Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This article discusses two opposing views in regard to Islamic teaching : whether it should be seen as a statistic entity or as a dynamic one and each option has its own implication...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Umairoh
"
ABSTRAK
Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, dalam perkembangan selarahnya tidak lepas dari pengaruh gerakan pembaharuan yang terjadi di dunia Islam. Pada awal berdirinya organisasi tersebut mendapat tantangan dari berbagai golongan masyarakat Indonesia. Namun pada akhirnya mendapatkan dukungan luas sehingga dari tahun ke tahun jumlah cabang dan ranting Muhammadiyah mengaiami peningkatan.
Kemajuan yang diperoleh Muhammadiyah tidak lepas dari peranan para pucuk pimpinan Muhammadiyah. Salah satu di antaranya adalah K.H.Mas Mansur. K.H.Mas Mansur sebagai seorang tokoh pergerakan tidak hanya aktif dalam organisasi Muhammadiyah saja, tetapi juga aktif dalam Majelis Islam A_la Indonesia (MIAI), Partai Islam Indonesia( PII ) dan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA). Dari berbagai organisasi yang ditekuninya itu, peran yang paling menonjol adalah dalam Muhammadiyah.
Pada masa kepemimpinan K.H.Mas Mansur, terjadi beberapa peristiwa panting yang secara langsung maupun tidak langsung mclibatkan K.H_Mas Mansur selaku Ketua Muhammadiyah, seperti : Ordonansi Perkawinan Tercatat, Ordonansi guru dan Penyelenggaraan Perangko Amal Muhammadiyah. Di samping peristiwa-peristiwa tersebut, masih banyak peristiwa lainnya yang terjadi dan dapat diselesaikannya dengan batik oleh K.H.Mas Mansur selaku Ketua Muhammadiyah.
"
1998
S12517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fedyani Saifuddin
"Dalam tulisan ini telah diusahakan untuk menggambarkan shwa perbedaan interpretasi mengenai perangkat-perangkat a-Aran agama Islam dan penggunaannya oleh para pelakunya untuk jemahami dan menghadapi lingkungannya telah menimbulkan konflik di antara sesama pemeluk agama Islam. Telah diraikan bahwa pengorganisasian dari masing-masing kelompok ang bertentangan tersebut mempunyai implikasi terhadap ada_ya segmentasi atau perpecahan dalam masyarakat di satu pihak .etapi di lain pihak juga menjadi tenaga pendorong bagi ter_lptanya integrasi dalam kehidupan sosial masyarakat tersebut. Anflik-konflik tersebut terwujud dan berpusat sebagai kompe_isi kepemimpin,n dalam organisasi-organisasi yang ada di ma-a para pemimpin dan pendukung organisasi-organisasi tersebut enghadapi, menginterpretasi dan mengadaptasi satu sama lain an menggunakan bagian-bagian dari ajaran dalam agama Islam ang diketahuinya dalam membenarkan tindakan dan dalam meng_adapi lingkungannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusdinur
"Sebagai sebuah organisasi, Muhammadiyah mempunyai peran dalam gerakan antikorupsi di Indonesia. Sejak transisi reformasi 1998 sampai saat ini, Muhammadiyah telah melakukan banyak agenda dalam memperkuat gerakan antikorupsi termasuk melalui berbagai diskusi, seminar, penelitian, dan kampanye melalui talkshow radio dan televisi. Pada tahun 2006, Muhammadiyah juga mengeluarkan sebuah fatwa tarjih yang bernama Fikih Antikorupsi. Keterlibatan Muhammadiyah dalam gerakan antikorupsi kemudian digerakkan oleh Pemuda Muhammadiyah dengan program Madrasah Antikorupsinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Muhammadiyah melakukan konstruksi legitimasi dalam proses pemberantasan korupsi di Indonesia. Metodologi yang digunakan adalah metodologi kualitatif dengan pendekatan teori Institusionalisme Organisasional (IO) untuk melihat bagaimana konstruksi legitimasi secara internal dan eksternal (field). Secara internal, teori IO memberi kerangka legitimasi yang dikonstruksi berdasarkan pada tiga aspek, yakni kultural organisasi, struktur sosial organisasi, dan relasi kuasa di dalam organisasi. Sementara di arena keberadaan, pendekatan IO menekankan penyebaran institusi.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa secara internal, konstruksi legitimasi Muhammadiyah sangat didukung oleh faktor kultural organisasi (nilai, norma, dan aturan/tradisi), dan struktur sosial organisasi Muhammadiyah (otoritas, endorsement, propriety dan routines). Sementara di sisi relasi kuasa, terdapat pertarungan kepentingan antara kelompok progressif yang memperjuangkan gerakan antikorupsi dengan kelompok status quo dan kelompok politik yang cenderung resisten dengan gerakan antikorupsi Muhammadiyah. Sementara di arena keberadaan (field), melahirkan tiga tipologi aliansi gerakan antikorupsi, yakni aliansi strategis, aliansi programatif, dan aliansi taktis. Proses penyebaran institusi yang dilakukan Muhammadiyah cenderung melalui pendekatan mimetik dan normatif, yang menghasilkan dua pola, yakni isomorphisme dan polimorphisme.

