Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
Penelitian ini merekonstruksi Sistem Komunikasi Krisis dan Risiko Kebencanaan di Media Sosial dalam Pengurangan Risiko Bencana Tsunami Vulkanik di Indonesia. Riset difokuskan pada kasus Tsunami Selat Sunda pada tahun 2018 yang menelan 426 korban jiwa. Tragedi ini disebabkan oleh lemahnya situational awareness akibat ketidaksinkronan kebijakan peringatan dini tsunami vulkanik antar lembaga, lemahnya crisis response masyarakat di media sosial, dan rumor yang berkembang akibat kesenjangan digital masyarakat terdampak bencana. Metode penyelesaian masalah menggunakan Soft Systems Methodology (SSM) Multi Method, dengan penggunaan Social Network Analysis pada SSM tahap ke dua untuk memperkaya Rich Picture dan Textual Network Analysis pada SSM tahap ke lima untuk mempertajam perbandingan model konseptual dengan dunia nyata. Survei dengan instrumen berplatform Open Data Kit dilakukan tehadap 100 penduduk desa yang terkena dampak langsung atau tidak langsung tsunami menghasilkan visualisasi crisis sensing network selama bencana dari perspektif publik. Wawancara mendalam dengan 22 orang yang mewakili 15 pemangku kepentingan nasional dan lokal utama menghasilkan crisis sensing network dari perspektif pemerintah. Riset ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, rekomendasi secara akademis, yaitu mengintroduksi collective intelligence sebagai pengembangan dari Social Mediated Crisis Communication dengan kolaborasi pengelolaan media sosial antar lembaga dan partisipasi masyarakat dalam komunikasi risiko dan krisis khususnya peringatan dini bencana. Kedua, kontribusi secara metodologis yaitu elaborasi varian baru SSM multi method yang memperkaya penerapan SSM dalam riset berbasis digital. Ketiga, rekomendasi secara praktis/ sosial; mengusulkan amandemen UU kebencanaan No.24/2007 dengan menambahkan tsunami non-tektonik (vulkanik) ke dalam tipe krisis/bencana tsunami; dan mempertegas peran institusi TNI dan Polri dalam komunikasi risiko dan krisis. ......This study reconstructs the Crisis Communication System on Social Media for Disaster Risk Reduction of Volcanic Tsunami Disaster in Indonesia. Research is focused on the case of the Sunda Strait Tsunami in 2018 which claimed 426 lives. This tragedy was caused by weak situational awareness due to the out-of-synchronization of volcanic tsunami early warning policies between institutions, the weak crisis response of the community on social media, and rumors that developed due to the digital divide of the community affected by the disaster. The problem solving method uses the Soft Systems Methodology (SSM) Multi Method, with the use of Social Network Analysis in the second stage of SSM to enrich the Rich Picture and Textual Network Analysis in the fifth stage of SSM to sharpen the comparison of conceptual models with the real world. The survey using the Open Data Kit platform instrument was conducted on 100 villagers who were directly or indirectly affected by the tsunami, resulting in a visualization of the crisis sensing network during the disaster from a public perspective. In-depth interviews with 22 people representing 15 key national and local stakeholders produced a crisis sensing network from a government perspective. This research recommends several things. First, academic recommendations, namely introducing collective intelligence as a development of Social Mediated Crisis Communication with collaborative social media management between institutions and community participation in crisis communication, especially disaster early warning. Second, the methodological contribution, namely the elaboration of a new multi-method SSM variant which enriches the application of SSM in digital-based research. Third, practical/social recommendations; proposed an amendment to the Law on Disasters No.24/2007 by adding a non-tectonic (volcanic) tsunami to the type of tsunami crisis/disaster; and reinforce the role of TNI and Polri institutions in crisis communication.

