Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carolina Yulianti
"Studi ini bertujuan untuk menyelidiki apakah apakah teori Market Timing berlaku pada perusahaan-perusahaan go public di negara Indonesia dan bagaimana pengaruh Market Timing terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 sampai dengan 2013. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana apakah terdapat pengaruh struktur kepemilikan perusahaan yang dikendalikan oleh controlling shareholder terhadap return saham tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika perusahaan menerbitkan saham, controlling shareholder dapat
mempertahankan atau mengubah struktur kepemilikan sahamnya tergantung dari berapa banyaknya saham yang diterbitkan. Penerbitan saham memprediksi bahwa return setelah adanya penerbitan akan rendah akan tetapi kondisi tersebut terjadi bilamana kepemilikan oleh controlling shareholder mengalami penurunan.
This study investigated whether the effect of Market Timing theory applies to listed companies in Indonesia and the influence of Market Timing on stock returns during the period 2007 to 2013. In addition, this study also examine how if there is influence of corporate ownership structure controlled by the controlling
shareholder on stock returns. The results show that when a company issues shares, the controlling shareholder can maintain or change the ownership structure based on the number of shares being issued. Furthermore, the issuance predicts that returns will be lower when the number of shares issued declined."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodot Tri Widodo
"Bank Mega sebagai salah satu bank swasta nasional yang berdiri sejak 15 April 1959 mempunyai kinerja yang cukup mengesankan selama krisis berlangsung. Kinerja perusahaan sejak diambil alih oleh grup Para pada 28 Maret 1996 senantiasa mengalami peningkatan sampai dengan sekarang. Untuk keperluan ekspansi dan meningkatkan jumlah penyaluran kredit, maka Bank Mega melakukan penawaran umum saham pada tanggal 27-30 Maret 2000 dan pcncatatan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dilakukan tanggal 17 April 2000. Momentum ini dimanfaatkan perusahaan ditengah beberapa penghargaan yang telah diterima dari berbagai pihak atas prestasi yang diraih selama ini.
Penilaian atas harga saham perdana pada saat IPO dilakukan dengan menggunakan metode Top Down, Three Step Approach, dimana dikatakan bahwa kondisi perekonomian secara umum, dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak akan mempengaruhi kondisi perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Langkah-langkah dalam menggunakan metode tersebut adalah 1). Analisa ekonomi makro 2). Analisa industri dimana perusahaan bergerak. dan 3).
Perkembangan perekonomian makro secara simultan mempengaruhi industri perbankan nasional. Saat terjadi puncak krisis ekonomi antara tahun 1997 sampai 1999 industri perbankan tidak mengalami pertumbuhan, bahkan turun drastis kinerjanya. Hal ini bisa dilihat dari angka perolehan laba,jumlah kredit bermasalah, dan pertumbuhan asetnya. Kinerja industri keuangan dan perbankan yang sedang turun ini berpengaruh juga terhadap kinerja saham bank-bank yang sudah go publik, dimana harga saham turun cukup tajam. Hanya sedikit perusahaan perbankan yang berhasil membukukan kinerja dengan baik, dan salah satunya adalah Bank Mega. Hal ini bisa dilihat pada peningkatan jumlah aset, dana pihak ketiga, penyaluran kredit, rasio kecukupan modal, kualitas aktiva produktif likuiditas dan kcemampuan menghasilkan laba, dimana angka-angka tersebut menunjukkan kondisi yang baik.
Penilaian harga saham dilakukan dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity. Besarnya K atau diskonto yang digunakan adalah sebesar 36,89%. Sedangkan tingkat pertumbuhan perusahaan terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap ekspansi pada tahun 2000 sebesar 19% dan 2001 tumbuh sebesar 17% dimana terjadi pertumbuhan yang cukup pesat, dan tahap maturity yang terjadi mulai tahun 2002 dimana tingkat pertumbuhan perusahaan cenderung konstan pada angka pertumbuhan 16%. Nilai saham perusahaan per Desember 1999 adalah Rp1.423,00 per Iembar. Penawaran harga saham perdana pada saal IPO adalah Rp.1.200,00 per lembar dengan nilai nominal Rp.500,00. Dengan demikian dapal dikatakan bahwa harga penawaran saham tersebut tergolong undervalued dan masih memungkinkan untuk naik di masa yang akan datang.
