Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Alkindi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan jebakan kemiskinan di Indonesia melalui pendekatan indeks aset yang diperkenalkan oleh Adato et al. (2006) dengan menggunakan data longitunal IFLS untuk tahun 2007 dan tahun 2014. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi adanya single dan multiple equilibrium dari akumulasi indeks aset yang di bawah garis kemiskinan sehingga adanya jebakan bisa diketahui. Selain itu juga dianalisis keberadaan jebakan pendidikan rendah dan jebakan kekurangan nutrisi yang juga mempengaruhi jebakan kemiskinan. Analisis menunjukkan bahwa dalam periode 7 tahun tersebut tidak terdapat jebakan kemiskinan di Indonesia. Di seluruh pulau hanya terdapat single equilibrium yang cukup tinggi (berkisar 2 hingga 3 kali garis kemiskinan) sehingga diperkirakan penduduk miskin Indonesia akan mengakumulasi aset seiring waktu dan bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Analisis juga menemukan adanya jebakan pendidikan rendah dan jebakan kekurangan nutrisi namun dalam persentase yang cukup kecil.
This study aims to analyze the existence of poverty traps in Indonesia through the asset index approach introduced by Adato et al. (2006) using IFLS longitudinal data for 2007 and 2014. The analysis was carried out by identifying the presence of single and multiple equilibrium from the accumulation of asset index below the poverty line so that the traps can be identified. It also analyzed the existence of low education traps (illiteracy trap) and nutrient deficiency traps (undernutrition trap) which also can affect poverty traps. Analysis shows that in the 7-year period there were no poverty traps in Indonesia. In all islands there is only a single equilibrium which is quite high (around 2 to 3 times the poverty line) so that it is estimated that Indonesia's poor will accumulate assets over time and escape from poverty. The analysis also found illiteracy trap and undernutrition trap but in a relatively small percentage.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
M. Alkindi
Abstrak :
Keanekaragaman bentuk konstruksi baja dihasilkan sebagai suatu gabungan dari batang-batang yang diikatkan satu sama lainnya. Sebagai alat pengikat antara batang-batang tersebut dibutuhkan suatu alat penyambung yang kuat untuk membolehkan beban dapat terus menyebar secara tertib kebagian bagian pendukung lainnya. Pilihan disain sambungan tersebut akan melibatkan suatu cara yang akan menghasilkan konstruksi yang aman, hemat beban dan efisien dalam penggunaan. Sifat-sifat dari baja secara umum dan peri1aku sambungan secara khususnya, baik sebagai beban kajian dalam rangka merancang suatu struktur yang terkendali, bertingkah laku sesuai dengan yang diduga dalam perencanaan. Dengan demikian bisa dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi dalam parencanaan. AISC manggolongkan tiga jenis sambungan yang didasarkan pada petilaku atau ketegarannya dalam menerima gaya. Jenis Fully Restrllined Moment Connections edalah jenis yang cukup kaku untuk menaritua beban konstruksi Simple Shear Connections adalah jenis konstruksi yang dibuat hanya untuk menahan gaya geser saja. Yang kctiga adalab jenis Partial Restrllined Moment Conueetions, yang kekakuannya terletak diantara jenis rangka kaku dan rangka sederbana. Tulisan tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan suatu gambaran optimasi disain masing-masing jenis sambungan tersebut sehingga nantinya dlipat dikembangkan untuk suatu pilihan metode disain konstruksi yang aman, bamat dan efisien dalam penggunaan, yang secara memadai akan memuaskan pemiliknya. Hasil akhir yang diharapkan adalah suatu karya yang memperlihatkan hubungan panjang bentangan dengan berat profil konstruksi untuk tiap-tiap pilihan jenis sambungannya. Dari berat profil tersebut akan dapat mempertimbangankan biaya dari konstruksi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35684
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hasibuan, Syahrir Alkindi
Abstrak :
Kaum intelektual sebagai subyek politik selalu memiliki keberpihakan dan ideologi pada sesuatu hal yang ia atau mereka perjuangkan. Subyek-subyek politik ini berdisensus untuk mendukung atau menentang ideologi dari kekuatan politik lainnya. Konsensus subyek-subyek politik ini terjadi akibat sebuah konstruksi budaya dan bahasa di dalam ruang publik. Konstruksi ini membentuk sebuah sistem produksi, reproduksi, dan distribusi bagi sebuah ideologi. Sistem yang terkonstruksikan ini mengharuskan sebuah identitas dan asal-usul bagi sebuah kekuatan politik. Subyek politik tidak bisa mengemban ideologinya secara mandiri tanpa ada kesamaan kepentingan dan irisan tujuan yang sama. Ideologi yang terkonsentrasi dalam satu kesatuan sistem produksi ini menciptakan plot atau alur yang stabil dalam pergesekan kepentingan dan tujuan politik dalam ranah kebudayaan dan keseharian. Distribusi sebuah ideologi menentukan ideologi mana yang akan di konsumsi dalam tindakan politik kebudayaan ruang publik. Distribusi ideologi ini dimanifestasikan dalam bentuk hegemoni yang mengkonstruksi sistem politik tersebut melalui praktik-praktik kebudayaan dan berkesenian. Akses sebuah kekuasaan memudahkan hegemoni itu sendiri mendistribusikan ideologi dari kekuatan politik penguasa. Hegemoni terjadi melalui institusi-institusi kebudayaan yang dimiliki kekuatan politik tertentu. Polemik kebudayaan LEKRA-MANIKEBU menjadi contoh konkrit hegemoni kebudayaan dan konstruksi bahasa.
......The Intelectuals as political subject always taking side on current ideological struggling. These political subjects involved in dissensus to support or confront ideologies from other political group. These subject politic's consensus occurred from culture and language construction in public sphere. These constructions formed production, reproduction, and distribution system for ideology. These contructed system indicated identity and origin for political strength. Political subjects could not bear its ideology independently without identical purpose and mission from the other political groups. This concentrated ideology in current production system creating a stable plot on dissensus in our culture reality. Ideology distribution determine which ideology consummed on political culture action in public sphere. These ideological distribution manifestated in hegemonical form which constructed political system through culture and art practice and exhibition. Access to power ease hegemony itself to distributing ideology from ruling political power. Hegemony happen through cultural institution owned by specific political group. LEKRA MANIKEBU's cultural polemic is a concrete cultural hegemony and language construction example.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S68134
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library