As an organization, Muhammadiyah has a role in the anti-corruption movement in Indonesia. Since the democratic transition of the 1998, Muhammadiyah has carried out many agendas in strengthening the anti-corruption movement, including through discussions, seminars, research, and campaign through radio and television talk shows. In 2006, Muhammadiyah also issued a fatwa that called Fikih of Anticorruption. So far, Muhammadiyah involvement in the anticorruption movement is implemented by Pemuda Muhammadiyah with its anticorruption program.
This study aims to analys how Muhammadiyah develops the construction of legitimacy in the process of corruption eradicating in Indonesia. This research uses the qualitative methodology. To understand how the construction of legitimacy both internally and externally (field), the study uses the theory of Institutionalism Organizational (IO). Internally, IO provides a framework of legitimacy, constructed based on three aspects: the cultural of organization, social structure of the organization, and power relations within the organization. While in the field, IO emphasizes the spread and control of the institution.
This result of the study shows that internally, the construction of the legitimacy of Muhammadiyah is strongly supported by the cultural of organization factors (values, norms, and rules/traditions), and the social structure of the organization (authority, endorsement, propriety and routines). Meanwhile, the power relation within Muhammadiyah, there is a conflict of interests between "progressive groups" fighting for anti-corruption with the "status quo and the political groups" that tend to be resistant to the anti-corruption movement. In the field, there are three typologies of the anti-corruption alliance: the strategic alliance, the programatif alliance, and tactical alliances. The process of institutional control and spread of Muhammadiyah tend to go through mimetic and normative approach, which resulted in two patterns: isomorphism and polimorphism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahrus
"ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji teks Syattariyyah wa muhammadiyyah (disingkat SWM)
milik Muhammad Hilman, Rama Guru Syatariyah di Pengguron Kaprabonan
Cirebon. Penelitian terhadap SWM dilakukan dengan menggunakan teori filologi
dan tasawuf. SWM adalah salah satu teks penting yang dapat menjadi sumber
primer dan menjelaskan karakteristik keislaman di Cirebon. Pertanyaan utama
penelitian ini adalah bagaimana menyediakan sumber primer tentang Islam di
Cirebon yang terdapat dalam teks SWM. Tujuan utama penelitian ini adalah
menyajikan edisi teks. Edisi teks SWM dibuat dengan menggunakan metode
edisi kritis. Isi teks SWM terdiri atas Tarekat Syatariyah dan Muhammadiyah.
Dalam teks SWM terdapat lima ciri karakter Tarekat Syatariyah Cirebon yang
khas, yaitu aksara, ilustrasi, silsilah, ajaran, dan jaringan Tarekat Syatariyah di
Cirebon yang berbeda dengan Tarekat Syatariyah yang lain. Kajian isi
selanjutnya membahas karakteristik Tarekat Syatariyah dan Muhammadiyah.
Hasil temuan penelitian ini; pertama, silsilah tarekat Syatariyah di Cirebon dari
teks SWM tidak berasal dari Syaikh Abdul Muhyi atau Abdurrauf as-Sinkili,
tetapi melalui Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar; kedua, Tarekat
Muhammadiyah adalah nur Muhammadiyah. Cara untuk memperoleh nur
Muhammad melalui martabat tujuh; ah}adiyah, wah}dah, wa>h}idiyah, ?alam arwa>h},
?alam ajsa>m, ?alam mis\a>l, dan insa>n ka>mil.

ABSTRACT
The dissertation analyzes the text of Syat}t}a>riyyahwa Muh}ammadiyyah
(abbreviated as SWM) using philological theory and sufism perspective. This
text belongs to Muhammad Hilman, the sufi leader of Tarekat Syattariyah in
PengguronKaprabonan Cirebon. Because SWM is one of the most important
primary texts in explaining the characteristics of Islam in the region, what being
investigated in the text is how to provide primary source of Cirebon?s Islam.
Thus, it is mainly aimed to provide text edition using critical edition method. In
addition, it is also aimed to analyze the characteristics? of the two tarekats, as
SWM intensively discussed Syatariyah and Muhammadiyyah. At least five
characteristics of Cirebon?s Syatariyah were apparent, namely writing system,
illustration, teachings, its particular networking and genealogy. Its genealogy is
distinct in the sense that it does not originate from Syaikh Abdul Muhyi or
Abdurrauf as-Sinkili, but instead it is from Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar.
