri dari 31 orang dare bagian pembuatan badan keramik dan 35 orang dad bagian pengepakan. Penelitian lingkungan kerja dilakukan dengan mengukur kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas di bagian pembuatan badan keramik dan di bagian pengepakan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan foto toraks.
Hasil dan kesimpulan: Didapatkan prevalensi batuk kronik 4,5%, bronkitis kronik 4,5%, dahak kronik 4,5%, kelainan radiologi paru 10,6% dan restriksi 47% di pabrik tsb. Dibagian pembuatan badan keramik, kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas melebihi NAB yang ditetapkan. Tidak ditemukan hubungan antara kelainan fungsi pare dengan faktor-faktor umur, pendidikan, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan memakai alat pelindung diri. Tidak ditemukan perbedaan prevalensi batuk kronik, bronkitis kronik, restriksi dan kelainan radiologi dengan tingkat paparan.

Scope and Methodology
Exposure to ceramic dust which contains free silica in a ceramic factory is a risk factor for occupational lung diseases. To prevent pneumoconiosis, specific and continuous monitoring of the workers through periodic health examinations and work environment measuring is very important. A study on 66 by ceramic factory workers consisting of 31 men from ceramic-body preparation division and 35 men from packaging division in Cikarang using cross-sectional method has been conducted. The work environment study was done by measuring total dust contamination, respirable dust, and free silica in ceramic-body preparation division and packaging division. Data collection was done by interviews, physical examination, lung function test and X-ray examination.
Results : The prevalence of chronic cough were 4,5 %, chronic bronchitis 4,5 %, changes in lung radiologic 10,6 % and restriction 47 %. The total dust concentration, respirable dust and the free silica concentration was found to exceed the permissible limit in ceramic-body preparation division. No relation was found between lung function changes, age, education, nutrition condition, work period, smoking habits and mask users habits. No significant different in the prevalence of chronic cough, chronic-bronchitis, restriction and radiologic changes was found different level of dust exposure."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John Amos
"Kekurangan Energi dan Protein (KEP) masih merupakan salah satu masalah gizi utama pada usia balita di Indonesia. KEP ini meningkat di masa krisis ekonomi terutama pads keluarga miskin. Untuk itu pemerintah menggulirkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan bagi balita keluarga miskin agar merehabilitasi atau mengembalikan dampak dari KEP.
Program PMT-Pemulihan akan berhasil dengan baik apabila didukung persepsi tentang kurang gizi ("malnutrition") yang baik, sebab persepsi kurang gizi penting sebagai kekuatan intervensi pads balita yang menderita kurang gizi dan upaya penyebaran pesan-pesan gizi. Oleh karena itu penelitian ini memusatkan perhatian pads upaya untuk memperoleh gambaran bagaimana hubungan antara persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan dengan status gizi balita penerima PMTPemulihan tersebut.
Penelitian dilakukan pads keluarga miskin yang balitanya mendapat PMTPemulihan di Kecamatan Sungai Limau dan Kecamatan VII Koto Sungai Sarik. Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat. Disain penelitian adalah survei dengan pendekatan crossectional (studi potong lintang). Pengambilan sampel dilakukan secara multistage cluster random sampling dan sampel sebanyak 300 ibu balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi KEP total sebesar 42,2 % dar KEP nyata 12,8 %. Persepsi kurang tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan cukul tinggi yaitu 46,2 %. Ada hubungan yang bermakna antara persepsi ibu balita tentans kurang gizi dan PMT-Pemulhan dengan status gizi balitanya (p<0.05). Tetapi ibu balit: yang mempunyai persepsi kurang tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan mempunya proteksi atau memperkecil risiko terjadinya KEP pada balitanya sebesar 0,616 kal dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai persepsi balk tentang kurang gizi Faktor persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT-Pemulihan, pendidikan ibu balit, dan konsumsi energi balita secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya KEP pad; balita. Konsumsi energi balita merupakan faktor yang paling dorninan mempengarul' terjadinya KEP pada balita.
Dari basil penelitian ini disarankan agar tetap meneruskan pemberian PMT Pemulihan dengan disertai pendidikan gizi dan dibentuk kembali "Taman Gizi" yan, menyelenggarakan makanan balita yang KEP. Perlu dilakukan penyuluhan yang lebi intensif dengan melibatkan tokoh masyarakat khususnya Tungku Nan Tigo Sajaranga (ulama, tokoh adat dan cerdik pandai). Perlu penelitian lain yang lebih cocok rnisalny studi kasus kontrol dan mencari faktor-faktor penyebab rendahnya keberhasilan PMT Pemulihan.

