Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setiadi
"Bila struktur mengalami getaran dari suatu sumber getar yang merambat ke struktur tersebut dengan frekuensi sama dengan salah satu frekuensi natural yang dimiliki oleh struktur, maka akan terjadi fenomena resonansi dimana amplituda getaran membesar, yang dapat menimbulkan kerusakan. Hal ini dapat dicegah dengan memodifikasi struktur, yaitu dengan menambah massa (m) dan kekakuan (k).
Pada proses perancangan dan pengembangan suatu struktur, sering diperlukan suatu modifikasi pada struktur untuk mendapatkan rancangan yang aman. Modifikasi ini menyebabkan parameter pola getar dari struktur yang dimodifikasi menjadi berubah.
Dalam tulisan ini akan dibahas analisis teori dan studi percobaan untuk mendapatkan frekuensi alami sebelum dan sesudah modifikasi struktur, dimana metode yang digunakan dalam modifikasi struktur adalah metode eksak, metode konvensional dan metode sensitivitas. Pada dua metode terakhir untuk memperoleh frekuensi alami sesudah modifikasi cukup diambil nilai karakteristik dinamik dari struktur unmodified.
Sedangkan pengujian getaran menggunakan alat-alat "Dual Channel Signal Analyzer B & K 2034" yang menghasilkan respons frekwensi dari model struktur. Benda uji berupa pelat dari aluminium yang dijepit pada ujung yang satu dan bebas pada ujung lainnya (kantilever).
Modifikasi disini adalah dengan penambahan massa kecil pada benda uji. Untuk keperluan simulasi numerik dipergunakan program SAP..90. Selanjutnya metode-metode dalam modifikasi struktur akan saling dibandingkan dan hasil pengujian merupakan validasinya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap mutu pelayanan kesehatan tergantung dari manajemen keperawatan, dan salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan, adalah seberapa besar produktifitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien dan keluarganya. Untuk mencapai pertumbuhan produktivitas kerja yang optimal diperlukan beberapa faktor pendukung antara lain adalah adanya iklim kerja yang harmonis, etos kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara iklim kerja, etos kerja, dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja para perawat pelaksana non militer di RSAL dr. Ramelan Surabaya.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel iklim kerja, etos kerja dan disiplin kerja dengan produktivitas kerja perawat non militer di RSAL dr. Ramelan Surabaya. Jumlah sampel 170 orang dari 302 populasi yang diambil dengan sistematis random sampling. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan analisis data dengan uji univariat, bivariat dan multivariat.
Dengan tingkat kepercayaan α=0,05, didapatkan hasil yang berhubungan signifikan dengan produktivitas kerja adalah iklim kerja (p=0,032), dimensi psikologis (p=0,00), dimensi sosial (p=0,012), etos kerja (p=0,035), disiplin kerja (0,038), kepatuhan terhadap waktu kerja (p=0,014), kepatuhan terhadap tata tertib (p=0,000), kepatuhan terhadap standart (p=0,024) dan kepatuhan terhadap atasan (p=0,014). Analisis multivariat menunjukan bahwa umur (p=0,000) merupakan variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas kerja.
Rekomendasi untuk kepala dan manajemen keperawatan RSAL dr. Ramelan Surabaya, perlu dikembangkan lebih lanjut standart kinerja dan standart asuhan keperawatan, standart disiplin kerja, pengembangan team sharing dan pemberlakuan sistem penghargaan yang adil bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar. Dengan dilaksanakan program ini, pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja, sebagai tujuan akhir dari persoalan manajemen, termasuk didalamnya manajemen keperawatan.
......Contribution of nursing service to the quality of health service depended upon nursing management, and one of the indicator of excellence in nursing is how much the productivity of the staff nurse in providing a good care to client and family. To achieve the optimal productivity growth needs some supporting factor includes conducive work, climate work, good work ethos and high discipline. This research aims at identifying the relationship between work climate, ethos, and discipline with work productivity of non military nurses at RSAL dr. Ramelan Surabaya".
The design of this research was a descriptive correlation. The number of sample was 170 of 302 total population, obtained through a systematic random sampling technique. The univariate, bivariate and multivariate analysis were utilized to identify the correlation between the independent and dependent variables.
Using the level of significance (α=0,05), the bivariate analysis identified a relationship between work productivity and work climate (p=0,032), psychological (p=0,00), and social dimensions (p=0,012), ethos (p=0,035), discipline (p=0,028), compliance to the schedule (p=0,014), local policy (p=0,00), standard (p=0,024) and direct superior (p=0,014).The multivariate analysis showed that age (0,000) represents most related to work productivity.
