Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carolina Astari
Abstrak :
Keong tutut (Bellamya javanica) merupakan bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mencegah kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efek hepatoprotektif daging keong tutut dalam menurunkan aktivitas enzim aspartat aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) yang merupakan parameter kerusakan hati. Tiga puluh enam (36) ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal (CMC 0,5%), kontrol negatif (CMC 0,5%), kontrol positif (silymarin 9,45 mg/200 g BB), dosis 1 (serbuk daging keong tutut 56 mg/200 g BB), dosis 2 (serbuk daging keong tutut 112 mg/200 g BB), dan dosis 3 (serbuk daging keong tutut 224 mg/200 g BB). Bahan tersebut diberikan secara peroral selama 14 hari. Pada hari ke-15, semua tikus, kecuali kontrol normal diinduksi dengan CCl4 1 ml/kg BB melalui rute yang sama. Dua puluh empat jam setelah induksi, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital. Aktivitas AST dan ALT plasma diukur menggunakan kit dan ditunjukkan melalui perbedaan serapan. Hasilnya menunjukkan kelompok dosis 112 mg/200 g BB dan dosis 224 mg/200 g BB memiliki aktivitas AST dan ALT yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) dengan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daging keong tutut berpotensi sebagai hepatoprotekor karena mampu menurunkan aktivitas AST dan ALT.
Freshwater snail (Bellamya javanica) is natural materials that are empirically used by society to prevent liver damage. This study aimed to prove scientifically hepatoprotective effect of flesh of tutut snail in lowering the activity of aspartate aminotransferase (AST) and alanine aminotransferase (ALT) enzymes which are the parameters of liver damage. Thirty-six (36) rats were divided into six treatment groups. Those are normal control (0,5% CMC), negative control (0,5% CMC), positive control (silymarin 9,45 mg/200 g BW), dose 1 (flesh powder of freshwater snail 56 mg/200 g BW), dose 2 (flesh powder of freshwater snail 112 mg/200 g BW), and dose 3 (flesh powder of freshwater snail 224 mg/200 g BW). Those ingredients were given orally for 14 days. On the fifteenth day, all rats, except the normal control were induced by CCl4 1 ml/200 kg BW via the same route. Twenty-four hours after the induction, blood sampling done through orbital sinus. AST and ALT plasma activity were measured using kit and shown through the absorbance differences. The results show AST and ALT activity among dose 112 mg/200 g BW group and dose 224 mg/200 g BWgroup were significantly different (p ≤ 0,05) with the negative control group. It can be concluded that freshwater snail is a potential hepatoprotector due to its ability in lowering AST and ALT activity.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Astari
Abstrak :
Apotek merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Dalam rangka memahami dan mempraktikkan manajemen dan pelayanan kefarmasian di Apotek, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Apotek Safa untuk melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Tujuan pelaksanaan PKPA di Apotek Safa adalah agar calon Apoteker mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam rangka pengelolaan Apotek serta melakukan praktik pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian di Apotek; dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian. Selama masa PKPA, mahasiswa mempelajari penataan dan seluruh alur manajemen dan pelayanan yang dilakukan di Apotek Safa, meliputi pemesanan, penerimaan, penataan, pencatatan penjualan, dan pembayaran obat, serta pelayanan resep dan non-resep. Berdasarkan PKPA yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Apoteker memiliki peran yang penting dalam mengelola apotek, baik sebagai Apoteker Penanggungjawab Apotek maupun Apoteker Pendamping; Apoteker perlu memliki kemampuan berwirausaha dan komunikasi yang baik utuk dapat mengelola apotek; dan permasalahan yang dihadapi Apotek Safa selama PKPA adalah terjadinya kekosongan beberapa item obat dengan tingkat penjualan yang tinggi yang disebabkan karena kekosongan dari produsen. Selain itu, terjadi ketidakseimbangan antara uang yang didapat dan barang yang terjual karena pencatatan penjualan yang tidak lengkap.
Pharmacy is one of the important factors that play a role in improving public health. In order to understand and practice management and pharmacy services in Pharmacy, Faculty of Pharmacy, University of Indonesia in collaboration with Apotek Safa to do the Pharmacy Practice (PKPA). The aims of this PKPA is that prospective Apothecary are able to understand the duties and responsibilities of Apothecary in the management of pharmacy practice and pharmaceutical services in accordance with the provisions of the applicable legislation; have the insight, knowledge, skills, and practical experience to do the practice of pharmacy in pharmacy; and have a real picture of the problems pharmacy practice and learn the strategies and activities that can be done in order to develop the practice of pharmacy. During the period PKPA, students study the arrangement and the entire workflow management and services performed in Apotek Safa, including ordering, receiving, arrangement, recording sales, and payment of drugs, as well as the services of prescription and non-prescription. Based on PKPA that has been done, it can be concluded that Apotehcary has an important role in managing the pharmacy, either as a Responsible Apothecary Pharmacy and Apothecary Assistants; Apotehcary has to be good in entrepreneurship skills and communication to be able to manage the pharmacy; and the problems faced during PKPA in Apotek Safa is a vacuum in some drug items with a high level of sales due to the emptiness of the manufacturer. In addition, there is an imbalance between the money raised and the goods sold for incomplete recording sales.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library