Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ristya Farah Mufida
"Pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi melalui jaringan perpipaan membutuhkan pendekatan optimal untuk mencapai akses air minum aman yang berkelanjutan. Masalah dalam penelitian ini adalah masih terdapat kesenjangan. Tujuan penelitian adalah peningkatan akses air minum aman yang berkelanjutan melalui rumusan rekomendasi alternatif kebijakan dengan melihat potensi pengembangan dari kajian aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Metode yang digunakan adalah gabungan (mixed method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan akses air minum aman di Kota Bogor didominasi oleh klasifikasi cukup potensial, variabel kepuasan pelayanan merupakan kriteria penting dalam akses air minum aman yang berkelanjutan, dan urutan rekomendasi alternatif kebijakan tergantung dari klasifikasi potensi pengembangan. Kesimpulan penelitian ini, diantaranya alternatif kebijakan terkait teknologi informasi dan infrastruktur menjadi hal penting dalam penyelesaian kendala pada aspek lingkungan fisik, kesiapan sistem jaringan air minum, dan kepuasan pelayanan, sedangkan alternatif kebijakan terkait sosiokultural menjadi hal penting untuk aspek kondisi sosial masyarakat dan kondisi ekonomi masyarakat.

Integrated water resource management through pipe networks requires an optimal approach to achieve sustainable access to safe drinking water. The problem with this research is that there are still gaps. The aim of the research is to increase sustainable access to safe drinking water through the formulation of alternative policy recommendations by looking at the potential for development from studies of social, economic and environmental aspects. The method used is a mixed method. The research results show that the potential for developing access to safe drinking water in Bogor City is dominated by the moderate potential classification, the service satisfaction variable is an important criterion in sustainable access to safe drinking water, and the sequence of alternative policy recommendations depends on the classification of development potential. The conclusions of this research include that policy alternatives related to information technology and infrastructure are important in resolving obstacles in aspects of the physical environment, readiness of drinking water network systems, and service satisfaction, while policy alternatives related to socio-culture are important for aspects of social conditions of society and economic conditions of society."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sani Harjono
"Dalam era globalisasi ini, perusahaan-perusahaan harus bersaing baik antara satu sama lainnya maupun dengan perusahaan bisnis kelas dunia. Untuk dapat bersaing dan bertahan hidup dalam persaingan yang keras maka perusahaan harus dapat berpacu dengan waktu, efisiensi dan produktivitas serta kemampuannya dalam mencapai standar yang baik.
Pada tesis ini akan diukur kinerja unit instalasi pengolahan air bersih dan kemudian dianalisa untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan baik berdasarkan data kinerja lingkungan dan instalasi pengolahan air bersih. Matriks obyektif digunakan sebagai perangkat untuk mempresentasikan kinerja perusahaan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa instalasi pengolahan air bersih di Perusahaan XYZ sudah berjalan dengan baik dan hasilnya telah memenuhi standar kualitas air minum, tetapi perlu dilakukan peningkatan kinerja instalasi lagi agar mencapai sasaran yang telah ditetapkan sehingga diharapkan akan memberikan kepuasan yang lebih kepada pelanggan melebihi harapannya.

In this globalization, each company will compete with the other company or with the world-class business company. Each company should optimize their time, efficiency, productivity and capability in achieving the better standard for survive in hard world competition.