Recommendation is directed to the director and nursing manager at dr. Ramelan Surabaya Hospital, that performance of nursing care, work discipline standards and team building development, fair reward system for high work performance and penalty for low work performance need to be developed further. In turn, all components mentioned above will improve work productivity as a final goal of management especially nursing management. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Senyawa aseton dapat dipandang sebagai salah satu model senyawa organik turunan biomasa (renewable material). Senyawa aseton telah dapat dikonversi menjadi hidrokarbon aromatik menggunakan katalis H-ZSM-5 dengan variasi rasio Si/Al (25, 75 dan 100) menggunakan fixed bed reactor bertekanan atmosferik pada suhu diatas 350 oC. Didapatkan bahwa ketiga rasio H-ZSM-5 memiliki kemampuan shape selectivity yang tinggi untuk senyawa aromatik (yield >70%). Perbedaan kinerja katalis terlihat setelah 2 jam reaksi, katalis rasio Si/Al=75 dan 100 lebih rentan mengalami deaktivasi. Sedangkan, ZSM-5 rasio Si/Al=25 masih bertahan dengan konversi 100% & yield diatas 70%. Terbentuknya kokas menyebabkan penurunan keasaman katalis dan luas permukaannya.
......Acetone is a organic polar compound which can be produced renewably from biomass through a fermentation process or by catalytic process of a biomassderived liquid. The prospective and sustainable system from a new schematic route can be established, if this product could be transformed into hydrocarbons. That?s why this research is intended to develop a catalytic process for aromatic production from acetone using ZSM-5.Organic acetone could be transformed into aromatic by catalytic reaction using ZSM-5 in fixed-bed reactor at atmospheric. HZSM-5 with Si/Al = 25 was more active and stable than that of Si/Al ratio 75 or 100. The yield of aromatic was obtained higher than 70 wt %. It indicates that the reaction of acetone requires a high acid density and H-ZSM-5 is shape selective catalyst for the aromatic formation due to pore opening (0,56 nm) is very close to the geometrical molecular size of the aromatic. The deactivation by coking caused the decreasing the area surface and the acidity of catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1284
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Setiadi
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996
332.6 SET o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Pada laporan skripsi ini akan dibahas bagaimana sensor gas dapat bekerja. Dan berdasarkan pemahaman ini baru kemudian akan dicoba mendesain sebuah sistem prototype array sensor gas dengan memanfaatkan mikrokontroler ATMega sebagai pusat pengolahan sinyal. Hasil baca dari sensor gas akan dibaca dan diterjemahkan oleh ADC sebelum diproses ulang oleh mikrokontroler. Pengujian dilakukan dengan sebatang rokok yang dibakar sebagai sumber gas. Proses pengujian sensitifitas sensor dilakukan dengan mengubah jarak dan posisi sumber gas dari sensor TGS 2600.
Dari hasil percobaan dapat diperoleh bahwa dari ketiga jenis konfigurasi array sensor memiliki besar kesalahan pembacaan yang berbeda. Pada kecepatan 1,31 cm/s untuk konfigurasi pertama nilai rata-rata kesalahan 11,14% sedangkan kedua dan ketiga adalah 27.96% dan 13.93%. Sementara pada kecepatan 0,26 cm/s maka kesalahan untuk masing-masing kombinasi adalah 8,09%, 25,04% dan 11,04%. Apabila kecepatan perubahan sensor tehadap sumber diperlambat menjadi 0,13 cm/s maka kesalahan pembacaan untuk masing-masing kombinasi menjadi mengecil 3,63% , 19.26% dan 5.97%.

In the report of this final project will discuss how to work the gas sensor. And based on this new understanding will then try to design a prototype system of a gas sensor array using ATMega microcontroller as a signal processing center. The gas sensors results will be read and translated by ADC before being processed by a microcontroller. Testing is done with a cigarette is burned as a source of gas. Sensor sensitivity testing process is done by changing the distance and position of the source gas sensors TGS 2600.
