Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Permatasari
"Penelitian ini membahas mengenai kondisi kemiskinan yang terjadi di Jepang setelah pecahnya ekonomi gelembung pada tahun 1992 dan pengaruhnya terhadap fenomena Kodokushi, khususnya pada usia produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi kemiskinan yang terjadi di Jepang setelah pecahnya ekonomi gelembung dan menganalisis faktor-faktor terjadinya kemiskinan tersebut dengan fenomena Kodokushi, khususnya pada usia produktif dengan teori psikologis Amae. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi pustaka dan menggunakan metode deskriptif-analalisis. Semua sumber yang berasal dari buku, jurnal, maupun internet yang terkait dengan penelitian ini akan dikumpulkan, dideskripsikan, kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa renggangnya hubungan sosial, adanya perasaan malu, kekhawatiran yang berlebihan, dan rasa takut untuk berhubungan dengan orang lain pada psikologis orang Jepang menunjukkan bahwa kemiskinan bukan satu-satunya faktor terjadinya fenomena Kodokushi, khususnya pada usia produktif.

This research discusses Japan's poverty rate after the burst of its bubble economy in 1992 and its effects on the kodokushi phenomenon, mainly the cases that happen in productive age group. This research seeks to give an illustration of how Japan's poverty rate came to be after the burst of the bubble economy and analyze its causing factors with the kodokushi phenomenon, specifically the cases that happen in productive age group. The data for this research was collected using document review and analyzed using the descriptive-analytic method. All resources and references collected come from books, journals, and articles from the internet that are related to the topic, which are then described and analyzed. Results of the research shows that loose social ties, shame/shyness, feelings of extreme worry, and fear of connecting with other people in the Japanese's psychology are also causing factors for kodokushi, especially in productive age group, and that poverty is not the sole causing factor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Acemoglu, Daron
London: Profile Books, 2013
330 ACE w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haryono Suyono
Jakarta: National Family Planning Coordinating Board/BKKBN, 1996
339.46 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Argo Twikromo
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Press, 1999
305.569 ARG g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rani Puspa Artha
"ABSTRAK
Kemiskinan adalah fenomena multidimensi. Ukuran kemiskinan yang berdasarkan, tingkat konsumsi (moneter), tidak cukup dalam menjelaskan multiple deprivation yang dihadapi oleh orang miskin. Dengan mengaplikasikan kerangka metodologi multidimensional Alkire & Foster pada data Survey Sosial Ekonomi Nasional Indonesia (2011), penelitian ini menegaskan bahwa ukuran kemiskinan moneter membutuhkan ukuran multidimensi untuk melengkapi ukuran kemiskinan di Indonesia. Sekitar 62,3 persen pendudukyang dinyatakan tidak miskin oleh ukuran kemiskinan moneter dinyatakan miskin secara multidimensi.
Menggunakan model logit dan order logit penelitian ini menghasilkan bahwa pencapaian pendidikan yang lebih tinggi dari kepala rumah tangga meningkatkan kemungkinan untuk tidak miskin baik dalam kemiskinan moneter dan multidimensi. Makalah ini mengidentifikasi bahwa kesehatan adalah sumber utama kemiskinan multidimensi. Program asuransi kesehatan universal diperlukan. Investasi sumber daya manusia sangat penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

ABSTRACT
Poverty is multidimensional phenomenon. The poverty measurement that based on consumption level is insufficient in explaining the multiple deprivations faced by poor. Applying Alkire & Foster?s multidimensional methodology framework by utilizing the National Socio Economic Survey Indonesia data (2011), this study confirmed that the monetary measure of poverty should be complemented with multidimensional poverty measure to capture comprehensive picture of deprivation in Indonesia. Around 62.3 percent of populations that monetary poverty measurement declares them as non-poor are multidimensional poor.
Using the logit and ordered logit model, this study also confirmed that a higher educational attainment of household head leads to a higher probability of being non-poor both in monetary and multidimensional poverty. The paper identifies that health is the major source of multidimensional poverty. Universal health insurance program is needed. Human investment is very important in efforts to reduce poverty.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T45024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Novano Arya Wiraraja
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap  karakteristik rumah tangga miskin di Kota Tangerang selama periode 2011 – 2014.  Penelitian ini menerapkan pendekatan tren kemiskinan dan menggunakan probit model untuk mengidentifikasi status kemiskinan rumah tangga: tetap miskin, dan tidak menjadi miskin. Mengamati data cross section Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) Tahun 2011 dan update data tersebut yang dilakukan oleh Bappeda Kota Tangerang melalui Tim Koordinasi Pengentasan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di Tahun 2014 yang meliputi 61.683 rumah tangga miskin yang tersebar di 13 kecamatan.  Penelitian ini menemukan bahwa 19,34% dari rumah tangga miskin tergolong miskin (tetap miskin di 2014), sementara 80,66% dari rumah tangga miskin di 2011 tidak menjadi miskin di 2014. Dari hasil penelitian menegaskan bahwa faktor penting dari dinamika kemiskinan di Kota Tangerang adalah jenis kelamin, usia, kepala rumah tangga yang wafat, sektor pekerjaan, status kedudukan kepala rumah tangga dalam pekerjaan, lokasi kecamatan, aset fisik, akses air minum, akses listrik, akses fasilitas buang air besar, kepesertaan KB, jumlah anggota rumah tangga, dan status kesejahteraan keluarga.

