Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldi Aditya
"Definisi klasik mengenai mitos adalah suatu cerita tentang asal-usul kosmos atau semesta yang kemudian mengiringi upacara dan ritual yang ada dalam budaya di seluruh dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, mitos dipandang sebagai sebuah pemaknaan tingkat dua dari suatu sistem tanda. Sebagai suatu tipe wicara, mitos dapat pula ditemukan dalam karya-karya sastra. Dalam hubungannya dengan teks lain, mitos dapat dikukuhkan (myth of concern) atau dirombak (myth of freedom). Untuk menelaah bagaimana mengukuhkan atau merombak mitos dalam cerpen-cerpen Eka Kurniawan yang terangkum dalam Gelak Sedih, dibutuhkan suatu kerangka kerja intertekstualitas. Intertekstualitas adalah pelintasan suatu sistem tanda kepada sistem tanda lainnya. Dengan intertekstualitas, pembaca dapat menemukan makna sesungguhnya dari pembacaan cerpen-cerpen Eka Kurniawan, berkaitan dengan mitos yang telah dibicarakan.
A classic definition of myths is a story about the beginning of cosmos or universe which later accompanying rituals contained in cultures and customs in the whole world. In the next stage, myths regarded as a secondness meaning of a sign system. As a type of speech, myths could be found in literary texts. In its relation with other texts, myths could be confirmed (myth of concern) or untied (myth of freedom). For the sake of regarding the way to confirm or untie myths in Eka Kurniawan?s short stories collected in Gelak Sedih, it needs an intertextuality work concept. Intertextuality is an intersect of a sign system to another. With intertextuality, reader can find the true meaning in Eka Kurniawan?s short stories, related to myths formerly discussed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Aditya
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan bagian dari studi fiksi ilmiah yang penting untuk dilakukan karena selama ini genre tersebut belum banyak dibahas dalam studi kesusastraan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan atas novel karya Djokolelono, Jatuh ke Matahari, yang berlatar dunia masa depan yang modern dan berteknologi maju. Kisah novel tersebut tidak hanya menekankan modernitas yang ditandai dengan konsep perjalanan luar angkasa, terraforming, dan ilmuwan gila, namun juga menekankan cara manusia menghadapi modernitas dalam wacana superioritas moral. Sangat penting menyelidiki teks sebagai bagian dari wacana superioritas moraldi zaman Orde Baru untuk memahami pengetahuan mengenai moralitas di dalamnya. Dapat disimpulkan bahwa Jatuh ke Matahari merepresentasikan pengetahuan mengenai superioritas moral bangsa Indonesia dalam menghadapi modernitas pada zaman Orde Baru dan mempertentangkannya dengan superioritas sains Barat, guna mendiferensiasi dan menempatkan Barat sebagai other.

ABSTRACT
The importance of this study can be seen as this study draws on the field of Science Fiction Studies which almost have never taken a major part in Indonesian Literary Studies. This study examines Indonesian science fiction novel, Jatuh ke Matahari by Djokolelono, which situates its narrative in futuristic, modern, and technologically advanced world. This narrative not only address the modernity, which is identified by the concept of space odyssey, terraforming, and mad scientist, but also the way in which human being places himself in modernity in the discourse of moral superiority. To understand the knowledge of morality in the text, it is important to investigate that the text is a part of moral superiority discourse of New Order era. It is suggested that Jatuh ke Matahari represents the knowledge of Indonesian moral superiority in the notion of modernity of the New Order era and contrasts it with Western science superiority to diferentiate and place West as other."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library