The Relationship Between Perception of Mother Under Five Years Children about Malnutrition and Supplementary Feeding Program ("PMT-Pemulihan") with Nutritional Status in Poor Family at Padang Pariaman District, West SumatraProtein-Energy Malnutrition (PEM) is still one primer nutrition problem under five years children in Indonesia. PEM increased in economic crisis especially for poor family. The program of supplementary feeding ("PMT-Pemulihan") for under five years children in order to rehabilitate or reduce PEM impact.
Supplementary Feeding Program ("PMT-Pemulihan") could be successe if supported by perception of malnutrition and supplementary feeding program. It was very important as treatment powerful on under five years children who malnutrition and efforted to distribute nutrition massages. There fore, the research focused for efforting how to describe the relationship between mother under five years children who malnutrition and supplementary feeding program with nutritional status of under five years children who consume food supplementary.
The research have done for poor family who got supplementary feeding program at Sungai Limau subdistrict and VII Kota Sungai Sarik subdistrict, Padang Pariaman District West Sumatra. Reseach designed has survey by crossectional. Samplimg used by multi cluster random sampling and sample size were 300 mothers under five years children.
The result of research show prevalence PEM 42,2 percent and severe PEM 12,8 percent. Perception about malnutrition and supplementary feeding program for less category is 46,2 percent. A significant relationship between perception mother under five years children who malnutrition and supplementary feeding program with nutritional status of under five years children (p<0,05). The mother of under five years children who has less perception about malnutrition and supplementary feeding program could be protection of risk PEM for their under five years children as 0,616 times than the others enough category. The perception of malnutrition and supplementary feeding program, education of mother under five years children and energy consumption of under five years children are factors which could be PEM to under five years children.
The research recommended to be continuing supplementary feeding program with used nutrition education and reformed the Nutrition Demontration Plot ("Taman Gizi") which can apply under five years children food which PEM It has necessary to be done with an intensive education by involved community specially Tungku Nan Tigo Sajarangan ("Ulama, Tokoh Adat, Cerdik Pandai"). More research which another design, for example made by case control study and to have unsuccesfull factors of supplementary feeding program cause it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Zubaida Assaf
"Kabupaten DT II Lebak merupakan salah satu kabupaten yang perkembangannya paling lamban dibandingkan dengan daerah lain di Propinsi DT I Jawa Barat, dengan jumlah desa miskin terbanyak. Untuk itu, dengan melihat potensi dan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut maka Kabupaten DT II Lebak menjadi daerah yang layak mendapat pembinaan di sektor pertanian untuk pengembangan ekonomi daerah dalam Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Daerah (PPEMD).
Sejauh ini, permasalahan regional di Kabupaten DT II Lebak difokuskan kepada berfungsi tidaknya strategi komunikasi dari sistem kelembagaan yang terkait dengan perannya dalam proses difusi inovasi pertanian. Pembahasan permasalahan dibatasi pada strategi komunikasi yang akan direkomendasikan dalam manajemen komunikasi kelembagaan tersebut.
Untuk suatu studi difusi inovasi, terkadang pada kenyataannya, suatu masalah kebutuhan diagendakan dalam masalah sosial melalui proses politik Dengan demikian, tujuan studi kasus ini adalah melakukan investigasi dan mempelajari proses difusi inovasi selama proses tersebut berlangsung. Kemudian akan disusun suatu strategi komunikasi yang dapat diaplikasikan sejalan dengan difusi inovasi yang dibawa oleh PPEMD.
Penulis mencoba menjawab permasalahan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan metode pattern-matching yaitu menelusuri akar keluaran yang dalam hal itu output dan outcome. Pendekatan dengan metode ini menggambarkan profit dan peranan setiap konsep, dan dari sinilah akan dapat ditetapkan rancangan strategi yang tepat yang difokuskan pada keberhasilan program.