The performance of water treatment plant unit will measured in this thesis then will be analyzed to improve the company performance based on environmental performance data from that unit. Objective matrix will be used as a tool for represent the company performance
The result shows that water treatment plant unit in XYZ company has been work done and produce the water quality that fulfilled the drinking water standard quality. Plant performance improvement still need to improve to achieve the company objective. This improvement is expected to give customer satisfaction more than the customer expectation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T2861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Nur Nasiruddin
"Perubahan ancaman para korban konflik sosial dari ancaman luka atau karena kekerasan, menuju ke arah ancaman kekurangan air bersih, memburuknya sanitasi lingkungan, kekurangan pangan, tidak jelasnya papan (shelter) dan minimnya pelayanan kesehatan. Ancaman tersebut adalah risiko yang sering terjadi pada masa pengungsian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan hidup pengungsi melalui persepsi dari informan yang meliputi kelompok petugas, masyarakat dan pengungsi di Kota Pontianak. Kebutuhan hidup menyangkut 4 (empat) macam yaitu air bersih dan jamban, pangan, papan dan pelayanan kesehatan. Persepsi tersebut akan mempengaruhi realita pemenuhan kebutuhan hidup pengungsi.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada 13 informan dari kelompok petugas, fokus grup diskusi dengan 10 informan anggota kelompok pengungsi dan 10 informan anggota kelompok masyarakat. Informan dari kelompok petugas adalah orang-orang yang secara langsung bertanggung jawab dalam penanganan pengungsi, baik operasional lapangan maupun pada tingkat manajemen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa realita pemenuhan kebutuhan air bersih dan jamban, masih dibawah standar minimal yang ada, untuk air bersih 20 liter per orang per hari sedangkan 1 (satu) jamban maksimal untuk 20 orang. Mengenai pangan, pengungsi di Kota Pontianak belum sepenuhnya mendapatkan bantuan pangan yang memadai, sedangkan yang menyangkut papan atau tempat tinggai, belum sesuai standar yang ada dan mengalami banyak hambatan dalam proses penanganannya. Menyangkut pelayanan kesehatan telah memenuhi standar dari Oxfam 2000; bahkan melebihi dari standar tersebut khususnya dalam hal frekwensi kunjungan petugas ke lokasi pengungsian. Situasi demikian bila tidak segera direspon dengan baik, bisa menimbulkan kecemburuan sosial yang akan memicu konflik baru, yang merupakan ancaman keselamatan bagi pengungsi.
Perbaikan fungsi-fungsi manajemen dan dengan melibatkan semua komponen (petugas, masyarakat dan pengungsi) dalam penanganan pengungsi merupakan upaya untuk menurunkan tingkat risiko yang dihadapi oleh pengungsi. Untuk itu pemberian kebutuhan hidup minimal bantuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup pengungsi diarahkan pada standar.

The Analysis of Perception of the Refugees? Necessities in Pontianak of the year 2002. The threat against the victims of social conflict has changed from physical or violence infliction to the shortage of clean/drinking water, unhealthy sanitation of the environment, lack of food stuff, improper arrangement of housing and insufficient health service. The above mentioned threats are the risks which are often found in the period of massive refuge or evacuation. The goal of this study is to measure the life needs of the refugees through the perception of informant consisting of the personnel in charge, the community and the refugees in Pontianak themselves. This life requirement involves four sorts of basic needs namely clean/drinking water, toilet, food, shelter or housing and health service. The perception influences the fulfillment of the refugees' life requirements.
This research is a case study using qualitative approach. The pertinent data is obtained through the detailed interviews of thirteen informants of those being in charge, focused discussion group, with ten group members of the refugees and ten informants of community members. The informant in charge are those who directly responsible for the handling of the refugees in field operation and in managerial levels.
The outcome of the study indicates that the actual fulfillment of clean/drinking water and toileting/privy is still in substandard level: 20 liters of water per person daily, while every toilet is used by 20 persons at the most. As for food requirement, the refugees in Pontianak, have not adequately received the needed quantity of food The housing / sheltering of the refugees is still in substandard condition and there are still some obstructions in its handling. As for health service it has been in the level of Oxfam 2000 standard, or even exceeds the stipulated standard, especially in case of visit frequency of those in charges to the site of refugees. Such condition if not immediately and properly handled, may rouse the social jealousy that encourages new conflicts which in turn may become a threat to the safety of the refugees.
