Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Akhmad Bayhaqi
Abstrak :
Put in simple terms, a 'bubble' refers to financial assets (like stock or land) whose price grows out of proportion from its 'fundamental value'. Once the bubble bursts, the economy could Jail into reccession, and in the worst case scenario turns into an economic financial crisis. While most ASEAN economic suffered instantly from the burst of the crisis in 1997, mature economics, such as Singapore, japan and the US, only buffered minor ittifnuts at the tune Now, htwwer, concerns arc being raised as tltew mature en'itomic-. h\- time expciicna'd i:orti>itjt?raltle I'coiiotnu. slowdowns, mo*t notably in jiipan and Singapore, bat also to n lesser extent rn the US- ft iV plfiusihlt1 that bi:ihlc probh'in^ could reappear as tut a re cri±e> in the^c economies, ///is t-^stnf attempts to understand the anatomy of such bubbles and deta mine whether Sifigaf
2004
EFIN-52-2-August2004-81
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Akhmad Bayhaqi
Abstrak :
Dalam tulisan inif penulis menggunakan formulas tiga-faktor dengan hasil yang menunjukkan bahwa perlumbuhan IFF (total factor productivity) di Indonesia selama periods 1969-97 adalah negatif, Penggunaan formulasi tiga-faktor nampaknya menghasilkan TFP yang lebih rendah dibandingkan dengan model dua-faktor, Menurut Boshworth, et. al (I995)f negara dengan pertumbuhan years-of-schooling yang tinggi secara ekstrim akan menyebabkan kontribusi TFP terhadap pertumbuhan output kecil. Ditemukan bahwa kontribusi tingkat pendidikan yang rendah pada pertumbuhan ekonomi, sehingga modal yang mendominasi sumber pertumbuhan. Sementara faktor input per se mungkin tidak penting uniuk pertumbuhan, mereka berinteraksi dengan faktor lainnya untuk memproduksi peningkatan dalam total productivity yang disebut residual. Negara yang saat ini di Asia yang sedikit terimbas krisis, seperti Singapura dan Malaysia, nampaknya memang sudah memiliki kapitat dan pendidikan yang baik dan masa lain. Negara-negara di ASEAN yang memiliki endowment kapital dan pendidikan yang baik juga bisa bertahan dart krisis.
2003
EFIN-51-1-Mar2003-83
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Akhmad Bayhaqi
Abstrak :
Makalah ini mencoba melihat sistem pendidikan tinggi di Indonesia terkait dengan jumlah subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Saat ini terdapat 850,000 mahasiswa yang sekarang mengikuti studi di 52 Perguruan Tinggi Negri dimana uang SPP yang dibayarkan hanya mencakup 11% dari seluruh pengeluaran yang ada.
Salah satu alasan mengapa pemerintah mensubsidi PTN adalah pada awalnya didasari oleh sentimen egaliter yang kuat. Sebenarnya semua kebijakan yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan dapat dijustifikasi dengan menggunakan prinsip egaliter. Namun, karena anggaran pemerintah yang terbatas serta banyaknya tujuan-tujuan pembangunan lain yang ingin dicapai, pemerintah harus memberikan justifikasi berdasarkan kriteria-kriteria yang lebih spesifik. Tiga kriteria yang digunakan dalam tulisan ini, untuk lebih mengarah kepada dampak sosialnya, adalah pemerataan, mobilitas sosial dan modal sosial.
Sumber pendanaan yang bervariasi dapat meningkatkan kualitas, efisiensi dan pemerataan. Dan juga karena adanya ketidaksempurnaan pasar dalam pendidikan tinggi, intervensi dari pemerintah tetap diperlukan. Tulisan ini memberikan usulan kebijakan untuk menaikkan biaya SPP serta untuk menyediakan lebih banyak pinjaman serta beasiswa untuk tetap menjaga akses terhadap pendidikan tinggi bagi masyarakat berpendapatan rendah.
2000
EFIN-XLVIII-3-Sept2000-215
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library