As for Muhammadiyah, it is NurMuhammadiyah which is obtained through
seven martabat, namely ah}adiyah, wa>h}idiyah, wah}dah, ?alamarwa>h}, ?alamajsa>m,
?alammis\a>l, and insa>n ka>mil"
2016
D2220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Latief Bustami
"This article describes social resistance in Tapal Kuda community against The People Consultative Assembly (Majelis Permusyawaratan Rakyat) who deposed President Wahid (Gus Dur) in 2001. Their resistance resulted in loss of human life as well as the destruction of religious buildings, educational institutions, and other public facilities, which are believed to have historical connections to their opponents, i.e. Muhammadiyah or its leader, Amien Rais. The Tapal Kuda community shares typical cultural characteristics such as Maduranese, Muslim, ?remain traditional?, based on Ulama, and made their kiai (religious leader) as the highest role-model. Additionally, they have developed network of religious boarding schools of Tarekat Naqsyabandiah wal Qadiriah and classifying them into hierarchy of ?core schools? (pesantren induk) and their sub-levels.The resistance shows symbolic manipulations made up by local elite leaders for fabricating profane symbols into a sacred ones in a way that unmistakebly drawing political dimension into intra-religious conflicts. The tension appeared in how they define themselves as minna (saya, as self) and minkum (kamu, the others). This definition had became a moral basis that justified their act in destroying the opponents as the others. It is important to see how value of Islamic solidarity within traditional muslim community in Madura tends to get firmer while paradoxically the wholeness of Muslim brotherhood is under threat."
2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrudin Alwi
"Penelitian ini ditulis dengan tema konsep siyasah pada pergerakan Islam di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif komparatif dengan sumber pencarian data berupa studi pustaka, mengambil dari sumber acuan seperti referensi buku dan penelitian sebelumnya. Setelah penelitian, penulis menemukan kesimpulan bahwa keempat organisasi ini sepakat bahwa Islam adalah agama yang syumu>l, lengkap, menyeluruh dan komprehensif. Maka Islam membahas seluruh segi kehidupan manusia termasuk politik. Meski memiliki pandangan sama tentang syumu>liyatul Islam, Islam yang komprehensif keempat organisasi ini memiliki pandangan yang berbeda terutama dalam implementasi konsep siyasah di kehidupan sehari-hari.

This research is written with the concept of siyasah theme on the movement of Islam in Indonesia. This study is a qualitative research comparative with the source of data search in the form of literature study, taking from reference sources such as reference books and previous research. After the research, the authors found the conclusion that these four organizations agree Islam is syumu>l, complete and comprehensive, then Islam discusses all aspects of human life including politics. Despite having the same view of syumu>liyatul Islam¸ complete and comprehensive, these four organizations have different views, especially in the implementation of the concept siyasah in daily life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahfa Rahman Syah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas konflik identitas antara NU dan Muhammadiyah serta strategi eksistensi masing-masing kelompok dalam novel Kambing dan Hujan 2015 karya Mahfud Ikhwan. Dengan pendekatan struktural, ditemukan bahwa konflik dan strategi eksistensi adalah unsur dominan dalam struktur naratif teks. Hasil analisis menunjukkan perbedaan pandangan keagamaan dan karakter fanatik menjadi penyebab konflik. Berbagai bentuk konflik dan strategi eksistensi yang kemudian dilakukan kedua pihak melibatkan kepemilikan dan konstelasi kapital dalam pertarungan arena. Kapital budaya yang dimiliki kelompok Muhammadiyah menjadi alat utama eksistensi dan negosiasi menembus dominasi kelompok NU yang lebih memiliki kapital simbolik dan sosial yang dihasilkan dari kekuasaan dan otoritas yang dimiliki. Analisis struktur naratif juga memberikan temuan bahwa unsur-unsur NU dan Muhammadiyah hadir di dalam teks dengan seimbang dan proporsional. Hal ini disimpulkan sebagai ketidakberpihakan teks pada satu ideologi tertentu. Akhir cerita berupa pernikahan dari tokoh utama yang berasal dari dua ideologi berbeda NU dan Muhammadiyah menjadi metafora penyatuan kedua kelompok tersebut yang bersedia hidup bersandingan dan berbaur.