The improvement of managerial functions involving all components (those in charge and holding responsibility, community and refugees) in refugees? management is an effort to minimize the risks facing against the refugees. For that reason, any help provided to fulfill the refugees? necessities is directed to the minimum standard of daily life requirements.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Rahardjo
"Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIV pasal 33 menyebutkan bahwa "bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat".
Oleh karena itu Pemerintah Pusat cq. Departemen Pekerjaan Umum melaksanakan pembangunan prasarana dan sarana penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan pengelolaan prasarana dan sarana tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II dengan membentuk Perusahaan Daerah Air Minum melalui Peraturan Daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1962.
Meskipun dapat dikatakan bahwa air minum adalah barang monopoli Pemerintah dan PDAM Denpasar tidak mempunyai perusahaan pesaing, namun karena kualitas air sumur dangkal (barang substitusi) di Denpasar cukup baik dan mudah diperoleh maka kualitas pelayanan yang prima merupakan suatu hal yang tidak dapat ditunda lagi. Sangat dikuatirkan bila kualitas pelayanan PDAM Denpasar tidak prima maka masyarakat akan kembali menggunakan air sumur.
Hasil penelitian kinerja pelayanan PDAM menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan baru mencapai 84% sedangkan persepsi dan harapan pelanggan mempunyai kesenjangan -0,63, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan PDAM Denpasar belum cukup memberikan kepuasan, tetapi minimal yang menjadi hak pelanggan telah dipenuhi oleh PDAM.
Untuk dapat lebih meningkatkan kinerja pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan perlu usaha-usaha lebih keras dari PDAM terutama meningkatkan pemahaman karyawan akan nilai-nilai budaya pelayanan, penetapan standar pelayanan dan evaluasi serta koreksi apabila dijumpai adanya penyimpangan dari standar yang ditetapkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devianty Moeshar
"ABSTRAK
Lingkungan mempunyai peran yang besar dalam menimbulkan gangguan kesehatan. Dari berbagai komponen lingkungan yang potensial menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya golongan kimia seperti logam berat kadmium dalam sumber air minum. Di DKI Jakarta masih 54 % penduduknya menggunakan air tanah dangkal sebagai sumber air minum. Dari pemantauan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta terhadap air sumur penduduk baik sumur biasa atau sumur pompa, di 12 kelurahan ,tahun 1995 tampak bahwa konsentrasi kadmium diatas baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes No.416 tahun 1990. Karena kadmium dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang indikatornya adalah konsentrasi kadmium dalam urine dan kadmium bersifat kumulatif maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian di 12 kelurahan tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional dengan sampel adalah masayarakat yang menggunakan sumber air minum yang konsentrasinya diatas baku mutu (kelompok terpajan). Sebagai kelompok pembanding diambil masyarakat yang menggunakan sumber air minum yang konsentrasinya dibawah baku mutu. Dilakukan pengambilan spesimen biologis urine baik dari kelompok terpajan maupun kelompok pembanding. Selain itu dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden rata-rata minum (dirumah) sebanyak 4 gelas (--l liter) setiap hari dan telah mengkonsumsi air tersebut rata-rata 21 tahun serta sebagian besar responder tidak mempunyai kebiasaan merokok Dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh DFG yaitu 15 µg / l maka konsentrasi kadmium dalam urine pada penelitian ini masih dibawah ambang batas.
Dari faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan konsentrasi kadmium dalam urine, hanya faktor konsentrasi kadmium dalam air (dibawah atau diatas baku mutu), banyaknya minum, jenis kelamin, dan usia, yang masing-masing secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan konsentrasi kadmium dalam urine. Sedang lamanya minum dan merokok masing-masing tidak berhubungan dengan konsentrasi kadmium dalam urine.
Jika dilihat secara bersama-sama, konsentrasi kadmium dalam air minum (dibawah atau diatas baku mutu), banyaknya minum dan jenis kelamin dapat memprediksi konsentrasi kadmium dalam urine.
