Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Apul Robyatno
"Masalah sampah merupakan masalah yang terjadi hampir di setiap belahan dunia. Pertumbuhan penduduk yang cenderung terus bertambah, pola konsumsi dan budaya masyarakat menjadi faktor penyebab produksi sampah terus meningkat. Masalah yang muncul dari masalah sampah adalah gas rumah kaca (GRK). Sampah menghasilkan GRK seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oxide (N2O) yang dapat memicu pemanasan global. Berdasarkan dokumen Indonesia Nationally Determined Contribution (NDC), emisi GRK Indonesia pada tahun 2010 sebesar 1.334 MTon CO2eq dengan sektor sampah atau waste berada pada posisi keempat dengan 88 MTon CO2eq (6,59%) dari total emisi GRK di Indonesia. Kota Bogor yang belum memiliki data emisi GRK dari sektor persampahan, membutuhkan data tersebut sebagai acuan dalam menentukan pengelolaan sampah yang baik di Kota Bogor. Penelitian ini akan fokus pada perhitungan emisi GRK dan pembuatan skenario yang mengacu pada rencana pembangunan wilayah dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik kota Bogor. Skenario pertama menggunakan teknologi digester anaerobik di TPA sebagai unit pengolahan utama dan skenario kedua berfokus pada pengurangan sampah dari sumber dengan kegiatan pengomposan mandiri dan penggunaan teknologi pengomposan dan kegiatan 3R di TPA. Dari fokus penelitian ini, emisi GRK Kota Bogor tahun 2019 sebesar 0,1308 ton CO2/kapita/tahun untuk skenario eksisting, -0,0028 ton CO2/kapita/tahun untuk skenario pertama, dan -0,0060 ton CO2/kapita/tahun untuk skenario skenario kedua. Dengan demikian, skenario kedua direkomendasikan untuk menjadi sistem pengelolaan sampah terpadu di Kota Bogor dengan kegiatan penanganan sampah pada sumbernya yang dapat mengurangi jumlah sampah secara signifikan.

The waste problem is a problem that occurs in almost every part of the world. Population growth that tends to continue to grow, consumption patterns and community culture are factors that cause waste production to continue to increase. The problem that arises from the waste problem is greenhouse gases (GHG). Garbage produces GHGs such as carbon dioxide (CO2), methane (CH4), and nitrous oxide (N2O) which can trigger global warming. Based on the Indonesia Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia's GHG emissions in 2010 were 1,334 MTon CO2eq with the waste sector being in fourth position with 88 MTon CO2eq (6.59%) of the total GHG emissions in Indonesia. Bogor City, which does not yet have data on GHG emissions from the waste sector, needs this data as a reference in determining good waste management in Bogor City. This research will focus on calculating GHG emissions and making scenarios that refer to regional development plans by taking into account the conditions and characteristics of the city of Bogor. The first scenario uses anaerobic digester technology in the landfill as the main treatment unit and the second scenario focuses on reducing waste from the source with independent composting activities and the use of composting technology and 3R activities at the landfill. From the focus of this study, Bogor City's GHG emissions in 2019 were 0.1308 tons CO2/capita/year for the existing scenario, -0.0028 tons CO2/capita/year for the first scenario, and -0.0060 tons CO2/capita/year. for the second scenario. Thus, the second scenario is recommended to become an integrated waste management system in Bogor City with waste management activities at the source that can significantly reduce the amount of waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trivia Anggita
"Implementasi aplikasi teknologi 5G yang saat ini mulai digunakan masih memerlukan pengkajian untuk dapat memastikan performa yang dihasilkan. Mengingat banyaknya pengguna aplikasi pada area perkantoran, karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa dari aplikasi teknologi 5G di luar ke dalam ruangan (outdoor to indoor) pada area perkantoran dengan menggunakan frekuensi 26 GHz, dengan bandwidth 100 MHz, dan konfigurasi antenna 2 x 2 MIMO ULA (Uniform Linear Array). Penelitian dilakukan melalui simulasi dengan menggunakan tiga skenario terhadap rugi-rugi penetrasi yang terjadi karena penggunaan material gedung dan variasi jarak transmitter dan receiver. Tiga skenario yang diatur dalam penelitian ini diantaranya adalah tanpa adanya rugi-rugi penetrasi, dengan rugi-rugi penetrasi menggunakan material kaca standar dan dengan rugi-rugi penetrasi menggunakan material kaca infrared reflecting (IRR). Jarak yang divariasikan antara lain 50 m, 100 m, 300 m, 500 m, dan 1 km. Dari hasil perhitungan dan simulasi, jarak terjauh yang dapat digunakan untuk aplikasi teknologi 5G adalah 738.02 meter pada skenario dengan rugi-rugi penetrasi menggunakan material kaca standar dengan modulasi QPSK pada kondisi line of sight (LOS). Sementara itu, jarak minimum yang dapat digunakan adalah 57.16 meter pada skenario dengan rugi-rugi penetrasi menggunakan material kaca IRR dengan modulasi QPSK pada kondisi non line of sight (NLOS). Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi perencana jaringan ketika akan membuat jaringan pada area outdoor to indoor di gedung perkantoran dengan menggunakan material kaca.