Dari hasil proyeksi laporan keuangan per Desember 1999 diperoleh nilai pendapatan per lembar saham (Earnings per Sahre/EPS) sebesar Rp158,59. Dengan harga penawaran sebesar Rp1 .200,00 maka diperoleh Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price Earnings Rario/PER) perusahan sebesar 8,95. Pada periodc yang sama PER induslri pcrbanknn adalah 9.06. Dengan PER yang lebih rcndah dari industri keuangan, maka harga penawaran saham perdana tersebut termasuk rendah, sehingga masih ada kemungkinan harga saham akan naik pada saat perdagangan di pasar sekunder.
Bila ditinjau berdasarkan Rasio Harga Terhadap Nilai Buku (Price to Book Value Rufio/PBV), perusahaaan memiliki nilai PBV pada Desembcr 1999 sebesar 1.76. sementara PBV industri perbankan pada periode yang sama adalah sebesar 6,78. Dengan demikian harga saham perdana tersebut cukup rendah dan masih ada kemungkinan harga saham untuk mengalami kenaikan pada perdagangan di pasar sekunder.
Berbagai asumsi yang telah ditetapkan dalam menghasilkan nilai saham di atas bisa berubah sesuai dengan perkembangan eksternal dan internal perusahaan, untuk itu dilakukan analisa sensitivitas yang mengakomodasi berbagai kemungkinan yang bisa terjadidi masa datang. yakni kondisi terburuk (worse case), kondisi normal (normal case). kondisi terbaik (best case). Dari analisa tersebut dihasilkan bahwa harga saham terendah berdasarkan kondisi fundamental terburuk yang kemungkinan bisa dialami perusahaan adalah sebesar Rp765,44. Sedangkan harga saham tertinggi berdasarkan kondisi fundamental terbaik yang mungkin bisa dialami perusahaan adalah sebesar Rp.1.553,85. Dalam range itulah kemungkinan terjadinya pergerakan saham perusahaan di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Caroline
"Hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) menyatakan bahwa harga sekuritas mencerminkan semua informasi yang tersedia Impiikasi dan konsep pasar efisien adalah harga saham tidak dapat dengan mudah diprediksi. Harga cenderung mengalami perubahan dengan tiba-tiba dan cepat. Jika pasarnya efisien, maka berlaku pemyataan bahwa individual investor tidak akan mampu memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi perdagangan. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa terdapat beberapa anomali (penyimpangan) yang secara teori menentang konsep pasar efisien. Salah satu anomali pasar yang akan dibahas pada penelitian mi adalah anomali akhir pekan (weekend effect anomaly). Anomali akhir pekan menyatakan bahwa harga saham cenderung naik pada han Jumat dan turun pada hani Senin. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji adanya perbedaan return harian di pasar modal. Cross (1973) menemukan adanya return negatif pada hari Senin. Fania (1980) meneliti data harian standard and poor 's composite index dan menyimpulkan bahwa return negatif ditemukan pada hari Senin. Gagasan utama karya akhir mi berawal dan beberapa hasil kajian tentang anomali di pasar modal luar negeri dan di Indonesia sendini. Penelitian mi mencoba untuk menguji ulang fenomena efek akhir pekan dengan menggunakan data lebih baru, khususnya pada saat pasar modal Indonesia barn saja mengalami masa sulit, yaitu tahun 2001 (pasca efek knisis moneter). Lebih khusus lagi, penelitian mi hanya meneliti saham-saham yang termasuk ke dalam kelompok LQ45 yang dikenal sebagai saham - bluechip dan saham yang aktif diperdagangkan.Dani hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari analisis regresi abnormal return saham selama periode penelitian terhadap lima vaniabel hari perdagangan, koefisien yang dihasilkan oleh variabel abnormal return signifikan secara statistik sedangkan koefisien yang dihasilkan oleh variabel abnormal return tidak signifikan secara statistik. Pada vanabel return, hal mi berarti hani perdagangan Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat dapat memprediksi return di masa mendatang. Sedangkan, hal yang sebaliknya berlaku pada vaniabel abnormal return. Berdasarkan hasil analisis ANOVA dan PostHoc Bonferroni dan Tukey, terjadi fenomena efek akhir pekan pada vaniabel return saham sedangkan tidak terjadi fenomena efek akhir pekan pada variabel abnormal return saham. Fenomena efek akhir pekan yang terjadi pada penelitian mi adalah bahwa ditemukan return han perdagangan Senin yang bemilai negatif terendah. Sedangkan pada sektor industri produk dan jasa berdasarkan hasil penelitian, return saham dipengaruhi oleh hari perdagangan secara signifikan. Selain itu, selama periode penelitian terjadi fenomena efek akhir pekan dimana rata - rata return han perdagangan Senin bemilai negatif dan terendah. Namun hal yang sebaliknya tezjadi pada variabel abnormal return untuk masing - masing jenis industri dimana abnormal return tidak dipengaruhi oleh hari perdagangan. Terlebih, selama periode penelitian tidak ditemukannya fenomena efek akhir pekan. Selama periode penelitian tersebut, investor tidak dapat menerapkan sfrategi hari perdagangan untuk memperoleh keuntungan.