Walaupun konsentrasi kadmium dalam urine masih dalam batas normal namun karena kadmium bersifat kumulatif maka penggima air tersebut tetap mempunyai risiko mendapat gangguan kesehatan. Karena itu sebaiknya jaringan air minum yang memenuhi ketentuan (PDAM) dapat menjangkau daerah ini. Selain itu perlu peningkatan kualitas petugas terutama petugas lapangan agar pemantauan lingkungan dapat terlaksana dengan baik. Disamping itu perlu diciptakan suatu sistem pemantauan kualitas lingkungan yang sederhana dan tepat guna. Penelitan lebih lanjut atau penelitian tentang insidens gangguan atau penyakit ginjal pada komunitas ini perlu dilakukan.

ABSTRACT
Cadmium Excretion In The Urine Of The Community Consuming Cadmium Exposed Drinking Water In DKI Jakarta, In 1997. Environment plays an important role in causing health problems. Among the environmental components potentially causing those problems are chemical substances, such as heavy mineral cadmium contained in consumed water resources. In Jakarta Metropolitan city, 54 % of the population still consume shallow (ground) well pump water for their daily drinking and cooking purposes. A survey by the Kantor Pengkajian Perkotaan and Lingkungan (Office for environmental surveillance and control) on the drinking water, obtained either from ground open well or pump well sources, in 12 subdistricts, in 1955, showed that cadmium concentration was above the threshold allowed in the government related regulation called Permenkes No. 416 of 1995. Since cadmium can cause renal impairments, the indicator of which is the cumulative cadmium concentration in the urine, a study to determine that possibility was conducted at those 12 subdistricts.
The study was cross sectionally designed, using those exposed people whose drinking water sources contained cadmium concentration above the allowed threshold as its sample. This was then compared to those unexposed, whose drinking water was within the allowed threshold, as the second group. The specimens studied were the urine collected from both the exposed and unexposed groups. Beside that, each respondent was asked to f I I in a related questioners and a follow-up interview was also performed, respectively.
The study showed that respondents consumed an average of four liters of water daily, and used to consume it for an average of 21 years. Most of them did not smoking. Compared to the permissible limit by DFG, that is 15 microgram/liter, the cadmium concentration detected in the sample urine were below that limit.
Statistically, cadmium concentration in urine is significantly related to concentration of cadmium in water (either below or above the standard limit), amount of water drunk, sex, and age, compared to other factors suspected of determining urine cadmium concentration. While duration of consuming drinking water and smoking was not related to cadmium concentration in urine, respectively. In other word, the cadmium concentration in drinking water (either below or above the standard limit), the amount of drinking water consumed, and sex, will predict the cadmium concentration in the urine.
Nevertheless, given that cadmium can cause a cumulative effect to the human body, those people consuming such drinking water still confront possible health risk, even the concentration of cadmium contained in the drinking water they consumed is still within normal range, as the study showed. One best way to reduce such possible risk, is the availability of good water supply by PDAM. In addition, an improvement of the system and technology, as well the skill and knowledge of the related personnel in environmental surveillance and control, especially regarding drinking water, is a deemed necessity.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Sugeng Hartono
"ABSTRAK
Penelitian di Kabupaten D.T.II Tangerang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karies gigi sulung anak prasekolah dengan kadar fluor dalam air minum pada daerah tersebut. Subjek penelitian terdiri dari anak prasekolah yang berusia 2-5 tahun sejumlah 341 anak dan air sumur yang dipergunakan sebagai air minum utama. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan indeks plak rata-rata 2.34, 80.6% anak mengalami karies dengan def-t rata-rata 5.60, def-s rata-rata 12.47. Radar fluor dalam air minuet rata-rata 0.38 ppm. Dengan analisa regresi linier terbukti ada hubungan tidak bermakna antara kadar fluor air minuet dengan karies gigi sulung dengan r = - 0.04 ( p > 0.05 ).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulazmi Mamdy
"KATA PENGANTAR
Teknologi memainkan peranan yang tidak kecil dalam kehidupan manusia. Semakin maju suatu rnasyarakat, semakin beragam jenis dan semakin tinggi dan kompleks tingkat teknologi yang digunakan, sehingga teknologi dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur - di antara sekian banyak tolok ukur lainnya - tingkat kemajuan masyarakat. Bahkan seorang nenek, penulis dan antropolog kenamaan, Margareth Mead, lebih suka menggunakan istilah "technologized" daripada "modernized" untuk kegiatan-kegiatan memajukan masyarakat.