Implementation of the 5G technology application currently use still requires assessment to ensure the network performance. Considering the number of application users in the office area, this study was conducted to find out the performance of outdoor to indoor 5G technology applications in office areas using 26 GHz frequency, with a bandwidth of 100 MHz, and 2 x 2 antenna configuration MIMO ULA (Uniform Linear Array). The study was conducted through a simulation using three scenarios of penetration losses that occur due to the use of building materials and variations in the distance of transmitter and receiver. Three scenarios arranged in this study include no penetration losses, with penetration losses using standard glass material and with penetration losses using infrared reflecting (IRR) glass material. The varied distances include 50 m, 100 m, 300 m, 500 m, and 1 km. From the results of calculations and simulations, the farthest distance that can be used for 5G technology applications is 738.02 meters in scenarios with penetration losses using standard glass material with QPSK modulation when line of sight (LOS) conditions. Meanwhile, the minimum distance that can be used is 57.16 meters in scenarios with penetration losses using glass IRR material with QPSK modulation at non line of sight (NLOS) conditions. The results of this research are expected to become a reference for network planners when they are going to make networks in outdoor to indoor areas in office buildings using glass material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Kegiatan minyak dan gas bumi telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan, satu diantaranya adalah kontribusi terhadap perubahan iklim melalui pembakaran sisa gas bumi yang dilakukan di flare stack dan menimbulkan gas rumah kaca (GRK) yang dianggap penyumbang terbesar pemanasan global. Data Ditjen Migas menunjukkan bahwa total gas bumi Indonesia yang dibakar di flare stack pada tahun 2009 adalah sebesar 364 MMSCFD (Million Million Standard Cubic Feet per Day).
Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2025, dengan 6% diantaranya merupakan kontribusi dari sektor energi. Pemanfaatan gas suar bakar (flare gas) dari Lapangan Migas Pertamina EP Field Tambun yang memiliki gas suar sebesar ±11,22 MMSCFD, menjadi sumber energi bagi jaringan gas rumah tangga masyarakat Desa Buni Bakti, diharapkan mampu berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK.
Dikarenakan volume gas suar yang relatif kecil dari tiap-tiap sumur, komposisi gas yang memiliki unsur impurities, lokasi yang menyebar serta jauh dari infrastruktur pipa transmisi atau distribusi, menyebabkan tingginya biaya pemrosesan gas tersebut, sehingga tidak ekonomis untuk dimanfaatkan oleh investor. Diperlukan kebijakan pemerintah untuk memanfaatkan gas suar bagi keperluan jaringan gas rumah tangga.
Analisis aspek teknis dan ekonomis pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga akan dilakukan dalam studi ini, sebagai masukan bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pemanfaatan gas suar bagi keperluan jaringan gas rumah tangga, serta sebagai satu cara memenuhi komitmen Negara Indonesia untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26 % hingga tahun 2025.

Oil and gas activities have an impact on the environment, one of which is contributing to climate change through the burning of residual gas in the flare stack and do cause greenhouse gas (GHG) that are considered the biggest contributor to global warming. Directorate General of Oil and Gas data show that Indonesia's total natural gas burned in the flare stack in the year 2009 amounted to 364 MMSCFD (Million Million Standard Cubic Feet per Day). Indonesia has committed to reduce GHG emissions by 26% in 2025, with 6% of which is contributed from the energy sector.