Hasil penelitian menunjukkan output dan outcome yang dituju tidak dicapai sesuai target. Kondisi ini dikoreksi mulai dari perumusan tujuan, input, proses, dan perumusan output dan outcome. Perancangan program komuikasi dilakukan dengan menggunakan kombinasi pendekatan immediate action dan analytical approach agar masalah dapat diatasi dengan cepat pada kondisi keterbatasan sumber daya.
Rancangan strategi komunikasi untuk program inovasi pertanian dalam penelitian ini berupa suatu kerangka strategi yang dimulai berturut-turut dari input, proses, output dan outcome. Input ditelusuri dari needs assesment masyarakat yang sesungguhnya. Proses dirancang mengacu kepada P -Process. Output dirumuskan sesuai dengan kondisi dan sistem sosial masyarakat sehingga outcome yang diharapkan oleh pemerintah daerah dapat tercapai. Rancangan itulah yang disusun sebagai rekomendasi strategi komunikasi dalam penelitian.

Communication Strategy For Program Diffusion of Inovation (Case Study : Local Poultry Development Program in LEBAK Regency).Lebak Regency is one of the regencies which has the lowest development level compared to other regencies in West Java, the regency which has a number less developed rural areas. Referring to the potential natural sources and the economic development level, Lebak is listed as one of the regency which accepts agricultural cultivated as a target regency of The Local Economic Development Program (PPEMD).
As far as the regional problem in Lebak Regency which is only focused to the function of communication strategy in the institusional innovation process. This study would be limited to the communication strategy recommended in that institutional communication strategy.
In the study of diffusion of innovation, sometimes, the problem/the needs would be listed in the social problem agenda toward the political processes. Therefore, the objective of this case study is to conduct the investigation of Obi's/on innovation process. The study would be conducted starting from the process to the target stated, it is followed by the applicable communication strategy in accordance to the diffusion innovation conducted by The PPFJvID.
The writer tries to answer the problem using the approach, called pattern-matching method. The pattern-matching method is an investigation of the output root, that are output and outcome. The approach with this method figures out the profile as well as the role of variable dimension. From the profile would be stated the appropriate strategy design which focusing to the effective program.
The research shows that the target output and outcome are not obtained as the target stated This condition would be corrected from the objective of the research, input, process, the output and outcome formulation as well. The communication design program is conducted with combining immediate action approach and analytical approach in order to solve the problem properly and in the limited resources.
Communication strategy design for agricultural innovation program in this research is the strategical framework starting from input, process, output and outcome. The Input is investigated from the real local needs assesment. The Process is designed in accordance to the P -Process. The Output is built as well as society condition and social .system. Therefore, the outcome would be the proper result of the local government. That design would be conducted the communication strategy recommended in this research.
With the research, the writer hopes the research would find the practical benefits as well as the references in communication management in the future. Practically, the design recommended would be accomplished as a basic thought for the development programs in order to full fiil Indonesian prosperity development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alian
"Strategi dan taktik Belanda untuk menguasai Indonesia yang sebelum Perang Dunia [I merupakan jajahannya yang bernama Hindia Belanda, telah mendorongnya untuk membentuk negara-negara bagian di wilayah Republik Indonesia. Negara Sumatera Selatan adalah salah satu dari negara federal yang berhasil dibentuk Belanda. Proses pembentukan Negara Sumatera Selatan (NSS) dimulai sejak Belanda berhasil memukul mundur kekuatan Republik di Palembang tanggal I Januari 1947. Setelah itu daerah ini langsung di bawah kekuasaan RECOMBA (Regerings Commissarissen Voor Bestuursaangelegenheden. Komisaris Negara Urusan Pemerintahan Sipil Belanda) dipimpin oleh Mr. H.J. Wijnmalen.
Permasalahan pokok yang akan dicari jawabannya tewat studi ini adalah pertama, mengapa ada dukungan di dalam masyarakat Palembang terhadap berdirinya Negara Sumatera Selatan ? Kedua, bagaimana proses pembentukan Negara Sumatera Setatan ? Ketiga, bagaimana sistem pemerintahannya dan keempat, fakrorfaktor apa yang menyebabkan bubarnya Negara tersebut ? Data yang digunakan terdiri dari data primer dan skunder. Data primer meliputi dokumen berupa arsiparsip baik arsip yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan. Penelitian ini juga memanfaatkan koran-koran atau majalah-majalah sejaman. Sedangkan data skunder terdiri dan buku-buku acuan yang relevan dengan topik permasalahan.