From the experimental results can be obtained that the three types of sensor array configuration has a different mistakes of reading. At the speed of 1.31 cm/s for the first configuration error average value has 11.14% while the second and third configuration is 27,96% and 13,93%. While at the speed 0.26 cm / s, the error for each combination was 8.09%, 25.04% and 11.04%. If the speed of sensor was changes slowed from sources to 0.13 cm/s, the error readings for each combination become reduced 3,63%, 19,26% and 5,97%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52051
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
JUTE-12-1-Mar1998-7
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Lecithin is needed as a bioemulsifier product in stabilizing agents for the food, pharmaceutical and cosmetic industries due to its renewability and as it is environmentally friendly. In the food industry, most of the emulsifiers used are the oil-in-water (O/W) type. Lecithin can be seen as a promising emulsifier product because it is extracted from egg yolk and modified by enzymatic hydrolysis reaction using the papain enzyme. This modification will change the molecular structure of the compound, which makes lecithin more stable in the oil-in-water type of emulsion. This study aims to determine the optimum amount of papain enzyme used in the hydrolysis reaction to achieve the most stable O/W lecithin emulsion type. The results show that the breaking of a single fatty acid chain from the structure of lecithin can be demonstrated by FTIR instrumentation. The fatty acids detected from the lecithin structure are shown at wavenumber 1699.45 cm-1 (C=O), 1231.44 cm-1 (C-O), 1422.45 cm-1 (C-O-H), 1092.85 cm-1 (C-C), 665.89 cm-1 (CH2), and 3400.57 (-OH in carboxylate). Determination of the modified lecithin yield was made by several tests, namely a stability test, and tests for acid value, surface tension and zeta potential. From the results of tests, the emulsion stability for the O/W type was achieved in modified-lecithin using a 4% papain enzyme dosage, with a stability duration of up to 31 hours. The lowest acid number was achieved in modified-lecithin using a 2% papain enzyme dosage with value of 10.40. The lowest surface tension was obtained in modified-lecithin using a 2% papain enzyme dosage with a surface tension value of 48.68 dyne/cm. The zeta potential of the modified-lecithin using a 2% papain enzyme had a value of -94.8 mV. These results show that the enzymatic hydrolysis of lecithin using a papain enzyme is clearly able to enhance the emulsifier properties of the lecithin produced."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Setiadi
"Peningkatan kompetensi karyawan sekarang menjadi isu penting bagi perusahaan untuk menjaga kemampuan berkompetisi guna menghadapi tantangan bisnis dalam era perdagangan babas yang akan segera datang. Undang-undang Ketenagalistrikan (baru) akan mengatur kompetisi antar pelaku bisnis tenaga listrik seperti PT PLN (Persero), swasta, termasuk koperasi dan BUMN yang lain. Melalui pembahasan bersama institusi terkait, maka Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral secara bertahap mempersiapkan standarisasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan.
Analisis kompetensi K3 pada Pengawas kegiatan penyediaan tenaga listrik di PT PLN (Persero) bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi K3 pada Pengawas pada beberapa Unit pengelola instalasi yang dipilih untuk melakukan penelitian yang dapat mewakili kegiatan penyediaan tenaga listrik di PT PLN (Persero), sekaligus untuk menggambarkan tingkat kompetensi pada kegiatan pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik.
Dengan menggunakan referensi elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja dari kompetensi K3 umum (generik) untuk Pengawas (NOHSC, Australia) sebagai instrumen penelitian, dilakukan wawancara kepada para Pengawas serta kuisioner kepada para Pelaksana, kelompok kerja pengelola instalasi dan kepada para Pejabat pengelola instalasi, diperoleh bahwa rata-rata tingkat kompetensi K3 pada Pengawas kegiatan penyediaan tenaga listrik di PT PLN (Persero) dapat diklasifikasikan antara "rendah" sampai "kurang dari cukup", di mana pada kegiatan pembangkitan lebih baik dari pada kegiatan transmisi dan pada kegiatan transmisi lebih baik dari pada kegiatan distribusi.
Saran pembinaan untuk meningkatkan kompetensi dengan menambah wawasan pengetahuan, ketrampilan dan sikap K3 pada Pengawas, keharusan terdapatnya komitmen yang kuat terhadap K3 dari top manajemen (dukungan manajemen) dan memperhatikan tempat kerja (tantangan kegiatan atau pengaruh lingkungan).

The Analysis on Occupational Safety and Health Competency for Supevisor of Electric Energy Supply in PT PLN (Persero)
Employee competency improvement is now becoming the important issues for corporations to maintain its competitive ability to meet business challenges for incoming free trade era. The (new) Electricity Act regulates the competition of electricity business players such as PT PLN (Persero), the private sector including ccoperative and other state owned corporations. Through agreements with related institutions, The Department of Mine and Energy is progressively set the standards to be used for technician competencies in electricity.
The analysis on occupational health and safety (OHS) competency for Supervisor of electric energy supply in PT PLN (Persero) aims at identifying the competency level of OHS of Supervisors in a number of units chosen to investigate matters that may represent the activities of electricity supply in PT PLN, while also describing the competency levels in electricity generation, transmission and distribution.