Utilization of fuel gas flare (flare gas) from Gas Field Pertamina EP Field Tambun who have gas flare at ± 11,22 MMSCFD untapped, a source of energy for domestic gas network Buni Bakti village society, is expected to contribute to the reduction of GHG emissions. Due to the volume of a relatively small flare gas from each well, the composition of gas that has an element impurities, which spread and distant location of transmission or distribution pipeline infrastructure, resulting in high costs of processing the gas, so it is not economical to be used by investors.
Government policy is needed to take advantage of flare gas for household purposes gas network. Analysis of technical and economical aspects of networking infrastructure for domestic gas will be done in this study, as an input for the government to issue a flare gas utilization policy for the purposes of domestic gas network, as well as a way to meet the State of Indonesia's commitment to reduce GHG emissions by 26 % until 2025."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28337
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Akib
"SIK modifikasi resin dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH kritis rongga mulut 5,5 yang dapat dicegah dengan pemberian ion kalsium dan fosfat. Ion tersebut bersumber dari CPP ACP. Pengaplikasian CPP ACP pada SIK modifikasi resin diketahui mampu mencegah terjadinya penurunan kekerasan permukaan SIK modifikasi resin. Saat ini telah ada penggabungan propolis pada CPP ACP yang bertujuan untuk meningkatkan sifat antibakteri tetapi diketahui penambahan propolis mengurangi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari CPP ACP sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya dalam melindungi SIK modifikasi resin dari penurunan kekerasan permukaan. Namun belum diketahui efek pengaplikasian CPP ACP yang ditambahkan propolis terhadap kekerasan permukaan SIK modifikasi resin.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh aplikasi pasta CPP ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan semen ionomer kaca modifikasi resin.
Metode: Tiga puluh spesimen semen ionomer kaca modifikasi resin berbentuk silinder berukuran 6 x 3 mm, di polimerisasi menggunakan LED curing unit irradiansi 700 mW/cm2, selama 20 detik kemudian disimpan selama 1 hari kering dalam inkubator. Spesimen diuji kekerasan awalnnya dengan Knoop Hardness Tester (50 g selama 15 detik) dengan penjejasan 5 kali di 5 lokasi permukaan yang berbeda kemudian diambil nilai rata-ratanya untuk mempresentasikan permukaan spesimen. Spesimen dibagi menjadi tiga kelompok yaitu spesimen tanpa dan dengan pengolesan CPP ACP yang didiamkan 30 menit dan dengan pengolesan CPP ACP propolis yang didiamkan 30 menit. Seluruh spesimen direndam dalam larutan asam laktat pH 5,5 selama 24 jam dan diuji nilai kekerasan permukaan akhirnya. Data dianalisis menunggunakan uji statistik Kruskal Wallis dan uji Post Hoc Mann Whittney.
Hasil: hasil menunjukkan bahwa kekerasan awal seluruh spesimen adalah 30,68, 0,03 dan setelah diberi perlakuan kelompok A menjadi 24,96, 0,07, kelompok B menjadi 27,9, 0,01 dan kelompok C menjadi 26.5, 0,03. Pengaplikasian CPP ACP propolis pada SIK modifikasi resin menyebabkan penurunan kekerasan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan yang hanya diaplikasikan CPP ACP.

The surface hardness of Resin modified glass ionomer cement can be decrease at the critical pH of the oral cavity 5.5 which can be prevented by giving calcium and phosphate ions. These ions can be sourced from CPP ACP. Aplication CPP ACP is known to be able to prevent a decrease in the surface hardness of resin modified glass ionomer cement. Now there has been the addition of propolis to CPP ACP which functions as an antibacterial but it is known the further addition of propolis reduces ion calcium and phosphate release from CPP ACP which influences its capability in protecting RMGIC from further reduction of surface hardnes. However, the effect of CPP ACP application that added propolis is not yet known on resin modified glass ionomer cement.
Objective: this study aims to compare the effect of CPP ACP paste application with it and without a combination of propolis against the surface hardness of glass ionomer cement modified resin.