ABSTRACT
This research discusses about conflicts and strategies used by NU and Muhammadiyah in striving for their existence in Mahfud Ikhwan rsquo s Kambing dan Hujan 2015 . Using structural approach, it is found that conflicts and strategies in striving for existence are dominant story element in the narrative text structure. The analysis shows that the difference in religious thoughts and sense of fanaticism has become factors to conflicts. The conflicts and strategies used has involved the distribution of different kinds of capital. Muhammadiyah rsquo s cultural capital become the main resource and negotiation tool to penetrate the domination of NU in which valued the symbolic and social capital. The analysis also shows that the elements of NU and Muhammadiyah in the text are presented fairly and proportionally in which indicates the independence of text between two opposite ideologies. The marriage between two different character of NU and Muhammadiyah in the ending of the story become a metaphor of unity or integration. "
2017
T49692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ramdhany Irdiansyah
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana organisasi keagamaan mengkonstruksikan identitas kolektifnya dalam wacana pencegahan dan penanganan kekerasan seksual (PPKS). Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang diajukan ke DPR RI sejak tahun 2016 dan disahkan menjadi UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) pada tahun 2022 telah mendorong berbagai kelompok masyarakat membentuk wacana PPKS, termasuk NU dan Muhammadiyah. Keduanya membangun wacana PPKS menggunakan berbagai strategi retorika yang dipublikasi melalui situs web NU.or.id dan Muhammadiyah.or.id. Wacana tidak sekedar menunjukkan pandangan organisasi, tetapi juga identitas kolektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruksionisme sosial. Teks wacana PPKS berupa artikel-artikel dalam situs web NU.or.id dan Muhammadiyah.or.id dianalisis menggunakan metode analisis tematik dan analisis retorika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NU dan Muhammadiyah mengkonstruksi identitas kolektif sebagai gerakan dakwah, organisasi masyarakat sipil, dan kelompok budaya. Agama menjadi sumber utama bagi identitas kolektif. Sebagai gerakan dakwah, NU dan Muhammadiyah menyampaikan pemikiran mengenai kekerasan seksual yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Sebagai organisasi masyarakat sipil, NU lebih banyak menunjukkan aksi-aksi simbolik yang memanfaatkan modal sosial, adapun Muhammadiyah lebih banyak menunjukkan program-program yang dilakukan organisasi secara mandiri. Sebagai kelompok budaya, NU menggunakan memori kebudayaan berupa kegiatan istigasah kubra, sowan, dan pesantren untuk menggambarkan diri sebagai gerakan dakwah berbasis tradisi dan kebudayaan lokal. Adapun Muhammadiyah menggunakan memori kebudayaan berupa simbol ”kerja dakwah”, sekolah, dan kampus untuk menggambarkan diri sebagai gerakan dakwah pengabdian masyarakat.

This thesis aims to see how religious organizations constructed their collective identity in the discourse on sexual violence prevention and management (PPKS). The Draft of Elimination of Sexual Violence Bill (RUU PKS) which was first proposed in 2016 until it was passed as Sexual Violence Crime Bill (UU TPKS) in 2022 had encouraged various community groups to create PPKS discourse, including NU and Muhammadiyah. Both organization created the PPKS discourse by the used of various rhetorical strategies which then published on the website NU.or.id and Muhammadiyah.or.id. Those discourses not only showed organizational views, but also collective identity. This research used qualitative approach with the paradigm of social constructionism. The text of PPKS discourse in the form of articles on the websites NU.or.id and Muhammadiyah.or.id were analyzed by thematic analysis and rhetorical analysis methods. The research showed that NU and Muhammadiyah constructed collective identities as da'wah movements, civil society organizations, and cultural groups. Religion was the main source of their collective identity. As da'wah movements, NU and Muhammadiyah conveyed their ideas about sexual violence that originate from Islamic values. As a civil society organization, NU showed more symbolic actions that utilized social capital, while Muhammadiyah shows more programs that were carried out independently. As a cultural group, NU uses cultural memories in the form of istigasah kubra, sowan, and pesantren activities to described themselves as a da'wah movement based on tradition and local culture. As for Muhammadiyah used cultural memories in the form of symbol of "da’wah work", schools and campuses to described themselves as a community service da’wah movement."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Septian Saputra
"Skripsi ini membahas tentang Muhammadiyah pada era Orde Baru. Pada era Orde Baru pemerintah berupaya melakukan pembaruan pendidikan dengan mengeluarkan Rancangan Undang Undang Pendidikan Nasional (RUU PN). Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan yang bergerak dalam sosial dan pendidikan mengkritik Rancangan Undang Undang tersebut. Muhammadiyah menilai Rancangan Undang Undang Pendidikan Nasional tidak sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara 1988(GBHN 1988). Untuk itu, Muhammadiyah ingin pemerintah merevisi RUU PN.

This thesis discusses about Muhammadiyah on New Order. On New Order, Goverment published The Bill of National Education (RUU PN). Muhammadiyah as religious organization in social dan education field criticized RUU PN. Muhammadiyah argued that RUU PN was not in accordance with Garis Besar Haluan Negara 1988 (GBHN 1988). For that, Muhammadiyah wanted Government to revised RUU PN.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>