Kecuali untuk (1) memungkinkan sesuatu diproduksi/dicapai, (2) menaikkan tingkat produksi, manfaat teknologi yang lain adalah meningkatkan eftsiensi. Berangkat dari segi efrsiensi ini, dalam beberapa dasawarsa terakhir muncul gagasan dan upaya besar-besaran untuk mengembangkan "teknologi tepat guna, "yang untuk keperluan pedesaan dikenal sehagai "teknologi tepat guna pedesaan" atau "teknologi pedesaan."
Proyek Pedesaan Universitas Indonesia yang dibentuk pada tahun 1975, telah mengajak dan memberi kesempatan kepada staf pengajar dan mahasiswa Universitas Indonesia untuk ikut serta dalam pengembangan teknologi pedesaan ini. Pengalarnan selama empet tahun menunjukkan bahwa perhatian dan partisipasi di bidang ini mash kecil dibanding partisipasi di bidang social dan kesehatan. Karena itulah, Seminar Teknologi Pedesaan yang diadakan pada tenggal 29 September 1981, terutama bertujuan untuk menggalakkan partisipasi staf pengafar, peneliti dan mahasiswa di lingkungan Universitas Indonesia dalam makalah masalah teknologi pedesaan, serta mencoba mengidentifikasi pennasalahan yang berkenaan dengan teknologi ini.
Tidak berbeda dengan pengertian teknologi secara umum, teknologi pedesaan tidak terbatas pada perangkat-perangkat berwujud nyata atau lazim disebut "hard ware" melainkan mencakup pula perangkat yang dikenal sebagal "system" dan 'method "Di dalam seminar sehari ini, disesuaikan dengan waktu yang terbatas, telah disajikan dan dibahas berbagai perangkat teknologi tersebut, khususnya yang mungkin dikernbangkan di deerah kerja Proyek Pedesaan Universitas Indonesia. Disamping itu, setidak-tidaknya sebuah makalah mencoba menyoroti dampak yang mungkin timbul dari upaya pengembangan teknologi
Untuk memudahkan pembahasan, seminar dibagi dalam empat persidangan. Persidangan pertama, ditnaksudkan untuk memperoleh gambaran dari tata kerja dan modal pengembangan teknologi yang telah dilakukan oleh Proyek Pedesaan U.I, melalui fakultas - fakultas. Dalam persidangan ini disajikan due makalah, masing-masing oleh FIPIA dan FTUI.
Di dalam persidangan kedua - tentang pengembangan desa - hanya disajikan satu makalah. Namun makalah ini membahas secara has upaya dan model dasar pengembangan desa lengkap dengan studi tentang sumberdaya yang ada, disertai pula satu studi kasus tentang teknologi pembuangan air kotor tepat guna untuk pedesaan. Pada persidangan ketiga - tentang penyediaan air bersih untuk pedesaan, dibahas tiga makalah; dua tentang teknologi penyediaan air bersih dan satu tentang dampak dari penyediaan air bersih di bidang kesehatan. Dan terakhir pada persidangan keempat disajikan tiga makalah yang mencoba mendiskusikan sumberdaya-sumberdaya yang ada dan dapat ditingkatkan pemanfaatannya."