Keywords: Social Media, Crisis Communication, Volcanic Tsunami, SSM Multi-Method, Social Network Analysis (SNA), Textual Network Analysis (TNA)

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
ABSTRACT
Transportasi online semakin popular di Indonesia. Kepraktisan dan kemampuannya menyiasati kemacetan menjadikannya favorit di mata pengguna. Selain itu, ia membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Jika dahulu pekerjaan menjadi tukang ojek dipandang rendahan, kini tidak lagi karena dianggap sudah naik kelas. Bahkan mereka tidak mau disebut tukang ojek, melainkan driver. Istilah narik ketika sedang bekerja sudah diganti dengan ngebid. Penumpang ojek mereka sebut dengan customer. Dari sisi penghasilan pun mereka merasakan perubahan, yaitu lebih tinggi dibandingkan ojek konvensional. Namun, seiring waktu, para driver mulai mengeluh. Segala kebanggaan tersebut ternyata tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami. Tiap hari mereka mempertaruhkan keselamatan di jalan raya. Namun pendapatan mereka semakin menurun karena kebijakan tarif dari aplikator (sebutan untuk perusahaan. transport online, seperti Gojek, Grab, dan Uber) yang fluktuatif ditambah dengan banyaknya promo. Kompetisi antar aplikator semakin lama semakin keras. Apalagi setelah operasi Uber di Indonesia diambil alih oleh Grab. Para pengemudi seperti terjepit diantara pertarungan dua raksasa aplikator online. Makalah ini bertujuan untuk membuktikan adanya komodifikasi pekerja di dalam bisnis transportasi online. Para driver atau pengemudi dengan kerja keras dan jerih payahnya hanyalah menjadi alat atau faktor produksi bagi aplikator untuk memproduksi trafik dan ujung ujungnya mendapatkan profit atau surplus value sebanyak banyaknya. Dalam perspektif yang lebih makro, upaya komodifikasi ini merupakan dampak persaingan, dan integrasi bisnis aplikator secara vertikal dan horizontal di industri financial technology.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM : 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
This paper explained crisis communication in the digital era. The crisis in the era before digital and afterwards had significant differences. There are two things that make it different. First, the communication channel is spread. In the era before digital, the dissemination of crisis information was only through conventional mass media such as television, radio, and newspapers. In the digital era, only one bank that has problems will become a monthly report on social media.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 51 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
Makalah ini mengupas peran strategis generasi muda milenial dalam pergerakan demokrasi sebuah negara. Di indonesia, akhir-akhir ini ini peran generasi milenial di pemerintahan makin signifikan dengan diangkatnya mantan CEO Gojek Nadeem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipilihnya tujuh staf presiden berusia milenial. Usia mereka masih sangat muda, tapi prestasi mereka sudah mumpuni. Karya dan nama mereka membesar seiring dengan pemanfaatan teknologi digital secara kreatif dan aktif. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di manca negara. Isu yang menarik untuk dibahas adalah, apakah peran mereka di ranah demokrasi akan mampu membawa perubahan yang signifikan bagi bagi negaranya? Atau mereka hanya dijadikan 'alat' bagi kekusasaan untuk mengambil hati dan suara kaum milenial untuk kepentingan penguasa? Apapun motifnya, satu hal yang bisa menjadi pelajaran penting. Media sosial memiliki kekuatan politik sangat powerful hingga mampu menumbangkan rezim-rezim dan kini menjadi salah satu penentu keberhasilan demokrasi sebuah negara.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 48 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
ABSTRAK