Methods: thirty specimens of Resin Modified Glass Ionomer Cement in cylindrical shape (6 x 3 mm), 1 day dray storage in the incubator and the specimen are polymerized for 20 seconds using a 700 mW/cm irradiance LED curing unit. The initial specimens were tested for hardness with Knoop Hardness Tester (50 g for 15 seconds) with 5 times of crushing in 5 different surface locations then the average value was taken to present the specimen surface. The specimens were divided into three groups: without CPP ACP application, CPP ACP and CPP ACP Propolis application which were allowed to stand for 30 minutes. All specimens were immersed in lactic acid pH 5.5 for 24 hours and tested for final surface hardness values. Data obtained analyzed using Kruskal Wallis dan Mann Whittney.
Results: the test showed that the initial hardness of all specimens were 30,68, 0,03 and after treatment group A becomes 24,96, 0,07, group B becomes 27,9, 0,01 and group C becomes 26.5, 0,03. There was a decrease surface hardness of the resin modified glass ionomer cement before and after immersion at all groups. The initial hardness of all specimens were 30,68, 0,03 and after treatment group A becomes 24,96, 0,07, group B becomes 27,9, 0,01 and group C becomes 26.5, 0,03. The application of CPP ACP propolis to RMGIC caused.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesica Uli Giovani
"Semen Ionomer Kaca (SIK) konvensional dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH 5,5 sehingga membutuhkan pemberian ion kalsium dan fosfat yang dapat ditemukan pada CPP-ACP untuk mencegah penurunan kekerasan. Penelitian terhadap CPP-ACP tengah dilakukan dengan penambahan propolis yang ditujukan untuk menambah sifat antimikroba. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa penambahan propolis pada CPP-ACP menyebabkan ion kalsium dan fosfat yang dilepaskan berkurang sehingga mungkin memengaruhi kemampuannya dalam mencegah penurunan kekerasan SIK konvensional. Namun belum diketahui efek CPP-ACP apabila ditambahkan propolis pada SIK konvensional.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh CPP-ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan SIK konvensional.
Metode: Tiga puluh spesimen SIK konvensional berbentuk silinder dengan diameter 6mm dan tebal 3 mm dibuat dan diletakkan dalam inkubator selama 24 jam. Spesimen lalu dilakukan pengujian kekerasan awal menggunakan Vickers Micro Hardness Tester dengan indenter Knoop, setiap spesimen diberikan indentasi dengan beban 50 g selama 15 detik sebanyak 5 kali diposisi berbeda pada permukaan dan diambil rata-rata untuk merepresentasikan seluruh permukaannya. Spesimen kemudian dibagi menjadi tiga kelompok (masing-masing 10 spesimen), yaitu yang tanpa diaplikasikan CPP-ACP, yang diaplikasikan CPP-ACP, dan yang diaplikasikan CPP-ACP propolis. Spesimen yang diaplikasikan CPP-ACP atau CPP-ACP propolis didiamkan selama 30 menit di dalam inkubator. Spesimen kemudian direndam dalam asam laktat pH 5,5 selama 24 jam lalu diuji kekerasan akhirnya.
Hasil: Kekerasan awal didapat sebesar 74,51±1,82KHNdan setelah perendaman pada kelompok tanpa diaplikasikan CPP-ACP menjadi 40,82±0,71KHN, kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP menjadi 57,94±1,40KHN dan kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP propolis menjadi 52,01±1,23KHN. Terdapat penurunan bermakna (p<0,05) antara kekerasan sebelum dan setelah perendaman di semua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kekerasan antar kelompok dengan uji One-way ANOVA dan post hoc Tamhane.
Kesimpulan: Pengaplikasian CPP-ACP dengan kombinasi propolis pada SIK konvensional menyebabkan penurunan kekerasan permukaan lebih besar dibandingkan dengan yang hanya CPP-ACP.

Conventional glass ionomer cement (GIC) can be decreased in surface hardness at critical pH (5,5) so calcium and phosphate ions, which can be found in CPP-ACP, are needed to prevent it. Research about CPP-ACP were being developed by adding propolis to increase antimicrobial properties. However, study before stated that the addition of propolis into CPP-ACP could be decreasing ions release so probably decreasing its ability to prevent conventional GICs surface hardness reduction. But the effect of CPP-ACP if were added with propolis toward conventional GIC not yet known.
Aims: This study aims to compare the effect of CPP-ACP with and without propolis on conventional GICs surface hardness.