With reference to the competency elements and performance criteria for generic OHS c^mnPfencies for Supervisors (NOHSC, Australia) as research tool, interviews were conducted with Supervisors and questionnaires were given to Working groups who directly in charge for instalation maintenance administering installation and the respected Officers. The result obtained indicates that the average competency level of OHS among Supervisor of electric energy supply in PT PLN (Persero) can be classified ranging from "low" to "inadequate", whereas electricity generating activities scored higher than transmission activities, and distribution activities have the lowest score among them.
Suggestions to improve competency include supplementary information of OHS knowledge, skill and attitude of Supervisors, need a strong commitment from the top management on OHS (managerial support) and awareness of the work location (in term of challenging activities and or environmental influence).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Heri Setiadi
"Tugas dan wewenang Polri yang diatur dalam UU No. 28 tahun 1997 salah satunya adalah menangani permasalahan kendaraan bermotor mencakup pendaftaran kendaraan bermotor. Dalam prakteknya, tugas tersebut dilakukan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah/Dipenda dan PT. Jasa Raharja menyelenggarakan pelayanan pendaftaran dan pembayaran pajak kendaraan bermotor dalam satu kantor Samsat. Akan tetapi dalam pelaksanaan sehari-harinya, adanya birokrasi berjenjang dalam pengurusan surat-surat kendaraan bermotor tersebut dirasakan oleh masyarakat sebagai hambatan dalam proses administrasinya. Hal tersebut membuka peluang munculnya jasa calo/biro jasa yang dapat membantu pengurusan surat-surat tersebut.
Penelitian yang dilakukan di kantor Samsat Kodya Semarang bertujuan untuk menggambarkan proses pelayanan petugas samsat serta adanya pelayanan secara khusus berkaitan dengan kelengkapan persyaratan yang kurang, proses cepat bea balik nama, percaloaan serta adanya pembukaan loket khusus untuk Acc KTP sebagai alternatif untuk tidak melakukan balik nama. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif, dimana penulis langsung berada ditengah-tengah obyek penelitian untuk mengamati, merasakan, dan memahami dinamika pelaksanaan pelayanan oleh petugas samsat dalam proses administrasi kendaraan. Penulis juga melakukan aktivitas sebagai wajib pajak, mengamati, dan melakukan wawancara terhadap petugas samsat, baik PNS maupun Polri dan calo/biro jasa.
Hasil penelitian menemukan pelayanan Samsat di Kodya Semarang terbagi tiga yaitu Samsat I, Samsat II dan Samsat III dimulai jam 08.00 WIB sampai jam 14.00 WIB serta dilayani oleh 113 orang petugas yang terdiri dari 57 orang petugas Polri, 16 orang PNS dan 40 orang PHL. Pengguna jasa yang dilayani petugas terdiri dari : pemilik langsung atau wajib pajak, calo, suruhan atau kurir balk orang sipil maupun personal Polri.
Peningkatan pelayanan kepada masyarakat seperti one day service dalam proses administrasi kendaraan bermotor tidak disertai kriteria dan batasan waktu yang jelas. Hal ini mendorong masyarakat untuk menggunakan jasa perantara atau calo. Pada sisi lain para wajib pajak cenderung menggunakan calo atau perantara dalam mengurus surat-surat kendaraan bermotornya, sehingga aktivitas sehari-harinya tidak terganggu.
Perantara atau calo yang beroperasi di kantor Samsat Kodya Semarang terdiri dari personel Polri di kantor Sarnsat termasuk Provost Polda Jawa Tengah yang bertugas melakukan pengamanan internal, pegawai negeri dari Pemda Kodya Semarang, pegawai harian lepas, biro jasa yang dikenal dengan calo resmi, calo liar, dan petugas parkir.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, para calo mempunyai cara dan strategi sendiri untuk menarik wajib pajak yang akan mengurus kendaraannya, seperti mangkal di depan pintu, di ruang tunggu, di tempat parkir, dan di warung sekitar samsat. Disamping itu ada calo yang memiliki pelanggan sendiri, yaitu wajib pajak yang setiap tahunnya secara rutin dibantu pengurusan administrasi kendaraan bermotornya. Biasanya calo menghubungi wajib pajak langganan yang terdaftar dalam buku khusus beberapa hari sebelum waktu jatuh tempo.