 


This study aims to examine the determine factors that influence to characteristics of poor households in the Tangerang City during the period 2011 - 2014. This study applies the spell approaches of poverty trends and use probit models to identify household poverty status: still poor, and not to be poor. Viewing cross section Basis Data Terpadu (BDT) resulted from Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) In 2011 and update the data is carried out by Bappeda Kota Tangerang through Tim Koordinasi Pengentasan Kemiskinan Daerah (TKPKD) in 2014 covering 61.683 poor households spread in 13 districts. This study found that 19.34% of poor households classified as poor (still poor in 2014), while 80.66% of poor households in 2011 did not become poor in 2014. From the research confirms that an important factor of the dynamics of poverty in the City Tangerang are gender, age, household heads who died, the employment sector, the status of the position of head of the household work, sub-district locations, physical assets, access to drinking water, access to electricity, access to facilities defecate, membership KB, the number of household members, and family welfare status.

 

"
2016
T51765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : The United Nations , 2001
362.5 Cho
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nanny Ophir Yani Zainuddin
"ABSTRAK
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Ini mendorong manusia untuk selalu dekat dengan air Akibatnya banyak bermunculan pemukiman di sepanjang sungai yang sebagian besar penduduknya memanfaatkan air sungai sebagai sumber air keluarga untuk mandi, mencuci, wudlu dan buang air.
Ada asumsi yang mengatakan bahwa pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga berkaitan erat dengan status sosial ekonomi yang relatif rendah (Sumandhini,1991). Mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan yang relatif rendah dikatakan cenderung memiliki sikap negatif atau setuju terhadap pemanfaatan air sungai, sekalipun air sungai tersebut telah tercemar, sedang mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi dan pengetahuan yang relatif tinggi dikatakan bersikap positif atau tidak setuju terhadap penggunaan air sungai Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (Sumandhini, 1991:62-65).
Kini sebagian besar masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Ciliwung masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga, walaupun pemerintah telah berusaha membantu mereka untuk memperoleh air bersih yaitu dengan membangun MCK dan pompa-pompa tangan serta memasang saluran PAM . Penelitian ini ingin mengetahui hal-hal apa saja yang mendorong mereka, melakukan hal tersebut dan apakah kemiskinan telah membuat mereka tidak mau memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, dan apakah kemiskinan berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam memanfaatkan air sungai.
Selama ini penelitian mengenai masalah pencemaran air sungai kebanyakan dilakukan oleh ahli-ahli dari disiplin ilmu biologi dan ilmu kimia, yang mengukur kadar pencemaran dengan menggunakan parameter biologi atau kimia, sedang analisis dari kacamata sosial budaya relatif masih sedikit jumlahnya selain itu beberapa penelitian yang pernah dilakukan selama ini pada umumnya menggunakan persepsi dari si peneliti bukan persepsi dari orang yang diteliti. Tesis ini mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mengungkapkan pandangan-pandangan orang yang diteliti:
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. untuk mengetahui apakah orang memanfaatkan air sungai Ciliwung untuk kebutuhan rumah tangga karena tingkat sosial ekonomi mereka yang masih rendah.
2. untuk mengetahui apakah kemiskinan merupakan satusatunya faktor yang menyebabkan mereka masih
3. untuk mengetahui pandangan serta persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan kesehatan.
Penelitian ini, dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Aprl 1992 s/d pertengahan bulan Juni 1992 di 2 (dua) lakasi yaitu:
a. Kelurahan Manggarai Selatan RW 10 dan RT 01
b. Kelurahan Kampung Melayu RT 01/07, RT 04/07, RT 08/07
Metode Penelitian
Karena sifatnya yang kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui; a) Observasi partisipasi. b) Wawacara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara ini dapat berkembang di lapangan.
Hasil Temuan dari Penelitian ini adalah:
a. Kemiskinan bukan merupakan satu-satunya alasan yang mendorong warga masyarakat untuk memanfaatkan air sungai Ciliwung guna memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa masih relatif banyak informan yang memiliki pendidikan yang cukup dengan tingkat sosial ekonomi yang relatif tinggi masih memanfaatkan air sungai Ciliwung untuk kebutuhan rumah tangga.
b. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan warga masyarakat di daerah penelitian masih memanfaatkan air sungai Ciliwung, walaupun fasilitas MCK di sana sudah ada. Faktor tersebut antara lain:
1. Adanya peraturan yang melarang warga untuk membuat jamban (tempat buang air besar) di dalam rumah mereka, karena terlalu rapatnya jarak rumah penduduk di situ. Pembuatan jamban pribadi dikhawatirkan akan mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut (peraturan ini hanya berlaku di RT 08/07).
2. Warga masyarakat (terutama mereka yang akan pergi bekerja) umumnya malas untuk antri ke MCR, pada jam-jam sibuk (yaitu antara pukul 6 pagi sampai dengan pukul 9 pagi). Oleh karena terburu-buru mereka memulih cara yang lebih praktis yaitu pergi ke sungai, di sana mereka tidak perlu antri.
3. Hereka menganggap bahwa air sungai masih lebih bersih jika dibandingkan dengan air pompa yang ada di gang maupun di MCR. Air sungai tidak berbau sedangkan air pompa menimbulkan bau dan apabila digunakan untuk memcuci beras maka beras akan menjadi kebiru-biruan. Kalau untuk mencuci pakaian air pompa akan menimbulkan pada pakaian bintik-bintik hitam.