Berdirinya Negara Sumatera Selatan tidak terlepas dan dukungan kelompok masyarakat yang melihat kesempatan dalam Negara Sumatera Selatan untuk tampil menjadi pemimpin yang di dalam Republik sulit dicapai. Para pendukung itu menurut Recomba Wijnmalen terdiri clan "kelompok Raden" anggota keluarga terkemuka dari kesultanan Palembang. Tokoh-tokohnya antara lain Raden Hanan, Raden Mohammad Akip dan Raden Sulaiman. Suatu hal yang dapat diharapkan Belanda dalam mendukung politik federal adalah mentalitas kedaerahan. Mereka tidak senang terhadap pengaruh yang sangat besar dari orang-orang yang berasal dari "luar daerah " Palembang. Para pemegang pimpinan di Palembang adalah tokoh-tokoh yang berasal dari Minangkabau yaitu Dr. A.K. Gani dan Dr.M. Isa.
Penduduk Palembang yang lain mendukung Negara Sumatera Selatan adalah Abdul Malik. Ia sebenarnya bukan dari keluarga Raden tetapi orang Sekayu. Keterlibatan Abdul Malik dalam Negara Sumaatera Selatan setelah bergabung dengan badan persiapan pembentukan daerah istimewa Sumatera Selatan balm Desember 1947. Walaupun Malik bukan dari kelompok Raden, namun ia juga orang Palembang yang berhadapan dengan tokoh Republik yang menuntut Belanda didominasi oleh elemen-elemen acing. Karir Abdul Malik terns menanjak sehingga ia menempati posisi-posisi penting, menjadi ketua Dewan Penasehat sejak tanggal 6 - April 1948. Pada tanggal 17 Agustus 1948 Dewan Penasehat menyatakan keinginannya kepada pemerintah federal untuk meinbentuk Negara Sumatera Selatan, serta meminta kepada pemerintah agar Dewan Penasehat diakui. sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Negara Sumatera Selatan. Berdasarkan usul ini, maka pada tanggal 30 Agustus 1948 Negara Sumatera Selatan diresmikan dan Abdul Malik diangkat menjadi Wall Negara.
Dalam menjalankan tugas, Abdul Malik dibantu oleh kepala-kepala departemen yang bertanggung jawab kepadanya. Bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat, Wall Negara memegang kekuasaan membuat undang-undang. Namun demikian campur tangan Belanda dalam pemerintahan cukup besar. Dua dari lima departemen dipimpin oleh orang Belanda yaitu Departemen Kemalcmuran dan Departemen Kehakiman masing-masing dipimpin oleh Ir. H.A. Polderman dan Mr. F.P. Stocker. Selain itu selcretarts umurn Negara Sumatera Selatan dijabat oleh G.W. van Der Swalm dan Mr. K.E. Breslau menjadi anggota kabinet.
Wilayah negara hanya meliputi keresidenan Palembang, kira-kira seperempat dari wilayah Sumatera Selatan. Dalam bidang perekonomian Negara Sumatera Selatan mengandalkan hasil pertanian karet, minyak bumi dan batubara. Akan tetapi peadapatan negara tidak dapat memenuhi anggaran negara. Setelah memperhatikan berbagai tuntutan penduduk yang menghendaki pembubaran Negara Sumatera Selatan, maka pada tanggal 18 Maret 1950 Abdul Malik menyerahkan kekuasaan kepada komisaris RIS Dr.M. Isa. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zaim Alkhalish
"Perubahan-perubahan kebijakan dalam politik luar negeri Amerika Serikat seringkali terjadi bahkan secara mendadak, antara lain karena disebabkan oleh munculnya prioritas-prioritas kepentingan yang dipandang urgen atau mendesak.
Dalam suatu policy-making process, Amerika Serikat senantiasa memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi balk pada tingkat nasionai maupun internasional. Pada tingkat domestik, di satu pihak kecenderungan apa yang terjadi di masyarakatnya terakomodasikan melalul saluran-saluran yang sesuai, balk di pemerintah maupun lembaga-lembaga non pemerintah.