Pada sisi lain terjadi penyimpangan tugas dan kewenangan oleh petugas dalam melayani masyarakat. Hal ini dibuktikan dimana dalam pengecekan fisik kendaraan bermotor yang meliputi nomor rangka dan nomor mesin dilakukan oleh petugas Polri tidak dilaksanakan sebagaimana aturan yang ada, sehingga petugas Polri itu sendiri tidak optimal khususnya dalam mengembangkan penanganan tindak pidana pencurian kendaraan dan penyidikan kecelakaan lalu lintas. Petugas polisi yang bekerja secara terpadu dan terkait dengan instansi lain yang membidangi pemasukan uang negara ini cenderung menitik beratkan unsur pelayanan saja yaitu pemasukan uang negara dari pada tugas fungsi sebagai aparat yang bertanggung jawab akan keamanan dan ketertiban penerbitan suratsurat kendaraan bermotor. Penyimpangan lain yang dilakukan petugas adalah dibentuknya loket khusus bagi wajib pajak yang tidak dapat melampirkan KTP asli atas nama pemilik dengan membayar uang dengan jumlah tertentu. Hal ini merugikan Pemerintah Daerah dari sektor penerimaan pajak."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T8085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Setiadi
"ISPA merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang dapat menyerang secara akut pada bayi dan balita, Profil Provinsi Jawa Barat 2000 ISPA merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (15.24%) pada Balita (23,27%). Di Kabupaten Tasikmalaya Insiden ISPA tahun 1997(31,94%), 1998 (59,65%) dan pada tahun 1999 ( 44,48%).
Upaya penanggulangan ISPA salah satunya adalah penemuan dan penatalaksanaan penderita ISPA oleh petugas, dalam hal ini adalah bidan di desa, karena bidan di desa sudah terdistribusi sampai dengan tingkat desa. Di Kabupaten Tasikmalaya sampai dengan tahun 2000 (88%) desa sudah ditempati oleh tenaga bidan.
Cakupan bidan dalam penemuan kasus ISPA pada tahun 1999 adalah 57,3%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2000.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan populasi seluruh bidan di desa Kabupaten Tasikmalaya, pengambilan sampel dengan teknik Proportional Stratifikasi random diambil sebanyak 75 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis data univariat, Bivariat (Chi Square) multivariat (uji regresi logistik berganda), instrumen penelitian adalah pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 75 responden bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA mencapai target sebanyak 57.3%, sedangkan yang tidak mencapai target 42,7%.
Hasil analisis data bivariat menunjukan bahwa faktor usia, lama kerja, pengetahuan, pelatihan, sarana (timer) dan jangkauan memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik terhadap kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA (p < 0.05 ), selanjutnya hasil analisis multivariat diperoleh hasil bahwa faktor jangkauan merupakan faktor yang paling besar hubungannya dengan kinerja bidan di desa dalam penemuan kasus ISPA dengan OR sebesar 9,601.
Dengan adanya penelitian ini maka perlu adanya upaya dari pihak puskesmas untuk selalu melakukan pembinaan serta meningkatkan sarana untuk kepentingan bidan, sedangkan untuk Dinas Kesehatan perlu adanya pemikiran untuk alat transportasi bagi bidan di desa sehingga dalam menjangkau kasus ISPA akan lebih cepat ditanggulangi.

Factors Related to Midwife Work Achievement at the Village in Finding ISPA Case at Regency of Tasikmalaya in 2000ISPA is one of respiratory tract diseases which can critically attack babies and children under five. At the profile of West Java province 2000, ISPA was number one causal factor on mortality of babies(15.24%) and children under five (23.27%). At Tasikmalaya the incident of ISPA in 1997 (31.94%) 1998 (59.65) and in 1999 (44.4%).
One of effect in handling ISPA is invention and taking care of ISPA patients by official, in this case is midwife of village because the midwife of village had been distributed until village level. At regency of Tasikmalaya until 2000 about 88% the village in Tasikmalaya has been occupied by midwife officials.
The midwife coverage in finding of ISPA case in 1999 was 57.3%. Therefore this research is aimed to get information about factors related to midwife work achievement at village in finding case of ISPA at regency of Tasikmalaya in 2000.
The research design used was cross sectional, the populations were all midwife at Tasikmalaya, the sampling with proportional stratification random and the number of samples was 75 respondents. The analysis used was data analysis univariate (multiple logistic regression tests) and the research instrument was interview.
The result of the research showed that from 75 respondents of midwife at the village in finding case of ISPA , who reached target were 57.3% while who did not reach target were 42.7%.The result of data analysis bivariate showed that factor of age, working duration, knowledge, training, facility and reach statistically gave significant correlation on work achievement of midwife at the village in finding ISPA case (p<0.05) and the result of multivariate analysis showed that reach factor was the biggest factor related to midwife work achievement at the village in finding care of ISPA by OR 9.601.
From this research it needs to be done the effort of public health centre to build the midwife at village and increase the facility continuingly for midwife interests, while the health department needs to consider about transportation for midwife at village, so in handling case of ISPA can be reached faster."
2001
T8426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>