Efficient market hypothesis states that security price reflects all information that is available in market. Thus, implication of this efficient market concept is that stock price could not be easily predictable and tends to change in a sudden and fast. As a consequence, if the market is efficient, therefore the individual investor could not obtain abnormal return using trading strategies. In a contrary, there is a condition when some anomalies arise against efficient market concept. One of these anomalies which is explained in this research is weekend effect anomaly. Weekend effect anomaly states that stock prices tend to go up on Friday and go down on Monday. Some studies have been done to analyze the dfference of daily return in capital market. Cross (1973) found that there was a negative return on Monday. Fama (1980) did a research using standard and poor 's composite index data and concluded that a negative return also was found on Monday. The main idea of this research was based on some studies about weekend effect anomaly in other countries abroad and in Indonesia. This research tried to reanalyze the weekend effect phenomenon in Indonesia using the latest data especially when Indonesian capital market had passed the monetary crisis in 2001. This study only analyzed stocks that are listed in LQ45 group which are known as bluechip and actively trading stocks. According to the result of these research, it could be concluded that the coefficient of abnormal return wasn 'I significant to the trading days variables statistically. It meant that the trading days Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Friday could not predict abnormal return in the future. Based on ANOVA and PostHoc Bonferroni - Tukey analysis, it was found that there was no evidence on weekend effect anomaly in Indonesia Stock Exchange through this research period. It was implicated that the investor could not get abnormal return using trading days strategies. In product and service industry, the result was similar. The coefficient of abnormal return wasn 'I sigmficant to the trading days variables statistically. Thus, the trading days Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Friday could not predict abnormal return in the future. Based on ANOVA and PostHoc Bonferroni - Tukey analysis, it was also found that there was no evidence on weekend effect anomaly in Indonesia Stock Exchange through this research period. It was implicated that the investor in both industry could not get abnormal return using trading days strategies because the abnormal return was not affected by the trading days."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jonny Harianto
"Manajemen risiko telah mengalami perkembangan yang sangat cepat dalam satu dasawarsa terakhir ini. Beberapa metode pengukuran risiko ditemukan dan terus diperbaiki dan dikembangkan. Mulai dari pengukuran deviasi standar dengan metode Markowitz, penerapan Economic Value Added (EVA), Asset-Liability Management (ALM), sampai kepada yang sangat terkenal dan banyak dipakai - Value at Risk (VaR).
VaR dikembangkan oleh JP Morgan dengan riskmetric nya, adalah suatu metode yang sederhana, pengukuran kerugian yang mungkin terjadi secara statistik. Akan tetapi dengan semakin kompleksnya dunia pasar keuangan dan pasar modal, dan semakin kompleksnya produk-produk keuangan, membuat semakin tingginya tingkat korelasi antara satu dengan yang lain. Metode VaR mendapat tantangan besar untuk menjawab kebutuhan manajemen risiko saat ini. Dalam banyak kasus VaR tidak berhasil membantu manajer risiko dalam menangkap nilai kerugian yang besar atau extreme value. VaR banyak sekali menggunakan asumsi dasar yang ironisnya asumsi tersebut tidak berlaku pada produk produk keuangan saat ini. VaR masih dapat digunakan pada saat pasar berlangsung normal. Tapi pada saat pasar sedang berturbulensi maka VaR sudah menjadi tidak valid. Hal ini seperti seseorang membawa payung sebelum hujan, dan ketika hujan turun, payung tersebut tidak bisa terbuka. Maka dibutuhkan suatu model yang bisa membantu dan melengkapi VaR untuk mengukur potensi kerugian yang jarang terjadi namun berskala dan berdampak besar.