Methods: Thirty specimens of conventional GIC, 6mm in diameter and 3 mm in thick were prepared and saved in incubator for 24 hours. Specimens initial surface hardness were measured by Vickers Micro Hardness Tester with Knoop indenter. Each specimen was indented using 50 g weigh in 15 seconds for five times on different spot to represent all the surface hardness of the specimen and the mean value was calculated. Specimens then divided into three groups (each group contain 10 specimens), which were without CPP-ACP, applicated with CPP-ACP and applicated with CPP-ACP propolis. CPP-ACP or CPP-ACP propolis were applicated to conventional GIC and kept for 30 minutes in incubator. After that, specimens were immersed in lactic acid pH 5,5 for 24 hours and the final surface hardness were tested. The surface hardness values then were analyzed using One Way Anova and Post Hoc Tamhane test.
Result: Initial surface hardness value was 74,51±1,82KHN, and decreased after immersion. The final surface hardness value become 40,82±0, 71KHN on without CPP-ACP group, 57,94±1, 40KHN on with CPP-ACP group, and 52,01±1, 23KHN on with CPP-ACP propolis group. There were statistically significant (p<0.05) in specimens hardness reduction between before and after immersion in all groups and in hardness differences between groups after immersion.
Conclusion: Application of CPP-ACP combined with propolis on conventional GIC caused greater surface hardness reduction compared to CPP-ACP without propolis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wijiati
"ABSTRAK
Botol merupakan salah satu benda wadah yang termasuk dalam sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia, biasanya digunakan sebagai wadah minuman keras dan merupakan barang yang dibawa oleh orang asing. Botol-botol kaca ini banyak ditemukan di beberapa situs di Indonesia, salah satu di antaranya situs Banten Lama.
Penelitian mengenai botol kaca belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu penelitian botol kaca koleksi Museum Situs Banten Lama masih bersifat pendahuluan. Ternyata dari 1353 fragmen botol yang dijadi kan percontoh, memiliki beragam bentuk, warna dan ukuran. Keragaman tersebut merupakan masalah utama yang dibahas. Caranya dengan menggunakan klasifikasi taksonomi, yaitu suatu k1asifikasi yang memusatkan perhatiannya pada sejumlah atribut, dan atribut-atribut tersebut digunakan sebagai indikator dal am pembentukan tipe. Usaha untuk mengetahui bentuk-bentuk botol dari setiap fragmen dibantu dengan melakukan perbandingan dengan sumber-sumber tertulis.
Cara yang sama diterapkan pu1a dalam menjawab masalah kronologi botol dan asal daerah buat, walaupun pada pokoknya asal daerah buat ditelusuri melalui ciri_ciri tertentu yang terdapat pada bagian botol.
Masalah lain yang dibahas ada1ah berkenaan dengan persebaran dan fungsi botol di situs Banten Lama. Penyelesaian masalah ini dengan menggunakan data kepustakaan dan untuk masalah persebaran botol ditunjang pula dengan metode wawancara.
Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa di situs Banten Lama terdapat 35 tipe botol kaca berasal dari abad 17, 12 dan 19, dan rnerupakan buatan negara Belanda, Inggris dan Perancis. Persebaran di situs Banten Lama meliputi klaster-klaster SRW, SPW, PCN, SKD (PJT dan KPD), PJN, PBN, PMR, KLR, KWS, PJR, KRA dan CRN (?). Sedangkan fungsinya sebagai barang perdagangan dan barang upeti selain sebagai barang kebutuhan pribadi orang asing.
Sekaligus dari hasil penelitian ini diketahui bahwa artefak botol dapat dipergunakan sebagai salah satu data untuk menunjang penjelasan tentang karakteristik (perwatakan) kluster-kluster di situs Banten Lama.

"
1990
S11881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dibangun sebuah sistem kendali PID (proposional integral derivative) sebagai
pengontrol kelembaban berbasis PC yang dapat diaplikasikan pada suatu rumah kaca.