ABSTRACT
Water is a necessity of human life. This leads to the emergence of human settlements along the rivers where people can easily obtain water for washing, bathing, ablution etc.
It is assumed that those who make use river water have low social, economic status (Sumandhini 1991)_ They are also assumed to have low educational level and have a tendency to accept or to agree with the use of river water, even when it is already polluted. Those who relatively have higher education or better knowledge are said to have a positive attitude, that is to disagree with the use of river water for their household needs (Sumandhini 1991: 62-65).
Most of the people settling along the Ciliwung river still use the river water for their daily needs, despite the government's help to obtain clean, fresh water by setting up MCKs and installing PAM pipes. This study tries to elucidate factors that make them not to use the facilities provided by the governments, and gives answers to the peoblem of the influence of proverty on the patterns of use of Ciliwung water.
Research on problems of pollution were mostly conducted by biologist and chemists, in which the level of pollution was measured in biological and chemical parameters. Socio cultural analysis on these problems is still lacking. Furthermore, most sociocultural analysis adopt researchers perspective, while the perspective of the people under study is neglected.
This study tries to remedy this weakness. It describes the views of the local people and take them into account in the explanation of their behavior.
AIMS OF TSE STUDY
With regard to the problems above, this study is aimad at:
1. Determining the relation between social, economic status and the use of the river water, i.e. whether or not the use of river water is attributable to the low social, economic status.
2. Determining the relation between prov and the use of the river water, i.e. whether or not poverty is the only factor responsible for the making use of river water.
3. Elucidating the people's perceptions of their environment and health conditions
This three-month study was carried out from June to August 1992. in two locations
a. Kelurahan Manggarai Selatan
b. Kelurahan Kamoung Melayu
RESEARCH METHODS
Since the study is a qualitative one, the data was obtained through : (a) Participant Observation; (b) Depth Interview, in which an interview guide was used. The questions were developed in the field;
FINDINGS OF THE STUDY
1. Poverty is not the only reason for making use the water of Ciliwung for household' needs. The data show that informants with relatively high education and high social-economic status are still using the Ciliwung water in their daily lives.
2. Some factors responsible for the use of Ciliwung water, despite the presence of MCK facilities, are.
a. The rule that forbids the local people to build private latrine in their own houses due to the high density of the local settlement. It is feared that the installation of private latrines would result in the pollution of the local ground water (this rule, however, is valid only in RT 08/07).
b. Shortage of MCK facilities, which compels people to line up during the "peak hours" (i.e. between 6-9 a.m), discourages them to use the facilities when they are in a hurry. They prefer to go to the river where they do not need to line up.
c. Many people who use the river water are of the opinion that the river water is still better than the water from the local pumps or from the MCKs. Unlike the river water, the pump water stinks. Moreover, when rice is wash in pump water, it would turn bluish. When the pump water is used to wash clothes, it creates black spots on the clothes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>