Metode Extreme Value Theory (EVT) adalah suatu model statistik yang ditemukan untuk menjelaskan perilaku data khususnya pada bagian ekor (jail). Dalam banyak contoh produk keuangan dalam hal ini saham, sering kali didapat abnormal return, bagian ini dapat dijelaskan dengan model EVT tersebut. EVT dengan pendekatan Generalized Parcto Distribution (GPD) mencoba membuat distribusi data khusus bagian tail dengan batas ambang (ihreshold) 10%. Lalu dari parameter GPD yang diperoleh maka dapat dicari besaran VaR EVT-GPD yang merupakan potensi nilai ekstrim pada saham tersebut.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menentukan estimasi parameter dari distribusi ekor {tail distribution) sesuai dengan metode identifikasi nilai ekstrim yang dipilih. Dan menguji kemampuan VaR EVT-GPD sebagai ukuran risiko alternatif terhadap VaR tradisional dalam mengelola risiko saham yang tergabung dalam LQ45, menguuji apakah metode EVT-GPD dapat diandalkan dengan melakukan backlesting, lalu membandingkan hasil perhitungan VaR EVT-GPD dengan VaR tradisional historical simulation.
Data yang digunakan adalah data historis saham-saham yang bergabung dalam LQ45 per Desember 2007 yang diperoleh dari internet. Lalu dilakukan suatu pengukuran VaR konvesional; historical simulation untuk data data ini. Dalam mengaplikasikan EVT-GPD kedalam data ini, sebelumnya ditentukan threshold yang membatasi data yang digunakan, rule of thumb 10%. Setelah diperoleh estimasi parameter GPD, dilakukan proses pengukuran VaR EVT-GPD.
Hasil untuk tiap saham yang diperoleh akan melalui proses validasi (backtesting) dengan menggunakan data Januari 2008 yang diketahui terdapat kejatuhan pasar modal Indonesia yang cukup besar di bulan tersebut. Proses backlesting menunjukan metode VaR konvensional - historical simulation tidak valid dalam mengukur risiko di bulan Januari 2008, sedangkan VaR EVT GPD dapat menangkap potensi kerugian besar dalam bulan tersebut.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, adanya potensi nilai ekstrim pada pergerakan harga saham yang bergabung dalam LQ45. gagalnya metode VaR konvensional - historical simulation dalam menangkap kejadian kejadian besar yang tidak diharapkan. Model VaR EVT-GPD dapat menangkap nilai risiko yang besar selama periode backtesting.

Risk Management has experienced fast development in the last decade. Several methods of risk measurement were invented and continually been improved and been developed. From Standard deviation measurement or risk-return relationship by Markowitz method, the implementation of Economic Value Added (EVA), Asset- Liability Management (ALM), until to the famous one - Value at Risk (VaR).
VaR was developed by JP Morgan with its risfanetric, is a simple method, a statistically approached which can measure the unpredictable loss in the future. But as the Financial and Capital markets and Financial product get more complex, the correlation among each other is progressively higher. Currently the biggest chalienge of VaR is to provide tke risk management’s requirement to measure the risk. In most cases VaR failed to help risk manager in controlling a big loss or extreme value. VaR is using myriad basic assumption that ironically those assumptions are not the real fact which happens in the market or recent Financial products. VaR has the advantages at the moment of normal market, but in the time of turbulence market mostly VaR have become not valid. It is like someone brings the umbrella but when the rains pour down, the umbrella can not be opened. Therefore a model which can help and company VaR to measure big loss potency that rarely happens but has a big impact is needed.
Extreme Value Theory (EVT) method is an invention of statistical model to describe data’s behavior in particular tail of distribution. In many Financial products in this case: stocks, there will be some time the retum is abnormal, that part can be described by EVT model. EVT with Generalized Pareto Distribution (GPD) approach is trying to separate and to grouping tail data into a pareto distribution with the ihreshold bound of 10%. Then the acquired GPD parameter is used to ineasure VaR EVT-GPD which constitutes extreme loss potency on that stock.
The purpose of this research is to determine parameter estimation of tail distribu t ion according to Identification method of extreme value which is chosen, and to examine VaR EVT GPD's ability as the alternative tools to traditional VaR in measuring extreme losses of stocks within LQ45, and to find does EVT-GPD method can be relied on by doing backtesting, then compares VaR EVT-GPD's measurement resuit to traditional VaR-historical simulation.