Sistem kendali PID dipilih karena merupakan jenis pengendali yang mudah untuk
diimplementasikan kedalam bahasa pemograman, tetapi dapat menghasilkan respon
yang cukup baik. Pengendali PID yang dikembangkan terdiri dari tiga tipe yaitu
pengendali PID Seri, PID paralel, dan PID mix. Penentuan parameter-parameter PID
dilakukan dengan menggunakan metode Ziegler-Nichols. Dalam penelitian ini suatu
model rumah kaca dibangun untuk pengujian sistem pengendalian. Pengontrolan
kelembaban yang dikembangakan dilakukan dengan melalui proses ventilasi yang
dikendalikan oleh fan serta pemberian kelembaban dengan menggunakan humidifier.
Kecepatan fan diatur dengan cara memanfaatkan output pengendali PID sebagai
masukan pada modul PWM. Serangkaian pengujian sistem pengendali kelembaban
telah dilakukan pada suatu model greenhouse. Pengujian dimulai dengan mencari
parameter PID yang optimal sampai dengan pengujian pengendalian kelembaban
pada set point tertentu. Setelah pengujian dilakukan diperoleh hasil bahwa ketika
kelembaban dalam rumah kaca berada di luar set point maka secara otomatis
pengendali PID akan mengatur kecepatan kipas untuk mengembalikan dan
mempertahankan kondisi kelembaban pada keadaan yang semestinya."
[Universitas Indonesia, ], 2006
S29203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Divia Agustina Ahmad
"Peningkatan suhu bumi dan suhu udara merupakan salah satu dampak dari Perubahan iklim yang merupakan akibat dari meningkatnya emisi gas rumah kaca. Terjadinya peningkatan emisi gas rumah kaca salah satunya dikarenakan adanya aktivitas manusia yang dilakukan di kawasan pemukiman, seperti kegiatan pengelolaan sampah dan air limbah serta penggunaan air bersih dan energi listrik. Penelitian ini dilakukan di Perumahan Bintang Alam, Kabupaten Karawang dengan tujuan untuk mengetahui sumber serta jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan agar kemudian dapat diberikan rekomendasi penurunan emisi gas rumah kaca. Perolehan data dilakukan dengan sampling sampah, wawancara serta penyebaran kuisioner. Berdasarkan perhitungan, Perumahan Bintang Alam menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 1.149,6 kg CO2e/orang/tahun dari keempat kegiatan/sektor yang diteliti. Sektor yang menyumbang emisi terbesar adalah dari penggunaan energi listrik yaitu sebesar 749,61 kg CO2e/orang/tahun diikuti oleh sektor pengelolaan limbah padat yaitu sebesar 297,14 kg CO2e/orang/tahun pada posisi tertinggi kedua. Strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada Perumahan Bintang Alam yang direkomendasikan adalah dengan melakukan penghematan penggunaan energi listrik serta melakukan pengelolaan limbah padat lebih lanjut dengan composting dan recycling. Dengan menerapkan rekomendasi tersebut maka akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26%.

The increaseing of global temperature is one of the impacts from climate change which is a result of increased greenhouse gas emissions. The increasing of greenhouse gas emission is caused by the human activities carried out in residential areas, such as waste management, waste water treatment and disposal, the use of clean water and the use of electricity. This research was conducted at Bintang Alam Residence, Karawang Regency with the aim to find out the source and the amount of greenhouse gas emissions produced, so the recommendation can be made to reduce greenhouse gas emissions. The data needed is obtained by solid waste sampling, interviewing, and distributing questionnaires. Based on calculations, Bintang Alam Residence contributes to greenhouse gas emissions of 1.149,6 kg CO2e/person/year from the four activities/sectors studied. The sector that contributed the most to emissions was the use of electrical in the amount of 749,61 kg CO2e/person/year followed by the solid waste management sector which amounted to 297,14 kg CO2e/person/year in the second highest position. The recommended strategy to reduce greenhouse gas emissions is with save electricity usage and with further manage solid waste by composting and recycling. Applying these recommendations will reduce greenhouse gas emissions by 26%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Nugraha Wiguna
"Kaca helm anti kabut telah berhasil dibuat dengan melapiskan sol titania yang ditambahkan TEOS dengan variasi tertentu. Pemanasan dilakukan pada temperatur 80oC selama 3 jam dengan metode pelapisan spin coating. Berdasarkan karakterisasi FTIR telah terbentuk ikatan Ti-O-Si yang dapat meningkatkan sifat hidrofilik pada film. Hasil uji kinerja sifat anti kabut, degradasi asam laktat, dan transparansi menunjukkan bahwa komposisi 70% mol TiO2 yang terbaik. Penambahan dopan TEOS sebanyak 30% pada sol titania terbukti dapat meningkatkan sifat hidrofilik 3 kali lebih baik dibandingkan dengan TiO2 murni. Aktifitas fotokatalisis pada film TiO2 70% dapat menurunkan konsentrasi asam laktat sebesar 47% selama 90 menit.