Di lain pihak, perkembangan-perkembangan di dunia internasional juga mempengaruhi formulasi kebijakan Iuar negeri Amerika Serikat. Deegan munculnya paradigma baru dalam tata hubungan internasional pasta Perang Dingin, hubungan-hubungan intemasional telah pula dipengaruhi oleh isu-isu baru yang menonjol seperti demokrafisasi, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia (low politics/non-conventional)Tidaklah mengherankan kalau kebijakan luar negeripun seringkali mengalami penyesuaian-penyesuaian (adaptive) karena dipengaruhi oleh isu-isu tersebut dalam politik luar negerinya, khususnya hak asasi manusia.
Tujuan tesis ini adalah untuk mengkaji apakah dalam kasus Timor Timur, kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Indonesia mengalami perubahan dari yang awalnya bersifat akomodatif. Metode yang digunakan adalah studi komparatif melalui pendekatan teori perubahan kebijakan.
Hasil analisis mengambarkan bahwa seiring dengan munculnya paradigma baru dalam tata hubungan internasional setelah berakhirnya Perang Dingin politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Indonesia mengenai: masalah Timor Timur berangsur-angsur mengalami perubahan. Pengaruh dari politik domestik dan politik internasional telah mempengaruhi pemerintahan untuk mengambil kebijakan yang mengarah pada kecenderungan tersebut. Melalui kebijakan HAM, Amerika mulai menilai kembali kebijakannya terhadap Indonesia mengenai masalah Timor Timur, terutama setelah semakin gencar terjadinya pelanggaran HAM di Timor Timur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Arief
"Perjanjian Camp David yang ditandatangani oleh Mesir dan Israel menyebabkan terjadinya perubahan kondisi politik di kawasan Timur Tengah. Negara-negara Arab yang tidak menyetujui perjanjian tersebut memboikot dan memutuskan hubungannya dengan Mesir. Mesir yang mengharapkan bahwa dengan perjanjian damainya dengan Israel dapat menciptakan stabilitas politik di kawasan ini melalui kesediaan Israel untuk mengembalikan wilayah-wilayah Arab yang didudukinya, sampai saat ini belum terwujud.
Permasalahan yang dihadapi oleh Mesir untuk melanjutkan proses perdamaian khususnya setelah perjanjian tersebut adalah mengembalikan kepercayaan bangsa-bangsa di kawasan yang rawan konflik ini terhadap Mesir, di samping menjalin hubungan dengan negara-negara besar Iainnya seperti Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Dengan menggunakan teori Willian D Coplin yang menyatakan bahwa politik luar negeri ditentukan oleh konteks internasional,perilaku pengambil keputusan, dampak kondisi ekonomi dan militer terhadap suatu negara dan peran politik dalam negeri dan teori dari Dale J.Hekhuis dkk yang menyatakan bahwa terdapat dua indikator menyangkut stabilitas yaitu pecahnya perang dengan daya hancur yang tinggi dan penaklukan atas orang-orang yang telah merdeka, serta pendapat dari Robert Gilpin yang menyatakan bahwa jika variabel kualitatif dalam determinan domestik berubah maka kepentingan dan kekuatan negara tersebut juga berubah, maka dengan menggunakan metode eksplanatif, penulis ingin mengetahui bagaimana peran Mesir di Timur Tengah sebagai upaya untuk mewujudkan stabilitas politik di kawasan.
Proses perdamaian yang tidak mengalami kemajuan khususnya selama tahun 1980-an, menuntut Mesir untuk lebih banyak mengarahkan politik Iuar negerinya ke negara-negara di kawasan Timur Tengah di samping tetap mempertahankan hubungan baiknya dengan Amerika. Sedangkan selama tahun 1990-an, Mesir aktif sebagai mediator dan fasilitator dengan terlibat Iangsung sebagai "Full Partner" dalam berbagai perundingan di tingkat bilateral dan multilateral. Amerika Serikat sebagai mitra Mesir masih mempunyai peran yang dominan dalam membantu kelangsungan proses perdamaian. Sementara Israel yang berkonflik dengan negara-negara Arab, kerap kali dapat mempengaruhi kebijaksanaan luar negeri AS terhadap negara-negara di Timur Tengah yang cenderung merugikan.
Oleh karena itu, agar Mesir tetap berperan dalam proses perdamaian untuk mewujudkan stabilitas politik di Timur Tengah maka Mesir harus menggali potensi (ekonomi) dalam negeri sendiri disamping dari luar negeri kecuali AS, dan tetap menjaga hubungan baiknya dengan negara-negara tetangga. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>