The Data which are utilized in this research are historicai prices data within LQ45 index in Indonesia Stock Exchange by December 2007. The data were collected from intemets. Then traditional VaR-historical simulation is calculated form those data In applying EVT-GPD into this data, previously ij has been determined the Ihreshold that draws the line of data, the rule of ihumb 10% threshold is applied. After the estimated parameters of GPD Distribution are collected, they are used in VaR EVT-GPD measurement process.
The Resuit for every acquired stock will have a validation process or backtesting, using January 2008 data which there was a big volume downfall of Indonesia Capital market an that month. The backtesting process shows that conventional VaR - historicai simulation is not valid to measure risk on month January 2008, meanwhile VaR EVT-GPD can grasp the unpredictabie big loss over that month.
Conclusion of this research is, acknowledging the extreme losses potency on Indonesian stocks price within LQ45, VaR - historicai simulation method is failed to identifying big losses. VaR EVT-GPD model can grasp the big risk or losses over the backtesting month.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25759
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Woelandari Widji Oetami
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kepemilikan saham oleh Manajer Investasi dengan kinerja Reksa Dana (fund return, fund turnover dan fund tax cost). Objek penelitian ini adalah Reksa Dana Saham yang memiliki kepemilikan unit penyertaan oleh Manajer Investasi (insider ownership) pada Reksa Dana Saham yang dikelola serta aktif selama periode penelitian. Hasil analisis dengan menggunakan Two Stage Least Square (TSLS) menunjukkan bahwa insider ownership memiliki hubungan yang positif terhadap fund turnover dan berhubungan negatif persentase pengenaan pajak.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa insider ownership memiliki pengaruh positif terhadap imbal hasil (return before tax ) dan memiliki hubungan negatif terhadap besarnya dana yang diinvestasikan pada investasi jangka panjang (Lttot) selama periode Oktober 2006 - September 2008.

The purpose of this researh is to analyze the correlation between insider ownership by managerial with mutual fund performance ( fund return,fund turnover and fund tax cost ). The sample of this research is equity mutual fund that has insider ownership in equity mutual fund that is managed and active in this research period. The result with TSLS ( Two Stage Least Square ) method shows that insider ownership has a positive correlation to fund turnover and has a negative correlation to tax burden.
The regression result shows that insider ownership has a positive influence to return before tax and has a negative influence to the percentage of fund invested in long term investment during period October 2006 - September 2008."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Puput Puji Rahayu
"ABSTRACT
Di tengah pesatnya pertumbuhan industri Islam, baik di sektor keuangan dan di sektor riil. Status syariah yang melekat pada penerbit adalah sesuatu yang dapat mendukung penerbit ini untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan industri. Penapisan syariah diperkenalkan untuk mengukur dan menentukan status syariah terhadap emiten yang termasuk dalam pasar modal. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks yang terdiri dari seluruh daftar efek syariah di Indonesia. Studi ini membahas bagaimana mengumumkan perubahan pada konstituen ISSI untuk meningkatkan harga saham perusahaan yang diumumkan dalam pengumuman. Penelitian ini menggunakan data dari 109 emiten yang diumumkan selama tahun 2015 hingga 2018. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari harga pembukaan saham harian, pengumuman ISSI, dan data aksi korporasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pasar atau investor merespons positif saham yang ditambahkan ke ISSI dan tanggapan negatif untuk saham dihapus dari ISSI. Namun, kondisi ini tidak terjadi sepanjang periode yang diumumkan. Hasil lain adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pengembalian abnormal rata-rata kumulatif yang lebih konsisten oleh perusahaan yang dihapus dari ISSI daripada yang ditambahkan ke ISSI.

ABSTRACT
Amid the rapid growth of the Islamic industry, both in the financial sector and in the real sector. The status of sharia attached to the publisher is something that can support this publisher to participate in industrial growth. Sharia screening is introduced to measure and determine the status of sharia for issuers included in the capital market. The Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) is an index consisting of a whole list of sharia securities in Indonesia. This study discusses how to announce changes to the ISSI constituents to increase the company's share price announced in the announcement. This study uses data from 109 issuers that were announced during 2015 to 2018. The data used in this study consisted of daily stock opening prices, ISSI announcements, and corporate action data. The method used in this research is event study. The results of this study found that the market or investors responded positively to shares added to ISSI and negative responses to shares removed from ISSI. However, this condition did not occur during the announced period. Another result is that there is a significant difference in cumulative abnormal returns that are more consistent by companies that are removed from ISSI than those added to ISSI."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>