Depok: Universitas Indonesia, 1981
UI 378.398 Uni k
Prosiding - Seminar  Universitas Indonesia Library
cover
Aidilfit Chatim
"Sungai Ciliwung selain berperan dalam urat nadi perdagangan dan pintu pertahanan kota Jakarta, juga berperan sebagai sumber air minum bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai Ciliwung. Pada saat ini keadaan sungai tersebut masih cenderung demikian, dimana penduduk yang berada di kelurahan Manggarai masih menggunakan air sungai Ciliwung sebagai sumber kehidupan. Selama periode tahun 1983 sampai 1986 sungai Ciliwung dikatakan telah tercemar berat akibat buangan limbah .domestik, pabrik dan pencernaran oleh industri kecilsepanjang tepi sungai.. Begitu juga sumur-sumur sepanjang tepi sungai terutama yang berjarak 1-5 meter dari jamban. Secara fisik air sumur ini dapat memenuhi persyaratan, dari segi untuk bakteriologinya telah tercemar 100% oleh bakteri golongan coli.
Menghadapi masalah tersebut perlu diusahakan suatu teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air menjadi air bersih, terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai.
Salah satu alternatif penjernihan yang dapat menghasilkan air bersih yaitu dengan penggunaan campuran obat kimia. Cara ini dapat dilakukan baik perorangan ataupun secara bersama-sama dalam waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan air bersih. Formula kimia tersebut terdiri dari tawas untuk koagulasi, soda untuk mengatur pH, kaporit untuk mernbunuh kuman di tambah dengan kaolin atau tanah infusoria yang dapat mempercepat pengendapan partikel-partikel untuk menjadikannya air bersih.
Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu eksperimen yang menggunakan campuran tersebut diatas untuk mendapatkan air bersih dari sumber air sungai Ciliwung dan air sumur sepanjang sungai di kelurahan Manggarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian formula kimia kaolin dosis 125 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria dosis 125 mg/1 sangat baik untuk menurunkan kadar zat organik terlarut dalam air sungai Ciliwung dan air surnur, tetapi perlakuan ini kurang baik untuk membunuh mikroorganisme. Pemberian formula kimia kaolin dosis 250 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria. 250 mg/1 tidak begitu baik untuk menurunkan kandungan zat organic terlarut, akan tetapi untuk menghilangkan mikroorgani.sme sangat efektif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T 1180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrike Wahyuni Saputri
"Air merupakan salah satu kebutuhan utama dalam menunjang kehidupan manusia. Kebutuhan terhadap air minum terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitasnya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Tangerang secara umum, maka kebutuhan akan air minum juga akan terus meningkat. Dan usia instalasi yang sudah tua (28 tahun) serta belum pernah dilakukan evaluasi dan perbaikan. Untuk itu, diperlukan evaluasi dan optimalisasi kinerja dari instalasi. Kinerja instalasi pengolahan air diketahui melalui evaluasi dengan meninjau kualitas dan kuantitas air baku yang digunakan, kualitas air produksi yang dihasilkan, dan kapasitas pengolahan instalasi (IPA) Babakan. Dari hasil evaluasi dapat dilakukan optimalisasi kinerja instalasi untuk mengetahui efektifitas pengolahan dari instalasi. Metode penelitian yang akan dilakukan adalah observasi secara langsung ke IPA Babakan. Hasil dari evaluasi instalasi eksisting dengan debit 80 L/dtk adalah dapat mengolah air baku sehingga menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu. Namun terdapat beberapa masalah pada beberapa unit pengolahan yang sebaiknya diperbaiki guna meningkatkan kinerja instalasi.