Anti-fog helmet shield has been created by superimposing the titania sol is added TEOS with certain variations. Heating is carried out at a temperature of 80°C for 3 hours with spin coating method of coating. Based on FTIR characterization of the bond has been formed Ti-O-Si that can increase the hydrophilic nature of the film. The results of performance test anti fog properties, degradation of lactic acid, and transparency showed that the composition of 70 mol% TiO2 of the best. The addition of dopants TEOS as much as 30% on a titania sol is proven to increase the hydrophilic nature of 3 times better than pure TiO2. photocatalyst activity on 70% TiO2 film can reduce the concentration of lactic acid by 47% for 90 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1142
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ari Saptahadi
"ABSTRAK
Berbagai macam kasus kerusakan lingkungan alam yang marak terjadi diduga
bersumber pada kesalahan fundamental dalam pemahaman atau cara pandang
manusia dalam berinteraksi dengan alam dan keseluruhan ekosistem. Kesalahan
tersebut terdapat pada cara pandang manusia yang antroposentris sehingga perilaku
dan tindakan manusia lebih eksploitatif bahkan destruktif terhadap alam. Hal tersebut
membuktikan bahwa manusia mendominasi atas alam, dimana manusia merasa
kedudukannya lebih tinggi daripada alam dan merasa hanya manusia yang memiliki
nilai. Terkait dengan berbagai krisis lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku dan
tindakan manusia, fenomena pemanasan global muncul sebagai dampak dari perilaku
dan tindakan manusia yang terwujud dalam kegiatan pembangunan dan industri
kapitalistis yang telah berlangsung sejak revolusi industri. Kegiatan tersebut
memberikan kontribusi negatif berupa emisi gas rumah kaca (GRK) yang
konsentrasinya semakin lama semakin meningkat di atmosfer sehingga menyebabkan
pemanasan global. Pemanasan global merupakan krisis lingkungan global yang
berpotensi menimbulkan dampak yang berbahaya (catastrophic) bagi lingkungan
alam dan mahluk hidup di bumi termasuk manusia. Maka diperlukan suatu perubahan
baik sikap, perilaku, dan tindakan untuk menanganinya. Pendekatan dialektis Marx
mengenai suatu pemulihan dan kelangsungan alam perlu dipertimbangkan untuk
menangani permasalahan ini. Selain itu, peran etika lingkungan sangat berpengaruh
dan bisa dijadikan landasan dalam merubah pola pikir dan cara pandang yang baru
terhadap alam supaya relasi antara manusia dan alam bisa terjalin dengan baik dan
harmonis.

ABSTRACT
Many cases of natural environment destruction which is occurred based on
fundamental mistakes in understanding or insight of human beings in doing
interactions with nature and the whole ecosystems. Those mistakes are in the human
being's insight which is anthropocentric so that the human's habits and attitudes in
doing something are more explorative, even destructive against the nature. It proves
that human being is dominating upon the nature, whereas they think that human being
has more precious things than the nature and human being only which has value.
Based on the various crisis of environment which is caused by human being?s
attitude, global warming phenomenon appears as an impact by human being?s
attitude. It appears which caused by human being?s action in development and
capitalistic industry since the beginning of Industry Revolution. Those actions have
given negative contributions such as greenhouse gases (GHG) emission which have
more concentration in the atmosphere so it makes global warming. Global warming is
a global crisis of environment which can make dangerous impacts (catastrophic) for
natural environment and all living being in the earth as well as human being.
Therefore some changes are needed to handle such as attitude changes and habit
changes. Dialectic Marx?s approaching about some recoveries and some continuity of
the nature is needed to be considered to solve these problems. Besides, the role of the
environment ethics is very influencing and can be a basic about mind changing and a
new insight to the nature so that the relation between human being and the nature can
be a good combination well and harmonic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>