Transportasi online semakin populer di Indonesia. Kepraktisan dan kemampuannya menyiasati kemacetan menjadikannya favorit di mata pengguna. Selain itu, ia membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Jika dahulu pekerjaan menjadi tukang ojek dipandang rendahan, kini tidak lagi karena dianggap sudah naik kelas. Bahkan mereka tidak mau disebut "tukang" ojek, melainkan driver. Istilah 'narik' ketika sedang bekerja sudah diganti dengan 'nge-bid'. Penumpang ojek mereka sebut dengan 'customer'. Dari sisi penghasilan pun mereka merasakan perubahan, yaitu lebih tinggi dibandingkan ojek konvensional. Namun, seiring waktu, para driver mulai mengeluh. Segala kebanggaan tersebut ternyata tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami. Tiap hari mereka mempertaruhkan keselamatan di jalan raya. Namun pendapatan mereka semakin menurun karena kebijakan tarif dari aplikator (sebutan untuk perusahaan transport online, seperti Gojek, Grab, dan Uber) yang fluktuatif, ditambah dengan banyaknya promo. Kompetisi antar aplikator semakin lama semakin keras. Apalagi setelah operasi Uber di Indonesia diambil alih oleh Grab. Para pengemudi seperti terjepit diantara pertarungan dua raksasa aplikator online. Makalah ini bertujuan untuk membuktikan adanya komodifikasi pekerja di dalam bisnis transportasi online. Para driver atau pengemudi dengan kerja keras dan jerih payahnya hanyalah menjadi alat atau faktor produksi bagi aplikator untuk memproduksi trafik dan ujung-ujungnya mendapatkan profit atau surplus value sebanyak-banyaknya. Dalam perspektif yang lebih makro, upaya komodifikasi ini merupakan dampak persaingan dan integrasi bisnis aplikator secara vertikal dan horizontal di industri financial technology.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 42 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis bisa menimpa siapa saja, baik individiu, organisasi, bahkan negara. Dalam krisis ekonomi yang melanda suatu perusahaan, banyak perusahaan menerapkan manajemen krisis sebagai salah satu fungsi yang harus dimiliki dalam manajemen organisasinya. Krisis yang meluas dan tidak segera diatas akan mengganggu kinerja dan reputasi perusahaan. Padahal membangun reputasi organisasi tidak mudah dan perlu kerja keras selama bertahun-tahun yang dapat rusak dalam sekejap jika krisis yang melanda tidak ditangani dengan baik. Masalahnya, ada organisasi yang menangani isu dengan bagus dan berhasil, sementara organisasi lain gagal bahkan berakibat fatal bagi perusahaan. Dengan berkembangnya teknologi digital saat ini, terdapat pengaruh yang signifikan terhadap suatu perusahaan dalam hal menyikapi krisis dan komunikasi dalam suatu kondisi krisis. Teknologi digital dan internet memungkinkan organisasi memonitor potensi terjadinya krisis, dan sekaligus sebagai medium yang signifikan bagi organisasi untuk meng-counter krisis yang menyebar secara viral melalui media social. Oleh karena itu, teori tentang krisis dan komunikasi krisis di era digital perlu terus dikembangkan dalam manajemen krisis suatu perusahaan.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 43 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
ABSTRAK
Perang asimetris wajib untuk diwaspadai, karena mempunyai daya hancur yang lebih besar daripada perang fisik yang mengandalkan senjata dan otot. Disebut asimetris karena tidak jelas siapa sesungguhnya musuh kita. Tidak bisa dibandingkan kekuatan lawan yang dihadapi, dan seberapa besar sumber daya 'perang' yang digunakan. Apalagi jika perang asimetris dikaitkan dengan media dan relasi kuasa. Pemegang kekuasaan ekonomi dan politik, baik pemerintah atau organisasi bisnis, akan menggunakan media, bukan hanya untuk propaganda keberhasilan semata, tetapi lebih dari itu untuk mematikan lawan atau kompetitornya, seperti disebut oleh Lynda Lee Kaid dalam "Ethics and Political Advertising" (Denton 2000). Perkembangan teknologi informasi dan munculnya konvergensi media membawa dampak besar terhadap perang asimetris. Kritik Fuchs (2013) menyadarkan kita bahwa dibalik hingar bingar teknologi internet dan social media, ada rezim ideologis besar yang ingin menguasai. Sebagian orang menyebut rezim itu sebagai kapitalisme global, sebagian menyebut sebagai demokrasi liberal. Manusia, selama sejarahnya, adalah korban dan komoditas dari penguasa. Tak terkecuali di Indonesia. Kita bisa lihat perkembangan dunia digital mulai memakan 'korban' dengan munculnya hoax, kasus-kasus cyber-crime, hingga keruntuhan korporasi retail dan ancaman hilangnya berbagai profesi. Papaer ini membahas perang asimetris yang terjadi terutama saat ini di era digital dan dampaknya di Indonesia.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 41 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library