Water is one of the major needs in supporting human life. The need for drinking water continues to increase along with the increasing of population and its activities. As the increasing number of population in Tangerang city in general, the demand for drinking water will also continue to increase. The installation was old (28 years) and has never been evaluated and repaired before. That is why, it needs an evaluation and performance optimization of the installation. The Performance of water treatment plant can be known through the evaluation by reviewing the quality and quantity of raw water used, quality of water production, and installation of processing capacity (IPA) Babakan. From the results of the evaluation we can do an optimizing the performance of the installation to determine the effectiveness of the installation process. The research method is done by direct observation on the IPA Babakan. The results of the evaluation of existing installations with the discharge 80 L / sec are able to treat raw water to produce drinking water that meets quality standards. But there are some problems in several processing units that should be improved to enhance the performance of the installation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia Insani
"Indonesia, sebagai negara kepulauan, sangat bergantung pada sumber daya air permukaan dan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, perubahan iklim global yang semakin ekstrem, seperti kenaikan muka air laut dan perubahan pola curah hujan, mengakibatkan peningkatan risiko bencana iklim, mengancam kualitas dan kuantitas pasokan air, terutama di daerah perdesaan yang masih minim akses air bersih. Pemerintah, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menginisiasi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap air minum dan sanitasi. Selain akibat risiko iklim, ada kekhawatiran mengenai ketidaksetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) dalam pengelolaan PAMSIMAS. Kelompok-kelompok marjinal harusnya terlibat aktif dalam program ini agar keberlanjutan PAMSIMAS dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan menggunakan perangkat yang dikembangkan dari kerangka ketahanan iklim milik BAPPENAS untuk program penyediaan air minum. Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat ketahanan PAMSIMAS terkait ketahanan iklim dan GEDSI, serta untuk mengidentifikasi peluang peningkatan ketahanan PAMSIMAS, khususnya di Kota Dumai yang termasuk ke dalam salah satu daerah prioritas bencana iklim menurut BAPPENAS. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa PAMSIMAS di Dumai memiliki kinerja yang bervariasi dalam menghadapi tantangan iklim. Meskipun mampu menilai risiko dengan baik, masih terdapat ketidakselarasan dengan inisiatif iklim dan bencana serta keterbatasan dalam akses terhadap teknologi dan SDM yang ahli terkait iklim. Selain itu, peran perempuan dalam PAMSIMAS masih terbatas hanya dalam tugas terkait administrasi, dan tidak diikutsertakan dalam rapat pengambilan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan PAMSIMAS dan Kota Dumai terhadap perubahan iklim dan pengarusutamaan GEDSI, meliputi peningkatan koordinasi dengan lembaga terkait, pengembangan kebijakan yang inklusif, peningkatan akses terhadap dana responsif, dan pelibatan aktif kelompok marjinal dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Hal ini bisa dimaksimalkan dengan melakukan pemantauan dan evaluasi berbasis ketahanan iklim dan GEDSI menggunakan RWS-MAT.

Indonesia, as an archipelagic nation, heavily relies on surface water and groundwater resources to meet daily needs. However, the increasingly extreme global climate change, such as rising sea levels and shifting rainfall patterns, heightens the risk of climate disasters, threatening water quality and quantity, particularly in rural areas with limited access to clean water. The government, through the Ministry of Public Works and People's Housing (PUPR), initiated the PAMSIMAS program to enhance rural access to drinking water and sanitation. Gender inequality, disabilities, and social inclusion (GEDSI) concerns in PAMSIMAS management highlight the need for active participation of marginalized groups to ensure program sustainability. This research, utilizing tools from BAPPENAS' climate resilience framework for water supply programs, aims to analyze PAMSIMAS resilience concerning climate and GEDSI, identifying opportunities for improvement, especially in Dumai City, a priority area for climate disasters according to BAPPENAS. Findings reveal varied performance of PAMSIMAS in Dumai in facing climate challenges. While capable of risk assessment, there's inconsistency with climate initiatives and limited access to climate-related technology and expertise. Additionally, the role of women in PAMSIMAS is limited to administrative tasks and is not included in decision-making. Therefore, strategic steps are needed to enhance PAMSIMAS and Dumai City's resilience to climate change and mainstreaming of GEDSI, including improved coordination with relevant agencies, development of inclusive policies, increased access to responsive funding, and active involvement of marginalized groups in program implementation. This can be maximized by conducting climate resilience and GEDSI-based monitoring and evaluation using RWS-MAT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>